Anda di halaman 1dari 27

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Telaah Kurikulum PAI Dr. Salamah, M.Pd.

PROSEDUR DAN LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Oleh:
MAHNA 220211020026
NOVI VIRYANTI 220211020021
RIZKY NUR AFIFAH 220211020028
SITI MAKIAH 220211010020

PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, dan hidayah- Nya sehingga pembuatan makalah ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Terimakasih kami
ucapkan kepada Dosen pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum Ibu Dr.
Salamah, M.Pd yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Dan juga kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang turut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
pengalaman penulis masih sangat sedikit. Oleh karena itu, penulis harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Banjarmasin, 02 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1

C. Tujuan............................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Prosedur Pengembangan Kurikulum............................................................. 2

B. Landasan Pengembangan Kurikulum............................................................. 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................... 21

B. Kritik dan Saran.............................................................................................. 21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam


pembangunan bangsa, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia. Pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan bahwa
perkembangan pesat dalam berbagai bidang termasuk pada bidang kurikulum.
Dalam proses kegiatan belajar kurikulum sangat dibutuhkan sebagai pedoman
untuk menyusun target dalam proses belajar mengajar. Maka dari itu perlu
untuk mengetahui terkait pengertian kurikulum itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prosedur pengembangan kurikulum?

2. Apa saja landasan pengembangan kurikulum?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui prosedur pengembangan kurikulum

2. Mengetahui landasan pengembangan kurikulum

1
BAB II
PEMBAHASA
N

A. Prosedur Pengembangan Kurikulum

1. Perencanaan kurikulum

Perencanaan kurikulum adalah suatu proses ketika peserta dalam


banyak tingkatan membuat keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai
tujuan tujuan tersebut melalui situasi mengajar-belajar, serta penelaahan
keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut. Tanpa perencanaan kurikulum,
sistematika berbagai pengalaman belajar tidak akan saling berhubungan dan
tidak mengarah pada tujuan yang diharapkan. 1 Adapun perencanaan yang
dikategorikan sebagai “baik” meliputi 5 unsur, yakni: a) Ekonomis,
mempertimbangkan persediaan sumber, b) Hierarki rencana yang fokus pada
bagian terpenting, c) Komprehensif, d) Layak atau memungkinkan adanya
suatu perubahan, dan e) Perumusan tujuan secara jelas.

Secara umum proses pengembangan kurikulum mencakup pada


perencanaan, implementasi dan evaluasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Fajri dan Hasan dalam (Cantika, 2022) bahwa proses pengembangan
kurikulum dimulai dari perencanaan dan berakhir pada evaluasi. Sebagai
sebuah proses, berarti dalam pelaksanaan pengembangan kurikulum mencakup
berbagai tahapan yang wajib dilaksanakan seperti:2

a. Perencanaan kurikulum bermula dengan merumuskan dan


mengembangkan ide menjadi suatu program. Ide yang termuat pada
perencanaan dapat bersumber dari kebutuhan stakeholders, perencanaan
visi, hasil evaluasi kurikulum, pandangan pakar ilmu, perkembangan era
globalisasi, atau kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1
Marliza Oktapiani, “Perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Indonesia,” Tahdzib
Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 1 (2019): 71–102.
2
Varary Mechwafanitiara Cantika, “Prosedur Pengembangan Kurikulum (Kajian Literatur
Manajemen Inovasi Kurikulum),” Inovasi Kurikulum 19, no. 2 (2022): 171–184.
2
b. Ide kemudian dikembangkan rancangan program berbentuk dokumen
dalam format silabus.
c. Pengembangan rancangan berbentuk silabus kemudian dilanjutkan
kembali dalam bentuk RPP yang sedang dilaksanakan. RPP memuat
tahapan pembelajaran yang hendak diterapkan kepada siswa.
d. Seusai RPP tersebut diaplikasikan, selanjutnya dievaluasi hingga
mengetahui tingkat efektifitasnya. Hasil evaluasi tersebut menjadi
pedoman dalam menyempurnakan kurikulum selanjutnya.

Adapun aspek-aspek yang menjadi karakteristik perencanaan kurikulum


tersebut adalah sebagi berikut:3

1. Perencanaan kurikulum harus berdasarkan konsep yang jelas tentang


berbagi hal yang menjadikan kehidupan menjadi lebih baik, karakteristik
masyarakat sekarang dan masa depan, serta kebutuhan dasar manusia.
2. Perencanaan kurikulum harus dibuat dalam kerangka kerja yang
komprehensif, yang mempertimbangkan dan mengordinasi unsur esensial
belajar-mengajar efektif.
3. Perencanaan kurikulum harus bersifat reaktif dan anti-individual siswa,
untuk membantu siswa tersebut menuju kehidupan yang kondusif.
4. Tujuan-tujuan pendidikan harus meliputi tentang yang luas akan
kebutuhan dan minat yang berkenaan dengan individu dan masyarakat.
5. Rumusan berbagi tujuan pendekatan harus diperjelas dengan ilustrasi
konkrit, agar dapat digunakan dalam pengembangan rencana kurikulum
yang spesifik. Jika tidak, persepsi yang muncul kurang jelas dan
kontradiktif.
6. Masyarakat luas mempunyai hak dan tanggung jawab untuk mengetahui
berbagi hal yang ditunjukan bagi anak-anak mereka melalui perumusan
tujuan pendidikan. Berkaitan dengan hal ini, para pendidiklah yang
berkewajiban untuk memberitahukannya.
7. Dengan keahlian profesional mereka, pendidik berhak dan bertanggung
jawab mengidentifikasikan program sekolah yang akan membimbing ke
arah pencapaian tujuan pendidikan. Masyarakat boleh saja memberikan
saran, namun keputusan akhir ada pada pendidik.

3
Oktapiani, “Perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Indonesia.”
3
8. Perencanaan dan pengembangan kurikulum paling efetif jika dikerjakan
secara bersama-sama. Hal ini dikarenakan beragamnya unsur-unsur
kurikulum, yang menuntut tetang keahlian secara luas.
9. Perencanaan kurikulum harus memuat artikulasi program sekolah dan
siswa pada setiap jenjang dan tingkatan sekolah. Berkaitan dengan hal ini,
kurikulum harus terdiri atas integrasi berbagai pengalaman yang relevan.
10. Program sekolah harus dirancang untuk mengoordinasikan semua unsur
dalam kurikulum kerangka kerja pendidikan.
11. Masing-maisng sekolah mengembangkan dan memperhalus suatu struktur
organisasi yang memfasilitasi studi masalah-masalah kurikulum dan
mensponsori kegiatan perbaikan kurikulum.
12. Perlunya penelitian tindakan dan evaluasi, untuk menyediakan revitalisasi
rencana dan program kurikulum.
13. Partisipasi kooperatif harus dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan
perencanaan kurikulum, terutama keterlibatan masyarakat dan para siswa
dalam perencanaan situasi belajr-mengajar yang spesifik.
14. Dalam perencanaan kurikulum, harus disediakan evaluasi secara kontinu
terhadap semua aspek pembuatan keputusan kurikulum, yang juga
meliputi analisis terhadap proses dan konten kegiatan kurikulum.
15. Berbagai jenjang sekolah, dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan
Tinggi, hendaknya merespon dan mengakomodasi perubahan,
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Untuk itu, perlu direfleksikan
organisasi dan prosedur secara bervariasi.

Lebih lanjut, terdapat tahap pengembangan kurikulum apabila ditinjau dari


tingkatannya, yakni:4

1. Pengembangan Kurikulum Tingkat Nasional


Mendiskusikan pendidikan secara formal, informal, dan non-formal. Pengembangan
di tingkat ini mampu diamati secara horizontal dan vertikal. Pengembangan
kurikulum pendidikan secara horizontal, yakni dapat dilihat pada tingkatan
sederajat, misalnya SD atau MI, serta program paket A. Sedang pengembangan

4
Cantika, “Prosedur Pengembangan Kurikulum (Kajian Literatur Manajemen Inovasi
Kurikulum).”
4
kurikulum pendidikan secara vertikal, dilaksanakan berdasarkan tingkatan
pendidikan, yakni pada jenjang terendah hingga jenjang tertinggi.
2. Pengembangan Kurikulum Tingkat Institusi
Memiliki berbagai aktivitas. Pertama, mendiskusikan tujuan yang hendak diraih
sekolah. Kedua, menata Standar Kompetensi Kelulusan (SKL). Ketiga, penetapan
isi kurikulum secara keseluruhan. Lebih lanjut, SKL memuat rumusan kompetensi
keterampilan, pengetahuan, serta sikap yang wajib diterapkan peserta didik seusai
mereka mengikuti pembelajaran. Perumusan SKL disesuaikan berdasarkan jenis
dan tingkatannya. SKL mengindikasikan harapan masyarakat, orang tua, pejabat
pemerintah, serta pihak swasta terkait dunia pendidikan. Selain itu, SKL juga
dijadikan sebagai harapan bagi dunia kerja juga jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
3. Pengembangan Kurikulum Tingkat Mata Pelajaran
Bentuk pengembangan kurikulum di tingkat mata pelajaran dikenal sebagai silabus,
yang merupakan dokumen yang mencakup aktivitas pembelajaran, alokasi waktu,
bentuk evaluasi, indikator pencapaian, kompetensi dasar, kompetensi inti, serta
materi yang disusun pada masa peralihan semester.
4. Pengembangan Kurikulum Tingkat Pembelajaran di Kelas
Pengembangan kurikulum pada tingkat ini dilaksanakan pada bentuk RPP (Rencana
Pelaksanaan Pendidikan) yang disusun oleh setiap guru atau tenaga pendidik. RPP
meliputi sumber belajar yang akan diterapkan guru saat menyampaikan materi
pembelajaran.

2. Pengorganisasian kurikulum

Menurut Dinn Wahyudin dalam (Saajidah , 2018) Pengorganisasian kurikulum


merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang tujuannya untuk
mempermudah siswa dalam mempelajari bahan serta mempermudah siswa
dalam melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif. Organisasi kurikulum meliputi pembagian tugas yang
jelas, organisasi mata pelajaran, alokasi waktu, dan lainnya.5
Pengorganisasian kurikulum merupakan upaya untuk mengelola dan

5
Luthfiyyah Saajidah, “Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Pengelolaan Kurikulum,” Jurnal Isema:
Islamic Educational Management 3, no. 2 (2018): 201–208.
5
mensingkronisasikan semua program kurikulum pendidikan agar dapat
diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar dengan optimal.6

Pengorganisasian yang sesuai dalam pengembangan kurikulum, yaitu:

a. Organisasi perencanaan kurikulum yang dilakukan oleh sebuah tim


pengembang (inovasi) kurikulum

b. Organisasi pelaksanaan kurikulum tingkat regional


c. Organisasi evaluasi kurikulum yang mencakup beragam pihak yang
bersangkutan Selain itu, pada setiap organisasi tersebut dijalankan oleh
susunan pengurus berdasarkan struktur organisasi yang memiliki kewajiban
tersendiri.
Secara akademik, organisasi kurikulum, yakni:

1. Kurikulum mata pelajaran yang meliputi seluruh mata pelajaran secara


terpisah
2. Kurikulum bidang studi terhadap beragam mata pelajaran yang serupa
3. Kurikulum integrasi yang memfokuskan kurikulum mengenai permasalahan
maupun topik khusus
4. Core kurikulum sebagai penyusunan kurikulum terhadap keperluan peserta
didik

3. Penyusunan Staf

Staffing merupakan fungsi yang menyediakan orang untuk menerapkan


system yang telah diorganisasikan atau direncanakan. 7 Staffing dilaksanakan
setelah seluruh penetapan tugas. Adapun staffing meliputi:

a. Rekrutmen
Yaitu, sebuah proses ketenagaan yang berkualifikasi khusus demi menempati
posisi pekerjaan yang tersedia. Pelaksanaan rekrutmen mampu diterapkan
secara eksternal maupun internal.
b. Seleksi
6
Yaya Suryana and Firman Yuda Pratama, “Manajemen Implementasi Kurikulum 2013 Di
Madrasah,” Jurnal Isema: Islamic Educational Management 3, no. 1 (2018).
7
Varary Mechwafanitiara Cantika, “Prosedur Pengembangan Kurikulum (Kajian Literatur Manajemen
Inovasi Kurikulum)”, Jurnal UPI, p- ISSN 1829-6750 & e- ISSN 2798-1363, 19, Februari 2022, h. 180 -
181.

6
Yaitu, proses mengidentifikasi kriteria seleksi calon ketenagakerjaan.
c. Hiring
Yaitu, mengidentifikasi kandidat terbaik kemudian memilihnya sesuai kualifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Penempatan
Yaitu, proses dimana tenaga kerja diberi peluang guna mengembangkan potensi
dalam diri masing-masing secara maksimal.
e. Manajemen Staf
Yaitu, aktifitas pengembangan unsur ketenagakerjaan dalam sebuah lembaga atau
organisasi.

4. Kontrol Kurikulum

Pengontrolan merupakan suatu proses meninjau performances terhadap


standar yang telah ditentukan guna mengukur sejauh mana pencapaian hal
tersebut sudah diusahakan. Control sangat berkaitan dengan perencanaan dalam
suatu system. Control kurikulum berarti proses pembuatan keputusan mengenai
kurikulum di lingkungan sekolah maupun pembatasan proses pembelajaran
terhadap minat pihak eksternal misalnya masyarakat dan orang tua.

Julaeha et al., (2021) menyebutkan bahwa pengembangan kurikulum


melalui empat tahapan yaitu:

1. Merumuskan tujuan pembelajaran, yang terdiri dari tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum merupakan tujuan yang ingin diraih oleh satuan pendidikan
atau pengembang kurikulum sedangkan tujuan khusus merupakan tujuan yang
berasal dari tuntutan stakeholders.
2. Merumuskan dan menyeleksi pengalaman belajar. Tahap ini dapat dilalui
dengan menyeleksi pengalaman belajar yang diperlukan dalam mencapai
tujuan kurikulum atau pembelajaran. Pengalaman siswa harus sesuai dengan
tujuan ingin dicapai, dimana setiap tujuan menentukan pengalaman belajar
yang akan didapatkan masing-masing siswa. Selain itu setiap pengalaman
belajar yang didapatkan juga harus memuaskan keingintahuan siswa. Setiap
rancangan pembelajaran juga disusun dengan melibatkan partisipasi siswa.
Setiap pembelajaran juga harus memungkinkan memiliki lebih dari satu tujuan

7
pembelajaran yang berbeda-beda. Pengalaman belajar yang dipilih juga harus
dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
3. Mengorganisasi pengalaman belajar. Terdapat beberapa jenis pengalaman
belajar. Pertama, pengorganisasian secara vertical dan kedua secara
horizontal. Pengorganisasian secara vertical apabila menghubungkan
pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Sedang pengorganisasian secara horizontal jika kita menghubungkan
pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang
sama.
4. Mengevaluasi kurikulum. Terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai apakah telah
terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan. Kedua, evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat
penilaian dalam suatu waktu tertentu. Lebih lanjut, terdapat dua fungsi
evaluasi. Pertama, fungsi sumatif yaitu evaluasi yang digunakan untuk
memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Kedua,
fungsi formatif yaitu evaluasi untuk melihat efektivitas proses pembelajaran.

Berbicara mengenai prosedur atau proses pengembangan kurikulum


tentu tidak terlepas dari faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi proses pengembangan kurikulum, di
antaranya yaitu:
1. Perguruan Tinggi

Kurikulum memperoleh dampak dari perguruan tinggi sekaligus segi IPTEK serta
pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan juga persiapan pendidik pada
perguruan tinggi, IPTEK berkontribusi kepada isi kurikulum. Melalui
pekembangannya maka isi materi ajar yang terdapat dalam kurikulum juga
akan berkembang.

2. Masyarakat

Sekolah adalah unit dari masyarakat yang menyiapkan anak dalam hidup
bermasyarakat. Pendidikan dalam lingkungan sekolah tentu dipengaruhi oleh

8
lingkungan sekitarnya. Isi kurikulum hendaknya menjawab tuntutan dan
kebutuhan yang timbul atau tumbuh dalam lingkungan masyarakat

3. Sistem Nilai

Sistem nilai tumbuh terhadap lingkungan masyarakat. System nilai sendiri dapat
berarti agama, budaya, moral, nilai politis, serta sosial. Sekolah sebagai bagian
dari masyarakat mempunyai tanggungjawab mempertahankan system nilai
yang diterapkan dalam lingkungan masyarakat. System nilai tersebut nantinya
akan diintegrasikan pada kurikulum. Masalah yang dihadapi saat
mempertahankan system nilai dalam masyarakat adalah keberagaman
masyarakat, sehingga masyarakat memiliki nilai yang berbeda-beda.

B. Landasan Pengembangan Kurikulum

Dasar berarti sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau


berpendapat.1 Landasan berarti alas, dasar atau tumpuan. Menurut Siregar
dan Nara yang dikutip oleh Rahmat Raharjo mengatakan bahwa landasan
adalah a). Sebuah pondasi yang diatasnya dibangun sebuah bangunan, b).
Pikiran-pikiran abstrak yang dijadikan titik tolak atau titik berangkat bagi
pelaksanaan suatu kegiatan, c). Pandangan- pandangan abstrak yang telah
teruji, yang dipergunakan sebagai titik tolak dalam menyusun konsep,
melaksanakan konsep, dan mengevaluasi konsep.2
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu.3 Dalam pandangan klasik, kurikulum dipandang sebagai rancana
pembelajaran di suatu sekolah atau madrasah, pelajaran-pelajaran apa yang
harus ditempuh disekolah atau madrasah itulah kurikulum. Sementara dalam
pandangan modern kurikulum lebih dianggap sebagai pengalaman atau
sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20
Tahun 2003 Pasal 1 ayat 19 : Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
9
1
(KBBI of Lines n.d.)
2
Rahmat Raharjo, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Yogyakarta: Baituna
Publishing, 2012), 28.
3
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), 3.

Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat


signifikan, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan
gedung atau rumah yang tidak menggunakan landasan atau pondasi yang
kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan yang kencang,
bangunan tersebut akan mudah roboh. Demikian pula dengan halnya
kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum
terebut akan mudah terombang- ambing dan yang menjadi taruhannya
adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik itu
sendiri.
Berdasarkan uraian diatas maka landasan pengembangan kurikulum
dapat diartikan sebagai suatu gagasan, asumsi atau prinsip yang menjadi
sandaran atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum dengan tetap
mempertimbangkan landasan filosofi, landasan yuridis, landasan psikologis,
landasan sosiologis, Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi.6 Beberapa
ahli berpendapat tentang landasan kurikulum diantaranya Omar M. Al-
Toumy yang dikutip oleh Muhammad Zein menyatakan bahwa dasar
pengmbangan kurikulum menjadi empat yakni: dasar agama, psikologis
falsafah, dan sosial7 sementara menurut S. Nasution yang dikutip oleh
Ahmad Janan menyatakan bahwa pengembangan kurikulum menjadi empat
asas yakni : Asas filosofis, sosiologis, psikologis dan organisatoris.8

1. Landasan Relegius

Landasan religius dalam mengembangkan kurikulum artinya


pengembangan dan penerapan kurikulum berdasarkan nilai-nilai ilahiyah
sehingga dengan adanya dasar ini kurikulum diharapkan dapat membimbing
peserta didik untuk mebina iman yag kuat, teguh terhadap ajaran agama,
berkhlak mulia dan melengkapinya dengan ilmu pengetahuan yang
bermanfaat di dunia dan di akhirat. 9

1998), 1.
10
6
Santoso, Kurikulum, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
Dasar-Dasar
Pengembangan 7 Muhammad Zein, Asas dan Pemgembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Sumbangsih
Offset, 1985), 21.
8
Ahmad Janan Asifuddin, Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam, (Yogjakarta: SUKA
Press, 2010), 114.
9
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 34.

11
Landasan religius ini relevan dengan tujuan Pendidikan Nasional
sebagaiman yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yakni Pendikan Nasional bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratisdan bertanggungjawab.10

2. Landasan Filosofis

Landasan filosofis mengandung arti bahwa pendidikan senantiasa


berhubungan dengan manusia baik sebagai subjek, sebagai objek, maupun
sebagai pengelola. Dengan demikian, pendidikan senantiasa berintikan
interaksi antarmanusia. Di dalam interaksi tersebut tentu saja ada tujuan
dan sasaran yang harus dicapai, ada materi atau bahan yang diinteraksikan,
ada proses yang ditempuh dalam menginteraksikannya, serta ada kegiatan
evaluasi untuk mengetahui ketercapaian proses dan hasilnya. Tentu saja
untuk merumuskan dan mengembangkan setiap aspek yang terkait dengan
setiap dimensi kurikulum tersebut memerlukan jawaban atau pemikiran
yang mendalam dan mendasar atau dengan kata lain harus menggunakan
pemikiran filosofis.11
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan
kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan
pada berbagai aliran filsafat, seperti: perenialisme, essensialisme,
eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran-aliran
filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan, Di bawah ini diuraikan
tentang isi dari-dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.


10

Jarwani Afgani Dahlan, Analisis Kurikulum Matematika. In: Kurikulum dan


11

Pengembangannya, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2014), 15.

12
a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan,
kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak
sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut
faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal
yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.

b. Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan


pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar
dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains
dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi
kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Kehidupan
masyarakat dapat ditingkatkan dan diperbaiki dengan pertolongan
ilmu pengetahuan karenan peranan ilmu pengetahuan bagi
masyarakat dapat mengembangkan masyarakat menjadi berbudaya12
Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih
berorientasi pada masa lalu.

c. Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber


pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan
seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini
mempertanyakan: bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman
itu?

d. Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan


individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar
dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan
belajar peserta didik aktif. Konsep yang didasari oleh pengetauan dan
kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-
kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi
masalah-masalah yang bersifat menekan atau mencancam adanya
manusia itu sendiri.13

12
Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,
(Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988), 70.
13
13
Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi,......68.

14
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa
depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh
menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan
sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis,
memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini
menekankan pada hasil belajar dari pada proses.

Dalam pendekatan filosofi pengembangan kurikulum di Negara


Indonesia harus mengacu pada visi, misi dan tujuan Pendidikan Nasional,
sehingga tidak bertentangan dengan falsafah negara yaitu Pancasila.17
karena Pancasila merupakan dasar Negara, pandangan hidup (way of lofe),
dan sekaligus menjadi ideologi bangsa dan negara indonesia. Landasan
filsafat dalam pengembangan kurikulum memilki empat fungsi yaitu:14

a. Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan


b. Filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus
dipelajari
c. Filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan
d. Filsafat dapat menentukan tolak ukur keberhasilan proses pendidikan

3. Landasan Yuridis

Setiap Pendidikan formal sudah dipastikan akan dikelola oleh


badan hukum sesuai dengan peraturan yang ditetapkan, termasuk
kurikulum yang digunakan. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum
yang dilakukan harus mengacu pada landasan yuridis yang telah
ditetapkan.15

14
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 35.
15
Rahmat Raharjo, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Yogyakarta: Baituna
Publishing, 2012), 29.

15
4. Landasan Psikologi
Dalam proses pendidikan itu terjadi interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik. maupun
lingkungan sosial. Melalui pendidikan ini diharapkan adanya perubahan
perilaku peserta didik menuju kedewasaan. baik fisik, mental/intelektual,
moral maupun sosial.

Dalam pengembangan kurikulum landasan yuridis yakni berupa


aturan- aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah baik itu berupa
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Agama maupun Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan yang terkait dengan pendidikan. Kurikulum
yang dihasilkan harus berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia.
Hukum-hukum yang berlaku di Indonesia dijadikan pijakan dalam
pengembangan kurikulum atau sebagai acuan dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan dalam kurikulum yang telah dibuat.

Namun tidak semua perubahan perilaku peserta didik tersebut


mutlak sebagai akibat intervensi dari program pendidikan, ada juga yang
dipengaruhi oleh kematangan peserta didik itu sendiri atau pengaruh dari
lingkungan di luar program pendidikan.

Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan/program


pendidikan sudah pasti berkenaan dengan proses perubahan perilaku peserta
didik tersebut di atas. Melalui kurikulum tersebut diharapkan dapat
terbentuk tingkah laku baru berupa kemampuan-kemampuan aktual dan
potensial dan para peserta didik serta kemampuan- kemampuan. Atas dasar
itu terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan dalam
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar.

16
Psikologi belajar berkenaan atau memberikan sumbangan terhadap
kurikulum dalam hal bagaimana kurikulum itu diberikan kepada peserta
didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya, berarti
berkenaan dengan strategi kurikulum, sedangkan Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan
kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalaman materi/bahan ajar
sesuai dengan taraf perkembanaan peserta didik. Setiap materi mempunyai
karakteristik yang berbeda, sehingga materi tersebut akan diterima oleh
peserta didik, manakala sesuai dengan kesanggapun, kemampuan untuk
menerimanya.16

Berdasarkan hal tersebut, perlu diketahui bahwa pentingnya peran


psikologi dalam merencanakan kurikulum, karena mempunyai pengetahuan
teori terkait bagaimana penetapan kegiatan pembelajaran dan bagaimana
kondisi pembelajaran menjadi pembelajaran yang efektif dan efisien.
5. Landasan Sosial Budaya
Pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk
terjun ke lingkungan masyarakat. Melalui pendidikan, kita mengharapkan
dapat lebih Ada dua pertimbangan sosial budaya yang dijadikan landasan
dalam pengembangan kurikulum: Pertama,Setiap orang dalam masyarakat
selalu berhadapan dengan masalah anggota masyarakat yang belum
dewasa dalam kebudayaan. Maksudnya manusia belum mampu
menyesuaikan dengan cara kelompoknya. Kedua, Kurikulum dalam setiap
masyarakat merupakan refleksi dari cara orang berfikir, berasa, bercita-cita
atau kebiasaan. Karena itu untuk membina struktur dan fungsi kurikulum,
perlu memahami kebudayaan.17

16
M.Pd. Dr. R. Masykur, TEORI DAN TELAAH PENGEMBANGAN KURIKULUM.

17
Berdasarkan hal tersebut dapat diungkapkan bahwa penerapan
teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua ilmu
pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai
oleh siswa lebih bermakna dalam hidupnya.Pengembangan kurikulum
hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan
masyarakat.
6. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun
secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan
teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan
masalah-masalah praktis dalam kehidupan.

Sebagai pengembang kurikulum, ilmu pengetahuan dan teknologi


merupakan asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil-hasil riset atau
penelitian dan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang menjadi titik tolak
dalam mengembangkan kurikulum. Pengembangan kurikulum
membutuhkan sumbangan dari berbagai kajian ilmiah dan teknologi baik
yang bersifat hardware maupun software sehingga pendidikan yang
dilaksanakan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.18

17
Rosni Rosni, ‘Landasan Sosial Budaya Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dalam
Pengembangan Kurikulum’, Inspiratif Pendidikan, 6.1 (2017), 128
<https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4922>.
18
Ade Ahmad Mubarok and others, ‘Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Di
Indonesia’, Jurnal Dirosah Islamiyah, 3.1 (2021), 103–25 <https://doi.org/10.47467/jdi.v3i2.324>.

18
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung
berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya
mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan
media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak
langsung dunia pendidikan dituntut untuk dapat membekali peserta didik
agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah pendidikan.

Berdasarkan hal tersebut perngembangan kurikulum perlu


memperhatikan perkembangan IPTEK agar kegiatan proses pembelajaran
yang dirancang dalam kurikulum dapat menciptakan generasi yang dapat
bersaing di masa kini dan akan datang.
7. Landasan Organisatoris
Landasan Organisatoris ialah sebagai suatu gagasan, suatu asumsi,
atau prinsip yang berkenaan dengan organisasi-organisasi bahan pelajaran
yang disajikan atau ringkasan singkatnya ialah landasan organisatoris
mengenai bentuk penyajian bahan pelajaran yakni organisasi kurikulum.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi
kurikulum, diantaranya ialah yang berkaitan dengan ruang lingkup
(scope), urutan bahan ajar (sequence), kontinuitas, keseimbangan dan
keterpaduan (integrated).

Secara umum terdapat kurikulum yang organisasinya bersifat


subject- centered yakni disusun menurut mata pelajaran yang terpisah-
pisah dan yang bersifat terpadu, yaitu yang mengintegrasikan bahan
pelajaran tanpa menghiraukan batas-batas disiplin ilmu.19

a. Kurikulum berdasarkan Mata Pelajaran (subject-centered)


Dalam proses pembelajarannya sifat kurikulum ini cenderung aktivitas
19
siswa tidak diperhatikan, karena yang menjadi aktor utamanya adalah
pengetahuan-pengetahuan yang menjadi informasi siswa yang cukup
dengan membaca dan menghafalnya. Dengan ini siswa tidak dapat
mengembangkan potensinya yang mungkin berada di ilmu lain yang lebih
aktual dan tidak jadul. Dan keadaan ini juga cenderung mengutamakan
keaktifan guru sebagai pihak penginformasi dan siswa cenderung pasif.
Namun disamping itu kurikulum seperti ini juga mempunya titik lebihnya,
yaitu bahwa pelajaran tersusun secara sistematis mudah dan sederhana,
serta mewariskan dan melestarikan budaya dan pengetahuan terdahulu dan
bentuk kurikulum seperti ni mudah dipola dan dibentuk bahkan dapat
diperluas dan persempit sesuai dengan waktu yang ada, karena sudaha
adanya bahan ajar.
b. Kurikulum Terpadu (Integrated curriculum)
Kurikulum yang bersifat ini cenderung memandang bahwa dalam
suatu pokok bahasan harus terpadu secara menyeluruh. Keterpaduan ini
dapat dicapai melalui pemusatan pelajaran pada satu masalah tertentu
dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata
pelajaran yang diperlukan sehingga batas- batas antara mata pelajaran
dapat ditiadakan.

19
Dr. Baderiah., Buku Ajar Pengembangan Kurikulum

20
c. Kurikulum Terpadu (Integrated curriculum)
Kurikulum yang bersifat ini cenderung memandang bahwa dalam
suatu pokok bahasan harus terpadu secara menyeluruh. Keterpaduan ini
dapat dicapai melalui pemusatan pelajaran pada satu masalah tertentu
dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata
pelajaran yang diperlukan sehingga batas- batas antara mata pelajaran
dapat ditiadakan.
Ada tiga bentuk pengorganisasian kurikulum dalam keterpaduan
ini diantaranya yaitu :
1. Kurikulum inti (core curriculum). Kurikulum ini selalu menggunakan
bahan-bahan dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu guna
menjawab atau mnyelesaikan permasalahan yang dihadapi atau yang
dipelajari siswa. Kurikulum ini bersifat umum dan diberlakukan untuk
semua siswa, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial,
dan pengalaman yang terpadu. .
2. Social functions dan persistent situations. Kurikulum ini didasarkan
atas analisis kegiatan manusia dalam masyarakat. Dalam sosial
functions dapat diangkat berbagai kegiatan manusia yang terus
berkembang sesuai dengan era globalisasi untuk dijadikan topik
pembelajaran. Sebagai modifikasi dari social functions adalah
persistent situations yang kajian kurikulumnya lebih mendalam dan
terarah.
3. Experience atau activity curriculum Kurikulum ini cenderung
mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman siswa dalam
rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan
maupun potensi siswa. Kurikulum ini pada hakikatnya siswa berbuat
dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya vokasional, tetapi
tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik siswa.

21
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kurikulum harus
diorganisir dengan baik agar siswa mudah mempelajarinya. Isi kurikulum
dapat diorganisasikan dalam bentuk terpisah -pisah atau pun terintegrasi
dengan beberapa mata pelajaran lainnya.

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat
signifikan, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah
bangunan gedung atau rumah yang tidak menggunakan landasan atau
pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan yang
kencang, bangunan tersebut akan mudah roboh. Demikian pula dengan
halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka
kurikulum terebut akan mudah terombang- ambing dan yang menjadi
taruhannya adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh
pendidik itu sendiri.

B. Kritik dan Saran


Makalah ini hanya membahas secara umum tentang etika dalam
penelitian pendidikan, masih diperlukan pembahasan terperinci terkait
materi tersebut. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Cantika, Varary Mechwafanitiara. “Prosedur Pengembangan Kurikulum (Kajian


Literatur Manajemen Inovasi Kurikulum).” Inovasi Kurikulum 19, no. 2
(2022): 171–184.

Dahlan, Jarnawi Afgani. (2014). Analisis Kurikulum Matematika. In: Kurikulum


dan Pengembangannya. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dr. Baderiah, M.Ag., Buku Ajar Pengembangan Kurikulum

Dr. R. Masykur, M.Pd., TEORI DAN TELAAH PENGEMBANGAN KURIKULUM

Mubarok, Ade Ahmad, dkk,. (2021). ‘Landasan Pengembangan Kurikulum


Pendidikan Di Indonesia’, Jurnal Dirosah Islamiyah, 3.1 (2021), 103–25
<https://doi.org/10.47467/jdi.v3i2.324>

Raharjo, Rahmat. 2012. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Yogyakarta:


Baituna Publishing.

Rimby, Galuh Puspo. Landasan Pengembangan Kurikulum.

Rosni. (2017). Landasan Sosial Budaya Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Dalam Pengembangan Kurikulum’, Inspiratif Pendidikan, 6.1 (2017), 128
<https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4922>

Safaruddin. (2015). Jurnal Kajian Islam Dan Pendidikan. Volume 07 No 02 2015.


http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/al-qalam.
Saajidah, Luthfiyyah. “Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Pengelolaan Kurikulum.”
Jurnal Isema: Islamic Educational Management 3, no. 2 (2018): 201–208.

Suryana, Yaya, and Firman Yuda Pratama. “Manajemen Implementasi Kurikulum


2013 Di Madrasah.” Jurnal Isema: Islamic Educational Management 3, no.
1 (2018).

Oktapiani, Marliza. “Perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di


Indonesia.” Tahdzib Al-Akhlaq: Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 1 (2019):
71–102.

24

Anda mungkin juga menyukai