Anda di halaman 1dari 7

TAQLID DALAM

AGAMA ISLAM

Oleh :
MOH ULUL AZMI, S.Pd.
KETUA PAC PSNU PAGAR NUSA
SANANWETAN
PENGANTAR
 Dalam memahami ayat-ayat Al Qur’an, dibutuhkan
banyak instrumen, yaitu berbagai ilmu penunjang.
Maksudnya agar kita mendapatkan pemahaman yang
benar, sebagaimana diinginkan oleh Allah dan Rasul-
Nya.

 Di antaranya adalah kaedah-kaedah tafsir Al-Quran,


asbabunnuzul, ilmu tentang as-saabiq dan al-laahiq, an-
nasikh dan al-mansukh, dalalah al-alfadz, al-
manthuq dan al-mafhum, al-‘am dan al-khas, al-
muqayyad dan al-muthlaq, musthalah al-hadits dan
lainnya.
PENGANTAR
 Dalam konteks memahami nash-nash Al-Quran dan Al-Hadits inilah, akhirnya para
ulama menetapkan bahwa wajib seorang yang awam, -yaitu orang-orang yang tidak
memiliki kompetensi sebagai mujtahid serta tidak memiliki ilmu-ilmu atau perangkat-
perangkat untuk berijtihad-, untuk bertanya dan mengikuti pendapat-pendapat ulama
yang mumpuni dan diakui. Atau dalam literatur fiqih disebut dengan taqlid.
 Bukankah dalam perkara dunia saja hal ini merupakan suatu yang lumrah terjadi.
Seorang yang sakit umumnya tanpa berpikir panjang akan menuruti saran-saran
dokter untuk kesembuhannya. Hal yang sama pun berlaku dalam masalah agama,
bahkan dirasa lebih urgen, sebab dimensi agama mencakup dunia dan akhirat.
 Yang tentunya dibutuhkan kehati-hatian yang lebih agar amalan yang dilakukan
sesuai dengan koridor yang diinginkan oleh Allah dan Rasulnya.
PENGERTIAN TAQLID
taklid artinya mengikut tanpa alasan atau
meniru dan menurut tanpa dalil. Menurut
istilah agama yaitu menerima suatu ucapan
orang lain serta memegang suatu hukum
agama dengan tidak mengetahui keterangan-
keterangan dan alasan-alasannya.
KEBOLEHAN TAQLID
 1. Firman Allah SWT:
َ ‫فَاسْأَلُوا أَ ْه َل ال ِّذ ْك ِر إِ ْن ُك ْنتُ ْم اَل تَ ْعلَ ُم‬
 ‫ون‬
 “Bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An Nahl:
43).
 Dan sudah menjadi konsensus ulama bahwa ayat
tersebut memerintahkan bagi orang yang tidak
mengetahui hukum dan dalil sebuah masalah untuk ittiba’
(taqlid) kepada orang yang tahu. Dan mayoritas ulama
ushul fiqih berpendapat bahwa ayat tersebut adalah dalil
pokok pertama tentang kewajiban orang awam untuk
mengikuti orang alim yang mujtahid.
2. IJMA ULAMA
Rasulullah SAW juga mengutus seorang faqih dari kalangan
shahabat ke pelbagai daerah yang penduduknya tidak tahu
menahu tentang hukum Islam kecuali akidah Islam dan
keyakinan rukun-rukunnya saja. Dan kemudian mereka
mengikuti apa saja yang difatwakan oleh shahabat tersebut
dan mendorong mereka mengikutinya dalam praktik
amaliyyah, ibadah, muamalah dan macam ragam urusan
halal dan haram.
Dan sudah jelas bahwa agama diambil dari semua
shahabat, tetapi mereka ada yang mempunyai kapasitas
berijtihad dan itu relatif sangat sedikit bila dibandingkan
dengan jumlah semua shahabat, serta di antaranya juga ada
mustafti atau muqallid dan shahabat yang termasuk
golongan ini berjumlah sangat banyak.
KEBOLEHAN TAQLID
 3. Dalil Akal
 Orang yang bukan ahli ijtihad apabila menemui suatu
masalah fiqih, pilihannya hanya ada dua; antara berfikir
dan berijtihad sendiri sembari mencari dalil yang dapat
menjawabnya atau bertaqlid mengikuti pendapat mujtahid.
 Sedangkan terkait perkataan emapat imam mazhab yang
melarang orang lain bertaqlid kepada mereka adalah
sebagaimana yang diterangkan oleh ulama-ulama bahwa
khitab larangan tersebut ditujukan kepada orang-orang
yang mampu berijtihad dari Al Qur’an dan Al Hadits, dan
bukan bagi yang tidak mampu, karena bagi mereka wajib
bertaqlid agar tidak tersesat dalam menjalankan agama.

Anda mungkin juga menyukai