Anda di halaman 1dari 15

KOMPONEN-KOMPONEN KURIKULUM

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memilliki peranan strategis dalam mencerdaskan generasi

muda sebagai harapan masa depan bangsa, akan tetapi pendidikan di negara

kita ini sangatlah memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara-negara

lain yang sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat pada bidang

pendidikan. Dalam pendidikan, suatu program yang terencana dan proses

pembelajaran sangatlah diperlukan agar dapat mencapai tujuan yang

diharapkan. Suatu proses, pelaksanaan, sampai penilaian dikenal dengan

istilah kurikulum.

Ditinjau dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yang

mula-mula digunakan dalam bidang olahraga, yaitu kata curir yang berarti

pelari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus ditempuh mulai

dari start sampai dengan finish. Jarak antara start dan finish ini yang disebut

curere yang berarti tempat berpacu. Atas dasar tersebut pengertian kurikulum

diterapkan dalam bidang pendidikan.

Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan

yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman

belajar, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang
untuk mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta

implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata.

Kurikulum memiliki peranan yang sangat penting di dalam dunia

pendidikan karena kurikulum merupakan salah satu komponen pokok dalam

pendidikan itu sendiri, bahkan pendidikan tidak akan mungkin berjalan

dengan baik atau tidak akan mencapai tujuan jika tidak dijalankan sesuai

dengan kurikulum.

Kurikulum memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan

antara satu dengan yang lainnya, yakni tujuan, materi, metode, dan evaluasi.

Komponen-komponen tersebut baik secara sendiri maupun bersama menjadi

dasar utama dalam upaya mengembangkan sistem pembelajaran. Setiap

komponen harus saling berkaitan satu sama lain, apabila salah satu komponen

tidak berkaitan, maka sistem kurikulum pun akan terganggu.

Mengingat pentingnya kurikulum baik dalam pendidikan maupun

kehidupan umat manusia, maka penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan

dan tidak akan bisa mencapai kesempurnaan apabila penyusun kurikulum

tidak memahami komponen-komponen kurikulum. Maka dari itu, didalam

makalah ini penulis mencoba untuk membahas tentang komponen-komponen

kurikulum.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penulisan makalah ini diantaranya adalah:

1. Apa Pengertian kompenen dan Kurikulum?

2. Apa saja komponen-komponen kurikulum?


3. Bagaimana merumuskan deskripsi komponen-komponen kurikulum?

4. Bagaimana hubungan antar komponen?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini diantaranya adalah:

1. Untuk mengetahui pengertian komponen dan kurikulum.

2. Mengetahui komponen-komponen kurikulum

3. Untuk mengetahui deskripsi komponen-komponen kurikulum

4. Untuk mengetahui hubungan antar komponen.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komponen dan Kurikulum

Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak

terpisahkan dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri

mempunyai peranan dalam pembentukan sistem kurikulum. Menurut salah

satu ahli Aminuddin (2008) disebutkan bahwa komponen adalah keseluruhan

makna yang terdiri dari sejumlah elemen, di mana antara elemen yang satu.

Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan,

sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid-murid

di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang

menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai

dengan tujuan-tujuan pendidikan (Dr. Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil).1

Arti kurikulum dapat didasarkan pada tiga teori pula, yaitu:

1. Kurikulum diartikan sebagai rencana pelajaran.

2. Kurikulum diartikan sebagai pengalam belajar siswa dari sekolah.

3. Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar siswa.

B. Komponen-Komponen Kurikulum

1. Komponen Tujuan
1
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang

diharapkan dari pelaksanaan kurikulum. Dalam skala makro, rumusan

tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut

masyarakat. Sedangkan dalam skala mikro, tujuan kurikulum berhubungan

dengan visi dan misi sekolah serta tujuan-tujuan yang lebih sempit.

Menurut Bloom dalam bukunya Taxonomy of Educational Objectives

tahun 1995, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan dapat

digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang), yaitu:

1) Domain Kognitif

Domain kognitf adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan

kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir seperti kemampuan

mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Domain kognitif

terdiri dari enam tingkatan, yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge)

Pengeahuan adalah kemampuan mengingat dan kemampuan

mengungkapkan kembali informasi yang sudah dipelajarinya (recall).

Kemampuan bidang ini dapat berupa:

Pertama pengetahuan tentang sesuatu yang khusus, misalnya

mengetahui tentang terminologi atau istilah-istilah yang dinyatakan

dalam bentuk simbol-simbol terbentuk baik verbal maupun nonverbal.

Pengetahuan mengingat fakta semacam ini sangat bermanfaat untuk

mencapai tujuan yang lebih tinggi.


Kedua pengatahuan tentang cara/prosedur atau cara suatu proses

tertentu. Misalnya kemampuan untuk mengungkapkan suatu gagasan,

mengurutkan langkah-langkah tertentu, dll.

2) Pemahaman (comprehension)

Pemahaman adalah kemampuan untuk memahami suatu objek

atau subjek pembelajaran. Pemahaman lebih tinggi tingkatannya dari

pengetahuan. Pemahaman bukan hanya sekedar mengingat fakta,

tetapi berkenaan dengan kemampuan

menjelaskan,menerangkan,menafsirkan atau kemampuan menangkap

makna atau arti suatu konsep. Pemahaman menafsirkan sesuatu

contohnya menafsirkan grafik,bagan atau gambar. Sedangkan

pemahaman ekstrapolasi yakni kemampuan untuk melihat dibalik

yang tersirat atau tersurat,melanjutkan atau memprediksi sesuatu

berdasarkan pola yang sudah ada.

3) Penerapan (aplication)

Penerapan adalah kemampuan untuk menggunakan

konsep,prinsip,prosedur pada situasi tertentu. Kemampuan

menerapkan merupakan tujuan kognitif yang lebih tinggi tingkatannya

dibandingkan pengetahuan dan pemahaman. Tujuan ini berhubungan

dengan kemampuan mengaplikasikan suatu bahan pelajaran yang

sudah dipelajari seperti teori, rumus-rumus, dalil, hukum, konsep, ide,

dll ke dalam situasi baru yang konkret.

4) Analisis
Analisis adalah kemempuan menguraikan atau memecah suatu

bahan pelajaran ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur serta

hubungan antar bagian bahan itu. Analisis berhubungan dengan

kemampuan nalar. Oleh karena itu biasanya analisis diperutukkan bagi

pencapaian tujuan pembelajaran untuk siswa-siswa tingkat atas.

5) Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk menghimpun bagian-bagian

ke dalam suatu keseluruhan yang bermakna, seperti merumuskan

tema,rencana atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi

yang tersedia. Sintesis merupakan kebalikan dari analisis. Kalau

analisis mampu menguraikan

6) Evaluasi

Evaluasi adalah tujuan yang paling tinggi. Tujuan ini

berkenaan dengan kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu

berdasarkan maksud atau kriteria tertentu. Terkandung pula

kemampuan untuk memberikan suatu keputusan dengan berbagai

pertimbangan dan ukuran-ukuran tertentu.

b. Domain Afektif

Domain afektif berkenaan dengan sikap,nilai-nilai dan apresiasi.

Menurut Krathwohl dan kawan-kawan (1964) dalam bukunya Taxonomy

of Education Objectives: Affective Domain, domain afektif memiliki 3

tingkatan, yaitu:

1) Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang

terhadap gejala,kondisi,keadaan atau suatu masalah. Seseorang

memiliki perhatian yang positif terhadap gejala-gejala tertentu

manakala mereka memiliki kesadaran tentang gelaja,kondisi atau

objek yang ada.

2) Merespons

Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk

berpartisipasi aktif dalam kegiatan tertentu seperti kemauan untuk

menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk membantu orang

lain dll. respons biasanya diawali dengan diam-diam,kemudian

dilakukan dengan sungguh-sungguh.

3) Menghargai

Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi

penilaian atau kepercayaan kepada gejala atau suatu objek tertentu.

4) Mengorganisasi

Hal ini berkenaan dengan pengembangan nilai ke dalam sistem

organisasi tertentu, termasuk hubungan antarnilai dan tingkat prioritas

nilai-nilai itu. Tujuan ini terdiri dari mengonseptualisasi nilai, serta

mengorganisasi suatu sistem nilai.

5) Karakerisasi Nilai

Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem

nilai dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang di


bangunnya itu dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan

pedoman dalam bertindak dan berprilaku.

c. Domain Psikomotor

Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan

kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Berikut terdapat tujuh

tingkatan yang termasuk ke dalam domain ini:

1) Presepsi (preception)

Presepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang

sesuatu yang dipermasalahkan.

2) Kesiapan (set)

Kesiapan berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk

melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan

perilaku-perilaku khusus.

3) Meniru (imitation)

Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan

gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.

4) Membiasakan (habitual)

Membiasakan adalah kemampuan seseorang untuk

mempraktikkan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh.

5) Menyesuaikan (adaptation)

Menyesuaikan atau beradaptasi adalah gerakan atau kemampuan

itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi yang ada.

6) Menciptakan (organization)
Menciptkan atau mengorganisasikan, yakni kemampuan

seseorang untuk berkreasi dan mencipta sendiri suatu karya.

2. Komponen Isi/Materi Pelajaran

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan

pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu

menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau

materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran

yang diberian maupun aktivitas dan kegiatan siswa.

Untuk menentukan isi kurikulum tersebut harus disesuaikan dengan

tingkat dan jenjang pendidikan, perkembangan yang terjadi dalam

masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, disamping juga

tidak terlepas dari kaitannya dengan kondisi peserta didik (psikologi anak)

pada setiap jenjang pendidikan tersebut.

Kriteria pemilihan isi kurikulum dapat mempertimbangkan sebagai

berikut:

1. Sesuai tujuan yang ingin dicapai

2. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

3. Bermanfaat bagi peserta didik, masyarakat, bangsa dan negara baik untuk

masa sekarang maupun masa yang akan datang.

4. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang

dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :


a. Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan kajian

atau topik-topik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa dalam proses

pembelajaran

b. Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran

c. Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

3. Komponen Metode/Strategi

Metode dan strategi merupakan komponen ketiga dalam

pengembangan kurikulum. Komponen ini merupakan komponen yang

memiliki peran yang sangat penting, sebab berhubungan dengan

implementasi kurikulum. Bagaimana bagus dan idealnya tujuan yang harus

dicapai tanpa strategi yang tepat untuk mencapainya, maka maka tujuan itu

tidak mungkin dapat tercapai. Strategi merujuk pada pendekatan dan metode

serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran

Strategi pembelajaran dalam pelakasanaan suatu kurikulum adalah

cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran. Suatu strategi pembelajaran mengandung

pengertian terlaksananya kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam proses

pembelajaran. Mutu proses itu banyak sekali bergantung pada kemampuan

guru dalam menguasai dan mengaplikasikan teori-teori keilmuan pendidikan.

Sedangkan Metode menempati fungsi penting dalam implementasi


kurikulum, karena memuat tugas-tugas yang perlu dikerjakan oleh siswa dan

guru.

3. Komponen Evaluasi

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting dan merupakan

bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kurikulum karena melalui evaluasi,

dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum sehingga dapat dijadikan bahan

pertimbangan apakah suatu kurikulum perlu dipertahankan atau tidak, dan

bagian – bagian mana yang harus disempurnakan.

Evaluasi secara etimologis berasal dari kata “evaluation” yang berarti

“penilaian terhadap sesuatu”. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum

dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan

yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana

dikemukakan oleh Wright bahwa : “curriculum evaluation may be defined as

the estimation of growth and progress of students toward objectives or values

of the curriculum” (Wright, 1966:173).

Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi

yang menjadi fokus evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat

sorotan adalah dimensi kuantitas dan kualitas. Instrumen yang digunakan

untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan dimensi kualitatif.

Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti tes

standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan,

instrumen untuk mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan kuisioner,

inventori, interview dan sebagainya.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa kurikulum sebagai

sistem yang memiliki komponen-komponen yang saling berterkaitan untuk

mencapai suatu tujuan. Setiap komponen-komponen pula memiliki peranannya

agar menciptakan kurikulum yang lebih baik. Kurikulum yang terbentuk dari

komponen-komponen tidak dapat dipisahkan. Komponen-komponen

kurikulum tersebut terdiri dari: komponen tujuan, komponen materi, komponen

metode, dan komponen evaluasi. Pada dasarnya semua komponen sangat

berfungsi, juga bertujuan agar pendidikan menjadi optimal. Hal ini mengacu

pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 3 mengenai tujuan pendidikan

nasional.
B. Saran

Dalam kesempatan ini kami memahami, bahwa kurikulum adalah

sarana untuk mencapai tujuan pendidikan. Maka kami sangat menyarankan

bahwa kurikulum adalah sarana untuk mencapai tujuan pendidikan yang leih

baik lagi. Selain itu, kami juga menyarankan agar kurikulum dapat dipahami

oleh setiap orang terutama yang terkiprah dalam dunia pendidikan.

Daftar Pustaka

Tim MKDK, 2016. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Raja


Grafindo Persoda: hal. 46-60

Zainal Arifin, 2012. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Bloom, B.S. (Ed.). Engelhart, M.D., Furst, E.J., Hill, W.H., Krathwohl,
D.R. (1956). Taxonomy of Educational Objectives, Handbook I:
The Cognitive Domain. New York: David McKay Co Inc.

Anderson, L.W., Krathwohl, D.R., Airasian, P.W., Cruikshank, K.A.,


Mayer, R.E., Pintrich, P.R., Raths, J., Wittrock, M.C. (2001). A
Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: A revision of
Bloom's Taxonomy of Educational Objectives. New York: Pearson,
Allyn & Bacon.

Anda mungkin juga menyukai