Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

MACAM-MACAM MODEL KURIKULUM

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK IV
1. Esra Oktapriani Gultom (A1C119059)
2. Apriani Rahayu Saputri (PMM2100235)

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Dra. Wilda Syahri, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021

i
Kata Pengantar

Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh,

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat
kepada penulis selaku hambanya, tak lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya.
Penulis ucapkan terima kasih kepadaDr. Dra. Wilda Syahri, M.Pd. Selaku dosen
pembimbing matakuliah Pengembangan Kurikulum Sekolah Menengah yang berkenan
membimbing sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini
mengupas tentang “Macam-Macam Model Kurikulum”, adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas makalah pengembangan
kurikulum sekolah menengah adar dapat mengikuti mata kuliah selanjutnya yang ada di
pendidikan kimia Universitas Jambi. Penulisan makalah ini didasarkan pada hasil
literatur-literatur yang ada baik dari buku maupun sumber lainnya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan baik
dari segi isi, bentuk, maupun pemaparannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saranyang membangun dari pembaca yang sangat penulis nantikan untuk
meningkatkan mutu penulisan makalah serupa di masa mendatang.Akhir kata, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat seluas-luasnya terutama bagi mahasiswa dan
calon pendidik khususnya, Aamiin. Terimaksih

Wssalamualaikum warrohmatullohi wabarokatuh.

Magelang, 01 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
BAB I .......................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. iii
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ iii
BAB II ......................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Model Kurikulum ................................................................................ 1
2.2 Macam-macam Model Kurikulum ................................................................... 1
2.1.1 Model Konsep Pengembangan Kurikulum ................................................ 1
2.1.2 Model Pengembangan Kurikulum ............................................................. 4
2.1.3 Model Implementasi Kurikulum .............................................................. 14
BAB III
PENUTUP ................................................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Model–model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam
kegiatan pengembangan kurikulum. Sungguh sangat naif bagi para pelaku
pendidikan di lapangan terutama guru, kepala sekolah, pengawas bahkan anggota
komite sekolah jika tidak memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan
urgensi setiap model–model pengembangan kurikulum.Salah satu fungsi
pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah menyiapkan peserta didik
untuk kehidupan di kemudian hari. Oleh karena itu ada beberapa ciri dasar yang
dapat disimpulkan atas penyelenggaraan kurikulum dan pendidikan yaitu sadar
akan tujuan, orientasi ke hari depan, dan sadar akan penyesuaian.
Pemahaman tentang kurikulum sendiri merupakan salah satu unsur
kompetensi paedagogik yang harus dimiliki seorang guru. Kompetensi
paedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada
peserta didik yang salah satunya kemampuan pengembangan kurikulum.Pada
tahun 2013 pemerintah menerapkan pemberlakuan tentang kurikulum baru, yang
berlaku sebagai pengganti kurikulum 2006 yaitu Kurukulum 2013. Kurikulum ini
merupakan inovasi dan penyempurnaan dari kurikulum KTSP tahun 2006 dalam
bidang kurikulum pendidikan di Indonesia, karena dengan adanya kurikulum
2013, siswa menjadi lebih aktif dan menjadi fokus pembelajaran sedangkan guru
hanya sebagai fasilitator.
Dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju cepat,
menuntut kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan juga berkembang,
untuk itu pemerintah melalui guru berusaha mewujudkan sumber daya manusia
yang kompeten sebagai produk hasil dari proses pendidikan. Maka dari itu perlu
adanya pengembangan kurikulum sebagai modal dasar agar pembelajaran dapat
berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang bahwa dapat kita rumuskan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Apa saja macam-macam model kurikulum?

iii
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Model Kurikulum


Model merupakan pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk
melakukan suatu tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk
kegiatan pendidikan, seperti model pengajaran, model adtninistrasi, model
evaluasi, model supervisi dan model lainnya. Menggunakan model pada
perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Pengembanagan kurikulum adalah bagian yang esensial dari pendidikan.
Sasaran yang ingin dicapai bukanlah semata-mata memproduksi bahan pelajaran
melainkan lebih untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan
kurikulum menyangkut banyak faktor, mempertimbangkan isu-isu mengenai
kurikulum, siapa yang dilibatkan, bagaimana prosesnya, apa tujuannya, kepada
siapa kurikulum itu ditujukan (Kaber, 1988). Perkembangan kurikulum
merupakan proses pembuatan keputusan yang terencana dan untuk merevisi
produk dari keputusan tersebut berdasar pada evaluasi berkelanjutan. Sebuah
model dapat mengatur proses.

2.2 Macam-macam Model Kurikulum


2.1.1 Model Konsep Pengembangan Kurikulum
Model konsep Pengembangan kurikulum sangat mewarnai pendekatan
yang diambil dalam pengembangan kurikulum. Sebagai kajian teoritis, model
konsep kurikulum merupakan dasar untuk pengembangan kurikulum. Atau
dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-
konsep kurikulum yang ada. Model konsep kurikulum sangat berkaitan dengan
aliran filsafat pendidikan yang dianut. Aliran filsafat pendidikan dapat
dibedakan menjadi empat aliran, yaitu:
a. Aliran Pendidikan Klasik. Aliran pendidikan klasik ini digunakan untuk
mengembangan model konsep kurikulum subjek akademis.

1
b. Aliran Pendidikan Pribadi. Aliran ini digunakan dalam mengembangan
model konsep kurikulum humanistik.
c. Aliran Teknologi Pendidikan. Aliran ini digunakan dalammengembangkan
kurikulum teknologis.
d. Aliran Pendidikan Interaksionis. Aliran ini digunakan
dalampengembangan model konsep kurikulum rekonstruksi sosial.
Berangkat dari 4 aliran filsafat pendidikan tersebut, maka ada para ahli
kurikulum yang telah mengembangkan model konsep kurikulum yang
sampai saat ini masih mempunyai relevansinya dengan kebutuhan peserta
pendidik dan pengguna lulusan.

Dari keempat model konsep Kurikulum tersebut dijadikan rujukan


pengembangan pendidikan khususnya di Indonesia. Berikut ini macam model
konsep Kurikulum:

1) Subyek Akademik.
Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum
yang paling tua, yang banyak digunakan di berbagai negara. Isi kurikulum
merupakan kumpulan dari bahan ajar atau rencana pembelajaran. Tingkat
pencapaian/penguasaan peserta didik terhadap materi merupakan ukuran
utama dalam menilai keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu,
penguasaan materi sebanyak-banyaknya merupakan salah satu hal yang
diprioritaskan dalam kegiatan belajar mengajar oleh guru yang
menggunakan kurikulum jenis ini. Kedudukan guru sangat penting dan
dianggap serba menguasai terhadap berbagai disiplin keilmuan yang sudah
ada dan diturunkan sejak jaman dulu. Subjek akademik berpandangan
bahwa ilmu itu sudah ada dan tinggal dikembangkan, posisi guru serba
tahu dan tidak mungkin salah karena mereka sudah dibekali dengan
segudang ilmu berdasarkan hasil pendidikan yang telah diikutinya.
2) Correlated curriculum.
Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara organisasi
materi atau konsep yang dipelajari dari suatu pelajaran dengan pelajaran
lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensial dari setiap mata
pelajaran.Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental

2
dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai macam
tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran di susun
dalam tema-tema pelajaran tertentu.Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini
terdapat pada pembelajaran yang sifatnya tematik. Dari satu tema yang
diajukan, misalnya “lingkungan”, selanjutnya dikaji dari berbagai disiplin
ilmu misalnya, sain, matematika, sosial, dan bahasa. Jenis kurikulum ini
banyak digunakan dalam pengembangan pembelajaran tematik ditingkat
sekolah dasar
3) Integrated curriculum.
Pola organisasi kurikulum ini memperlihatkan warna disiplin ilmu.
Bahan ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam
bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antar pelajaran
serta berbagai kegiatan siswa. Dengan keterpaduan bahan pelajaran
tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman terhadap suatu materi
secara menyeluruh (konprehensip). Oleh karena itu, inti yang diajarkan
kepada siswa harus memenuhi kebutuhan hidup yang sering ditemukan
dalam lingkungan masyarakat.
4) Problem solving curriculum.
Problem solving curriculum, yang berisi pemecahan masalah yang terdapat
dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan,
keterampilan dan dipahami dan digali melalui berbagai disiplin ilmu. Pada
kurikulum model ini, guru cenderung lebih banyak dimaknai sebagai
seseorang yang harus ”digugu” dan ”ditiru”, kedudukan guru pada model
ini mempunyai peran yang sangat dominan.
5) Kurikulum Humanistik.
Kurikulum humanistik didasarkan pada aliran pendidikan humanisme
atau pribadi. Aliran pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa peserta
didik adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Peserta didik
adalah subyek yang menjadi pusatkegiatan pendidikan, yang mempunyai
potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Prioritas
pendekatan ini adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap

3
tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan siswa. Pendekatan ini
berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan unsur afektif.
6) Kurikulum Rekonstruksi Sosial.
Sesuai dengan namanya, kurikulum ini memiliki hubungan dengan
kegiatan kemasyarakatan yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi.
Kurikulum ini dikembangkan oleh aliran interaksional. Pakar di bidang ini
berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya bersama dari berbagai
pihak untuk menumbuhkan adanya interaksi dan kerja sama. Interaksi di
sini mempunyai makna yang lengkap,yaitu tidak hanya mencakup
interaksi pendidik-peserta didik tetapi juga interaksi antar siswa serta
interaksi siswa dengan orang lain di sekitarnya dan sumber belajarnya.
7) Kurikulum Teknologis.
Model konsep kurikulum teknologis pada dasarnya dipicu oleh
kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang menuntut para pelaku
pendidikan untuk menggunakannya dalam proses pendidikan. Hasil-hasil
kemajuan teknologi dimanfaatkan dalam bidang pendidikan, baik dalam
bentuk perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware).
Perangkat lunak berperan dalam membentuk sistem, sedangkan perangkat
keras lebih mengarah pada alat sebagai media dalam proses pembelajaran.
Pengertian teknologi sebagai sistem, model kurikulum yang dikembangkan
lebih menekankan pada penyusunan program pengajaran atau rencana
pembelajaran yang dipadukan dengan alat-alat dan media pengajaran yang
mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih.
8) Kurikulum Konstruktivistik.
Model kurikulum ini dilatarbelakangi oleh munculnya filsafat
pengetahuan yang banyak mempengaruhi perkembangan pendidikan
(terutama sains dan matematika) yaitu filsafat konstruktivisme. Aliran
filsafat ini menekankan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi
(bentukan) manusia.(Masykur, 2019).

2.1.2 Model Pengembangan Kurikulum


Model pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan pola yang
dapat membantu berfikir, konseptualisasi suatu proses, menunjukkan prinsip-

4
prinsip, proseduryang dapat menjadi pedoman bertindak dalam aktifitas
pendidikan. Pengembangan kurikulum dapat dilakukan dengan berbagai sistem
dan cara, dituangkan dalam berbagai model.

Dilihat dari aspek pendekatan ada beberapa model pengembangan


kurikulum yang digunakan ketika menyusun program pendidikan atau
pembelajaran. Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para akhli terkait
dengan model pengembangan kurikulum. Ada beberapa model pengembangan
kurikulum yang pernah dilaksanakan sesuai dengan kondidi dan kebutuhan
peserta didik dan pengguna lulusan. Model pengembangan kurikulum tersebut
meliputi :

A. Administratif (administrative approach)


Pendekatan administrasi ini bersifat sentralisasi, pengembangan
kurikulum dilakukan dari atas ke bawah, artinya pemerintah pusatmenyusun
dan mempersiapkan desain pembelajaran yang akandiimplementasikan,
daerah hanya menerima apa yang telah diprogramkan dari pusat untuk
dilakidsanakan di daerah.
B. Pendekatan akar rumput ( grassroots approach)
Pendekatan ini merupakan kebalikan dari administrasi dimana
pengembangan kurikulum dimulai dari inisiatif yang muncul dari guru
sebagai tenaga pendidik dan ujung tombak di lapangan, kemudian
disebarluaskan pada tingkat yang lebih luas, pendekatan ini sering juga
dinamakan pendekatan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas
(bottom up).
C. Model Ralp Tyler
Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan
kurikulum dengan perhatian khusus pada fase perencanaan, dalam
bukunya Basic Principles of Curriculum and Instruction. The Tyler
Rationalesuatu proses pemilihan tujuan pendidikan, dikenal luas dan
dipraktekkan dalam lingkungankurikulum.Walaupun Tyler mengajukan
suatu model yang komprehensif bagi perkembangan kurikulum, bagian
pertarna dari model Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian
dari pendidik lain. (Oliva, 1992).

5
Tyler menyarankan perencana kurikulurn: (1) mengidentifikasi
tujuan umurn dengan mengumpulkan data dari tige sumber, yaitu pelajar,
kehidupan diluar sekolah dan mata pelajaran. Setelah mengidentifikasi
beberapa tujuan umurn, perencana. (2) memperbaiki tujuan-tujuan ini
dengan menyaring melalui dua saringan, yaitu filsalat pendidikan dan
filsafat sosial di sekolah, dan pembelajaranpsikologis. (3) tujuan umum
yang lolos saringan menjadi tujuan-tujuan pengajaran.

Sumber Sumber Sumber

Siswa Masyarakat Mata Pelajaran

Tujuan Intruksional Umum

Saringan Saringan
Filsafat Psikologi
Pendidikan Pembelajaran

Tujuan Intruksional Khusus

Pemilihan Pengalaman Belajar

Organisasi Pengalaman Belajar

Pengarahan Pengalaman Belajar

Evaluasi Pengalaman Belajar

Gambar 1.2 Model Tyler


Sumber data yang dimaksud Tyler yaitu meliputi:
a) Kebutuhan dan minat siswa; dengan meneliti kebutuhan dan
minat siswa, pengembang kurikulum mengidentifikasi
serangkaian tujuan yang potensial.

6
b) Analisa kehidupan kontemporer di lingkungan lokal dan
masyarakat pada skala besar merupakan iangkah selanjutnya
dalam proses merumuskan tujuan-tujuan umurn; dari kebutuhan
masyarakat mengalir banyak tujuan pendidikan yang potensial.
c) Mata pelajaran.
Apabila rangkaian tujuan yang mungkin diterapkan telah ditentukan,
diperlukan proses penyaringan untuk rnenghilangkan tujuan yang tidak penting
dan bertentangan.
1) Saringan Filsafat, Tyler menyarankan guru untuk membuat garis besar
nilai yang merupakan komitmen sekolah.
2) Saringan Psikologis, untuk menerapkan saringan psikologis, guru harus
mengklarifikasi prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Psikologi
pembelajaran tidak hanya mencakup temuan-temuan khusus dan jelas
tetapi juga melibatkan rumusan dari teori pembelajaran yang membantu
menggarisbawahi asal usul proses pembelajaran, bagaimana proses itu
terjadi, pada kondisi seperti apa, bagaimana mekanismenya dan
sebagainya.
Langkah selanjutnya dalam menentukan tujuan intruksional umum
adalah dengan menganalisis mengenai kehidupan terkini dalam komunitas lokal
dan masyarakat. Selanjutnya, analisis dilakukan terhadap mata pelajaran sebagai
disiplin ilmunya. Menurut Kaber (1988), salah satu kelemahan model ini adalah
memisahkan ketiga sumber tujuan tanpa melihat interaksi antara ketiga sumber
tersebut. (Kaber, 1988).
Menurut Tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk
mengembangkan kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan
yang ingin dicapai. Model Ralp Tyler menekankan pada empat pertanyaan,
yaitu:
a. What educational purposes should the school seek to attain? (Apa tujuan
pendidikan yang hendak dicapai oleh sekolah?) (objectives).
b. What educational experiences are likely to attain these objectives?
(Pengalaman pendidikan seperti apa yang memungkinkan untuk
mencaapai tujuan ini?) (instructional strategic and content).

7
c. How can these educational experiences be
organizedeffectively?(Bagaimana pengalaman pendidikan ini dapat diatur
secaraefektif?)(organizing learning experiences).
d. How can we determine whether these purposes are
beingattain?(Bagaimana kita dapat menentukan apakah tujuan ini
tercapai?) (assessment and evaluation)(Sudarman, 2019).
D. Model Taba
Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi
perkembangan kurikulum. Kurikulum menurut Hilda Taba yaitu: “a
curriculum is a plan for learning, therefore what is know about the learning
process and the development of individual has bearing on the shaping of the
curriculum” yang berarti Kurikulum adalah suatu rencana belajar, oleh karena
itu, konsep-konsep tentang belajar dan perkembangan individu dapat
mewarnai bentuk-bentuk kurikulum(Walker, 1971). Menurut Taba guru harus
memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajarmengajar khusus bagi
murid-murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu
kurikulum umum. Karena itu Taba menganut pendekatan induktif yang
dimulai dengan hal khusus dan dibangun menjadi suatu rancangan umum.
(Sri Martini, 2010).

Producing Pilot Units  Mendiagnosa kebutuhan


(membuat unit percontohan)  Merumuskan tujuan
 Pemilihan isi
 Mengorganisasikan isi
 Pemilihan pengalaman
Testing Experimental Units belajar
(menguji unit percobaan)  Mengorganisasikan
kegiatan pembelajaran
 Penentuan tentang apa
Revising and Consolidating yang akan dievaluasi dan
(revisi dan konsolidasi) cara serta alat yang dipakai
untuk melakukan evaluasi
Developing a framework  Memeriksa keseimbangan
(pengembangan kerangka kerja) dan urutan.

Installing and disseminating new


units(memasang dan menyebarkan unit-unit
baru)

8
Gambar 1.1 Model Taba
Penjelasan grafis dari modelnya, Taba mencantumkan lima langkah
urutan untuk mencapai perubahan kurikulum, sebagai berikut :
1) Producing Pilot Units (membuat unit percontohan) yang mewakili
peringkat kelas atau mata pelajaran. Taba melihat langkah ini sebagai
penghubung antara teori dan praktek.
a. Diagnosis of needs (diagnosa kebutuhan). Pengembang
kurikulummemulai dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan
siswa kepada siapa kurikulum direncanakan.
b. Formulation of objectives (merumuskan tujuan). Setelah
kebutuhan siswadidiagnosa, perencana kurikulum memerinci
tujuan – tujuan yang akan dicapai.
c. Selection of content (pemilihan isi). Bahasan yang akan
dipelajari berpangkal langsung dari tujuan-tujuan.
d. Organization of content (organisasi isi). Setelah isi/bahasan
dipilih, tugas selanjutnya adalah menentukan pada tingkat dan
urutan yang mana mata pelajaran ditempatkan.
e. Selection of learning experiences (pemilihan pengalaman
belajar).Metodologi atau strategi yang dipergunakan dalam
bahasan harus dipilih oleh perencana kurikulum.
f. Organization of learning activities (organisasi kegiatan
pembelajaran). Guru memutuskan bagaimana mengemas
kegiatan-kegiatan pembelajaran dan dalam kombinasi atau
urutan seperti apa kegiatan-kegiatan tersebut akan digunakan.
g. Determination of what to evaluate and of the ways and means of
doing it (Penentuan tentang apa yang akan dievaluasi dan cara
serta alat yang dipakai untuk melakukan evaluasi). Perencana
kurikulum harus memutuskan apakah tujuan sudah tercapai.
Guru rnemilih alat dan teknikyang tepat untuk menilai
keberhasilan siswa dan untuk menentukan apakah tujuan
kurikulum sudah tercapai.

9
h. Checking for balance and sequence(memeriksa keseimbangan
dan urutan). Taba meminta pendapat dari pekerja kurikulurn
untuk melihat konsistensi diantara berbagai bagian dari unit
belajar mengajar, untuk melihat alur pembelajaran yang baik
dan untuk keseimbangan antara berbagai macam pembalajaran
dan ekspresi.
2) Testing Experimental Units (menguji unit percobaan). Uji ini
diperlukan untuk mengecek validitas dan apakah materi tersebut dapat
diajarkan dan untuk menetapkan batas atas dan batas bawah dari
kemampuan yang diharapkan.
3) Revising and Consolidating (revisi dan konsolidasi). Unit pembelajaran
dimodifikasi menyesuaikan dengan keragaman kebutuhan dan
kemampuan siswa, sumber daya yang tersedia dan berbagai gaya
mengajar sehingga kurikulum dapat sesuai dengan semua tipe kelas.
4) Developing a framework (pengembangan kerangka kerja). Setelah
sejumlah unitdirancang, perencana kurikulum harus memeriksa apakah
ruang lingkup sudah memadai dan urutannya sudah benar.
5) Installing and disseminating new units(memasang dan menyebarkan
unit-unit baru).Mengatur pelatihan sehingga guru-guru dapat secara
efektif mengoperasikan unit belajar mengajar di kelas mereka.
E. Model Saylor, Alexander, dan Lewis
Model ini membentuk curriculum planning process (proses
perencanaan kurikulum). Kurikulum menurut mereka adalah "a plan for
providing sets of learning opportunities for persons to be educated"
yakni sebuah rencana yang menyediakan kesempatan belajar bagi orang
yang akan dididik. Namun, rencana kurikulum tidak dapat dimengerti
sebagai sebuah dokumen tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang
lebih kecil untuk porsi atau bagian kurikulum tertentu.

Tujuan dan Sasaran

Perancangan Kurikulum Implementasi Kurikulum


Evaluasi Kurikulum
(SILABUS) (KBM)

10
Gambar 1.2 Model Saylor, Alexander dan Lewis
1. Tujuan, Sasaran dan Bidang Kegiatan
Model ini menunjukkan bahwa perencana kurikulum mulai dengan
menentukan atau menetapkan tujuan sasaran pendidikan yang khusus dan
utama yang akan mereka capai. Saylor, Alexander dan Lewis,
mengklasifikasi serangkaian tujuan ke dalam empat 4 bidang kegiatan
dimana pembelajaran terjadi, yaitu : perkembangan pribadi, kompetensi
social, ketrampilan yang berkelanjutan dan spesialisasi. Setelah tujuan dan
sasarn serta bidang kegiatan ditetapkan, perencana memulai proses
merancang kurikulum. Diputuskan kesempatan belajar yang tepat bagi
masing-masing bidang kegiatan dan bagaimana serta kapan kesempatan ini
akan disediakan.
2. Cara Pengajaran
Setelah rancangan dibuat (mungkin lebih dari satu rancangan), guru-
guru yang menjadi bagian dari rencana kurikulum, harus membuat rencana
pengajaran. Mereka memilih metode bagaimana kurikulum dapat
dihubungkan dengan pelajar. Guru pada tahap ini harus dikenalkan dengan
istilah tujuan pengajaran. Sehingga guru dapat memerinci tujuan pengajaran
sebelum memilih strategi atau cara presentasi.
3. Evaluasi
Pada tahap ini perencana kurikulum dan guru terlibat secara bersama-sama
dalam memilih tehnik evaluasi. Mereka harus memilih teknik evaluasi yang
akan digunakan. Saylor, Alexander dan Lewismengajukan suatu rancangan
yaitu:
(a) Evaluasi dari seluruh program pendidikan sekolah, termasuk tujuan,
subtujuan, dan sasaran; keefektifan pengajaran akan pencapaian siswa
dalam bagian tertentu dari program.
(b) Evaluasi dari program evaluasi itu sendiri. Proses evaluasi
memungkinkan perencana kurikulum menetapkan apakah tujuan dan
sasaran pengajaran telah tercapai.

F. Model Oliva

11
Model pengembangan kurikulum oliva merupakan model
pengembangan kurikulum deduktif yang menawarkan sebuah proses
pengembangan kurikulum sekolah secara lengkap. Oliva menyusun suatu
kurikulum yang memenuhi tiga kriteria: sederhana, komprehensif, dan
sistematik. Berikut ini gambar Model pengembangan kurikulum oliva
yang sudah dikembangkan:

Gambar 1.2 Model Oliva


Model perkembangan kurikulurn dari Oliva 1976 mempunyai 6
komponen yaitu:
1) Statement of philosophy
2) Statement of goals
3) Statement of objectives
4) Design of plan
5) Implementation
6) Evaluation
Dan dalam perkembangannnya menjadi 12 komponen. Kegunaan dari
perkembangan model Oliva dapat digunakan dalam berbagai cara:
a. Model mengusulkan sebuah proses untuk pengembangan secara
menyeluruh dari kurikulum sekolah.

12
b. Sebuah Sekolah/Fakultas boleh memfokuskan pada komponen
dari model (komponen 1-5 dan 12) untuk memutuskan program.
c. Sekolah/Fakultas boleh memusatkan pada
komponenpembelajaran (komponen 6-11).

Saran dari 12 langkah perkembangan kurikulum diatas yaitu: langkah


1 – 5 dan 12 merupakan submodel dari sebuah kurikulum, langkah 6
– 11 sub model pembelajaran. (Oliva, 1992).

G. Model Beauchamp
Beauchamp mengemukakan lima langkah dalam proses pengembangan
kurikulum, seperti berikut :
1) Menetapkan wilayah atau area yang akan melakukan perubahan suatu
kurikulum Wilayah itu bisa terjadi hanya pada satu sekolah, satu
kecamatan, kabupaten, atau mungkin tingkat provinsi dan tingkat
nasional.
2) Menetapkan pihak-pihak yang akan terlibat dalam proses
pengembangan kurikulum Pihak-pihak yang harus dilibatkan itu
terdiri dari para ahli/spesialis kurikulum, para ahli pendidikan
termasuk di dalamnya para guru yang dianggap berpengalaman, para
profesional lain dalam bidang pendidikan (seperti pustakawan,
laboran, konsultan pendidikan), dan para profesional dalam bidang
lain beserta para tokoh masyarakat (para politikus, industriawan,
pengusaha). Dalam proses pengembangan kurikulum, semua
kelompok yang terlibat itu perlu mendapat informasi tentang tugas
dan perannya secara jelas.
3) Menetapkan prosedur yang akan ditempuh, yang meliputi
merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan
pengalaman belajar serta menetapkan evaluasi. Keseluruhan prosedur
itu selanjumya dilaksanakan dalam lima langkah berikut. (a)
Membentuk tim pengembang kurikulum, (b) Melakukan penilaian
terhadap kurikulum yang sedang berjalan, (c) Melakukan studi atau
penjajagan tentang penentuan kurikulum baru, (d) Merumuskan

13
kriteria dan alternatif pengembangan kurikulum, dan (e) Menyusun
dan menulis kurikulum yang dikehendaki.
4) Implementasi kurikulum Pada tahap ini perlu dipersiapkan secara
matang berbagai hal yang dapat berpengaruh baik langsung maupun
tidak langsung terhadap efektivitas penggunaan kurikulum seperti
pemahaman guru tentang kurikulum itu, sarana atau fasilitas yang
tersedia, dan manajemen sekolah.
H. Model Berbasis Masyarakat
Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya mengembangkan
manusia yang memiliki karakteristik dan sifat-sifat yang diperlukan baik
oleh dirinya sebagai pribadi maupun oleh masyarakatnya. Sebagai
konsekuensi dari pandangan tersebut maka kurikulum sebagai program
pendidikan harus pula dikembangkan berdasarkan nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat. Landasanmasyarakat dalam pengembangan
kurikulum sekolah didukung oleh kenyataan bahwa pengalaman siswa
yang berupa kegiatan nyata di kelas dan lingkungan sekolah tidak dapat
dipisahkan dari pengalaman siswa ketika berada dalam lingkungan
masyarakat. Bahkan S. Hamid Hasan (2000) menyatakan bahwa
pemahaman dan proses pengembangan diri di kelas, lingkungan sekolah
dan lingkungan lainnya sangat ditentukan oleh pengetahuan dan
kepribadian dasar yang terbentuk oleh budaya yang ada di lingkungan
masyarakat di mana siswa itu berada.

2.1.3 Model Implementasi Kurikulum


Ada beberapa pendekatan dalam implementasi kurikulum menurut para
ahli, yaitu Pendekatan Fidelity, Pendekatan Mutual Adaptive danEnactment.
Ke tiga model pendekatan implementasi kurikulum tersebut masing-masing
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Model fidelity adalah
implementasi kurikulum sesuai dengan desain yang telah standar, artinya
implementasi kurikulum beroreintasi pada rumusan yang telah disusun
sebelumnya. Model Mutual Adaptive adalah implementasi kurikulum dengan
melakukan perubahan-perubahan atau penyesuaian-penyesuaian yang
disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan serta tuntutan masyarakat sebagai

14
pengguna lulusan. Model Enactment adalah implementasi kurikulum dengan
mengoptimalkan pelaksanaan kurikulum. Peesi lain Implementasi kurikulum
dapat dilihat dari 3 aspek pendekatan yaitu :

a. Pendekatan Mata Pelajaran. Ada beberapa pandangan terhadap kajian


mata pelajaran dilihat dari aspek kajian keilmuan, yaitu subject matter,
interdisipliner,intergatif. Untuk lebih jelasnya ke tiga pandangan tersebut
dapat dilihat penjelasannya di bawah ini : (subject matter) sebagai suatu
disiplin ilmu. Setiap mata pelajaran merupakan suatu disiplin ilmu yang
terpisah antara satu dan lainnya.
b. Pendekatan Interdisipliner. Masalah-masalah sosial yang ada dalam
kehidupan nyata tidak mungkin ditinjau hanya dari salah satu segi saja.
Selain itu, untuk mempelajari suatu disiplin ilmu yang telah ditersusun
secara sistematis dan logis diperlukan kematangan intelektual tertentu, di
mana siswa sekolah tampaknya belum sepenuhnya memiliki kematangan
tersebut. Dengan pendekatan mata pelajaran ternyata para siswa sekolah
tidak memiliki kesempatan membahas masalah-masalah sosial yang ada di
lingkungannya.
c. Pendekatan Integratif . Pendekatan ini bertitik tolak dari suatu keseluruhan
atau suatu kesatuan yang bermakna dan berstruktur. Bermakna artinya
bahwa setiap keseluruhan itu memiliki makna, arti, dan faedah tertentu.
Keseluruhan bukanlah penjumlahan dari bagianbagian, melainkan suatu
totalitasyang memiliki maknanya sendiri. Pendekatan ini berasumsi bahwa
setiap bagian yang ada dalam keseluruhan itu berada dan berfungsi, dalam
suatu struktur tertentu. Manusia bukanlah jumlah dari bagian-bagian tubuh
atau penjumlahan dari badaniah dan rohaniah, melainkan merupakan
sesuatu yang utuh. Pendidikan anak adalah pendidikan yang menyeluruh
dalam rangka pembentukan pribadi siswa yang terintegrasi. Karena itu
kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu
mengembangkan pribadi yang utuh.
d. Pendekatan Rekonstruksionisme. Pendekatan rekonstruksionisme disebut
juga rekonstruksi sosial, karena memfokuskan kurikulum pada masalah
penting yang dihadapi masyarakat, seperti: polusi, ledakan penduduk,

15
Tsunami, malapetaka akibat tujuan teknologi dan sebagainya. Dalam
gerakan ini, terdapat dua kelompok yang sangat berbeda pandangan
terhadap kurikulum, yaitu (1) Rekonstruksi konservatif, yaitu pendekatan
yang menganjurkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu
kehidupan individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian
masalah-masalah yang paling mendesak dihadapi masyarakat., (2)
Rekonstruksionalisme dan radikal, yaitu pendekatan yang menganjurkan
agar pendidik formal maupun non-formal mengabdikan diri demi
terciptanya tatanan sosial bagu berdasarkan pembagian kekuasaan dan
kekayaan yang lebih adil dan merata. Golongan radikal ini berpendapat
bahwa kurikulum yang sedang mencari pemecahan masalah sosial ini
tidaklah memadai. Kelompok ini ingin menggunakan pendidikan untuk
merombak tata sosial dan lembaga sosial yang ada dan membangun
struktur sosial dan lembaga sosial yang ada dan membangun struktur sosial
baru.
e. Pendekatan Humanistik. Pendekatan humanistik adalah kurikulum yang
berpusat pada siswa (student centered) dan mengutamakan perkembangan
afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses
belajar. Para pendidik humanistik yakin, bahwa kesejahteraan mental dan
emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu
memberikan hasil maksimal. Prioritasnya adalah pengalaman belajar yang
diarahkan pada tanggapan minat, kebutuhan, dan kemampuan anak
f. Pendekatan Akuntabililitas. Pendekatan akuntabilitas
ataupertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang pelaksanaan
tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir ini menjadi hal yang penting
dalam dunia pendidikan. Akuntabilitas yang sistematis pertama kali
diperkenalkan Frederick Tylor dalam bidang industri pada permulaan abad
ini. Pendekatannya yang dikenal sebagai scientific management atau
manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus
diselesaikan pekerja dalam waktu tertentu.(Masykur, 2019).

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model pengembangan kurikulum memiliki sejumlah komponen diantaranya
adalah: 1) tujuan, sasaran dan kerangka program, 2) cakupan materi 3) prosedur
pelaksanaan kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum dan pengembangan
belajar, komponen-komponen yang ada dalam kurikulum sama dengan komponen
yang ada dalam rancangan belajar.
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam
rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi
(evaliation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum
harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang
dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
Yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau
prosedur sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum.
Model konsep kurikulum dikembangkan oleh para ahli dikaji empat macam
model konsep kurikulum berdasrakan pada urutan kajian paling tradisional sampai
dengan kajian yang dianggap cukup modern yaitu kurikulum subjek akademis,
humanistik, rekontroksi sosial dan teknlogis.
Model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan meliputi model
administrasi, model grass root, model demonstrasi, model Beauchamp, model
hubungan Interpersonal dari Roger, model Tyler, serta model Inverted dari Taba.
Model administrasi rencananya berasal dari pejabat, model grass root serta
demonstrasi memiliki kemiripan dengan rencana yang berasal dari pendidik,
model Beauchamp menelaah erdasarkan langkah-langkah tertentu, model
hubungan Interpersonal dari Roger menitikberatkan pada kegiatan kelompok

17
campuran, model Tyler berdasar pada empat pertanyaan pendidikan, dan model
Inverted dari Taba menekankan pada kesederhanaan prosedur.

3.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Sebagai calon pendidik, hendaknya paham komponen komponen pada


kurikulum.
2. Bagi pendidik, hendaknya menyampaikan kurikulum yang ada sebaik
mungkin supaya dapat mewujudkan tujuan dalam proses belajar
mengajar.
3. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam memajukan pendidikan
di negara ini, hendaknya tanggap dalam esensi kurikulum.

18
DAFTAR PUSTAKA

Kaber, A. (1988). Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud.

Masykur, R. (2019). Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Bandar Lampung:


Aura Publisher.

Oliva, P. F. (1992). Developing The Curriculum Third Edition. New York: Harper
Collins Publisher Inc.

Sri Martini, d. (2010). Model-Model Kurikulum. Bandung: Pustaka Ceria.

Sudarman. (2019). Buku Ajar Pengembangan Kurikulum. Samarinda: Mulawarman


University Press.

Walker, F. D. (1971). A Naturalistic Model For Curriculum Development. School


Review, 80 No.1, 51-67.

19

Anda mungkin juga menyukai