Anda di halaman 1dari 16

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DALAM

TINJAUAN REKONTRUKSI SOSIAL

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah
Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu:
Dr. Tri Prasetyo Utomo, M.Pd.I

Oleh: Putri Savira Ayu

INSTITUT AGAMA ISLAM TRIBAKTI KEDIRI


PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik,
hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pendekatan Pengembangan Kurikulum Dalam Tinjauans Rekontruksi Sosial”
dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini saya tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami ingin
menyampaikan terimakasih kepada Dr. Tri Prasetyo Utomo, M.Pd.I. Selaku dosen
pembimbing mata kuliah Pengembangan Kurikulum dan semua pihak yang telah
membantu selesainya penyusunan makalah ini.
Saya sadar bahwa sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan dan
kehkilafan. Oleh karena itu saya selaku penyusun makalah ini mohon maaf apabila
dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan, selanjutnya kritik dan
saran dari para pembaca sangat saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para
pembaca yang budiman pada umumnya.

i
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3
A. Pengertian Pengembagan Kurikulum................................................... 3
B. Pendekatan Pengembagan Kurikulum.................................................. 4
C. Pengertian Rekontruksi Sosial.............................................................. 8
D. Tokoh-Tokoh Pemikiran Pengembangan Kurikulum dalam Tinjauan
Rekonstruksi Sosial..............................................................................
9
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 12
A. Kesimpulan........................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, kurikulum mempunyai peranan yang penting karena
merupakan operasionalisasi tujuan yang hendak dicapai, bahkan tujuan tidak akan
tercapai tanpa melibatkan kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu
komponen pokok dalam pendidikan. Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah
dokumen perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan
pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat
dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk
nyata.
Dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan
pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli
bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha atau unsur-unsur masyarakat
lainya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para
pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai
tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.
Untuk memperkuat karakter peserta didik pada dasarnya pembangunan
karakter merupakan salah satu tujuan bangsa yang senantiasa harus diwujudkan untuk
mewujudkan pendidikan yang terarah dan berkelanjutan. Hal tersebut dapat dibenahi
melalui karakter sebagai sebuah implementasi dari penerapan pengembangan
kurikulum dengan model rekontruksi sosial.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Apa Pengertian Pengembagan Kurikulum?
2. Bagaimana Pendekatan Pengembagan Kurikulum?

1
3. Apa Pengertian Rekontruksi Sosial?
4. Siapa Tokoh-Tokoh Pemikiran Pengembangan Kurikulum dalam Tinjauan
Rekonstruksi Sosial?

C. Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Pengembagan Kurikulum
2. Untuk mengetahui Pendekatan Pengembagan Kurikulum
3. Untuk mengetahui Pengertian Rekontruksi Sosial
4. Untuk Mengetahui Tokoh-Tokoh dalam Pemikiran Pengembangan Kurikulum
Rekontruksi Sosial

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum


Kurikulum pada dasarnya bersifat dinamis, hal ini disebabkan karena pada
rentang waktu terjadi perubahan kebutuhan dan perkembangan pada tataran
masyarakat (sosial, budaya, ekonomi, politik, logika gelobal, dan lain sebagainya).
Oleh karenanya dilakukanlah pengembangan kurikulum, pengembangan kurikulum
diartikan sebagai sebuah usaha menemukan pengaturan dan rencana tentang tujuan,
isi, dan bahan pelajaran yang digunakan sebagai pedoman pelaksanan pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan.
Pengambangan kurikulum menurut Dakir merupakan peroses menuntun
kurikulum yang berlaku kearah tujuan pendidikan yang diinginkan karena adanya
pengaruh positif yang terjadi dari luar atau dari dalam sendiri, dengan harapan
terdidik dapat menghadapi perubahan (masa depan) dengan baik. 1 Jadi dapat
disimpulkan bahawa pengambangan kurikulum merupakan peroses penyesuaian
dalam kegiatan pendidikan yang akan diberikan kepada terdidik dengan
memperhatikan kebutuhan, perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat
secara dinamis.
Pengembangan kurikulum suatu perencanaan belajar yang ditujukan untuk
membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai
perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan
kurikulum adalah suatu proses siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya.
Sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses yang bertumpu pada
unsur-unsur dalam kurikulum, yang di dalamnya meliputi tujuan metode dan
material, penilaian dan balikan (feedback).2
Tujuan menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan
pembelajaran, baik berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara
1
Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 91
2
Musa’adatul Fithriyah, “Pendekatan-Pendekatan Dalam Mengembangkan Kurikulum
Pendidikan Dasar”, Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 1, No. 2, (2017), h. 202

3
keseluruhan. Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material
sekolah guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Penilaian, berhubungan dengan sejauh
mana keberhasilan kegiatan yang telah dikembangkan tujuan baru. Sedangkan
balikan (feedback), merupakan semua pengalaman yang telah diperoleh dan pada
gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah pengembangan. Pengembangan kurikulum
sendiri adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan
mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada guna memperoleh
hasil yang lebih baik lagi. Dari kurikulum 1994, suplemen 1999, KBK dan KTSP.
Dan kurikulum yang sekarang kita pakai adalah kurikulum KTSP (Kurikulum
Tingkatan Satuan Pendidikan) dalam KTSP, pengembangan kurikulum dilakukan
oleh Guru, Kepala Sekolah serta Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan. 3

B. Pendekatan Pengembangan Kurikulum


Pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang
tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar
memperoleh kurikulum yang lebih baik. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah pendekatan
merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk
pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan
kurikulum.
Langkah selanjutnya yang perlu diperhatikan ialah teknik pendekatan
kurikulum yang serasi setelah mempertimbangkan keempat determinan ialah asas
filosofis, sosiologis, psikologis dan hakekat ilmu pengetahuan yang merupakan
pegangan umum.4 Namun masih perlu lagi pegangan yang lebih rinci, yakni memilih
pendekatan kurikulum yang serasi untuk mendesain kurikulum dengan
mempertimbangkan keempat determinan itu, serta berdasarkan pendekatan yang
disiplin, menentukan mata pelajaran atau mata kuliah yang akan disajikan, beserta
3
Musa’adatul Fithriyah, h. 202
4
H. Fachruddin, Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta:
Global Pustaka Utama, 2006), hal. 94.

4
bidang dan rangkaiannya yang dianggap dapat mencapai tujuan lembaga pendidikan
itu.5
Dalam mengembangkan teori kurikulum terdapat empat bentuk pendekatan
yang bisa digunakan dalam proses pengembangan kurikulum, diantaranya adalah:
Pendekatan Subyek Akademis, Humanistis, Tekhnologis dan Rekonstruksi Sosial.
Berikut penjelasannya:
1. Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subjek akademis merupakan bentuk atau model tertua diantara
model lainnya. Kurikulum ini bersumber dari aliran klasikyang berorientasi pada
peristiwa di masa lampau. Pendekatan ini lebih mengutamakan bahan dan proses
dalam disiplin ilmu tertentu, karena setiap dari ilmu pengetahuan memiliki
sistemisasi tersendiri, sehingga terdapat perbedaan dengan sistemisasi ilmu
lainnya.6
Pengembangan kurikulum subjek akademis dilakukan dengan cara
menentukan mata pelajaran apa yang harus didahulukan untuk dipelajari peserta
didik yang dibutuhkan dalam proses persiapan pengembangan disiplin ilmu.
Kurikulum model subjek akademis ini lebih mengutamakan isi. Isi kurikulum
merupakan kumpulan dari berbagai bahan atau rencana pembelajaran.Tingkat
pencapaian penguasaan materi yang diperoleh peserta didik merupakan ukuran
utama dalam menilai tingkat keberhasilan belajarnya.Oleh sebab itu, penguasaan
materi yang sebanyak-banyaknya merupakan suatu hal yang di proritaskan dalam
proses kegiatan belajar mengajar di sekolah yang diterapkan guru dalam
menggunakan kurikulum model ini.
2. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik dikembangkan oleh para pakar pendidikan
humanisme.Kurikulum ini berdasarkan pada konsep aliran pribadi (personalized
education), yaitu Jhon Dewey (Progressive Education) dan J.J. Roassean

5
Nurul Huda, “Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum”, Qudwatuna: Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. II No.2, (September, 2019)
6
Sukiman, Pengembangan Kurikulum : Teori Dan Praktik Pada Perguruan Tinggi
(Yogyakarta: Teras, 2009). h. 20

5
(Romantic Education).Aliran ini memberikan tempat yang utama kepada siswa.
Mereka bertolak dari asumsi bahwa seorang anak atau peserta didik merupakan
yang pertama dan utama. Ia adalah subyek yang menjadi pusat kegiatan
pendidikan. Aliran ini mempunyai keyakinan bahwa setiap anak mempunyai
potensi, kemampuan dan kekuatan untuk bisa berkembang. Guru di harapkan
untuk bisa membangun hubungan emosional yang baik dan komunikatif dengan
peserta didiknya.7
Dalam proses penerapannya di kelas, kurikulum model humanistik menuntut
seorang guru agar mempunyai hubungan emosional yang baik dengan peserta
didiknya. Maka dari itu untuk dapat memperlancar proses pembelajaran, tentunya
seorang guru harus dapat memberikan layanan yang optimal kepada siswa
sehingga akan merasa nyaman dengan belajarnya. Guru tidak perlu memaksakan
segala sesuatu yang dapat membuat siswa merasa tidak nyaman dalam belajar,
karena dengan rasa aman dan nyaman inilah peserta didik akan merasa lebih
mudah menjalani proses pengembangan dirinya
3. Pendekatan Tekhnologis
Pendekatan tekhologis dalam penyusunan kurikulum atau program
pendidikan, bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan berbagai tugas atau pekerjaan tertentu. Materi yang akan diajarkan,
strategi pembelajaran serta kriteria evaluasi ditetapkan sesuai dengan analisis tugas
(job description). Rencana dan proses pembelajaran dirancang dengan sedemikian
rupa, sehingga hasilnya dapat dievaluasi dan diukur dengan mudah, jelas dan
terkontrol. Dalam menyusun kurikulum, seharusnya tidak semua materi pelajaran
dapat menggunakan pendekatan teknologis, karena sifat atau karakter dari setiap
materi pelajaran itu berbeda.8
Kurikulum perspektif teknologis lebih menekankan terhadap efektivitas
program, metode dan materi dalam mencapai suatu tujuan dan keberhasilan.
Aplikasi teknologi merupakan sebuah rencana penggunaan berbagai macam alat
7
Suprihatin, “Pendekatan Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum”, POTENSIA:
Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3, No.1, (2017), 82–104.
8
Muhamad Ghazali Abdah, h. 37

6
dan media, serta tahapan berbasis intruksi. Sebagai teori, teknologi dapat
digunakan dalam pengembangan serta evaluasi materi kurikulum dan intruksional.
Dalam pengertian teknologi sistem, model kurikulum yang akan dikembangkan
harus lebih ditekankan terhadap upaya penyusunan program pengajaran atau
rencana pembelajaran yang dipadukan dengan berbagai alat dan media
pembelajaran yang mengikuti perkembangan zaman dalam kaitannya dengan
teknologi. Sedangkan dalam pengertian teknologi alat, model pengembangan
kurikulumnya berisi tentang sekumpulan rencana pembelajaran yang dilengkapi
dengan menggunakan alat-alat teknologi untuk dapat menunjang efisiensi dan
efektivitas pendidikan yang salah satu diantaranya merupakan pembelajaran yang
menggunakan media teknologi.9
4. Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan timbal balik
antara kurikulum dengan kegiatan sosial kemasyarakatan. Kurikulum model ini
dikembangkan oleh aliran interaksional. Para pakar dibidang ini berpendapat
bahwa, pendidikan merupakan upaya kebersamaan dari berbagai pihak demi
menumbuhkan adanya interaksi dan salingbekerjasama. Istilah interaksi
mempunyai makna yang luas, yaitu tidak hanya mencangkup interaksi antara guru
dan siswa, tetapi juga meliputi interaksi antar siswa hingga interaksi dengan orang-
orang dan lingkungan sekitarnya dengan berbagai bahan dan sumber belajar.
Melalui interaksi dan kerjasama inilah peserta didik akan berusaha menyelesaikan
berbagai persoalan yang terjadi di lingkungan masyarakat dan sekolah tidak hanya
mengembangkan kehidupan sosial siswa, tetapi juga mengarahkan pada
bagaimana siswa dapat berpartisipasi dalam kehidupan sosial.10
Dalam prakteknya, perancang kurikulum ini berusaha memadukan antara
tujuan pendidikan nasional dengan tujuan yang dicita-citakan siswa. Dan peran
guru disini adalah membantu siswa untuk dapat menumbuhkembangkan bakat dan
9
Muhammad Irsad, “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Madrasah
(Studi Atas Pemikiran Muhaimin)”, Iqra’, Vol. 2, No.1, (2016), 231–67
10
Muhamad Ghazali Abdah, “Ragam Pendekatan Dalam Mengembangan Kurikulum
Pendidikan Agama Islam (Pai)”, Fondatia : Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 3, No. 1, (Maret, 2019), h.
38

7
minatnya, serta membantu mereka agar mampu memecahkan masalah-masalah
sosial. Kurikulum model ini lebih mengutamakan adanya unsur kerjasama dalam
proses pembelajaran, baik kerjasama antar individu maupun kerjasama antar
kelompok. Isi pendidikan terdiri dari berbagai problem aktual yang saat ini sedang
dihadapi dalam kehidupan nyata. Sebagai hasil pembelajaran, diharapkan siswa
dapat menciptakan dan mempersiapkan model kehidupan sosial yang dapat
diaplikasikan dalam situasi yang akan datang.11

C. Pengertian Rekontruksi Sosial


Rekonstruksi Sosial merupkan sebuah gagasan untuk menggunakan sekolah
sebagai institusi perubahan dan pengajaran positif seperti membangun masyarakat.
Rekonstruksionis sosial merupakan penentang terhadap gagasan bahwa kurikulum
seharusnya membantu mengatur pebelajar atau menyesuaikan terhadap kondisi
masyarakat yang ada. Dalam hal ini kurikulum merupakan satu sarana dalam
membantu mengembangkan ketidakpuasan dan melengkapi kebutuhan kemampuan
pebelajar untuk menciptakan tujuan baru dan mempengaruhi perubahan sosial.
Rekonstruksi sosial adalah filosofi pendidikan yang menekankan institusi pendidikan
sebagai lingkungan untuk menerapkan perubahan sosial dan menantang ketimpangan
sosial.12
Kurikulum rekonstruksi sosial berbeda dengan kurikulum lainnya. Dalam
kajian ini bentuk pendidikan bukan merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu
institusi pendidikan sendiri melainkan satu proses kegiatan bersama dan menuntut
adanya interaksi. Melalui kerja sama dan interaksi, pebelajar berusaha memecahkan
suatu problematika yang dihadapi dalam masyarakat menuju perubahan masyarakat
menjadi lebih baik, karena pendidikan akan berjalan baik, jika kita memahami
masyarakat dimana proses pendidikan itu dilaksanakan. Dalam kurikulum rekonstruk
sosial tujuan program pendidikan setiap tahun dapat berubah bergantung dengan
perkembangan dalam suatu masyarakat,sedangkan metode yang menjadi titik utama
11
Muhamad Ghazali Abdah, h. 39
12
Syahrul Mubaro, “Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial Dalam Menghadapi
Pembelajaran Di Era Modern”, Jurnal Unmuh, Vol. 3, No. 1, (Februari, 2018), h. 95

8
dalam metodenya menggunakan prinsip keselarasan antara tujuan nasional dengan
tujuan pebelajar. Tenaga pendidik harus mempu mengidentifikasi minat maupun
kebutuhan pebelajar baik dalam memecahkan masalah sosial. Kerja sama yang baik
antara stakeholder dalam dunia pendidikan, sosial kebudayaan, maupun sumber daya
alam sangat menentukan dalam proses pembelajaran tersebut karena para pebelajar
bergantung dengan yang lainnya, dan dalam kegiatan yang dilakukan para pebelajar
tidak ada kompetisi, yang ada hanyalah kerja sama yang berkesinambuangan antara
dua pihak.13

D. Tokoh-Tokoh Pemikiran Pengembangan Kurikulum dalam Tinjauan


Rekontruksi Sosial
1. Paulo Freire
Paulo Freire menerapkan rekonstruksi sosial dengan “Cultural Action for
conscientization” jika mereka mau terbebas dari permasalahan yang melanda pada
suatu masyarakat. Conscientization merupakan proses dimana seseorang bukan
sebagai penerima tetapi sebagai pembelajar aktif, Memperluas kesadaran baik dari
realitas sosial budaya yang mempengaruhi hidup mereka dan kemampuan untuk
mengubahnya. Dalam artian berusaha memberikan pencerahan tentang hambatan-
hambatan yang mencegah dalam memahami persepsi yang jelas tentang realitas
yang terjadi.
Freire mengembangkan sebuah pendekatan terhadap pendidikan yang
menghubungkan identifikasi isu dengan tindakan positif untuk perubahan dan
pengembangan. Freire telah menerapkan filosofinya kedalam sebuah penerapan
seperti perencanaan dan materi dalam mengajar membaca terhadap penyandang
buta huruf yang secara garis besar pendekatan Freire berbeda dengan pendekatan
konvensional. Unsur penting lain dalam pemikiran Freire adalah penyelidikan
terhadap hal tematik peserta didik yang mengacu pada pemikiran atau bahasa yang
mereka gunakan untuk mengakses suatu kenyataan yang ada pada suatu
lingkunganyang tidak sebatas dalam konteks pemikiran akan tetapi juga tindakan

13
Syahrul Mubaro, h. 96

9
secara nyata. Investigasi secara universal merupakan prasyarat yang diperlukan
untuk mengatasi model pendidikan yang didasarkan pada asumsi bahwa tenaga
pendidik memiliki pengetahuan yang luas sedangkan peserta didik adalah wadah
kosong yang harus diisi.
2. John S. Mann
Tokoh selanjutnya adalah John S. Mann yang menerapkan teknik pemikiran
Marxixt sebagai landasan dalam rekonstruksi sosial. Beliau berpendapat bahwa
para sosial rekonstruksi sosial kuno gagal untuk mengakui bahwa tekanan dan
eksploitasi adalah sebuah karakteristik yang mendasar dalam struktur kelas dan
tidak bisa dirubah dengan hanya main-main di sekolah karena kesuksesan di
sekolah berhubungan erat dengan khayalak masyarakat, orang tua, perhatian
masyarakat, organisasi, pebelajar, dan kelompok lainnya harus terlibat dalam
pembelajaran.
Dalam penerapan rekonstruksi sosial, Mann merancang beberapa prosedur
yang harus diperhatikan khususnya dalam hal ini yang berhubungan dengan
pebelajar, antara lain:
a. Menganalisa pertentangan-pertentangan demokrasi yang terjadi disekolah dan
masyarakat.
b. Memikirkan tindakan-tindakan tententu yang berhubungan dengan pebelajar,
guru, dan lainnya yang dapat menghancurkan aspek antidemokratis
c. Menerapkan tindakan-tindakan tersebut secara konsisten dengan mengikuti
prosedur seperti musyawarah, diskusi, analisis, kritik, dan membuat
keputusan.
3. Harold G Shane
Shane menggunakan perencanaan masa yang akan datang (Futurologist)
sebagai dasar penyusunan kurikulum. Beliau menekankan peranan individu dalam
menemukan peranan masa depanya sendiri, mereka tidak dapat melepaskan diri
dari perkembangannya akan tetapi harus menyesuaikannya. Shane menyarankan
para pengembang kurikulum agar mempelajari tren perkembangan. Tren utama
adalah perkembangan teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap kondisi dan

10
perkembangan masyarakat. Kecenderungan lain adalah perkembangan ekonomi ,
politik, sosial, dan budaya.
Dalam perkembangan sosial yang perlu diperhatikan adalah perkembangan
manusia baik sebagai individu maupun interaksinya dengan yang lain. Untuk
mengindetifikasi dan menganialisis kecenderungan-kecenderungan tersebut
diperlukan bantuan dari para ahli disiplin ilmu dan dalam pemecahan dan
membuat kebijakan sosial diperluakan musyawarah dengan warga masyarakat.14

14
Syahrul Mubaro, “Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial Dalam Menghadapi
Pembelajaran Di Era Modern”, Jurnal Unmuh, Vol. 3, No. 1, (Februari, 2018), h. 96-99

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengembangan kurikulum merupakan peroses penyesuaian dalam kegiatan
pendidikan yang akan diberikan kepada siswa dengan memperhatikan kebutuhan,
perubahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat secara dinamis.
2. Pendekatan perkembangan kurikulum terbagi menjadi 4 yaitu pendekatan Subjek
Akademis, pendekatan humanistik pendekatan tekhnologis dan pendekatan
rekontruksi sosial.
3. Rekontruksi sosiala merupakan merupakan penentang terhadap gagasan bahwa
kurikulum seharusnya membantu mengatur pebelajar atau menyesuaikan terhadap
kondisi masyarakat yang ada.
4. Adapun tokoh-tokoh pemikiran pengembangan kurikulum dalam tinjauan
rekontruksi sosial yaitu Paulo Freire , John S. Mann dan Harold G Shane

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman
pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di
atas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdah, Muhamad GhazalI. “Ragam Pendekatan Dalam Mengembangan Kurikulum


Pendidikan Agama Islam (Pai)”, Fondatia: Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 3,
No. 1, (Maret, 2019).
Dakir, Perencanaan Dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010).
Fachruddin, Teknik Pengembangan Kurikulum Pengajaran Bahasa Arab,
(Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2006).
Fithriyah, Musa’adatul. “Pendekatan-Pendekatan Dalam Mengembangkan Kurikulum
Pendidikan Dasar”, Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Vol. 1,
No. 2, (2017).
Huda, Nurul. “Pendekatan-pendekatan Pengembangan Kurikulum”, Qudwatuna:
Jurnal Pendidikan Islam, Vol. II No.2, (September, 2019).
Irsad, Muhammad. “Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di
Madrasah (Studi Atas Pemikiran Muhaimin)”, Iqra’, Vol. 2, No.1, (2016).
Mubaro, Syahrul , “Konsep Kurikulum Rekonstruksi Sosial Dalam Menghadapi
Pembelajaran Di Era Modern”, Jurnal Unmuh, Vol. 3, No. 1, (Februari,
2018).
Sukiman, Pengembangan Kurikulum : Teori Dan Praktik Pada Perguruan Tinggi
(Yogyakarta: Teras, 2009).
Suprihatin, “Pendekatan Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum”,
POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, Vol. 3, No.1, (2017).

13

Anda mungkin juga menyukai