Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PENGEMBANGAN KURIKULUM PAI II

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM PENGEMBANGAN

KURIKULUM PAI

DOSEN PENGAMPU: IRWAN, S.pd.I., MA

DISUSUN OLEH KELOMPOK II

GUSMAWATI

RATNA NENGSI

PRODI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-GAZALI BARRU

TAHUN AJARAN 2022 / 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita senantiasa ucapkan kepadan Allah SWT karena dengan

ridho-Nya semata kami dapat menyelesaikan tugas Supervisi pemdidikan. Sebagai

wujud dari pengabdian kami kepada Allah SWT sekaligus bentuk realisasi dari

tanggung jawab dan kewajiban kami mengikuti mata kuliah ini.

Karya Tulis Ilmiah ini berisi materi tentang Pendekatan-Pendekatan

dalam Pengembangan Kurikulum PAI. Pembahasan yang memaparkan tentang

jenis-jenis karangan itu sendiri. Sehingga Karya Tulis Ilmiah dapat digunakan

untuk penyajian diskusi dan untuk keperluan lainnya.

Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para siswa-

siswi sebagai materi dalam belajar atau sebagai bahan bacaan menambah

wawasan yang telah ada, serta sebagai bahan penentuan nilai tugas oleh dosen

mata kuliah Pengembangan Kurikulim PAI II. Selain itu, penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, kepada kedua orangtua, teman-

teman, dan semua pihak yang telah Segala memberikan dukungan dan bantuannya

dalam penyusunan makalah ini.

Barru, 13 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang.................................................................................1

B. Rumusan Masalah............................................................................2

C. Tujuan Penulisan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum PAI.....................................3

B. Pendekatan-Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum PAI......5

BAB III PENUTUP.........................................................................................25

A. Kesimpulan......................................................................................25

B. Saran.................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya membina dan membangun generasi muda yang

tangguh diantaranya adalah melalui pendidikan, baik yang diberikan dalam

lingkungan keluarga, melalui pendidikan formal di sekolah, maupun

pendidikan dalam lingkungan masyarakat. Oleh karena itu sekolah sebagai

lembaga pendidikan formal harus ditentukan oleh adanya pelaksanaan

kurikulum sekolah itu. Keberhasilan sumber daya manusia dalam segi

pendidikan sangat dipengaruhi oleh adanya pemahaman seluruh personal di

sekolah itu dalam melaksanakan kurikulum.

Kurikulum pendidikan yang selalu berubah dan berkembang sesuai

dengan kebutuhan pendidikan yang mana seluruh komponen bangsa ikut

memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu

melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang

digunakan.

Di dalam proses pengendalian mutu pendidikan, kurikulum

merupakan perangkat yang sangat penting karena menjadi dasar untuk

menjamin kompetensi keluaran dari proses pendidikan. Kurikulum harus

selalu diubah secara periodik untuk menyesuaikan dengan dinamika

kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari pendekatan kurikulum?

2. Apa saja pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum PAI?

C. Tujuan Penulisan

1. Apa pengertian dari pendekatan kurikulum?

2. Apa saja pendekatan-pendekatan dalam pengembangan kurikulum PAI?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI

Kurikulum merupakan suatu alat yang dipakai untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan

peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan

nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian,

sesuai dengan jenis dan jenjang masing masing satuan pendidikan. Sejalan

dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional

berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional berdasarkan

Pancasila dan undang Undang Dasar 1945.1

Kurikulum informal terdiri atas kegiatan yang direncanakan, namun

tidak langsung berhubungan dengan kelas atau mata pelajaran tertentu dan

kurikulum itu dipertimbangkan sebagai pelengkap bagi kurikulum formal.

Kurikulum formal mengikuti rencana kurikulum itu sendiri dan rencana

pengajaran yang keduanya ini akan menjadi fokus pembicaraan kita, yaitu

apakah pengembangan kurikulum itu? Pengembangan kurikulum adalah

proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk

menghasilkan kurikulum yang lebih baik.2

1
Depdikbud.Kurikulum 1978.1979. hlm 37
2
Subandijah. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.(Jakarta: Grafindo,1986) hlm.37

3
Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode

yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis

agar memperoleh kurikulum yang lebih baik.3

Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum.

Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk pada titik

tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan

kurikulum.4

Ditinjau dari tipologi-tipologi filsafat pendidikan Islam sebagaimana

uraian sebelumnya, maka tipologi perennial-esensialis salafi dan perennial-

esensialis mazhabi lebih cenderung kepada pendekatan subjek akademis dan

dalam beberapa hal juga pendekatan teknologis. Demikian pula, tipologi

perennial-esensialis kontektual falsitikatif juga cenderung menggunakan

pendekaran subjek akademis dan dalam beberapa hal lebih berorientasi pada

pendekatan teknologis dan pendekatan humanistis. Tipologi modernis lebih

berorientasi pada pendekatan humanistis. Sedangkan tipologi rekonstruksi

sosial lebih berorientasi pada pendekatan rekonstruksi sosial.5

B. Pendekatan-pendekatan dalam Penembangan Kurikulum PAI


3
Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2007) hlm.20
4
Sanjaya, Wina.Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).(Jakarta: Kencana, 2010) hlm.77
5
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah
dan Perguruan Tinggi. ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2010) hlm.139-140

4
1. Pendekatan Berdasarkan Teori Kurikulum

Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat

pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum,

yaitu: pendekatan subjek akademis; pendekatan humanistis; pendekatan

teknologis/kompetensi; dan pendekatan rekontruksi social 6

a. Pendekatan Subjek Akademis

Kurikulum disajikan dalam bagian-bagian ilmu pengetahuan,

mata pelajaran yang di intregasikan. Ciri-ciri ini berhubungan dengan

maksud, metode, organisasi dan evaluasi. Pendekatan subjek akademis

dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan didasarkan pada

sistematisasi disiplin ilmu masing-masing. Para ahli akademis terus

mencoba mengembangkan sebuah kurikulum yang akan melengkapi

peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar

dan metode untuk mengamati, hubungan antara sesama, analisis data,

dan penarikan kesimpulan. Pengembangan kurikulum subjek

akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata

pelajaran/mata kuliah apa yang harus dipelajari peserta didik, yang

diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin ilmu.7

Pendidikan agama Islam di sekolah meliputi aspek

Al-quran/Hadist, keimanan, akhlak, ibadah muamalah, dan tarih

sejarah umat Islam. Di madrasah, aspek-aspek tersebut dijadikan sub-

6
Noeng, Muhadjir, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan Pelaku
Sosial Kreatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2000). Hlm 139
7
Ibid

5
sub mata pelajaran PAI meliputi : Al-quran Hadits, Fiqih, Aqidah

Akhlaq, dan sejarah. Kelemahan pendekatan ini adalah kegagalan

dalam memberikan perhatian kepada yang lainnya, dan melihat

bagaimana isi dan disiplin dapat membawa mereka pada permasalahan

kehidupan modern yang kompleks, yang tidak dapat dijawab oleh

hanya satu ilmu saja.

Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau keperibadian hidup

manusia, dalam arti bagaimna system norma yang mengatur hubungan

manusia dengan Allah SWT (ibadah dalam arti khas) dan hubungan

manusia dengan manusia (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan

keperibadian hidup manusia dalam menjalani kehidupan (politik,

ekonomi, social, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek,

olahraga/kesehatan dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang

kokoh. Sedangkan tarikh (sejarah-kebudayaan) Islam merupakan

perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa kemasa

dalam usaha bersyari’ah, beribadah dan bermuamalah) dan berakhlak

serta dalam mengembangkan system kehidupan yang dilandasi oleh

akidah

Pendekatan subjek akademis dalam menyusun kurikulum PAI

dilakukan dengan berdasarkan sistematis disiplin ilmu misalnya, untuk

aspek keimanan atau mata pelajaran akidah menggunakan

sistematisasi ilmu tauhid, aspek/mata pelajaran Alquran menggunakan

sistematis ilmu Alquran atau ilmu tafsir, akhlak menggunakan

6
sistematis ilmu akhlak, ibadah/syariah/muamalah menggunakan

sistematis ilmu fiqih, dan tarikh/sejarah menggunakan sistematis ilmu

sejarah (kebudayaan) Islam. Masing-masing aspek/mata pelajaran

memiliki karakteristik tersendiri yang dapat membangun disiplin ilmu

lebih lanjut bagi para peserta didik yang memiliki minat dibidangnya.

Namun demikian, dalam pembinaannya harus memperhatikan dalam

aspek/mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya.

b. Pendekatan Humanistis

Pendekatan Humanistis dalam pengembangan kurikulum

bertolak dari ide "memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang

akan memberi peluang manusia untuk menjadi lebih human, untuk

memprtinggi harkat manusia merupakan dasar filosofi, dasar teori,

dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan8

Kurikulum Humanistis dikembangkan oleh para ahli

pendidikan Humanistis. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran

pendidikan pribadi yaitu John Dewey. Aliran ini lebih memberikan

tempat utama kepada siswa. Kurikulum Humanistis ini, guru

diharapkan dapat membangun hubungan emosional yang baik dengan

peserta didiknya. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah

sebagai berikut:

1) Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif.

2) Menghormati individu peserta didik.

3) Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat


8
Ibid

7
Dalam pendekatan Humanistis ini, peserta didik diajar untuk

membedakan hasil berdasarkan maknanya. Kurikulum ini melihat

kegiatan sebagai sebuah manfaat untuk peserta dimasa depan. Sesuai

dengan prinsip yang dianut, kurikulum ini menekankan integritas,

yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang bersifat intelektual tetapi juga

emosional dan tindakan. Beberapa acuan dalam kurikulum ini antara

lain:

1) Integrasi semua domain afeksi peserta didik, yaitu emosi, sikap,

nilai-nilai, dan domain kognisi, yaitu kemampuan dan pengetahuan.

2) Kesadaran dan kepentingan.

3) Respon terhadap ukuran tertentu, seperti kedalaman suatu

keterampilan.

Kurikulum Humanistis memiliki kelemahan, antara lain:

1) Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi

perkembangan individual peserta didik.

2) Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu tapi

kenyataannya terdapat keseragaman peserta didik.

3) Kurikulum ini kurang memperhatikan kebutuhan masyarakat secara

keseluruhan.

4) Dalam kurikulum ini prisip-prinsip psikologis yang ada kurang

terhubungkan.

c. Pendekatan Teknologis

8
Pendekatan teknologi dalam menyusun kurikulum agama islam

bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk

melaksanakan tugas-tugas tertentu. Materi yang diajarkan, kriteria

evaluasi sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan

analisis tugas (job analysis) tersebut. Kurikulum berbasis kompetensi

yang sedang digalakkan disekolah/ madrasah termasuk dalam kategori

pendekatan teknologis

Dalam pengembangan kurikulum PAI, pendekatan tersebut

hanya bisa digunakan untuk pembelajaran PAI yang menekankan pada

know how cara menjalankan tugas-tugas tertentu. Misalnya cara

menjalankan shalat, haji, puasa, zakat, mengkafani mayat, shalat

jenazah dan seterusnya. Pembelajaran dikatakan menggunakan

pendekatan teknologis, bilamana ia menggunakan pendekatan sistem

dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola,

melaksanakan dan menilainya, Di samping itu, pendekatan teknologis

ingin mengejar kemanfaatan tertentu, sehingga proses dan rencana

produknya (hasilnya) diprogram sedemikian rupa, agar pencapaian

hasil pembelajaranya (tujuan) dapat dievaluasi dan diukur dengan

jelas dan terkontrol. Dari rencana proses pembelajaran sampai

mencapai hasil tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif

dan efisien.

Pendekatan teknologis ini sudah barang tentu memiliki

keterbatasan-keterbatasan, antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang

9
bisa dirancang sebelumnya, baik yang menyangkut proses

pembelajaran maupun produknya. Karena adanya keterbatasan

tersebut, maka dalam pembelajaran pendidikan agama islam tidak

selamanya dapat menggunakan pendekatan teknol ogis. Jika dalam

sebuah pembelajaran PAI menyangkut perencanaan dan proses bisa

dengan pendekatan teknologis akan tetapi ketika harus mengevaluasi

tentang keimanan peserta didik atas materi rukun iman misalnya,

maka pendekatan teknologis tidak bisa digunakan, karena evaluasi ini

sulit untuk diukur.

Berikut contoh pendekatan teknologis dalam pengembangan

kurikulum PAI. Sebagaiman tertuang dalam kurikulum Standar

kompetensi:

1) Mampu mempraktikkan wudlu dan mengenal shalat fardhu.

2) Kompetensi dasar: Melaksanakan wudlu.

3) Hasil belajar:

a) Mampu menjelaskan tatacara wudlu

b) Mampu menghafal niat wudlu.

c) Mampu menyebutkan sunah-sunah wudlu.

d) Mampu mempraktikan wudlu

d. Pendekatan Rekrontruksi Sosial

Kurikulum ini sangat memperhatikan hubungan kurikulum

dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi.

Kurikulum ini bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada

10
berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Permasalahan yang

muncul tidak harus pengetahuan sosial saja, tetapi di setiap disiplin

ilmu termasuk ekonomi, kimia, matematika dan lain-lain. Kurikulum

ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka

pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama. Melalui

interaksi ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang

dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyrakat yang

lebih baik.

Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial

antara lain melibatkan:

1) Survey kritis terhadap suatu masyarakat.

2) Studi yang melihat hubungan antara ekonomi lokal dengan

ekonomi nasional atau internasional.

3) Study pengaruh sejarah dan kecenderungan situasi ekonomi lokal.

4) Uji coba kaitan praktek politik dengan perekonomian.

5) Berbagai pertimbangan perubahan politik.

6) Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya.9

Pembelajaran yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi

sosial harus memenuhi 3 kriteria berikut, yaitu: nyata, membutuhkan

tindakan dan harus mengajarkan nilai. Evaluasi dalam kurikulum

rekontruksi sosial mencakup spektrum luas, yaitu kemampuan peserta

didik dalam menyampaikan permasalahan, kemungkinan pemecahan

9
Ibid

11
masalah, pendefinisian kembali pandangan mereka dan kemauan

mengambil tindakan.10

2. Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Cakupan Pengembangannya

Para Pengembang telah menemukan beberapa pendekatan dalam

pengembangan kurikulum. Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan

yang dikembangkan para pengembang. Dr. Abdullah Idi, M.Ed dalam

bukunya Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, menambahkan 3

(tiga) pendekatan pengembangan kurikulum, yaitu :

a. Pendekatan Berorientasi pada Tujuan

Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penempatan tujuan

yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan adalah pemberi

arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Kelebihan pendekatan pengembangan kurikulum yang

berorientasi pada tujuan adalah:

1) Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusun kurikulum.

2) Tujuan yang jelas akan memberikan arah yang jelas pula dalam

menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan.

3) Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam

mengadakan penilaian terhadap hasil yang dicapai.

10
Subandijah., Pengembangan dan Inovasi Kurikulum.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1993) hlm.28

12
4) Hasil penelitian yang terarah itu akan membantu penyusun

kurikulum di dalam mengadakan perbaikan-perbaikan yang

diperlukan.11

b. Pendekatan dengan Pola Organisasi Bahan

Pendekatan ini dapat dilihat dari pola pendekatan:

1) Pendekatan pola Subject Matter Curriculum

Pendekatan ini penekanannya pada berbagai matapelajaran

secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumi, biologi,

matematika dan sebagainya. Matapelajaran ini tidak berhubungan

satu sama lain).

2) Pendekatan pola Correlated Curriculum

Pendekatan ini adalah pendekatan dengan pola

mengelompokkan beberapa matapelajaran (bahan) yang sering dan

bisa secara dekat berhubungan. Misalnya, bidang studi IPA, IPS

dan sebagainya.

Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek (segi),

yaitu:

a) Pendekatan Struktur: Contoh: IPS, terdiri atas Sejarah,

Ekonomi, Sosiologi.

b) Pendekatan Fungsional: Pendekatan ini berdasarkan pada

masalah yang berarti dalam kehidupan sehari-hari.

11
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2007), hlm.200-201

13
c) Pendekatan tempat atau daerah: Atas dasar pembicaraan suatu

tempat tertentu sebagai pokok pembicaraan.

3) Pendekatan pola Integrated Curriculum

Pendekatan ini berdasarkan kepada keseluruhan hal yang

mempunyai arti tertentu, Misalnya: pohon; sebatang pohon ini

bukan merupakan sejumlah bagian-bagian pohon yang terkumpul,

akan tetapi merupakan sesuatu yang memiliki arti tertentu yang

utuh, yaitu pohon.

c. Pendekatan Akuntabilitas (Accountability)

Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan

tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini

menjadi hal yang penting dalam dunia pendidikan. Akuntabilitas yang

sistematis pertama kali diperkenalkan Frederick Tylor dalam bidang

industri pada permulaan abad ini. Pendekatannya yang dikenal sebagai

scientific management atau manajemen ilmiah, menetapkan tugas-

tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.

Tiap pekerja bertanggung jawab atas penyelesaian tugas itu.12

Dilihat dari cakupan Pengembangannya Menurut Prof. Dr. H.

Wina Sanjaya, M.Pd., ada dua pendekatan yang bisa diterapkan dalam

pengembangan kurikulum, yaitu :

1) Pendekatan Top Down

Dikatakan pendekatan top down atau pendekatan

administratif, yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas


12
Nasution.Pengembangan Kurikulum.(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993) hlm.50

14
ke bawah. Oleh karena dimulai dari atas itulah, pendekatan ini juga

dinamakan line staff mode. Dilihat dari cakupan

pengembangannya, pendekatan top down bisa dilakukan baik

untuk menyusun kurikulum yang benar-benar baru (curriculum

construction) ataupun untuk penyempurnaan kurikulum yang sudah

ada (curriculum improvement). Prosedur kerja atau proses

pengembangan kurikulum model ini dilakukan kira-kira sebagai

berikut:

a) Langkah pertama, dimulai dengan pembentukan tim pengarah

oleh pejabat pendidikan.

b) Langkah kedua, adalah menyusun tim atau kelompok kerja

untuk menjabarkan kebujakan atau rumusan-rumusan yang

telah disusun oleh tim pengarah.

c) Langkah Ketiga, apabila kurikulum sudah selesai disusun oleh

tim atau kelompok kerja, selanjutnya hasilnya diserahkan

kepada tim perumus untuk dikaji dan diberi catatan-catatan

atau direvisi.

d) Langkah Keempat, para administrator selanjutnya

memerintahkan kepada setiap sekolah untuk

mengimplementasikan kurikulum yang telah tersusun itu.13

2) Pendekatan Grass Roots

13
Sanjaya, Wina.Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).(Jakarta: Kencana, 2010) hlm.78-81

15
Dalam model grass roots atau pengembangan kurikulum

yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebartluaskan pada

tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat sering

dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Oleh

karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak

digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum

improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga

digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum

construction).

Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang

dapat dilakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots

ini.

a) Menyadari adanya masalah. Berawal dari keresahan guru

tentang kurikulum yang berlaku.

b) Mengadakan refleksi. Refleksi dilakukan dengan mengkaji

literature yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal

hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang kita hadapi

atau mengkaji sumber informasi lain.

c) Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Guru

memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan

cara penanggulangannya.

d) Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat

dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan.

16
e) Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya

secara terus-menerus hingga terpecahkan masalah yang

dihadapi. Dalam pelaksanaannya kita bisa berkolaborasi atau

meminta pendapat teman sejawat.

f) Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan

pengembangan melalui grass roots.

Langkah ini sangat penting untuk dilakukan sebagai bahan

publikasi dan diseminasi, sehingga memungkinkan dapat

dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada gilirannya

hasil pengembangan dapat tersebar.

3. Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Aspek Perencanaan

Dilihat dari aspek perencanaannya, menurut Zainal Arifin ada

beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan

kurikulum. Menurut penulis, pendekatan yang dikemukakan oleh Zainal

Arifin sudah merangkum pendapat para ahli lainnya, yaitu:

a. Pendekatan Kompetensi (Competency Approach)

Kompetensi adalah jalinan terpadu yang unik antara

pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan

dalam pola berpikir dan pola bertindak. Pendekatan kompetensi

menitikberatkan pada semua ranah, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor. Ciri-ciri pendekatan kompetensi adalah berpikir teratur

dan sistematik, sasaran penilaian lebiih difokuskan pada tingkat

17
penguasaan, dan kemampuan memperbarui diri (regenerative

capability)

Prosedur menggunakan pendekatan ini adalah (a) menetapkan

standar kompetensi lulusan yang harus dikuasai oleh para lulusan pada

setiap jenis dan jenjang pendidikan, (b) memerinci perangkat

kompetensi yang harap dimiliki oleh para lulusan, (c) menetapkan

bentuk dan kuantitas pengalaman belajar melalui bidang studi atau

suatu pelajaran (jika perlu menciptakan mata pelajaran baru) dan

kegiatan-kegiatan pendukung lainnya yang relevan, (d)

mengembangkan silabus, (e) mengembangkan skenario pembelajaran,

(f) mengembangkan perangkat lunak pembelajaran, dan (g)

mengembangkan sistem penilaian.

Bukti penguasaan kompetensi tidak cukup dengan kemampuan

lisan saja, melainkan harus diperagakan dalam bentuk pelaksanaan

perbuatan yang nyata dan konkret. Dalam penilaian penguasaan

kompetensi, ada tiga hal penting yang harus diperhatikan guru, yaitu

sebagai berikut.

Pertama, sasaran penilaian tidak hanya terfokus pada

kemampuan tertulis dan lisan saja, tetapi juga tingkat untuk

kerjapelaksanaan tugas yang telah ditetapkan. Kedua, kriteria

penilaian adalah persyaratan minimal pelaksanaan tugas-tugas. kriteria

ini dijabarkan langsung dari hakikat dan tuntutan tugas yang dapat

dikerjakan peserta didik, bukan dari prestasi rata-rata kelompok atau

18
dari patokan mutlak yang tidak jelas rujukannya. Ketiga, sasaran

utama adalah penguasaan kemampuan dan bukan pada cara atau

waktu pencapaiannya.

Pada pengembangan kurikulum harus memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk menilai penguasaan kemampuannya atas

bahan yang dapat disajikan bahkan sebelum bahan tersebut

dikerjakan. Ciri pendekatan kompetensi yang tidak kalah pentingnya

adalah penjaringan dan pengolahan informasi balikan secara teratur

untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan sehingga

kurikulum memiliki mekanisme untuk memperbaiki diri baik tingkat

lembaga maupun tingkat nasional.

Dalam pembentukan kompetensi perlu diusahakan untuk

melibatkan peserta didik seoptimal mungkin, dengan memberikan

kesempatan dan mengikutsertakan mereka untuk turut ambil bagian

dalam proses pembelajaran.14

b. Pendekatan Sistem (System Approach)

Sistem adalah totalitas atau keseluruhan komponen yang saling

berfungsi, berinteraksi, berinterelasi dan interdependensi untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komponen sistem ada yang

sederhana sehingga dapat ditetapkan terlebih dahulu, tetapi ada juga

yang kompleks sehingga belum dapat ditetapkan.

14
E mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta : PT Bumi
aksara), 2009, hlm 185

19
Pendekatan sistem digunakan juga sebagai suatu sistem

berfikir, bahkan sistem pendekatan ini dikembangkan dalam upaya

pembaharuan pendidikan.15 Inti pendekatan sistem yang berupa proses

adalah merumuskan masalah, mengidentifikasi strategi pemecahan

masalah, dan evaluasi. Misalnya, model Instructional Development

Institute (IDI) yang dikembangkan oleh University Consortium on

Instructional Development and Technology (UCIDT) memiliki

langkah-langkah sebagai berikut.16

1) Merumuskan masalah, yang meliputi:

a) Menentukan masalah: analisis kebutuhan, menentukan

prioritas, merumuskan masalah

b) Menganalisis latar; ciri-ciri peserta didik, kondisi (hambatan),

sumber-sumber

c) Mengatur pengelolaan: analisis tugas, tanggung jawab, dan

penjadwalan.

2) Mengidentifikasi strategi pemecahan masalah, yang meliputi:

a) Menentukan tujuan pembelajaran: tujuan akhir dan tujuan

antara;

b) Menentukan strategi: pendekatan, metode, media, dan sumber

belajar;

15
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007) hlm 38
16
Arifin Zainal, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya), 2011, hal 118-119

20
c) Membuat prototype: bahan-bahan, pembelajaran, dan bahan-

bahan evaluasi.

3) Melaksanakan evaluasi, yang meliputi:

a) Uji coba prototype: melakukan uji coba, mengumpulkan data

dan evaluasi

b) Analisis hasil uji coba: tujuan pembelajaran, metode, dan

teknik evaluasi.

c) Penyempurnaan langkah-langkah terdahulu: review,

menetapkan, melaksanakan.

c. Pendekatan Klarifikasi Nilai (Value Clarificatioa Approach)

Klarifikasi nilai adalah langkah pengambilan keputusan

tentang prioritas atas keyakinan sendiri berdasarkan pertimbangan

yang rasional, logis, sesuai dengan perasaannya dan perasaan orang

lain serta aturan yang berlaku.

Ciri-ciri pengembangan kurikulum berdasarkan pendekatan

klarifikasi nilai, antara lain:

1) peran guru kurang dominan dalam pembelajaran,

2) guru sedikit memberikan informasi dan lebih banyak

mendengarkan penjelasan dari peserta didik,

3) guru lebih sering menggunakan metode tanya jawab

4) tidak banyak kritik dan destruktif

5) kurang menekankan faktor kegagalan dan lebih menerima

kesalahan-kesalahan

21
6) menanggapi dan menghayati pekerjaan peserta didik,

7) merumuskan tujuan dengan jelas, sehingga struktur kegiatan

dapat dipahami oleh peserta didik

8) dalam batas tertentu peserta didik diberi kebebasan untuk bekerja

dan bertanggung jawab

9) peserta didik bebas mengungkapkan apa yang mereka rasakan

10) adanya keseimbangan antara tugas kelompok dengan tugas

perseorangan

11) belajar bersifat individual

12) evaluasi bukan berfokus pada prestasi akademik, tetapi juga

proses pertukaran pengalaman,

13) peserta didik menemukan sistem nilainya sendiri.

Secara umum, tujuan klarifikasi nilai adalah untuk

1) mengembangkan hubungan pribadi di antara peserta didik secara

lebih baik yang mungkin di antara mereka terjadi konflik nilai

atau untuk mengambil keputusan pada masa mendatang, dan

2) melengkapi kebutuhan peserta didik, baik kebutuhan jasmani

maupun kebutuhan rohani.

Secara khusus, tujuan dan kegunaan pendekatan klarifikasi

nilai adalah:

1) mengukur dan mengetahui tingkat kesadaran peserta didik tentang

suatu nilai

22
2) menyadarkan peserta didik tentang nilai-nilai yang dimiliki, baik

tingkat maupun sifat. Jika nilai yang dimiliki peserta didik

sifatnya negative, maka tugas guru adalah meluruskan atau

mengarahkannya menjadi sifat yang positif

3) menanamkan nilai kepada peserta didik melalui contoh nyata atau

keteladanan dan cara-cara yang rasional, yang dapat diterima

peserta didik sebagai milik pribadinya

4) melatih dan membina peserta didik tentang bagaim ana cara

menilai, menerima, dan mengambil keputusan terhadap suatu

nilai umum.17

d. Pendekatan yang Berpusat pada Masalah (Problem-Centered

Approach)

Pengembangan kurikulum dengan pendekatan ini dilakukan

dengan cara mengidentifikasi berbagai masalah kurikulum secara

khusus. Para guru diminta berbagai informasi tentang masalah-

masalah, keinginan atau harapan, dan kesulitan-kesulitan yang mereka

hadapi dalam mata pelajaran, seperti perbaikan cara penampilan,

penggunaan multimetode dan media dalam pembelajaran, serta sistem

penilaian. Untuk memperlajari masalah dan keinginan dari guru

tersebut, pengembang kurikulum perlu melakukan penelitian yang

tidak bersifat evaluatif melainkan bersifat stimulatif dan mendorong

guru untuk memberikan informasi yang objektif semata-mata demi

kepentingan pengembangan kurikulum yang lebih baik. Melalui


17
ibid hlm 120

23
pendekatan ini, guru merasa sangat dihargai karena pendapat atau

saran mereka didengar bahkan dijadikan pertimbangan dalam

pengembangan kurikulum. Pengembang kurikulum harus duduk

bersama guru untuk membahas silabus yang berlaku dan mencari

alternatif pemecahannya.

e. Pendekatan Terpadu

Pendekatan ini bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau satu

kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Keseluruhan bukanlah

penjumlahan dari bagian-bagian, melinkan suatu totalitas yang berada

dan berfungsi dalam suatu struktur tertentu. Dalam organisasi

kurikulum dikenal dengan kurikulum terpadu dengan sistem

penyampaian melalui pembelajaran unit.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

A. Pendekatan Pengembangan Kurikulum PAI

24
Kurikulum merupakan suatu alat yang dipakai untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta

didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan

nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian,

sesuai dengan jenis dan jenjang masing masing satuan pendidikan. Sejalan

dengan ketentuan tersebut, perlu ditambahkan bahwa pendidikan nasional

berakar pada kebudayaan nasional dan pendidikan nasional berdasarkan

Pancasila dan undang Undang Dasar 1945.

B. Pendekatan-pendekatan dalam Penembangan Kurikulum PAI

1. Pendekatan Berdasarkan Teori Kurikulum

Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat empat

pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum,

yaitu: pendekatan subjek akademis; pendekatan humanistis; pendekatan

teknologis/kompetensi; dan pendekatan rekontruksi sosial.[6]

2. Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Cakupan Pengembangannya

Para Pengembang telah menemukan beberapa pendekatan dalam

pengembangan kurikulum. Berikut ini adalah pendekatan-pendekatan

yang dikembangkan para pengembang.

3. Pendekatan Kurikulum Berdasarkan Aspek Perencanaan

Dilihat dari aspek perencanaannya, menurut Zainal Arifin ada

beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengembangan

kurikulum. Menurut penulis, pendekatan yang dikemukakan oleh Zainal

Arifin

25
Saran

Melalui pembahasan yang telah disampaikan diatas maka diharapkan para

pendidik lebih meningkatkan profesionalisme didalam pendidikan yaitu dengan

menerapkan kode etik dan etos keguruan yang ada di Indonesia sehingga

pendidikan yang ada di Indonesia dapat meningkatakn kualitasnya sehingga

mampu menghasilkan para penerus bangsa yang berkualitas, cerdas, kretif,

inovatif, memiliki akhlak yang baik dan berbudi luhur sehingga dapat bersaing

pada era revolusi industri 4.0. Dan para kaum muda dapat menghadapi tantangan

yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal, 2011, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT


Remaja Rosdakarya.

Depdikbud.Kurikulum 1978.1979.

26
E mulyasa, 2009, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta,
PT Bumi aksara

Hamalik oemar, 2007, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, Remaja


Rosdakarya.

Idi, Abdullah, 2007 Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Jogjakarta, Ar-
Ruzz Media.

Muhaimin, 2010, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah,


Madrasah dan Perguruan Tinggi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada.

Nasution. 1993, Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti.

Noeng, Muhadjir, 2000, Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial: Teori Pendidikan
Pelaku Sosial Kreatif, Yogyakarta, Rake Sarasin.

Sanjaya, Wina, 2010, Kurikulum dan Pembelajaran (Teori dan Praktik


Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), Jakarta, Kencana.

Subandijah, 1986, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, Jakarta, Grafindo.

27

Anda mungkin juga menyukai