Anda di halaman 1dari 5

Muatan Lokal

Memasuki dunia perkuliahan dan menyandang status mahasiswa merupakan pencapaian yang
berharga bagi seorang siswa. Secara etimologis kata mahasiswa merupakan gabungan dari dua kata,
yaitu maha dan siswa. “Maha” berarti pihak yang paling besar dan “siswa” merupakan orang yang
belajar ditingkat Pendidikan Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas. Jadi, bisa diartikan
Mahasiswa adalah seorang yang sedang belajar di perguruan tinggi dan mahasiswa yang dianggap
dewasa lantaran memiliki tanggung jawab dan peran yang lebih besar. Maka dari itu mahasiswa
diharapkan mampu beradaptasi sesuai dengan perkembangan zaman di dunia perkuliahan. 1
Seiring dengan perkembangan zaman, berkembang pula ilmu pengetahuan dan teknologi pada
zaman sekarang ini yang sering kita sebut Era Society. Era society 5.0 merupakan konsep yang
mendefinisikan bahwa manusia hidup berdampingan dengan teknologi. Dimana komponen utamanya
adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi serta mampu
menyelesaikan berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan berbagai inovasi yang lahir di era
revolusi 4.0. 2
Pola Pikir Digital
Menurut Rudiantara, Menteri komunikasi dan informatika menilai pola pikir sebagai
faktor utama dalam transformasi di era digital. Bagaimanapun juga, organisasi adalah tentang orang-
orang didalmnya. Oleh karena itu, agar organisasi berhasil mengikuti transformasi digital, harus
memiliki orang yang tepat didalamnya. 3 Sekarang ini,banyak sekali generasi millennial berinisiatif
untuk melakukan transformasi digital, khususnya pada organisasi di dalam kampus. Namun pola pikir
digital bukan hanya kemampuan untuk menggunakan teknologi. Sebaliknya, merupakan sikap
dan perilaku yang memungkinkan orang melihat peluang kejadian dimasa mendatang dan dapat
mengatasi problematika dimasa sekarang. 4digital mindset dapat diartikan perilaku atau sikap yang
berfokus pada pemanfaatan teknologi bagi kepentingan organisasi untuk menghasilkan sesuatu yang
praktis. Seorang mahasiswa dapat dikatakan memiliki pola pikir digital apabila mampu menjalankan
dua komponen yang ada didalamnya. Yaitu pola pikir (cognitive component) dan pola tindak (action
component).

A. Kognitive (cognitive component)


Sudah seharusnya kita sebagai Mahasiswa ‘open minded’ untuk bisa menerima
perubahan zaman sebagai suatu keniscayaan. Keterbukaan pikiran dan mau beradaptasi
dengan perubahan merupakan syarat utama yang harus kita miliki agar kita memiliki mindset
bertumbuh atau growth mindset. Growth mindset merupakan pola pikir yang meyakini bahwa
potensi seseorang dan psikologi dapat berkembang melalui latihan dan usaha lebih dalam
menghadapi tantangan yang semakin sulit. 5sehingga kita bisa belajar memiliki pola pikir
digital. Menjadi cerdas secara digital tidak sama dengan memiliki pola pikir
digital. Menjadi cerdas secara digital hanya menunjukkan kemampuan individu untuk
menggunakan teknologi tertentu dan memungkinkan mereka untuk mengembangkan pola
pikir digital dengan lebih mulus. Berfikir dalam arti kata peka terhadap kondisi sekitar yang
bisa diperbaiki oleh individu itu sendiri. Yang termasuk component kognitif bagi mahasiswa
dalam digital mindset terdiri dari dua aspek. Yaitu :
1. Mahasiswa cerdas Intelektual
Mahasiswa yang cerdas adalah mereka yang memahami tugas dan fungsinya
sebagai mahasiswa. Hal tersebut ditandai dengan adanya upaya yang sungguh-
sungguh dari dirinya untuk selalu meningkatkan wawasan, pengetahuan,
1
https://fokus.ultimagz.com/articles/transformasi-mahasiswa
2
Musiin,Richardus Eko, Literasi Digital Nusantara (Yogyakarta : ANDI,2020)
3
Noralia P.,Richardus Eko,Digital Mindset (Yogyakarta : ANDI,2020)
4
https://knloskape.com “what is a digital mindset?”
5
Isnaeni Mas’udah,Pengaruh Grow Mindset terhadap Grit Akademik bagi Mahasiswa yang Mengikuti
Organisasi (Semarang,2019) hlm.15
keterampilan, nilai dan sikapnya (WPKNS) dengan berbagai aktivitas yang
dijalani baik melalui kegiatan perkuliahan, aktif dalam berorganisasi ekstra atau
intra kampus untuk mengembangkan potensi dirinya..6
Dalam hal ini untuk mengukur kemampuan kognitive yakni dengan
mencapai HOTS ( Higher Of Thinking Skill) sebagai berikut :

a. Mengingat, usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau


ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang
sudah lama didapatkan.

b. Memahami, yaitu mampu menerjemahkan suatu konsep, kaidah, atau


prinsip; berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan dan
membandingkan

c. Menerapkan, yakni melaksanakan percobaan untuk menyelesaikan


permasalahan. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur dan
mengimplementasikanya.

d. Menganalisis, merupakan pemecahan suatu permasalahan dengan mencari


keterkaitan dari tiap-tiap bagian dan mencari tahu bagaimana timbulnya
suatu permasalahan. Dengan cara mengenali, menguraikan, serta
mengkritisi, agar mampu membedakan fakta,pendapat, dan menghasilkan
kesimpulan

e. Mengevaluasi, memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar


yang sudah ada. Kriteria yang diamaksud adalah kualitas, efektivitas,
efisiensi, dan konsistensi.

f. Kreasi atau menciptakan, merupakan sesuatu hal baru yang berkaitan erat
dengan pengalaman belajar pada peristiwa yang pernah dialami
sebelumnya kemudian berpikir kreatif, untuk dapat menghasilkan suatu
karya
Dalam revisi Taksonomi Bloom ini, tingkat berpikir dibedakan
menjadi dua yaitu berpikir tingkat rendah/dasar dan berpikir tingkat
tinggi. Berpikir tingkat dasar (Lower Order ThinkingSkill) mencakup
proses mengingat, memahami, dan menerapkan. Sedangkan berpikir
tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill) mampu melalui LOTS
dan melalui proses menganalisa,mengevaluasi,dan mengkreasikan.7
2. Mahasiswa Cerdas Emosional melalui organisasi
Cooper dan Sawaf menilai bahwa kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan, memahami dan menerapkan daya serta kepekaan
emosi sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan
emosi menuntut pengelolaan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai
perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat,
menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.
Lembaga pendidikan atau kampus merupakan tempat komunikasi yang
penting bagi perkembangan emosi mahasiswa diantaranya adalah rasa tanggung
jawab, pengendalian terhadap keinginan atau kebutuhan diri, motivasi terhadap
emosi dan perasaan diri maupun orang lain yang kesemuanya merupakan
perwujudan kecerdasan emosi. Seorang aktivis tentu memiliki motivasi yang kuat
6
Jumadi Mori Salam Tuasikal, “Membangun Karakter Mahasiswa : sukses akademis dan
organisasi”(Gorontalo,2020)
7
Imam Gunawan,Taksonomi Bloom-Revisi Ranah Kognitif, 2(02),1-20
untuk berorganisasi, tidak hanya untuk kepentingan pribadi tetapi juga memberi
manfaat untuk orang lain, menjaga motivasi, melaksanakan kewajiban,
memegang tanggungjawab, dan membangun hubungan baik dengan pihak lain
dapat mengembangkan kecerdasan emosi karena mahasiswa sekarang memiliki
minat yang tinggi dalam kegiatan ekstrakurikuler sehingga mampu menguasai
ketrampilan intelektual untuk mendukung kecakapan sosialnya.
PMII merupakan organisasi ekstrakurikuler yang mampu menjadi wadah
bagi para anggotanya dalam meningkatkan kecerdasan emosinya. Terlebih lagi
PMII merupakan organisasi mahasiswa dengan latar belakang keislaman sebagai
pencetak kader pemberani, berintelektual yang bermoral dan berguna dalam
kehidupan masyarakat.
Mahasiswa dengan kecerdasan emosional ini lebih dewasa dalam
menyikapi persoalan yang datang menghampirinya. Jika menghadapi masalah
dirinya tenang, optimis, penuh percaya diri, tidak menyalahkan orang lain,
memecahkan masalah dengan arif dan bijaksana, memiliki kemampuan
mengendalikan dirinya, memahami kelemahan dan kelebihan dirinya dan orang
lain, pandai menempatkan diri dengan siapa yang dihadapinya, mampu
berkomunikasi dengan efektif dengan banyak orang. 8
B. Pola Tindak (Action Component)
Mahasiswa sebagai elemen sosial yang penting bagi kehidupan masyarakat,
keberadaan mahasiswa sebagai generasi penerus suatu bangsa akan membawa arah
perubahan dan perkembangan sosial. Mahasiswa diharapkan bukan sebagai pengamat
saja, namun dalam peran ini mahasiswa juga dituntut sebagai pelaku dalam masyarakat.
Sering dikatakan bahwa Gen-X cenderung bertanya 'apa' yang perlu mereka
lakukan? sementara Milenial cenderung bertanya 'mengapa' mereka perlu
melakukannya?. Keragaman generasi adalah tantangan di Era Digital, pertanyaannya
adalah 'bagaimana' kita harus melakukannya?
Beberapa peran mahasiswa yang harus dilakukan dalam sebagai elemen sosial
yaitu: :
1. Agen Perubahan (Agen of change)
a) Membangun kesadaran bahwa mahasiswa memerlukan perubahan
b) Mengembangkan hubungan dengan saling tukar informasi,
c) Melakukan identifikasi masalah,dengan melihat persoalan yang dihadapi dengan
menggunakan cara pandang kelompok sosial
d) Memberi motivasi kepada masyarakat
e) Mentransformasikan niat menjadi tindakan nyata9
2. Control sosial (Social Control)
Peran mahasiswa sebagai social control ialah mencegah terjadinya
penyimpangan dan mengarahkan masyarakat untuk taat norma/aturan. Ada empat
cara yang bisa dilakukan :
a) Kontrol langsung
Tidak adanya kekerasan terhadap pelaku penyimpangan sosial namun
cara yang digunakan adalah menasehati, memberikan himbauan serta
membimbing agar tidak melakukan perilaku penyimpangan di kemudian
hari contohnya dapat kita lihat melalui rehabilitasi yang diberikan kepada
para pengguna obat terlarang atau narkoba serta minuman keras
beralkohol.
b) Kontrol Internalisasi
Dilakukan dari dalam diri secara sadar menghimbau orang sekitarnya
(lembaga - lembaga sosial atau organisasi sosial) tempat pelaku menjadi
anggotanya agar tidak melakukan penyimpangan sosial.
8
Diah Susilowati, Kecerdasan Emosi Mahasiswa Ditinjau Dari Keaktifan Berorganisasi, (UNNES,2011) hlm.21
9
Anwar and Utama,”AGEN PERUBAHAN (AGENT of CHANGE).”
c) Kontrol tidak langsung
Berhubungan dengan pengenalan dengan cara mengidentifikasi yang
berpengaruh dengan orangtua dan orang-orang yang bukan pelaku
kriminal lainnya.
d) Sarana/alternatif
Dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan pengembangan teknologi
dan media sosial, meberikan edukasi melalui konten-konten kreatif dan
mendidik serta menggiring opini melalui hastag positif. 10
3. Agen penerus (Iron Stock)
Sebagai iron stock, mahasiswa menjadi garda depan yang kuat dan tangguh
tidak hanya dari segi fisik tapi juga dari segi kemampuan intelektual yang memiliki
kemampuan berpikir secara cepat, mengambil tindakan secara tepat dan memilih
keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Ketika mahasiswa terbentuk
kemampuan intelektualnya lewat pendidikan dan sekaligus terbentuk pula sikap dan
karakternya melalui berbagai kegiatan sosial yang diikutinya, maka dapat dipastikan
bahwa mahasiswa akan menjadi iron stock, asset masa depan.
4. Moral force
Sebagai mahasiswa harus bisa menjadi contoh dan juga teladan yang dimana
kehadirannya dapat membawa dampak positif untuk masyarakat dan juga lingkungan
sekitarnya.Turunnya moral mahasiswa di sebabkan beberapa faktor seperti media,
masalah keluarga,dan juga sikap egois bentuk penurunan moral tersebut sebagai
akibat dari rendahnya kualitas sumberdaya mahasiswa. Maka dari itu diperlukan
adanya upaya mahasiswa dalam mengembalikan dan menungkatkan karakter
moralitas mahasiswa agar dapat memberikan peran dan juga dampak positif bagi
masyarakat dan lingkungan sekitar. 11Menjadi bagian dari PMII,dan
mengimplementasikan unsur didalamnya yang berlandaskan ASWAJA adalah
langkah utama yang harus dilakukan anggota PMII dalam melakukan perubahan lebih
baik untuk diri sendiri yang kemudian melakukan pergerakan untuk masyarakat
sekitar
5. Political Control
Mahasiswa sebagai penghubung atau penyambung lidah antara pemerintah
dan masyarakat, mahasiswa berperan memberikan penyadaran berupa wawasan
kepada masyarakat untuk selalu ikut mengontrol dan mengawasi pemerintah dalam
memutuskan kebijakan public dan juga kebijakan politik, serta berbagai keputusan
dan juga kebijakan yang menyangkut nasib masyarakat guna keseimbangan dan
kepentingan suatu negara.
6. Guardian of Value
Mahasiswa sebagai Guardian of Value yakni merupakan komunitas akademis
pencari kebenaran dan logika ilmiah didalam suatu instansi perguruan tinggi.
Mahasiswa dapat mentaati dan juga menjaga segala hak dan kewajiban. Selain itu
juga menjaga nilai nilai atau peraturan tertulis maupun tidak oleh suatu Lembaga
Pendidikan dalam kegiatan ini mahasiswa diberikan pemahaman berupa nilai tentang
pentingnya kajian akademis dalam menilai segala aspek fenomena sosial termasuk
kebijakan pemerintah yang mencakup kehidupan masyarakat 12. Maka kajian
akademis harus mampu memandang suatu fenomena dan masalah yang terjadi dari
berbagai sudut pandang ,hal ini bertujuan sebagai dasar kebijakan pemerintah untuk
mewujudkan nilai-nilai keadilan dan kesederhanaan sosial.
Sebagai mahasiswa seharusnya memiliki pandangan jauh ke depan untuk membangun
bangsa ini lebih maju, berperadaban, cerdas, berkeadilan, sejahtera, sehat lahir dan batin.
Untuk mewujudkan semua itu, mahasiswa hendaknya bertekad untuk menjadi pemimpin
10
https://dosensosiologi.com , “control social,teori,fungsi,dan contoh”(2021)
11
Zahid Zufar, “Peran Mahasiswa sebagai Moral Force dalam Kehidupan Masyarakat Era digital”(malang,2019)
12
Bambang Utoyo dkk,”Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Politik di Era Society 5.0 dan Revolusi Industri
4.0”
masa depan memiliki keilmuan, keimanan, integritas, dan kredibilitas dalam meningkatkan
kedewasaan dalam berpikir, merasa, bersikap, bertindak dan bertanggung jawab. 13
Perkembangan teknologi atas pengaruh globalisasi memiliki pengaruh yang
cukup kompleks bagi masyarakat, “Era society 5.0 atau Masyarakat 5.0 merupakan
sebuah konsep kolaborasi antara manusia dengan teknologi dalam rangka menyelesaikan
masalah sosial yang terintegrasi pada ruang dunia maya dan nyata. Kehidupan sosial
masyarakat menjadi salah satu fenomena yang perlu diperhatikan, dalam hal ini penting
bagi setiap kader PMII untuk saling peduli dan pandai menyikapi perubahan sosial yang
terjadi.

13

Anda mungkin juga menyukai