Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM
Makalah Ini Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Kurikulum
Dosen Pengampu: Dr. Mukhsin Abdurahman, M. Ag

Disusun oleh:

R.M. Hikam Usman Ma’mun (2021.03.020)


Rizky Hadiansyah (2021.03.018)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH
CICALENGKA – BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pengembangan Kurikulum” ini dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas mata
kuliah Manajemen Kurikulum pada program studi Manajemen Pendidikan Islam.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
mengenai makalah bagi para pembaca dan juga kami selaku penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kedapa ibu dosen pada mata kuliah
Manajemen Kurikulum yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 20 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Masalah................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
A. Pengertian Pengembangan Kurikulum......................................................3
B. Model Pengembangan Kurikulum.............................................................4
C. Prosedur Umum Pengembangan Kurikulum.............................................7
D. Implementasi Pengembangan Kurikulum...............................................10
BAB III..................................................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................12
B. Saran................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu pondasi pendidikan adalah kurikulum sehingga apabila
terjadi perkembangan zaman dari berbagai bidang dapat mempengaruhi
sistem pendidikan, maka terjadi pula perkembangan kurikulum. Problem-
problem yang muncul pada masyarakat juga mendorong perubahan sistem
pendidikan. Kurikulum hadir untuk menyelesaikan problem dan menjawab
tuntutan di masyarakat. Kurikulum disusun untuk memudahkan berjalannya
proses pendidikan yang ada.
Dalam kurikulum terdapat proses pengembangan yang secara umum
terdiri dari perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses pengembangan
ini bertujuan untuk menciptakan kurikulum yang efektif. Terdapat beberapa
tokoh yang merumuskan tahapan dalam pengembangan kurikulum. Akan
tetapi pada proses pengembangan kurikulum dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang mendukung, ada pula hambatan-hambatan dalam
pengembangan kurikulum.
Kurikulum merupakan salah satu instrumen penting dalam proses
pendidikan, dan selalu mengalami proses pembaharuan seiring dengan
perkembangan yang terjadi di masyarakat, yang mana sasaran utamanya
adalah peserta didik, masyarakat, dan subjek yang akan diajarkan. Oleh
sebab itu, pembaharuan atau pengembangan kurikulum harus dipandang
sebagai suatu tuntutan perubahan agar kurikulum yang berlaku tetap
memiliki relevansi dengan kebutuhan masyarakat. 
Tidak sedikit dari pengelola satuan pendidikan yang menganggap,
bahwa kurikulum hanya sekadar kumpulan dari mata pelajaran dan metode
pengajaran yang akan disampaikan kepada para peserta didik. Sehingga
tidak banyak pengembangan atau inovasi yang dilakukan, kecuali bila

1
2

terjadi perubahan atau peyempurnaan kurikulum yang dilakukan oleh


pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan Nasional. 
Dalam implementasi kurikulum, pengelola satuan pendidikan belum
melakukan peninjauan secara berkala untuk mengetahui apakah dinamika
perkembangan bidang-bidang keilmuan yang dituangkan dalam bentuk
materi pelajaran dan metode penyampaiannya telah sesuai. Juga masih
mengabaikan kegiatan analisis dalam menyusun rencana pembelajaran
dengan menentukan model serta mengatur strategi pembelajaran untuk
diimplementasikan ke dalam PBM. Pengelola satuan pendidikan juga
kurang acuh terhadap faktor-faktor penting dalam implementasi kurikulum,
antara lain adalah sosialisasi dan pembekalan para pendidik serta
keterlibatan orang tua peserta didik (komite sekolah).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pengembangan kurikulum?
2. Apa saja model pengembangan kurikulum?
3. Bagaimana prosedur umum pengembangan kurikulum?
4. Bagaimana implementasi pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian kurikulum
2. Mengetahui model-model pengembangan kurikulum
3. Mengetahui prosedur umum tentang pengembangan kurikulum
4. Mengetahui implementasi pengembangan kurikulum
BAB II
PEMBAHASAN

D. Pengertian Pengembangan Kurikulum


Dalam bahasa Arab, kata kurikulum bisa diungkapkan dengan manhaj
yang berarti jalan yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang
kehidupan. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah) dalam
kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan
acuan oleh lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan
pendidikan.
Kurikulum adalah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran
yang disusun secara sistematis untuk menyelesaikan suatu program untuk
memperoleh ijazah. Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan
dan penyusunan kurikulum oleh pengembang krikulum dan kegiatan yang
dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan secara nasional.
Pengembangan kurikulum menurut Suparlan adalah proses perencanaan
dan penyusunan kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum
developer) dan kegiatan yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan
dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan
pendidikan.
Dalam pengembangan kurikulum banyak pihak pihak yang harus
berpartisipasi diantaranya adalah administrator pendidikan, para ahli
pendidikan ahli dalam kurikulum, ahli dalam bidang ilmu pengetahuan, guru
dan orangtua, serta tokoh masyarakat. Dari pihak tersebut yang secara

3
4

terus-menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum agar berjalan


sesuai dengan yang direncanakan.
Jadi, pengembagan kurikulum tidak hanya melibatkan guru sebagai
tenaga pendidik, akan tetapi semua stakeholder yang berkepentingan.
Dengan demikian, perenacanaan yang dilakukan akan memberikan panduan
yang jelas dalam implementasinya dan pada akhirnya menghasilkan produk
berupa output dan outcome peserta didik yang dinginkan.

E. Model Pengembangan Kurikulum


Berikutnya akan dibahas tujuh macam model pengembangan
kurikulum, yaitu model administratif model pendekatan grass roots, model
demonstrasi model beauchamp, model roger’s, model pemecahan masalah,
dan taba’s inverted model.
1. Model Administratif (TopDown Approach)
Model pertama adalah administratif dimana model ini dilakukan
oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang atau kebijakan terkait.
Alurnya adalah dari atas ke bawah, artinya pemerintah bertugas untuk
menyiapkan rancangan pembelajaran. Rancangan tersebut nantinya
akan dilakukan oleh satuan pendidikan di wilayah pemerintahan
tersebut dan operasinya akan dilakukan oleh para guru dalam
pembelajaran.
Segala macam proses mulai dari konsep umum, landasan yang
dipakai, analisis kebutuhan, rumusan kurikulum semuanya dilakukan
oleh pemerintah. Pihak terkait hanya berperan sebagai pelaksana di
tingkat bawah untuk diterapkan pada peserta didik nantinya.
2. Model Pendekatan Grass Roots (Grass Roots Approach)
Model ini merupakan kebalikan dari model administratif, dimana
pengembangan kurikulum pada model administratif dilakukan oleh
pemerintah secara penuh. Pada model pendekatan grass roots, satuan
5

pendidikan atau sekolah yang mengembangkan model pembelajaran


untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.
Biasanya hal ini muncul karena sekolah atau guru merasa
kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah dirasa tidak sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan yang terjadi di lapangan. Sebagai konsekuensi,
sekolah harus mampu mengembangkan ide-ide inovatif dan memiliki
tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar.
Keterbukaan akan masukan dan saran dari luar juga harus dimiliki oleh
sekolah agar dalam penyusunannya ke depan dapat berjalan lebih baik
Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikulum yang dilakukan
bisa dilakukan secara menyeluruh atau untuk sebagian mata pelajaran
tertentu saja. Hal ini tergantung dengan kebutuhan satuan pendidikan
yang terkait didalamnya. Pengembangan juga dapat dilakukan untuk
aspek-aspek lain seperti strategi dan metode pembelajaran, tujuan
pembelajaran, visi dan misi, dan lain-lain.
3. Model Beauchamp
Sesuai dengan namanya, model ini dikembangkan oleh Beauchamp
yang merupakan ahli di bidang kurikulum. Ia mengemukakan ada 5
tahap pengembangan kurikulum, pertama adalah menentukan ruang
lingkup pengembangan. Mula-mula dapat dilakukan di lingkup kelas,
kemudian diperluas ke sekolah, lalu dapat diperluas lagi ke tingkat
regional atau bahkan nasional.
Kedua adalah penetapan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya
yang didalamnya terdapat ahli kurikulum. Ketiga yaitu pembentukan
dewan sebagai koordinator dengan tugas sebagai tim penilai dari
pelaksanaan kurikulum sebelumnya, pemilihan materi, dan penulis
kurikulum yang baru.
Tahap keempat yaitu implementasi kurikulum dengan tugas
menetapkan kurikulum baru yang telah ditetapkan. Terakhir adalah
evaluasi terhadap pelaksanaan yang sedang berjalan, apakah sudah
6

sesuai dengan tujuan atau belum. Model ini dapat menjadi alternatif
yang cukup cocok karena melibatkan ahli-ahli kurikulum.
4. Model Demonstrasi
Model demonstrasi sebenarnya mirip dengan model grass roots,
yaitu sama-sama datang dari satuan pendidikan atau dari bawah.
Didalamnya terdapat guru yang nantinya akan bekerja sama dengan
para ahli dalam mengadakan pengembangan kurikulum. Namun, ruang
lingkupnya terbatas hanya pada beberapa sekolah yang berada di
sekitarnya saja. Model ini dianggap yang paling sederhana karena
skalanya yang kecil.
5. Model Pemecahan Masalah
Perubahan sosial merupakan dasar dari model pemecahan masalah.
Dalam prosesnya, model ini melibatkan seluruh pihak untuk sama-
sama terlibat yaitu peserta didik, wali murid, dan pihak sekolah
sendiri. Melibatkan wali murid secara tidak langsung dapat membantu
memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat karena orang wali
murid merupakan bagian dari masyarakat.
Ada dua langkah yang ditempuh dalam menyusun kurikulum
model ini. pertama melakukan kajian mendalam atas data-data yang
diperoleh sebagai dasar penyusunan. Data yang dimaksud harus valid
dan reliabel sehingga ada dasar yang kuat atas pengambilan keputusan.
Data-data yang lemah berakibat pada pengambilan keputusan yang
salah sehingga tidak bisa memecahkan masalah. Kedua adalah
implementasi dari keputusan yang telah diambil dan apabila menemui
permasalahan hal itu bisa digunakan sebagai bahan evaluasi.
6. Model Rogers
Model Rogers merupakan buah hasil pemikiran dari Carl Rogers,
seorang ahli psikologi. Manusia secara individu membutuhkan orang
lain agar dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam dirinya itu. Buah
pikirannya itu ia aplikasikan dalam proses belajar mengajar agar
individu mampu mencapai aktualisasi diri.
7

Rogers mengemukakan ada empat tahap pengembangan kurikulum.


Pertama pembentukan tim atau kelompok untuk sama-sama
membicarakan masalah sistem yang berkendala. Kedua adalah
menguraikan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing orang
dalam tim agar dapat berbagi pengalaman.
Selanjutnya pertemuan dengan lingkup yang lebih luas lagi yang
melibatkan masyarakat (peserta didik dan wali murid) untuk sama-
sama membicarakan permasalahan yang dihadapi. Terakhir adalah
mengadakan pertemuan sekali lagi sehingga muncul suatu solusi atas
permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya.
7. Model Taba Terbalik
Model ini memiliki nama lain yaitu Taba’s Inverted yang
diciptakan oleh Hilda Taba. Pengembangan kurikulum pada umumnya
bersifat deduktif, yaitu menyusun sistem dan melakukan evaluasi di
akhir pelaksanaan. Taba berpendapat bahwa metode itu kurang cocok
dan tidak bisa memberikan inovasi.
Taba mengenalkan metode pengembangan yang diawali dengan
pencarian data dan percobaan teori-teori yang ada kemudian
diimplementasikan. Hal tersebut bertujuan untuk mencocokan teori
yang selama ini digunakan dengan praktik di lapangan.

F. Prosedur Umum Pengembangan Kurikulum


Prosedur pengembangan kurikulum secara umum terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan kontrol (Muhammad
Rouf, 2020)
1. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan membantu organisasi untuk fokus pada keuntungan
jangka pendek untuk mempertimbangkan pentingnya program dan
kegiatan-kegiatan serta pengaruhnya untuk masamendatang. Suatu
rencana yang baik terdiri dari 5 unsur khusus, yaitu:
8

a. Tujuan dirumuskan secara jelas.


b. Komperhensif, menyeluruh namun jelas bagi stafdan para anggota
organisasi.
c. Hirarki rencana yang terfokus pada daerah yang paling penting.
d. Bersifat ekonomis, mempertimbangkan sumber-sumber yang
tersedia.
e. Layak, yaitu memungkinkan adanya perubahan.
2. Pengorganisasian Kurikulum
Untuk mengembangkan kurikulum, pengorganisasiannya adalah:
a. Organisasi perencanaan kurikulum, dilaksanakan oleh suatu tim
pengembang kurikulum.
b. Organisasi dalam rangka plaksanaam kurikulum, pada tingkat
daerah.
c. Organisasi dalam evaluasi kurikulum, yang melibatkan
berbagai pihak yang berkepentingan.
3. Penyusunan Staf
Staffing adalah fungsi yang menyediakan orang-orang untuk
melaksanakan suatu sistem yang direncanakan dan diorganisasikan.
Staffing terdiri dari:
a. Rekrutmen, suatu proses ketenagaan yang berkualifikasi
tertentu untuk menempati posisi kerja yang tersedia.
b. Seleksi, proses mengidentifikasi kriteria seleksi bagi calon
ketenagaan.
c. Hiring, perlu dipilih kandidat yang paling baik dari daftar
tersebut, menentukan calon yang paling memenuhi kualifikasi
yang telah ditetapkan.
d. Penempatan, proses ini merupakan pekerjaan yang senyatanya.
Disini, tenaga kerja diberikan kesempatan untuk mengembangkan
bakatnya secara maksimal.
e. Manajemen staf, adalah kegiatan menumbuhkan dan
mengembangkan unsurketenagaan pada suatu lembaga
9

4. Kontrol
Pengontrolan adalah proses pengecekan performance terhadap
standaruntuk menentukan sejauh mana tujuan telah tercapai. Kontrol
ini sangat berhubungan erat dengan perencanaan sebagai bagian dari
sistem. Sedangkan kontrol kurikulum adalah proses pembuatan
beberapa keputusan tentang kurikulum di dalam sekolah, atau
proses pengajaran yanag dibatasi oleh minat-minat pihak luar,
seperti orang tua, karyawan dan masyarakat.
Selain proses kurikulum secara umum diatas, ada empat tahap
pengembangan kurikulum dilihat dari tingkatannya antara lain:
1. Pengembangan kurikulum pada tingkat nasional.
Pengembangan kurikulum pada tingkat ini membahas pendidikan
pada tingkat nasional yang terdiri dari pendidikan formal, informal,
dan non formal. Dari tingkatannya dapat dilihat secara vertikal dan
horizontal. Secara vertikal, pengembangan kurikulum dilakukan
berdasarkan tingkatan pendidikan dari yang terendah sampai ke tinggi.
Sedangkan Secara horizontal, pengembangan kurikulum berdasarkan
pendidikan yang sederajat, seperti contoh SD, MI, dan program paket
A.
2. Pengembangan kurikulum pada tingkat institusi
Pengembangan kurikulum tingkat ini memiliki beberapa kegiatan
yangb harus dilaksanakan antara lain, merumuskan tujuan yang akan
dicapai sekolah, menyusun SKL (standar kompetensi lulusan), dan
penetapan isi kurikulum secara keseluruhan. Standar kompetensi
lulusan berupa rumusan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang harus dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran
pada lembaga pendidikan. SKL tersebut dirumuskan sesuai dengan
jenis dan tingkatannya.
Standar kompetensi lulusan menunjukkan harapan masyarakat,
seperti orangtua, penjabat pemerintah dan swasta tentang dunia
10

pendidikan, dunia usaha, dan lain-lain, serta merupakan harapan bagi


pendidikan jenjang tinggi atau dunia kerja.
3. Pengembangan kurikulum pada tingkat mata pelajaran
Silabus merupakan bentuk pengembangan kurikulum pada tingkat
mata pelajaran. Silabus yang terdiri dari kompetensi inti, kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian,
bentuk penilaian dan alokasi waktu disusun pada setiap semester.
4. Pengembangan kurikulum pada tingkat pembelajaran di kelas.
Pada tingkat pembelajaran dikelas pengembangan kurikulum
dilakukan dalam bentuk susunan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pendidikan) yang dirancang oleh masing-masing guru. Perencanaan
tersebut juga meliputi sumber belajar yang akan digunakan.
Penjelasan di atas merupakan bentuk pengembangan kurikulum pada
tiap-tiap tingkatannya. Masing-masing tingkatan memiliki tugas masing-
masing dalam proses pengembangan kurikulum, akan tetapi tetap
disesuaikan dengan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan menurut
Hamalik proses pengembangan kurikulum yang digunakan di Indonesia
dimulai dengan melihat kebutuhan yang ada. Dari studi kebutuhan serta
kelayakan kemudian menyusun rencana kurikulum, rencana awal
dikembangkan menjadi rencana yang akan diterapkan dalam pelaksanaan
kurikulum. Rencana tersebut di uji coba terlebih dahulu di lapangan
sebelum kurikulum dilaksanakan secara menyeluruh. Setelah dilaksanakan
secara menyeluruh kemudian dilakukan penilaian untuk melihat tingkat
keberhasilan kurikulum. Hasil penilaian dapat digunakan untuk perbaikan
kurikulum yang telah ada. (Fajri, 2019)

G. Implementasi Pengembangan Kurikulum


Menurut Hamalik (2016:238) implementasi kurikulum adalah
penerapan atau pelaksanaan program kurikulum yang telah dikembangkan
pada tahap sebelumnya, kemudian di uji cobakan dengan pelaksanaan dan
11

pengelolaan, sambil senantiasa dilakukan penyesuaian terhadap situasi


lapangan dan karakteristik peserta didik, baik perkembangan intelektual,
emosional, serta fisiknya (Muhammad Al Fatih, 2022).
Sistem implementasi kurikulum terdiri dari komponen-komponen yang
saling berinterelasi dan berinteraksi. Masing-masing komponen disusun dan
dirancang secara bertahap dan berkesinambungan yang berorentasi pada
pelaksanaan kurikulum dilapangan yaitu kondisi nyata proses pendidikan
yang mengarah kepada operasional dan dikembangkan secara komprehensif.
(Widaningsih, 2014).
Komponen komponen implementasi kurikulum terdiri dari:
a. Rumusan tujuan
b. Program studi
c. Identifikasi sumber-sumber
d. Peran pihak-pihak terkait
e. Pengembangan kemampuan profesional
f. Penjadwalan kegiatan pelaksanaan
g. Unsur penunjang
h. Monitoring
i. Komunikasi
j. Pencatatan dan pelaporan
k. Evaluasi proses
l. Perbaikan atau redisain kurikulum
Namun selain implementasi unsur organisasi dan juga evaluasi juga
mampu menjadi warna tersendiri dan menjadi pendukung yang memperkuat
proses memanajemen implementasi dalam kurikulum di sekolah.
BAB III
PENUTUP

H. Kesimpulan
Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan
kurikulum oleh pengembang kurikulum dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan secara nasional.
Ada tujuh macam model pengembangan kurikulum, yaitu model
administratif model pendekatan grass roots, model demonstrasi model
beauchamp, model roger’s, model pemecahan masalah, dan taba’s inverted
model. Prosedur pengembangan kurikulum secara umum terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan kontrol.
Implementasi kurikulum adalah penerapan atau pelaksanaan program
kurikulum yang telah dikembangkan pada tahap sebelumnya, kemudian di
uji cobakan dengan pelaksanaan dan pengelolaan, sambil senantiasa
dilakukan penyesuaian terhadap situasi lapangan dan karakteristik peserta
didik, baik perkembangan intelektual, emosional, serta fisiknya.

I. Saran

12
DAFTAR PUSTAKA

Fajri, K. N. (2019). PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM. 14.


Muhammad Al Fatih, d. (2022). Pengembangan Kurikulum Pembelajaran
Implementasinya di SD Terpadu. 7.
Muhammad Rouf, d. (2020). PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH:
KONSEP, MODEL DAN IMPLEMENTASi. 19.
Widaningsih, R. S. (2014). MANAJEMEN DALAM IMPLEMENTASI
KURIKULUM DI SEKOLAH. 13.

13

Anda mungkin juga menyukai