Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 10

Materi :

- Aspek dalam pemilihan pendekatan : Peserta Didik, Kompetensi, lingkungan dan


Organisasi
- Model Desain Pembelajaran Untuk Kelas : ADDIE , ASSURE

A. Aspek dalam pemilihan pendekatan : Peserta Didik, Kompetensi, lingkungan dan


Organisasi

1. Aspek dalam Pemilihan Pendekatan Peserta Didik


 Aspek Kognitif
Aspek kognitif dalam pemilihan pendekatan peserta didik akan mempengaruhi guru
dalam memilih dan menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media, dan jenis
evaluasi. Menurut taksonomi Bloom (Sudjana, 2010: 22) berkaitan dengan pemilihan
pendekatan peserta didik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
a) Pengetahuan (Knowledge) merupakan tipe hasil belajar tingkat kognitif yang
paling rendah tetapi hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar
berikutnya.
b) Pemahaman (Comprehension) adalah tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari
pengetahuan. Dalam hal ini untuk dapat memahami perlu terlebih dahulu
mengetahui dan mengenal.
c) Aplikasi (Aplication) adalah menerapkan abstraksi (ide, teori, atau petunjuk
teknis) ke dalam situasi baru (situasi kongkret atau situasi khusus).
d) Analisis (Analysis) adalah usaha memilah sesuatu menjadi unsur-unsur atau
bagian-bagian sehingga jelas susunannya.
e) Sintesis (Synthesis) adalah penyatuan beberapa unsur atau bagian ke dalam
bentuk yang menyeluruh.
f) Evaluasi (Evaluation) adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu
yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan,
atau metodenya berdasarkan standar tertentu.
Menurut Vygotsky (Santrock, 2010: 60) ada tiga isi dalam inti pandangannya yang
masih berkaitan dengan pemilihan pendekatan peserta didik, antara lain :

1. Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis melalui evaluasi


dalam proses perkembangan bertahap.
2. Kemampuan kognitif menggunakan perantara kata, bahasa, dan wacana
sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan memecahkan
masalah.
3. Kemampuan kognitif dipengaruhi oleh hubungan sosial dan latar belakang
budaya masyarakat.
 Aspek Kemampuan / Pengetahuan Awal
Kemampuan awal atau entry behavior menurut Ali (1984: 54) merupakan keadaan
pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh peserta didik
sebelum mempelajari pengetahuan atau keterampilan baru. Pengetahuan dan
keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu maksudnya adalah pengetahuan atau
keterampilan yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari. Contohnya peserta
didik sebelum mempelajari tentang pembagian maka peserta didik tersebut harus
mengusai terlebih dahulu tentang konsep pengurangan. Kemampuan awal bagi peserta
didik akan banyak membawa pengaruh terhadap hasil belajar yang dicapainya. Oleh
karena itu seorang pendidik harus mengetahui kemampuan awal peserta didiknya.
Jika kemampuan awal peserta didik telah diketahui oleh pendidik, maka pendidik
tersebut akan dapat menetapkan pendekatan terhadap peserta didik. Kemampuan awal
peserta didik bersifat individual, artinya berbeda antara peserta didik satu dengan
lainnya, sehingga
untuk mengetahuinya juga harus bersifat individual.
 Aspek Sosial
Perkembangan sosial menurut Hurlock, (1998: 250) adalah kemampuan anak untuk
berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana anak tersebut memahami keadaan
lingkungan dan mempengaruhinya dalam berperilaku baik kepada dirinya sendiri
maupun kepada orang lain. Dari pernyataan ini dapat ditegaskan bahwa
perkembangan sosial peserta didik merupakan kemampuan peserta didik untuk
menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang berlaku pada kelompok
atau masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kerja sama.
Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat dari tingkatan
kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi masyarakat di
lingkungannya.
 Aspek Moral dan Spiritual
Dalam kehidupan bermasyarakat termasuk masyarakat di lingkungan sekolah pasti
mengenal moralitas, bahkan moralitas ini dijadikan sumber/acuan untuk menilai suatu
tindakan atau perilaku karena moralitas memiliki kriteria nilai (value) yang
berimplikasi pada takaran kualitatif, seperti: baik-buruk, benar-salah, pantas-tidak
pantas, wajar-tidak wajar, layak-tidak layak, dan sejenisnya. Moralitas dalam diri
peserta didik dapat tingkat yang paling rendah menuju ke tingkatan yang lebih tinggi
seiring dengan kedewasaannya.
Pendidik disamping perlu memahami perkembangan moral peserta didiknya juga
perlu dan penting memahami perkembangan spiritualnya. Istilah spiritual pada
beberapa tahun terakhir sangat banyak dibicarakan orang manakala dimunculkan
istilah kecerdasan spiritual (spiritual intelegence). Kecerdasan spiritual ini bersifat
individu dan perlu dikembangkan khususnya dalam proses pembelajaran. Kecerdasan
spiritual menurut Zohar dan Marshal (dalam Mustafa-Alif) meliputi kemampuan
untuk menghayati nilai dan makna, memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaftif,
cenderung memandang sesuatu holistik, dan cenderung mencari jawaban-jawaban
fundamental atas situasi-situasi hidupnya.
 Aspek Psikomotorik
Menurut Sudjana (2010: 30) hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Tingkatan keterampilan meliputi:
a) gerakan refleks (keterampilan yang terdapat pada gerakan yang tidak
disadari);
b) keterampilan pada gerakan-gerakan dasar;
c) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif maupun motoris.
d) kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan;
e) gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
keterampilan yang lebih kompleks;
f) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif.
2. Aspek dalam Pemilihan Pendekatan Kompetensi

Berdasar pada arti estimologi kompetensi diartikan sebagai kemampuan yang kemampuan
yang dibutuhkan dibutuhkan untuk melakukan atau untuk melakukan atau melaksanakan
pekerjaan yang dilandasi oleh pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja. Ada beberapa
aspek yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pendekatan kompetensi, yaitu :

a. Konsep adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian yang umum, misalnya
sumber kekayaan alam yang dapat diperbarui.
b. Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan
suatu petunjuk untuk berbuat/melaksanakan sesuatu.

c. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan/dialami. Mungkin
berupa hal, objek atau keadaan. Jadi bukan sesuatu yang diinginkan atau pendapat atau teori.
Contoh : Proklamasi Kemerdekaan RI adalah pada tanggal 17 Agustus 1945.

d. Proses adalah serangkaian perubahan, gerakan-gerakan perkembangan. Suatu proses


dapat terjadi secara sadar atau tidak disadari. Dapat juga merupakan cara melaksanakan
kegiatan operasional (misalnya di pabrik) atau proses pembuatan tempe, proses peubahan
warna pada daun yang kena hama wereng dan sebagainya.

e. Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model. Umumnya nilai
bertalian dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang baik atau buruk
misalnya: hukum jual beli, hukum koperasi unit desa, Bimas dan sebagainya.

f. Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti
secara jasmaniah (menulis, berbicara dan sebagainya) dan dapat juga berarti rohaniah
(membedakan, menganaliss dan sebagainya). Biasanya kedua aspek tersebut tidak terlepas
satu sama lain, kendatipun tidak selalu demikian adanya. (Oemar Hamalik, 1978).

Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang minimal harus
dikuasai peserta didik untuk menunjukan bahwa mereka telah menguasai standar kompetensi
yang ditetapkan. Untuk memperoleh perincian tersebut perlu dilakukan analisis standar
kompetensi. Caranya dengan mengajukan pertanyaan: “kemampuan atau kemampuan dasar
apa saja yang harus dikuasai siswa-siswi dalam rangka mencapai standar kompetensi?”.
Jawaban atas pertanyaan tersebut berupa daftar lengkap pengetahuan, keterampilan, dan atau
sikap yang harus dikuasai siswa-siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi. Pada
proses analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana yang
tercantum pada standar isi, harus memperhatikan hal-hal berikut:

 Urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu atau tingkat kesulitan materi
 Keterkaitan antar standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran
 Keterkaitan standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran. Demikian
juga halnya kajian kompetensi dasar sama dengan kajian standar kompetensi.

3. Aspek Dalam Pemilihan Pendekatan Lingkungan

Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk


meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar.
Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akaan menarik siswa, jika apa yang
dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan
kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan (Khusnin, 2008).

Karli dan Margaretha (2002) menjelaskan bahwa pendekatan lingkungan adalah suatu
strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber
belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah
lingkungan, dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan.

Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti siswa mendapatkan pengetahuan dan


pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di lingkungan sekitar, baik di
lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dalam hal ini siswa dapat menanyakan
sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain di lingkungan mereka yang dianggap tahu
tentang masalah yang dihadapi.

Lingkungan merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-
nilai yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaaan
lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab anak
dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya. Pelajaran biologi dengan menggunakan bahan-
bahan alami lebih menguntungkan bagi siswa dan pengalaman bersahabat dengan alam lebih
cenderung menyiapkan perasaan positif bagi siswa terhadap keajaiban alam
1) Tujuan Pendekatan Lingkungan

Dalam proses belajar mengajar, terkadang guru menampilkan sosok tiruan dari benda se-
benarnya yang dijadikan sebagai objek pelajaran, akan tetapi akan lebih mengena bila si
murid kita ajak langsung terjun kealam (lingkungan) agar dalam penganalisisan data lebih
mengena karena langsung pada objek sesungguhnya yang real dan konkrit.

Adapun tujuan pendekatan lingkungan sebagai sumber belajar dijelaskan sebagai berikut.

a) Supaya kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas
ber-jam-jam sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.
b) Supaya hakikat Belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan pada keadaan
yang sebenarnya.
c) Supaya bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya dan lebih actual sehingga ke-
benarannya lebih akurat.
d) Supaya kegiatan belajar siswa lebih kon-prehenshif dan lebih aktif sebab dapat di-
lakukan dengan berbagai cara seperti wa-wancara, mengamati dan lain-lain.
e) Supaya sumber belajar menjadi lebih kaya di-sebabkan lingkungan yang dipelajari
beraneka ragam.
f) Supaya siswa dapat memahami dan meng-hayati aspek yang ada di lingkungannya.

2) Manfaat Pendekatan Lingkungan

Pendidikan lingkungan membentuk siswa menjadi sadar terhadap lingkungan. Kesadaran


lingkungan memiliki makna kognitif dan afektif. Sadar lingkungan memiliki beberapa arti:
(1) tahu dan mengekspresikan dampak perilaku terhadap lingkungan; (2) tahu dan mampu
mengekspresikan tentang berbagai penyelesaian; (3) memahami perlunya langkah penelitian
sebagai bekal pengambilan keputusan; (4) memahami pentingnya kerja sama dalam
menyelesaikan masalah lingkungan (Mastur, 2004).

Ada beberapa alasan yang menjadikan lingkungan itu sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar, yaitu :
a) Sebagai sasaran belajar

Kita ingat kembali tentang tujuan pendidikan SD, antara lain agar anak dapat
mengenal alam sekitar. Alam sekitar ini ten-tunya termasuk “lingkungan”. Jadi segala
sesuatu di sekitar anak itu merupakan objek untuk diajarkan kepada anak, atau
lingkungan merupakan sasaran belajar bagi anak SD.

b) Sebagai sumber belajar

Ada berbagai macam sumber belajar, mi-salnya guru, buku–buku, labolatorium,


tenaga ahli, dan lain–lainnya, yang sering terlupakan orang adalah “lingkungan”.
Lingkungan me-rupakan sumber belajar yang tidak habis–habisnya memberikan
pengetahuan kepada kita. Semakin banyak kita gali semakin banyak yang kita dapatkan,
tidak hanya bagi IPA itu sendiri tetapi juga berupa sumber dari berbagai macam ilmu
pengetahuan seperti IPS dan Matematika.

c) Sebagai sarana belajar

Lingkungan merupakan suatu sarana belajar yang baik, bahkan lingkungan yang
alamiah menyediakan bahan-bahan yang tidak perlu dibeli, misal udara, cahanya
matahari, pepohonan, air su-ngai, rerumputan dan sebagainya. Jadi lingkungan adalah
suatu sasaran belajar yang ekonomis.

3) Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Lingkungan

Kelebihan

 Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih


bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi
yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai
salah satu prinsip pendidikan anak.
 Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan
nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan
pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini,
sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
 Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi anak, kegiatan belajar dimungkinkan
akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang
sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar sejak usia dini merupakan
modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka penyiapan masyarakat belajar
(learning societes) dan sumber daya manusia di masa mendatang.
 Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan khusus seperti listrik
 Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda
tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai
dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).
 Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang diperoleh siswa melalui
media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung, karena
siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam kehidupannya
sehari-hari.
 Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan siswa biasanya
mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan me-dia yang dikemas (didesain).
 Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di lingkungan.

Kelemahan :

 Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan ketika siswa


diajak ke tempat tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang di harapkan sehingga
terkesan main-main.
 Ada kesan dari guru dan siswa bahwa ke-giatan mempelajari lingkungan mem-
perlukan waktu yag lebih lama, sehingga meng-habiskan waktu untuk belajar di
kelas.

4. Aspek Pemilihan Pendekatan Organisasi

Dalt, R.L (2010:66) mendefinisikan bahwa Organisasi Pembelajaran (Learning


Organization) adalah organisasi yang didalamnya semua orang berupaya mengenali dan
memecahkan masalah sehingga memungkinkan organisasi tersebut untuk senantiasa
bereksperimen, berubah dan melakukan peningkatan guna meningkatkan kemampuan
berkembang, belajar dan mencapai tujuan.
Menurut Pennings et al., (1994:608-640) belajar dapat diperoleh secara sementara dan
kumulatif pengalaman organisasi atau proses melakukan sesuatu. Pembelajaran harus
memberikan manfaat positif bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan dan tujuan
organisasi pembelajaran. Penerapan organisasi pembelarajan (learning organization) harus
memperhatikan struktur organisasi yang lebih mensyaratkan fleksibilitas dan kerjasama
kelompok.

Menurut McShane dan Glinow (2000:61) bahwa kegiatan pembelajaran organisasional ini
terdiri dari tiga aspek, yaitu (1) perolehan pengetahuan, (2) pembagian pengetahuan, dan (3)
penggunaan pengetahuan. Adapun pembahasan ketiga dimensi untuk mengukur kapabilitas
pembelajaran organisasional di sekolah dijabarkan sebagai berikut:

a) Keahlian Memperoleh Pengetahuan

Ada beberapa strategi yang paling cepat dan sangat kuat untuk memperoleh
pengetahuan ke dalam organisasi, yaitu: (1) menyewa seseorang (individu) atau
mendapatkan dari segala kelompok, (2) saat karyawan belajar dari sumber-sumber
eksternal dengan menemukan sumber informasi baru dari pemasok atau adanya
kecenderungan baru dari pelanggan, dan (3) sebagai hasil yang dilakukan melalui
eksperimen dalam bentuk penelitian dan proses kreatif yang lain.

b) Keahlian untuk membagikan pengetahuan

Pembagian pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara, yaitu menghubungkan


secara khusus dengan komputer internal dan database informasi, serta melalui saluran
informal atau komunikasi berhadapan muka.

c) Keahlian untuk menggunakan pengetahuan

Dalam pemanfaatan pengetahuan untuk suatu organisasi, karyawan organisasi itu


harus menyadari bahwa pengetahuan telah tersedia dan mereka mempunyai cukup
kebebasan untuk menerapkannya. Kondisi ini tentunya memerlukan budaya organisasi
yang mendukung dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran organisasional dilakukan dalam bentuk kegiatan terstruktur yang


meningkatkan kemampuan sekolah untuk memperoleh, membagikan, dan menggunakan
pengetahuan ke dalam institusi sekolah dengan tujuan memodifikasi perilaku guru-guru di
sekolahnya dalam upaya meningkatkan kinerja guru dan kinerja sekolah. Pembelajaran
organisasi di sekolah menunjukkan peningkatan kemampuan intelektual dan produktivitas
guru-guru di sekolah yang diperoleh melalui komitmen dan kesempatan untuk perbaikan
secara terus menerus melalui organisasi sekolah.

Strategi penerapan pembelajaran organisasional di sekolah dapat dilakukan melalui


tiga tingkatan pembelajaran, yaitu: pembelajaran individual, pembelajaran kelompok, dan
pembelajaran organisasional. Ketrampilan pembelajaran yang perlu dikembangkan
sebagai guru pembelajar antara lain: berfikir sistemis (systems thinking), penguasaan
pribadi (personal mastery), model mental (mental models), membangun visi bersama
(building shared vision), dan pembelajaran tim (team learning).

B. Model Desain Pembelajaran Untuk Kelas : ADDIE, ASSURE

Desain pembelajaran adalah pengembangan pembelajaran secara sistematis untuk


memaksimalkan keefektifan dan efisiensi pembelajaran. Kegiatan mendesain pembelajaran
diawali dengan menganalisis kebutuhan peserta didik, menentukan tujuan pembelajaran,
mengembangkan bahan dan aktivitas pembelajaran, yang di dalamnya mencakup penentuan
sumber belajar, strategi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, media pembelajaran
dan penilaian (evaluasi) untuk mengukur tingkat keberhasilan pembelajaran. Hasil evaluasi
tersebut digunakan sebagai acuan untuk mengetahui tingkat efektivitas, efisiensi dan
produktivitas proses pembelajaran.

Desain Pembelajaran Model ADDIE

Model ADDIE adalah salah satu model desain sistem pembelajaran yang
memperlihatkan tahapan-tahapan dasar sistem pembelajaran yang efektif, dinamis, dan
efisien. Skema desain pembelajaran model ADDIE membentuk siklus yang terdiri dari 5
tahapan yakni: analisis (Analyze), desain (Design), pengembangan (Development),
implementasi (Implementation) serta evaluasi (Evaluation).

1. Analisis (Analyze)

Analisis merupakan langkah pertama dari model desain sistem pembelajaran ADDIE.
Pada tahap ini, kegiatan utama adalah menganalisis perlunya pengembangan
model/metode pembelajaran baru dan menganalisis kelayakan dan syarat-syarat
pengembangan model/metode pembelajaran baru. Langkah analisis melalui dua tahap
yaitu:

a) Analisis kinerja. Analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi


apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan
program pembelajaran atau perbaikan manajemen.

b) Analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk


menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh
siswa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar. Hal ini dapat dilakukan
apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran
yang sedang dihadapi.

Dalam analisis ini, jangan sampai terjadi ada rancangan model/metode yang bagus
tetapi tidak dapat diterapkan karena beberapa keterbatasan misalnya saja tidak ada alat
atau guru tidak mampu untuk melaksanakannya. Analisis metode pembelajaran baru
perlu dilakukan untuk mengetahui kelayakan apabila metode pembelajaran tersebut
diterapkan.

2. Desain (Design)

Kegiatan ini merupakan proses sistematik yang dimulai dari menetapkan tujuan
belajar, merancang skenario atau kegiatan belajar mengajar, merancang perangkat
pembelajaran, merancang materi pembelajaran dan alat evaluasi hasil belajar. Tahap ini
dikenal juga dengan istilah membuat rancangan. Pertama kita merumuskan sebuah
rancangan diantaranya:

a. Menentukan learning experience yang perlu dimiliki oleh siswa selama mengikuti
aktivitas pembelajaran untuk mengetahui desain yang dibuat dapat mengatasi
masalah kesenjangan performa yang terjadi pada diri siswa.

b. Menentukan tujuan pembelajaran.

c. Menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran
yang telah dirumuskan.
d. Menentukan strategi pembelajaran yang tepat dengan menggunakan metode
diskusi untuk mencapai tujuan tersebut.

e. Membuat modul

f. Kombinasi metode diskusi dan perangkat pembelajarannya

3. Pengembangan (Development)

Development dalam model ADDIE berisi kegiatan realisasi rancangan produk. Dalam
tahap desain, telah disusun kerangka konseptual penerapan model/metode pembelajaran
baru. Dalam tahap pengembangan, kerangka yang masih konseptual tersebut
direalisasikan menjadi produk yang siap diimplementasikan. Sebagai contoh, apabila
pada tahap design telah dirancang penggunaan model/metode baru yang masih
konseptual, maka pada tahap pengembangan disiapkan atau dibuat perangkat
pembelajaran dengan model/metode baru tersebut seperti RPP, media dan materi
pelajaran.

Dalam langkah pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai. Antara lain:

a. Memproduksi atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

b. Memilih media atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran.

4. Implementasi (Implementation)

Pada tahap ini diimplementasikan rancangan dan metode yang telah dikembangkan
pada situasi yang nyata yaitu di kelas. Tujuan utama tahap implementasi, yaitu sebagai
berikut:

a) Membimbing siswa mencapai tujuan pembelajaran.

b) Menjamin terjadinya pemecahan masalah atau solusi untuk mengatasi kesenjangan


siswa.

c) Menghasilkan output kompetensi berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap


yang diperlukan dalam diri siswa.

5. Evaluasi (Evaluations)
Evaluasi dilakukan dalam dua bentuk yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap muka (mingguan) sedangkan evaluasi
sumatif dilakukan setelah kegiatan berakhir secara keseluruhan (semester). Evaluasi
sumatif mengukur kompetensi akhir dari mata pelajaran atau tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak
pengguna model/metode. Revisi dibuat sesuai dengan hasil evaluasi atau kebutuhan yang
belum dapat dipenuhi oleh model/metode baru tersebut.

Kelebihan dan Kekurangan Model ADDIE

a. Kelebihan model ini sederhana dan mudah dipelajari serta strukturnya yang sistematis.

Seperti kita ketahui bahwa model ADDIE ini terdiri dari 5 komponen yang saling
berkaitan dan terstruktur secara sistematis, artinya dari tahapan yang pertama sampai
tahapan yang kelima dalam pengaplikasiannya harus secara sistematik, tidak bisa
diurutkan secara acak atau kita bisa memilih mana yang menurut kita ingin di dahulukan.
Karena kelima tahap/langkah ini sudah sangat sederhana jika dibandingkan dengan
model desain yang lainnya. Sifatnya yang sederhana dan terstruktur dan sistematis maka
model desain ini akan mudah dipelajari oleh para pendidik.

b. Kekurangan model desain ini adalah dalam tahap analisis memerlukan waktu yang lama.

Dalam tahap analisis ini pendesain atau pendidik diharapkan mampu menganalisis
dua komponen dari siswa terlebih dahulu dengan membagi analisis menjadi dua yaitu
analisis kinerja dan alisis kebutuhan. Dua komponen analisis ini yang nantinya akan
mempengaruhi lamanya proses menganalisis siswa sebelum tahap pembelajaran
dilaksanakan. Dua komponen ini merupakan hal yang penting karena akan
mempengaruhi tahap mendesain pembelajaran yang selanjutnya.

Desain Pembelajaran Model ASSURE

Pendidikan merupakan salah satu penentu dalam meningkatkan sumber daya manusia.
Guru sebagai pendidik sangat berperan penting dalam hal ini. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk mewujudkannya yaitu dengan mengembangkan desain pembelajaran
agar terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien. Desain pembelajaran yang
dikembangkan oleh guru dirancang dengan mengimplementasikan model ASSURE dalam
pelaksanaan proses pembelejaran. Model ASSURE merupakan model pembelajaran
yang dirancang untuk difokuskan agar terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien
khususnya pada kegiatan pembelajaran yang menggunakan media dan teknologi.

Model ASSURE memiliki tahapan- tahapan yang merupakan penjabaran dari


ASSURE Model, adalah sebagai berikut:

1. Analyze Learner (menganalisa peserta didik)


Sebelum sesi pembelajaran dimulai, guru harus mengenal karakter peserta didik
sasaran seperti kemampuan, gaya belajar masing-masing, dan sikap dalam belajar
peserta didik. Berkaitan dengan gaya belajar Gardner (1999) mengidentifikasi tiga jenis
gaya belajar peserta didik yakni visual (penglihatan), auditory (pendengaran), dan
kinestetik (gerakan tubuh). Memahami peserta didik adalah kunci kesuksesan sebuah sesi
pembelajaran. Beberapa pertanyan yang dapat dicari jawabannya oleh guru untuk
mendapatkan data tentang peserta didik antara lain adalah: Apakah prasyarat
pengetahuan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat mengikuti
pembelajaran yang akan dilakukan? dan Apakah para peserta didik memiliki
pengetahuan dasar yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti pembelajaran yang akan
dilakukan?

2. Stating Objectives (menyatakan tujuan)


Penetapan tujuan khusus pembelajaran yang akan dilaksanakan membuat peserta
didik memahami perubahan tingkah laku yang diharapkan guru dari peserta didik.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru ketika dia sedang menyusun tujuan
pembelajaran khusus, yakni: fokus kepada peserta didik bukan guru, menetapkan
tingkah laku yang merefleksikan dunia nyata, dan tujuan khusus yang ditetapkan
oleh guru mendeskripsikan luaran suatu kegiatan pembelajaran. Luaran yang diwujudkan
melalui tujuan khusus tersebut di jabarkan berdasarkan format ABCD. ABCD adalah
akronim dari suatu format dalam menjabarkan tujuan khusus pembelajaran yang
masing-masing hurufnya memiliki kepanjangan sebagai berikut:
 A: Audience (peserta didik). Dalam hal ini peserta didik dibuat oleh guru untuk
mendemonstrasikan perubahan tingkah laku setelah kegiatan pembelajaran selesai.
 B: Behavior (tingkah laku). Yakni suatu kemampuan yang harus ditunjukkan
oleh peserta didik setelah suatu kegiatan pembelajaran selesai.
 C: Condition (kondisi). Dalam kondisi yang bagaimana peserta didik harus
mendemonstrasikan tingkah laku yang ditetapkan dalam rencana pembelajaran dan
 D: Degree (derajat). Yakni level yang diharapkan dimana peserta didik
setidaknya dapat mendemonstrasikan perubahan tingkah laku yang sudah mereka
lakukan.

3. Select methods, media and materials (memilih metode, media dan materi)
Setelah mengetahui dengan jelas siapa orang-orang yang menjadi peserta didik dan
apa saja yang akan mereka dapat setelah mengikuti suatu pembelajaran kemudian seorang
guru harus siap untuk memilih:
1. Metode Pembelajaran yang dirasakan oleh guru akan paling sesuai untuk dipergunakan
meraih tujuan pembelajaran secara maksimal.
2. Media yang dirasakan oleh guru akan sangat membantu peserta didik dapat
mewujudkan tujuan khusus pembelajaran secara maksimal. Adapun media-media yang
dapat dipilih bisa dalam bentuk teks, image (gambaran), video, audio, dan multi media
komputer.
3. Materi pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk mencapai tujuan
khusus pembelajaran. Materi pembelajaran bisa dalam bentuk program software, musik,
compact disk, images seperti proyektor, TV, dan DVD.

4. Utilize Method, Media and Materials (menggunakan metode, media dan materi)
Pada tahapan ini, dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media dan bahan
ajar yang telah dipilih. Terkait dengan ini, guru harus melakukan:
1. Preview terhadap materi yang akan dipergunakan, dalam hal ini jangan pernah
menggunakan sesuatu di kelas dimana guru tidak pernah melakukan pengecekkan secara
keseluruhan.
2. Menyiapkan bahan ajar. Seorang guru harus yakin bahwa dia memiliki sesuatu yang
dibutuhkan dan harus bekerja menyiapkan lingkungan yakni menyiapkan ruangan
kelas, dimana segala kegiatan yang akan dilakukan oleh guru akan berjalan dengan baik.
3. Meyiapkan peserta didik. Tunjukkan kepada peserta didik overview, dan jelaskan
bagaimana mereka dapat menerima informasi yang disampaikan dan digunakan.
Kemudian pikirkan bagaimana hal tersebut dapat di evaluasi.
4. Siapkan pengalaman belajar. Belajar dan mengajar seharusnya merupakan suatu
pengalaman dan bukan suatu siksaan.

5. Require Learner Participation (menuntut prestasi peserta didik)


1. Pada tahapan ini, seorang guru harus menyadari bahwa peserta didik belajar
terbaik ketika mereka secara aktif terlibat di dalam proses belajar.
2. Uraikan bagaimana guru menginginkan siswanya untuk terlibat di dalam kelas.
Contohnya kerja kelompok, presentasi, diskusi dan games.
3. Hindari melakukan ceramah sepanjang sesi. Dengarkan pendapat peserta didik dan
izinkan mereka untuk menjadi tanggap terhadap isi pembelajaran.

6. Evaluate and Revise (mengevaluasi dan merevisi)

Langkah terakhir ini sering diabaikan padahal langkah ini paling penting di antara tahapan-
tahapan yang lainnya. Yang dilakukan pada tahapan ini adalah:

1) Mengevaluasi performa peserta didik.


2) Mengevaluasi keefektifan komponen-komponen media yang dipergunakan dalam
pembelajaran.
3) Mengevaluasi performa guru dalam melakukan pembelajaran.
4) Melakukan revisi terhadap kelemahan-kelemahan yang teridentifikasi.

Kelebihan dan Kekurangan Model ASSURE

Kelebihan :

Model ini memiliki komponen yang lebih banyak daripada model materi ajar seperti strategi
pembelajar dan penyampaian serta rumusan tujuan pembelajaran. Selain itu, pengelompokan
kecil kepada para siswa menjadikan siswa belajar dengan mandiri maupun tim kelompok
untuk menyampaikan materi dan mengelolanya.
Kekurangan :

Tidak semua desain dalam pembelajaran memiliki komponen yang banyak sehingga
pembelajaran ini hanya mengedepankan penyampaian materi dan pengelolaan kelas.
Kekurangan lainnya adalah perlu upaya khusus dalam mengarahkan peserta didik untuk
persiapan kegiatan belajar dan mengajar.

Anda mungkin juga menyukai