Oleh:
MAHNA 220211020026
NOVI VIRYANTI 220211020021
RIZKY NUR AFIFAH 220211020028
SITI MAKIAH 220211010020
PROGRAM PASCASARJANA
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI
BANJARMASIN
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, dan hidayah- Nya sehingga pembuatan makalah ini dapat selesai tepat
pada waktunya. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita
baginda Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah membawa kita dari zaman
kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Terimakasih kami
ucapkan kepada Dosen pengampu mata kuliah Telaah Kurikulum Ibu Dr.
Salamah, M.Pd yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Dan juga kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang turut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
pengalaman penulis masih sangat sedikit. Oleh karena itu, penulis harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini dikemudian hari.
Wassalamua’laikum Wr. Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASA
N
1. Perencanaan kurikulum
3
Oktapiani, “Perencanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Di Indonesia.”
3
8. Perencanaan dan pengembangan kurikulum paling efetif jika dikerjakan
secara bersama-sama. Hal ini dikarenakan beragamnya unsur-unsur
kurikulum, yang menuntut tetang keahlian secara luas.
9. Perencanaan kurikulum harus memuat artikulasi program sekolah dan
siswa pada setiap jenjang dan tingkatan sekolah. Berkaitan dengan hal ini,
kurikulum harus terdiri atas integrasi berbagai pengalaman yang relevan.
10. Program sekolah harus dirancang untuk mengoordinasikan semua unsur
dalam kurikulum kerangka kerja pendidikan.
11. Masing-maisng sekolah mengembangkan dan memperhalus suatu struktur
organisasi yang memfasilitasi studi masalah-masalah kurikulum dan
mensponsori kegiatan perbaikan kurikulum.
12. Perlunya penelitian tindakan dan evaluasi, untuk menyediakan revitalisasi
rencana dan program kurikulum.
13. Partisipasi kooperatif harus dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan
perencanaan kurikulum, terutama keterlibatan masyarakat dan para siswa
dalam perencanaan situasi belajr-mengajar yang spesifik.
14. Dalam perencanaan kurikulum, harus disediakan evaluasi secara kontinu
terhadap semua aspek pembuatan keputusan kurikulum, yang juga
meliputi analisis terhadap proses dan konten kegiatan kurikulum.
15. Berbagai jenjang sekolah, dari Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan
Tinggi, hendaknya merespon dan mengakomodasi perubahan,
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Untuk itu, perlu direfleksikan
organisasi dan prosedur secara bervariasi.
4
Cantika, “Prosedur Pengembangan Kurikulum (Kajian Literatur Manajemen Inovasi
Kurikulum).”
4
kurikulum pendidikan secara vertikal, dilaksanakan berdasarkan tingkatan
pendidikan, yakni pada jenjang terendah hingga jenjang tertinggi.
2. Pengembangan Kurikulum Tingkat Institusi
Memiliki berbagai aktivitas. Pertama, mendiskusikan tujuan yang hendak diraih
sekolah. Kedua, menata Standar Kompetensi Kelulusan (SKL). Ketiga, penetapan
isi kurikulum secara keseluruhan. Lebih lanjut, SKL memuat rumusan kompetensi
keterampilan, pengetahuan, serta sikap yang wajib diterapkan peserta didik seusai
mereka mengikuti pembelajaran. Perumusan SKL disesuaikan berdasarkan jenis
dan tingkatannya. SKL mengindikasikan harapan masyarakat, orang tua, pejabat
pemerintah, serta pihak swasta terkait dunia pendidikan. Selain itu, SKL juga
dijadikan sebagai harapan bagi dunia kerja juga jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
3. Pengembangan Kurikulum Tingkat Mata Pelajaran
Bentuk pengembangan kurikulum di tingkat mata pelajaran dikenal sebagai silabus,
yang merupakan dokumen yang mencakup aktivitas pembelajaran, alokasi waktu,
bentuk evaluasi, indikator pencapaian, kompetensi dasar, kompetensi inti, serta
materi yang disusun pada masa peralihan semester.
4. Pengembangan Kurikulum Tingkat Pembelajaran di Kelas
Pengembangan kurikulum pada tingkat ini dilaksanakan pada bentuk RPP (Rencana
Pelaksanaan Pendidikan) yang disusun oleh setiap guru atau tenaga pendidik. RPP
meliputi sumber belajar yang akan diterapkan guru saat menyampaikan materi
pembelajaran.
2. Pengorganisasian kurikulum
5
Luthfiyyah Saajidah, “Fungsi-Fungsi Manajemen Dalam Pengelolaan Kurikulum,” Jurnal Isema:
Islamic Educational Management 3, no. 2 (2018): 201–208.
5
mensingkronisasikan semua program kurikulum pendidikan agar dapat
diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar dengan optimal.6
3. Penyusunan Staf
a. Rekrutmen
Yaitu, sebuah proses ketenagaan yang berkualifikasi khusus demi menempati
posisi pekerjaan yang tersedia. Pelaksanaan rekrutmen mampu diterapkan
secara eksternal maupun internal.
b. Seleksi
6
Yaya Suryana and Firman Yuda Pratama, “Manajemen Implementasi Kurikulum 2013 Di
Madrasah,” Jurnal Isema: Islamic Educational Management 3, no. 1 (2018).
7
Varary Mechwafanitiara Cantika, “Prosedur Pengembangan Kurikulum (Kajian Literatur Manajemen
Inovasi Kurikulum)”, Jurnal UPI, p- ISSN 1829-6750 & e- ISSN 2798-1363, 19, Februari 2022, h. 180 -
181.
6
Yaitu, proses mengidentifikasi kriteria seleksi calon ketenagakerjaan.
c. Hiring
Yaitu, mengidentifikasi kandidat terbaik kemudian memilihnya sesuai kualifikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Penempatan
Yaitu, proses dimana tenaga kerja diberi peluang guna mengembangkan potensi
dalam diri masing-masing secara maksimal.
e. Manajemen Staf
Yaitu, aktifitas pengembangan unsur ketenagakerjaan dalam sebuah lembaga atau
organisasi.
4. Kontrol Kurikulum
1. Merumuskan tujuan pembelajaran, yang terdiri dari tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum merupakan tujuan yang ingin diraih oleh satuan pendidikan
atau pengembang kurikulum sedangkan tujuan khusus merupakan tujuan yang
berasal dari tuntutan stakeholders.
2. Merumuskan dan menyeleksi pengalaman belajar. Tahap ini dapat dilalui
dengan menyeleksi pengalaman belajar yang diperlukan dalam mencapai
tujuan kurikulum atau pembelajaran. Pengalaman siswa harus sesuai dengan
tujuan ingin dicapai, dimana setiap tujuan menentukan pengalaman belajar
yang akan didapatkan masing-masing siswa. Selain itu setiap pengalaman
belajar yang didapatkan juga harus memuaskan keingintahuan siswa. Setiap
rancangan pembelajaran juga disusun dengan melibatkan partisipasi siswa.
Setiap pembelajaran juga harus memungkinkan memiliki lebih dari satu tujuan
7
pembelajaran yang berbeda-beda. Pengalaman belajar yang dipilih juga harus
dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa.
3. Mengorganisasi pengalaman belajar. Terdapat beberapa jenis pengalaman
belajar. Pertama, pengorganisasian secara vertical dan kedua secara
horizontal. Pengorganisasian secara vertical apabila menghubungkan
pengalaman belajar dalam satu kajian yang sama dalam tingkat yang berbeda.
Sedang pengorganisasian secara horizontal jika kita menghubungkan
pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang
sama.
4. Mengevaluasi kurikulum. Terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan
sehubungan dengan evaluasi. Pertama, evaluasi harus menilai apakah telah
terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang
telah dirumuskan. Kedua, evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat
penilaian dalam suatu waktu tertentu. Lebih lanjut, terdapat dua fungsi
evaluasi. Pertama, fungsi sumatif yaitu evaluasi yang digunakan untuk
memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Kedua,
fungsi formatif yaitu evaluasi untuk melihat efektivitas proses pembelajaran.
Kurikulum memperoleh dampak dari perguruan tinggi sekaligus segi IPTEK serta
pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan juga persiapan pendidik pada
perguruan tinggi, IPTEK berkontribusi kepada isi kurikulum. Melalui
pekembangannya maka isi materi ajar yang terdapat dalam kurikulum juga
akan berkembang.
2. Masyarakat
Sekolah adalah unit dari masyarakat yang menyiapkan anak dalam hidup
bermasyarakat. Pendidikan dalam lingkungan sekolah tentu dipengaruhi oleh
8
lingkungan sekitarnya. Isi kurikulum hendaknya menjawab tuntutan dan
kebutuhan yang timbul atau tumbuh dalam lingkungan masyarakat
3. Sistem Nilai
Sistem nilai tumbuh terhadap lingkungan masyarakat. System nilai sendiri dapat
berarti agama, budaya, moral, nilai politis, serta sosial. Sekolah sebagai bagian
dari masyarakat mempunyai tanggungjawab mempertahankan system nilai
yang diterapkan dalam lingkungan masyarakat. System nilai tersebut nantinya
akan diintegrasikan pada kurikulum. Masalah yang dihadapi saat
mempertahankan system nilai dalam masyarakat adalah keberagaman
masyarakat, sehingga masyarakat memiliki nilai yang berbeda-beda.
1. Landasan Relegius
1998), 1.
10
6
Santoso, Kurikulum, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
Dasar-Dasar
Pengembangan 7 Muhammad Zein, Asas dan Pemgembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Sumbangsih
Offset, 1985), 21.
8
Ahmad Janan Asifuddin, Mengungkit Pilar-pilar Pendidikan Islam, (Yogjakarta: SUKA
Press, 2010), 114.
9
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 34.
11
Landasan religius ini relevan dengan tujuan Pendidikan Nasional
sebagaiman yang termaktub dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yakni Pendikan Nasional bertujuan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratisdan bertanggungjawab.10
2. Landasan Filosofis
12
a. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan,
kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak
sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut
faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal
yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.
12
Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,
(Jakarta : PT. Bina Aksara, 1988), 70.
13
13
Iskandar Wiryokusumo dan Usman Mulyadi,......68.
14
e. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa
depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh
menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan
sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis,
memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini
menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
3. Landasan Yuridis
14
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), 35.
15
Rahmat Raharjo, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Yogyakarta: Baituna
Publishing, 2012), 29.
15
4. Landasan Psikologi
Dalam proses pendidikan itu terjadi interaksi antara peserta didik
dengan lingkungannya, baik lingkungan yang bersifat fisik. maupun
lingkungan sosial. Melalui pendidikan ini diharapkan adanya perubahan
perilaku peserta didik menuju kedewasaan. baik fisik, mental/intelektual,
moral maupun sosial.
16
Psikologi belajar berkenaan atau memberikan sumbangan terhadap
kurikulum dalam hal bagaimana kurikulum itu diberikan kepada peserta
didik dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya, berarti
berkenaan dengan strategi kurikulum, sedangkan Psikologi perkembangan
diperlukan terutama dalam menentukan isi kurikulum yang diberikan
kepada peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalaman materi/bahan ajar
sesuai dengan taraf perkembanaan peserta didik. Setiap materi mempunyai
karakteristik yang berbeda, sehingga materi tersebut akan diterima oleh
peserta didik, manakala sesuai dengan kesanggapun, kemampuan untuk
menerimanya.16
16
M.Pd. Dr. R. Masykur, TEORI DAN TELAAH PENGEMBANGAN KURIKULUM.
17
Berdasarkan hal tersebut dapat diungkapkan bahwa penerapan
teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua ilmu
pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi
sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai
oleh siswa lebih bermakna dalam hidupnya.Pengembangan kurikulum
hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan
masyarakat.
6. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun
secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan
teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan
masalah-masalah praktis dalam kehidupan.
17
Rosni Rosni, ‘Landasan Sosial Budaya Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dalam
Pengembangan Kurikulum’, Inspiratif Pendidikan, 6.1 (2017), 128
<https://doi.org/10.24252/ip.v6i1.4922>.
18
Ade Ahmad Mubarok and others, ‘Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Di
Indonesia’, Jurnal Dirosah Islamiyah, 3.1 (2021), 103–25 <https://doi.org/10.47467/jdi.v3i2.324>.
18
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung
berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya
mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan
media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak
langsung dunia pendidikan dituntut untuk dapat membekali peserta didik
agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk
memecahkan masalah pendidikan.
19
Dr. Baderiah., Buku Ajar Pengembangan Kurikulum
20
c. Kurikulum Terpadu (Integrated curriculum)
Kurikulum yang bersifat ini cenderung memandang bahwa dalam
suatu pokok bahasan harus terpadu secara menyeluruh. Keterpaduan ini
dapat dicapai melalui pemusatan pelajaran pada satu masalah tertentu
dengan alternatif pemecahan melalui berbagai disiplin ilmu atau mata
pelajaran yang diperlukan sehingga batas- batas antara mata pelajaran
dapat ditiadakan.
Ada tiga bentuk pengorganisasian kurikulum dalam keterpaduan
ini diantaranya yaitu :
1. Kurikulum inti (core curriculum). Kurikulum ini selalu menggunakan
bahan-bahan dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu guna
menjawab atau mnyelesaikan permasalahan yang dihadapi atau yang
dipelajari siswa. Kurikulum ini bersifat umum dan diberlakukan untuk
semua siswa, tetapi substansinya bersifat problema, pribadi, sosial,
dan pengalaman yang terpadu. .
2. Social functions dan persistent situations. Kurikulum ini didasarkan
atas analisis kegiatan manusia dalam masyarakat. Dalam sosial
functions dapat diangkat berbagai kegiatan manusia yang terus
berkembang sesuai dengan era globalisasi untuk dijadikan topik
pembelajaran. Sebagai modifikasi dari social functions adalah
persistent situations yang kajian kurikulumnya lebih mendalam dan
terarah.
3. Experience atau activity curriculum Kurikulum ini cenderung
mengutamakan kegiatan-kegiatan atau pengalaman siswa dalam
rangka membentuk kemampuan yang terintegritas dengan lingkungan
maupun potensi siswa. Kurikulum ini pada hakikatnya siswa berbuat
dan melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya vokasional, tetapi
tidak meniadakan aspek intelektual atau akademik siswa.
21
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kurikulum harus
diorganisir dengan baik agar siswa mudah mempelajarinya. Isi kurikulum
dapat diorganisasikan dalam bentuk terpisah -pisah atau pun terintegrasi
dengan beberapa mata pelajaran lainnya.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat
signifikan, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah
bangunan gedung atau rumah yang tidak menggunakan landasan atau
pondasi yang kuat, maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan yang
kencang, bangunan tersebut akan mudah roboh. Demikian pula dengan
halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka
kurikulum terebut akan mudah terombang- ambing dan yang menjadi
taruhannya adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh
pendidik itu sendiri.
23
DAFTAR PUSTAKA
24