Npm: 19110070
Group: B
Resume
Dari pengertian perencanaan dan pembelajaran yang telah diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan pengertian dari perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan
hasil berpikir secara rasional tentang sasaran dan tujuan pembelajaran tertentu, yaitu perubahan
tingkah laku serta rangkaian kegiatan yang harus dilakukan sebagai upaya pencapaian tujuan
tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan
pembelajaran merupakan penjabaran, pengayaan dan pengembangan dari kurikulum. Dalam
membuat perencanaan pembelajaran, tentu saja guru selain mengacu pada tuntutan kurikulum,
juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi serta potensi yang ada di sekolah masing-
masing. Hal ini tentu saja akan berimplikasi pada model atau isi perencanaan pembelajaran yang
dikembangkan oleh setiap guru, disesuaikan dengan kondisi nyata yang dihadapi setiap sekolah.
Perencanaan sebagai program pembelajaran memiliki beberapa pengertian yang memiliki makna
yang sama yaitu suatu proses mengelola, mengatur dan merumuskan unsur-unsur pembelajaran
seperti merumuskan tujuan, materi atau isi, metode pembelajaran dan merumuskan evaluasi
pembelajaran. 3
2.2 Taksonomi Tujuan Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein berarti untuk mengklasifikasi dan nomos yang
berarti aturan. Taksonomi berarti klasifikasi berhirarkhi dari sesuatu atau prinsip yang mendasari
klasifikasi. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian sampai pada kemampuan
berpikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema taksonomi.
Suatu kegiatan pembelajaran dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu hasil belajar berupa
perubahan tingkah-laku mahasiswa. Tanpa adanya tujuan pembelajaran yang jelas, pembelajaran
akan menjadi tanpa arah dan menjadi tidak efektif.
Untuk dapat menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan, pemahaman taksonomi tujuan
atau hasil belajar menjadi sangat penting bagi guru (pendidik). Dengan pemahaman ini guru akan
dapat menentukan dengan lebih jelas dan tegas apakah tujuan pembelajaran lebih bersifat kognitif,
dan mengacu kepada tingkat intelektual tertentu, atau lebih bersifat afektif atau psikomotor.
Tujuan pembelajaran merupakan arah yang hendak dituju dari rangkaian aktivitas yang
dilakukan dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan dalam bentuk perilaku
kompetensi spesifik, aktual, dan terukur sesuai yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai
siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Keuntungan yang dapat diperoleh melalui
penuangan tujuan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut:
Berbicara tentang taksonomi perilaku siswa sebagai tujuan belajar, saat ini para ahli pada
umumnya sepakat untuk menggunakan pemikiran dari sebagai tujuan pembelajaran, yang
dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom (Bloom’s Taxonomy).
Menurut Bloom perilaku individu dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) ranah, yaitu:
2. Kawasan Afektif; ranah yang berkaitan aspek-aspek emosional, seperti perasaan, minat, sikap,
kepatuhan terhadap moral dan sebagainya, di dalamnya mencakup: penerimaan
(receiving/attending), sambutan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian
(organization), dan karakterisasi (characterization)
1. Kawasan Kognitif
Kawasan Konitif adalah kawasan membahas tujuan pembelajaran dengan proses mental yang
berawal dari tingkat pengetahuan ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif
terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:
a. Tingkat pengetahuan (knowledge), diartikan kemampuan seseorang dalam menghafal atau
mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh:
Siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga sembarang.
d. Tingkat analisis (analysis), diartikan kemampuan menjabarkan atau menguraikan suatu konsep
menjadi bagian-bagian yang lebih rinci, memilah-milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya.
Contoh: Mahasiswa dapat menentukan hubungan berbagai variabel penelitian dalam mata kuliah
Metodologi Penelitian.
f. Tingkat evaluasi (evaluation), diartikan kemampuan membuat penilaian judgment tentang nilai
(value) untuk maksud tertentu. Contoh: Mahasiswa dapat memperbaiki program-program
computer yang secara fisik tampak kurang baik dan kurang efisien pada mata kuliah Algoritma
dan pemrograman (Suparman, 2001).
2. Kawasan Afektif
Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interest, apresiasi
atau penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada 5, yaitu:
a. Kemauan menerima, berarti keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan
tertentu seperti keinginan membaca buku, mendengar music, atau bergaul dengan orang yang
mempunyai ras berbeda.
b. Kemauan menanggapi, berarti kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif kegiatan tertentu
seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas,
menyelesaikan tugas dilaboratorium atau menolong orang lain.
c. Berkeyakinan, berarti kemauan menerima sistem nilai tertentu pada individu seperti
menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi atau penghargaan terhadap sesuatu, sikap
ilmiah atau kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial.
d. Penerapan karya, berarti penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda
berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi, seperti menyadari pentingnya keselarasan
antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan,
memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
e. Ketekunan dan ketelitian, berarti individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu
menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dipegangnya, seperti bersikap
objektif terhadap segala hal.
3. Kawasan Psikomotor
Kawasan psikomotor berkaitan dengan ketrampilan atau skill yang bersikap manual atau
motorik. Tingkatan psikomotor ini meliputi:
a. Persepsi, berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Contoh: mengenal
kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang.
b. Kesiapan melakukan suatu kegiatan, berkenaan dengan melakukan sesuatu kegiatan atau set
termasuk di dalamnya metal set atau kesiapan mental, physical set (kesiapan fisik) atau
(emotional set) kesiapan emosi perasaan untuk melakukan suatu tindakan.
c. Mekanisme, berkenaan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasan
sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan kepada suatu kemahiran. Contoh: menulis
halus, menari, menata laboratorium dan menata kelas.
d. Respon terbimbing, berkenaan dengan meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan
yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain, melakukan kegiatan coba-coba (trial and
error).
f. Adaptasi, berkenaan dengan ketrampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga
yang bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu. Contoh: orang yang bermain tenis, pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan
mematahkan permainan lawan.
g. Organisasi, berkenaan dengan penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi
atau masalah tertentu, biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai
ketrampilan tinggi, seperti menciptakan model pakaian, menciptakan tarian, komposisi musik
(Uno, 2008).
1. Kompetensi yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran harus jelas, makin konkrit
kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan- -kegiatan yang harus dilakukan
untuk membentuk kompetensi tersebut.
2. Perencanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi siswa
4. Perencanaaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
Menurut asumsi Jumhana (2006). Prinsip-prinsip yang harus dijadikan dasar dalam merancang
pembelajaran, harus memenuhi unsur:
1) Ilmiah yaitu keseluruhan materi yang dikembangkan atau di rancang oleh guru termasuk
kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus dan rencana pelaksanaan dan pembelajaran, harus
benar dan dapat di pertanggung jawabkan secara keilmuan.
2) Relevan yaitu bahwa setiap materi memiliki ruang lingkup atau cakupan dan sistematikanya
atau urutan penyajianya.
3) Sistematis yaitu unsur perencanaan baik untuk perencanaan jenis silabus maupun perencanaan
untuk rencana pelaksanaan pembelajaran, antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya
harus saling terkait, mempengaruhi, menentukan dan suatu kesatuan yang utuh untuk mencapai
tujuan atau kompetensi.
4) Konsisten yaitu adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar. Indikator, materi
pokok pengalaman belajar, sumber belajar dan sistem penilaian.
5) Memadai yaitu cakupan indikator materi pokok, pengalaman, sumber belajar dan sistem
penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6) Aktual dan kontekstual yaitu cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber
belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi dan seni mutakhir
dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7) Fleksibel yaitu keseluruhan kompenen silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran
harus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
Seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran, saat ini telah terjadi
pergeseran dalam perumusan tujuan pembelajaran. W. James Popham dan Eva L. Baker (2005)
mengemukakan pada masa lampau guru diharuskan menuliskan tujuan pembelajarannya dalam
bentuk bahan yang akan dibahas dalam pelajaran, dengan menguraikan topik-topik atau konsep-
konsep yang akan dibahas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya
penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring dengan pergeseran
teori dan cara pandang dalam pembelajaran, tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan
pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa
dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. Dalam praktik pendidikan di
Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa lebih mengemuka sejalan dengan
munculnya gagasan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Dalam sebuah perencanaan pembelajaran tertulis (written plan/RPP), untuk merumuskan tujuan
pembelajaran tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa kaidah
atau kriteria tertentu. Rumusan tujuan merupakan pernyataan tentang hasil belajar yang
diharapkan dicapai oleh setiap siswa. Lebih tepatnya, kemampuan baru apa yang seharusnya
dikuasai siswa pada akhir pelajaran. Rumusan tujuan bukan merupakan pernyataan tentang apa
yang direncanakan guru untuk dilaksanakan dalam pembelajaran tetapi tentang apa yang
seharusnya siswa peroleh dari suatu pelajaran.
1. Manajemen waktu setiap sesi belajar bisa digunakan dengan maksimal, sehingga pembelajaran
bisa lebih efisien.
2. Fokus materi bisa dipresentasikan secara proporsional, ini menjadikan porsi materi tidak ada
yang dibahas terlalu sedikit atau terlalu banyak.
3. Guru lebih leluasa membuat keputusan berapa saja materi yang akan dipresentasikan.
10
4. Guru bisa lebih mudah dalam memutuskan materi mana saja yang akan disampaikan secara
urut. Ini akan membuat siswa bisa lebih mudah dalam mencerna suatu pelajaran karena peletakan
materi yang sistematis.
5. Guru dapat lebih leluasa dalam membuat strategi pembelajaran yang paling cocok dengan
keadaan setiap kelas bahkan individu.
6. Pendidik bisa lebih leluasa dalam mengatur berbagai kebutuhan alat peraga untuk kepentingan
pembelajaran.
7. Guru dapat menakar kesuksesan dan kemampuan siswa dalam suatu pembelajaran.
8. Guru bisa lebih optimis mengenai tingkat kesuksesan siswa dalam pembelajaran,
dibandingkan dengan pembelajaran tanpa tujuan.
11