Anda di halaman 1dari 6

SMP TERBUKA

1. Historis SMP Terbuka


Pada masa Pelita II, pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam
pembangunan pendidikan yang salah satunya adalah memperluas kesempatan belajar
bagi usia 7 – 12 tahun. Sebagai tindak lanjut dari kebijakan tersebut pada tahun 1974
keluarlah Inpres Nomor 10 yang salah satu diantaranya adalah pembangunan gudung-
gedung SD Inpres secara besar-besaran yang dampaknya menimbulkan permasalahan
baru untuk ditaping di tingkat SMP.
SMP terbuka mulai diritis pada tahun ajaran 1978-1980 di lima lokasi yaitu
Kalianda-Lampung Selatan, Plumbon-Jawa Barat, Adiwerna-Jawa Tengah, Kalisat-
Jawa Timur, dan Terara-NTB. Kelima lokasi SMP terbuka tersebut diresmikan oleh
menteri pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef secara simbolik pada tanggal 24
Juli 1979 di SMP terbuka Adiwerna Jawa Tengah. Namun demikian sampai pada
tahun 1989-1990 jumlah lokasi SMP terbuka belum bertambah.
Pada awal Pelita V, pada tahun 1989-1990, SMP terbuka mulai dilirik
kembali. Jumlah SMP terbuka mulai dipikirkan untuk untuk dikembangkan lebih
banyak lagi. Pada tahun 1990-1991, lokasi SMP terbuka bertambah 3 lokasi yaitu
SMP terbuka Pujut di Lombok Tengah, SMP terbuka Surabaya dan Malang di Jawa
Timur dan pada akhir Pelita V berjumlah 34 lokasi.
Pada awal tahun 1996-1997 SMP terbuka yang telah beroperasi berjumlah 956
lokai, tahun 1997-1998 bertambah lagi sebanyak 1.417 lokasi, dan akhir Pelita VI
berjumlah 3.834. sejak tahun 2000 lokasi SMP terbuka didata dan diverivikasi ulang
dan diproleh data sebanyak 2.870. (Rusydi Ananda dan Amiruddin, 2017)

2. Landasan Falsafah SMP Terbuka


Berdasarkan pertimbangan ontologi, SMP Terbuka adalah suatu bentuk
penerapan teknologi pendidikan. Teknologi pendidikan sendiri diartikan sebagai suatu
proses kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, gagasan, porsedur, peralatan
dan organisasi untuk mengatasi masalah belajar manusia. Teknologi pendidikan
berpengan pada falsafah; agar setiap pribadi dapat mengenbangkan kemampuannya
seoptimal mungkin dengan menggunakan teknologi sebagai proses dan produk,
selaras, dan serasi dengan perkembangan serta kebutuhan masyaraka (Mairso, 2007)
Pertimbangan epistemologi, secara legal keberadaan SMP terbuka berasal
kebijakan dari pemerintah untuk memperluas kesempatan belajar. Pada tahun 1976
diidentifikasikan empat alternatif untuk peruasan kesempatan, yaitu:
a. Pembangunan gedung sekolah baru.
b. Penambahan daya tampung sekolah yang sudah ada (memperbesar rasio murid
dan guru).
c. Mendirikan sekolah terbuka.
d. Menyelenggarakan pendidikan keterampilan. Setelah diuji kelayakannya
berdasarkan kriteria waktu, tenaga, biaya dan organisasi akhirnya dipilih alternatif
sekolah terbuka. (Mairso, 2007).

Pertimbangan aksiologi, sesuai dengan dasar falsafah teknologi pendidikan


maka manfaat SMP terbuka pertama-tama ditunjukkan kepada peserta didik , yaitu
agar dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan lanjut sesuai dengan kondisi mereka.

Bagi orang tua dan masyarakat SMP terbuka membawa manfaat yaitu biaya
dapat ditekan serendah mungkin, meningkatkan taraf pendidikan dasar yang
diperlukan dalam menghadapi pembangunan dan perkembangan zaman dan
dikembangkannya sumber belajar baru yang berarti membuka kesempatan
dimanfaatkannya sarana yang belum terpakai dan kemungkinan penambahan
lapangan kerja baru.

Bagi pemerintah SMP terbuka membawa manfaat yaitu dapat dipercepatnya


perluasan kesempatan belajar pada jenjang SMP dan tidak diperlukannya biaya besar
untuk pembangunan sekolah. (Mairso, 2007).

Dengan demikian, adanya SMP terbuka adalah untuk membuktikan bahwa


konsep belajar mandiri dengan bimbingan yang minimal dari guru dilaksanakan
dengan dikembangkannya sumber belajar yang sengaja dirancang untuk keperluan
belajar. Keberadaan SMP terbuka tidak mengubah atau mempengaruhi
lembaga/sekolah yang sudah ada, tetapi hanya mengambil manfaat maksimal dari
sistem yang ada.

3. Tujuan dan Sasaran SMP Terbuka


Tujuan dari sistem SMP terbuka adalah sebagai salah satu upaya atau
subsistem pendidikan pada jenjang SMP membantu lulusan SD-MI yang karen
afaktor sosial, ekonomis, geografis, waktu, dan lain-lain tidak dapat melanjutkan
pendidikan ke jenjang SMP reguler, tujuan institusional SMP terbuka adalah :
a. Memberikan bekal kemampuan dasar yang merupakan perluasan serta
peningkatan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh disekolah dasar
yang bermanfaat bagi siswa untuk mengembangkan kehidupannya secara
pribadi, anggota masyarakat dan warga negara sesuai dengan tingkat
perkembangannya.
b. Mempersiapkan sisiwa untuk hidup dalam masyarakat dan atau mengikuti
pendidikan menengah. (Rusydi Ananda dan Amiruddin, 2017)

Merujuk kepada tujuan pendirian SMP terbuka di atas, maka dengan sasaran
dari SMP terbuka adalah (1) siswa yang tidak dapat ditampung di SMP reguler, (2)
siswa SMP yang putus sekolah, (3) anak-anak didaerah terpencil dan terisolasi yang
tidak ada SMP disekitarnya, (4) anak-anak dari keluarga tidak mampu yang memaksa
mereka tidak sekolah karena membantu orang tua untuk mencari nafkah. (Rusydi
Ananda dan Amiruddin, 2017)

4. Karakteristik SMP Terbuka


Miarso (dalam Rusydi Ananda dan Amiruddin, 2017) memaparkan karakteristik
SMP terbuka sebagai berikut:
a. Siswa lebih banyak belajar mandiri.
b. Gurunya berbagi peran dengan orang (narasumber) lain, baik yang ada di
sekitar lingkungan siswa, maupun yang terpisah jauh.
c. Sumber belajarnya bervariasi, dengan bentuk utama bahan yang dikemas
untuk belajar mandiri.
d. Mempertimbangkan kondisi dan karakteristik siswa dalam penyelenggaraan
pembelajaran.
e. Kegiatan pembelajaran tidak terjadwal pada tempat dan waktu yang ketat.
f. Memanfaatkan lingkungan tempat tinggal anak didik sebagai sumber belajar.
Menambahkan penjelasan diatas terkait dengan karakteristik SMP terbuka
dijelaskan oleh Subandijah (dalam Rusydi Ananda dan Amiruddin, 2017) sebagai
berikut:

a. Terbuka bagi peserta didik tanpa batasan umur dan tanpa syarat-syarat
akademik.
b. Terbuka dalam memilih program belajar untuk mencapai ijazah formal untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan jangka pendek yang bersifat praktis,
incidental dan perorangan.
c. Terbuka dalam proses pembelajaran yaitu tidak selalu diselenggarakan di
ruang kelas secara tatap muka, dapat juga melalui media seperti radio, media
cetak, kaset, model dan gambar-gambar.
d. Terbuka dalam keluar masuk sekolah sesuai dengan waktu yang tersedia bagi
peserta didik.
e. Terbuka dalam pengelolaan sekolah, sekolah dikelola oleh pegawai negeri dan
orang lain yang diperlukan partisipasinya, misalnya pemimpin masyarakat,
orang tua peserta didik dan pamong pemerintah setempat.

5. Komponen SMP Terbuka


Ibrahim (dalam Rusydi Ananda dan Amiruddin, 2017) mengatakan komponen
SMP terbuka sama dengan SMP reguler, perbedaannya hanya terletak pada strategi
pembelajaran. Komponen SMP terbuka meliputi siswa, kurikulum, proses
pembelajaran, bahan dan fasilitas belajar, tenaga kependidikan dan dan penilaian hasil
belajar.
a. Siswa
Calon siswa SMP terbuka diutamakan peserta didik yang memenuhi
ketentuan sebagai berikut: (1) lulusan SD-MI atau setara lainnya, (2) berusia
maksimal 18 tahun, dan (3) anak putus sekolah SMP-MTs di kelas 1 yang
masih ingin melanjutkan pendidikannya.

b. Kurikulum
SMP terbuka menggunakan kurikulum SMP yang berlaku. Dari
kurikulum tersebut dikembangkan menjadi garis besar isi program media
(GBIPM) sebagai acuan untuk mengembangkan berbagai macam media
belajar pada SMP terbuka. GBIPM ini sering disebut sebagai kurikulum SMP
terbuka
.
c. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran di SMP terbuka dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu belajar mandiri dan belajar kelompok ditempat kegiatan belajar
(TKB) dan tutorial tatap muka di SMP induk atau ditempat lain yang
disepakati.
Kegiatan belajar TKB dilaksanakan 4-5 hari dalam seminggu, minimal
150 menit perharinya. Kegiatan belajar di TKB dibimbing dan diarahkan oleh
seorang guru yang disebut guru pamong. Tugas guru pamong bukan hanya
mengajar, tetapi bertugas untuk mengelola, mengarahkan, membimbing dan
memotivasi siswa agar belajar.

d. Bahan dan Fasilitas Belajar


Bahan belajar utama SMP terbuka adalah modul cetak. Modul ini
disusun secara sederhana supaya dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa.
Dengan menggunakan modul siswa dapat memantau kemajuan belajarnya
sendiri. Modul cetak ini ditunjang pula dengan media audiovisual yang berupa
program radio, kaset audio, program TV, kaset video, dan lain-lain.
SMP terbuka pada dasarnya menggunakan fasilitas belajar yang ada
pada SMP induk atau yang sudah ada seperti ruang belajar, perpustakaan,
laboratorium, ruang keterampilan, lapangan olahraga, alat-alat kesenian serta
keterampilan. Semua ruang kelas SMP induk dapat dimanfaatkan sepenuhnya
oleh SMP terbuka. Masing-masing SMP induk dari SMP terbuka telah
dibangun sebuah sumber belajar yang disebut sangar belajar, disamping
perpustakaan, laboratorium, dan ruang keterampilan. Sebagai TKB, SMP
terbuka memanfaatkan gedung SD, balai desa, rumah penduduk, pesantren
atau balai pertemuan warga.

e. Tenaga Kependidikan
SMP terbuka mempunyai tenaga kependidikan yaitu kepala sekolah,
wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran (guru bina), guru bimbingan dan
penyuluhan, guru pamong, guru pamong khusus, dan tenaga tata usaha.
Kepala sekolah SMP induk otomatis menjadi kepala sekolah SMP terbuka
dibantu oleh seorang wakil kepala sekolah yang diangkat dari salah satu guru
senior pada SMP tersebut.
Untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka, SMP terbuka
mempunyai sejumlah guru bina yang dianggap dari guru mata pelajaran yang
ada di SMP tersebut. Guru bina setiap SMP terbuka minimal setiap mata
pelajaran dibina oleh satu guru bina. Beberapa orang guru bina dapat
merangkap menjadi wali kelas siswa SMP terbuka.
Guru bimbingan dan penyuluhan dapat dirangkap oleh guru bimbingan
dan penyuluhan SMP induknya. Begitu pula tenaga tata usaha. Sedangkan
guru pamong khusus adalah tokoh masyarakat yang mempunyai keahlian
khusus untuk membimbing siswa dalam mempelajari pendidikan agama,
kerajianan dan kesenian, pendidikan jasmani, keterampilan dan muatan lokal.

f. Penilaian Hasil Belajar


Pada SMP terbuka dikenal berbagai macam penilaian yaitu tes akhir
modul, tes akhir unit (akhir beberapa modul), akhir catur wulan, dan ujian
akhir. Tes akhir modul dilakukan apabila siswa telah menyelesaikan suatu
modul. Siswa yang memproleh nilai tes akhir modul minimal 65 atau 65%
diperbolehkan untuk melanjutkan kemodul berikutnya. Untuk menentukan
kelulusan siswa SMP terbuka dilaksanakan ujian akhir yang disebut UAN.
Pada pelaksanaan tes akhir catur wulan dan ujian akhir siswa SMP terbuka
dicampur dengan siswa SMP induknya. Bagi siswa SMP terbuka yang lulus
ujian akhir diberikan Surat Tanda Tamat Belajar (STTB) yang sama dan
diperlakukan sama dengan STTB siswa SMP reguler.

Anda mungkin juga menyukai