TELAAH KURIKULUM
DI INDONESIA ”
Disusun Oleh :
PGMI 5B
Dosen Pengampuh :
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur pemakalah panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan
pemakalah semua kelancaran serta kekuatan dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Telaah
Kurikulum yang berjudul “Model Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi” dapat
selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas
dari berbagai aspek yang telah memberikan bantuan kepada kami agar dapat terbentuknya
makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung oleh karena itu kami mengucapkan
terima kasih kepada bapak . Dosen mata kuliah Telaah Kurikulum IAIN Curup.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusunan makalah ini berisikan
tentang informasi mengenai Telaah Kurikulum. Pemakalah menyadari bahwa penyusunan
makalah ini tidak terlepas dari kekurangan. Kami mengharapkan berbagai kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sebagai proses pembelajaran sehingga kami dapat menyusun
makalah yang lebih baik dan berkualitas.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………………………4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………...4
C. Tujuan Penelitian……………………………………………………………………4
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model–model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan
pengembangan kurikulum. Sungguh sangat naif bagi para pelaku pendidikan di lapangan
terutama guru.
Pada tahun 2013 pemerintah menerapkan pemberlakuan tentang kurikulum baru,
yang berlaku sebagai pengganti kurikulum 2006 yaitu Kurukulum 2013. Kurikulum ini
merupakan inovasi dan penyempurnaan dari kurikulum KTSP tahun 2006 dalam bidang
kurikulum pendidikan di Indonesia, karena dengan adanya kurikulum 2013, siswa menjadi
lebih aktif dan menjadi fokus pembelajaran sedangkan guru hanya sebagai fasilitator.
B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang diatas, maka penulis rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi?
2. Bagaimana rasional pengembangan kurikulum?
3. Apa landasan pengembangan kurikulum?
4. Apa saja elemen kurikulum?
5. Strategi dan metode pembelajaran?
6. Bagaimana pengelolaan kelas dalam kurikulum 2013?
C. Tujuan
Berdasarkan masalah diatas penulis menulis makalah bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
2. Untuk mengetahui rasional pengembangan kurikulum
3. Untuk mengetahui landasan pengembangan kurikulum
4. Untuk mengetahui elemen kurikulum
5. Untuk mengetahui strategi dan metode pembelajaran
6. Untuk mengetahui pengelolaan kelas kurikulum 2013
4
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Good (1972) dan Travers (1973) model adalah abstraksi dunia nyata atau
representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta
lambang-lambang lainnya(Travers, 1990). Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan
representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada
dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu
sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif
untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar
(Abidin, 2012, p. 137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan
teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan ulasan
tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu yang akan dihasilkan. Dikaitkan
dengan model pengembangan kurikulum berarti merupakan suatu pola, contoh dari suatu
bentuk kurikulum yang akan menjadi acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
5
pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan. Dibawah ini akan dibahas
beberapa model pengembangan kurikulum yang biasa di gunakan di Indonesia.
Mata pelajaran PAI yang awalnya masuk dalam pelajaran budi pekerti pada
tahun 1968 resmi menjadi mata pelajaran sendiri yakni mata pelajaran PAI karna PKI
dibubarkan, sehingga lebih mengarah kepada Pancasila sebagai dasar Negara RI.
Pola pembelajaran dua arah yakni siswa ikut aktif dalam mempelajari mata
pelajaran tertentu. Kurikulum 1984 mengenal adanya sistem semester untuk jenjang
SMP dan SMA sedangkan SD catur wulan (cawu).
6
5. Kurikulum Tahun 1994
b. Konsep link dan match (keterkaitan dan kesepadanan) antara penddikan dengan
dunia kerja
7
9. Kurikulum 2013
d. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih
lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
8
Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang
menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugastugas dengan
standar performansi tertentu sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa
penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu
d) Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
e) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
a. Tantangan Internal
9
.
b. Tantangan Eksternal
10
Di era globalisasi juga akan terjadi perubahan-perubahan yang cepat.
Dunia akan semakin transparan, terasa sempit, dan seakan tanpa batas.Hubungan
komunikasi, informasi, dan transportasi menjadikan satu sama lain menjadi dekat
sebagai akibat dari revolusi industri dan hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Arus globalisasi juga akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris
dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern
seperti dapat terlihat di WTO, ASEAN Community, APEC, dan AFTA. Tantangan
masa depan juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan
imbas teknosains, serta mutu, investasi dan transformasi pada ocial pendidikan.
Keikutsertaan Indonesia di dalam studi International TIMSS (Trends in International
Mathematics and Science Study) dan PISA (Program for International Student
Assessment) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa capaian anak-anak
Indonesia tidak menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan
TIMSS dan PISA yang hanya menduduki peringkat empat besar dari bawah.
Penyebab capaian ini antara lain adalah karena banyaknya materi uji yang
ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia.
Kompetensi masa depan yang diperlukan dalam menghadapi arus globalisasi
antara lain berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir
jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu
permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab,
kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang
berbeda, dan kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal.
Disamping itu generasi Indonesia juga harus memiliki minat luas dalam
kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan
bakat/minatnya, dan memiliki rasa tanggung-jawab terhadap lingkungan. Dilihat
dari persepsi masyarakat, pendidikan di Indonesia saat ini dinilai terlalu menitik-
beratkan pada aspek kognitif dan beban siswa dianggap terlalu berat. Selain itu
pendidikan juga dinilai kurang bermuatan karakter. Penyelenggaraan pendidikan
juga perlu memperhatikan perkembangan pengetahuan yang terkait dengan
11
perkembangan neurologi dan psikologi serta perkembangan pedagogi yang terkait
dengan observation-based (discovery) learning serta collaborative learning.
Tantangan eksternal lainnya berupa fenomena ocialt yang mengemuka antara lain
terkait dengan masalah perkelahian pelajar, masalah narkoba, korupsi, ocialtiv,
kecurangan dalam ujian, dan gejolak social di masyarakat (social unrest).
c. Perubahan Mindset
Mindset atau pola pikir adalah asumsi, cara, atau notasi seseorang atau
kelompok orang dalam menghargai atau menerima sesuatu hal sehingga dengan rela
mengadopsinya atau menerimanya sebagai sesuatu pilihan. Fenomena ini kadang-
kadang disebut juga sebagai proses mental, pola pikir umum atau paradigma
sehingga menjadi dasar pengambilan keputusan (Wikipedia). Inti dari fenomena ini
ialah dapat menerima sesuatu sebagai sebuah pilihan. Mindset adalah pola pikir
yang mempengaruhi pola kerja atau dalam ungkapan lain, mindset adalah sebuah
sikap individu dimana singkronnya antara pola pikir/pengetahuan, keterampilan dan
sikap prilaku. Orang yang memiliki hal tersebut, maka ia akan memiliki
kesadaran/keikhlasan untuk menerima serta berkemauan untuk
memperjuangkannya, dalam organisasi disebut dengan istilah budaya kerja.
Dinyatakan Carol Dweck (Wikipedia) bahwa pola pikir merupakan sumber kekuatan
kemampuan seseorang. Mengenai kekuatan dibedakan dalam dua pandangan.
Pertama menyatakan bahwa pola pikir itu tetap “pixed mindset” atau
karakteristiknya dibawa sejak lahir. Pandangan kedua pola pikir dipandang sebagai
sesuatu yang tumbuh – “growth mindset”.
12
2. Landasan Pengembangan Kurikulum
Secara harfiah filsafat berarti “cinta akan kebijakan” ( love of wisdom), untuk
mengerti dan berbuat secara bijak, ia harus memiliki pengetahuan, dan pengetahuan
yang diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara mendalam, logis dan
sistematis. Dalam pengertian umum filsafat adalah cara berpikir secara radikal,
menyeluruh dan mendalam (Socrates) atau cara berpikir yang mengupas sesuatu
sedalam-dalamnya. Plato menyebut filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang
kebenaran.
Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa, filsafat
merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian
tujuan pendidikan. Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau
kelompok masyarakat tertentu termasuk yang dianut oleh perorangan sekalipun akan
sangat mempengaruhi tehadap pendidikan yang ingin direalisasikan, terdapat tiga
sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan
pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu: filsafat
Idealisme, Realisme dan filsafat Fragmatisme.
13
1. Filsafat idealism
2. Filsafat Realisme
14
3. Filosofis Pragmatisme
15
Landasan psikologi dalam pengembangan kurikulum, tiada lain agar upaya
pendidikan yang dilakukan dapat menyesuaikan dengan hakikat peserta didik, baik
penyesuaian dari segi materi atau bahan yang harus disampaikan, penyesuaian dari
segi proses penyampaian atau pembelajarannya, dan penyesuaian dari unsur-unsur
upaya pendidikan lainnya.
16
upaya mengenali kondisi objektif terhadap individu anak yang sedang mengalami
proses belajar dalam rangka pertumbuhan dan perkembangan menuju
kedewasaannya.
Sedikitnya ada tiga jenis teori belajar yang berkembang dewasa ini dan
memiliki pengaruh terhadap pengembangan kurikulum di Indonesia pada
khususnya. Teori belajar tersebut adalah: (1) Teori psikologi kognitif
(kognitivisme), (2) teori psikologi humanistic, dan (3) teori psikologi
behavioristik.
17
3. Teori psikologi humanistic
Tokoh teori ini adalah Abraham H. Maslow dan Carl R. Roger. Teori
ini berpandangan bahwa perilaku manusia itu ditentukan oleh dirinya sendiri,
oleh faktor internal, dan bukan oleh faktor lingkungan. Karena itu teori ini
disebut juga dengan “self theory”. Manusia yang mencapai puncak
perkembangannya adalah yang mampu mengaktualisasikan dirinya, mampu
mengembangkan potensinya dan merasa dirinya itu utuh, bermakna, dan
berfungsi atau full functioning person (Y. Suyitno, 2007:103).
18
aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam
kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Sejak abad pertengahan ilmu
pengetahuan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan pada
masa kini banyak didasari oleh penemuan dan hasil pemikiran para filsuf purba seperti
Plato, Socrates, Aristoteles, John Dewey, Archimides, dan lain-lain.
Untuk elemen SKL, semua jenjang pendidikan mulai dari SD sampai dengan
SMA/SMK menuntut adanya peningkatan dan keseimbangan soft skill dan hard
19
skill yang meliputi aspek kompetensi sikap (afektif, attitude), ketrampilan
(psikomotor), dan pengetahuan (kognitif). Upaya mewujudkan tujuan pendidikan
nasional diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam
standar kompetensi lulusan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan merupakan
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya atau dicapainya dari suatu
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar
Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi,
standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar
pembiayaan.
20
skills dan soft skills. Kompetensi Inti berfungsi sebagai social pengorganisasi
(ocialtiv element) kompetensi dasar. Sebagai social pengorganisasi,
Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi sosial dan organisasi
horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi sosial Kompetensi Dasar adalah
keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang
pendidikan ke kelas/jenjang di atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar
yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara konten yang
dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten
Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari
mata pelajaran yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang
sama sehingga terjadi proses saling memperkuat.
b. Standar Isi
Guru bukan satu-satunya sumber belajar, tapi juga dapat diperoleh dari buku,
ocia, TV, radio, internet. Dan sikap (attitude) tidak diajarkan secara verbal, tetapi
siswa akan lebih banyak melihat dari apa yang dicontohkan oleh guru dengan
memberikan suri tauladan yang baik. Untuk elemen Standar Penilaian, jika
biasanya nilai diambil dari sebuah tes/ujian maka diubah menjadi penilaian yang
otentik (mengukur semua kompetensi mulai dari sikap, ketrampilan, dan pengetahuan
berdasarkan proses dan hasil kerja. Setiap siswa memiliki semua rekaman kegiatan
berupa portofolio yang dibuat oleh siswa sendiri sebagai socialtiv utama penilaian.
21
Ekstrakurikuler Pramuka akan menjadi wajib pada semua jenjang pendidikan dasar
sampai menengah.
c. Standar Proses
22
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/ inquiry learning). Untuk mendorong
kemampuan siswa untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun
kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah(project based learning).
d. Standar Penilaian
23
Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh pendidik, pendidik dan peserta didik
dapat memperoleh informasi tentang kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan
belajar. Dengan mengetahui kelemahan dan kekuatannya, pendidik dan siswa
memiliki arah yang jelas mengenai apa yang harus diperbaiki dan dapat melakukan
refleksi mengenai apa yang dilakukannya dalam pembelajarandan belajar. Selain itu
bagi siswa memungkinkan melakukan proses transfer cara belajar tadi untuk
mengatasi kelemahannya (transfer oflearning). Sedangkan bagi guru,hasil penilaian
hasil belajar oleh pendidik merupakan alat untuk mewujudkan akuntabilitas
profesionalnya, dan dapat juga digunakan sebagai dasar dan arah pengembangan
pembelajaran remedial atau program pengayaan bagi siswa yang membutuhkan, serta
memperbaiki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan proses pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
Strategi Mikro berisi metode untuk pengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar
pada satu konsep, prosedur, atau prinsip.
Strategi Makro lebih mengacu pada metode untuk mengorganisasi isi pembelajaran
yang melibatkan lebih dari satu konsep, prosedur, atau prinsip.
24
respons dan masukan peserta didik. Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam
membuat media pembelajaran sebagai strategi penyampaian pembelajaran:
25
Macam-macam Metodel Pembelajaran K13
Melalui diskusi kelompok dengan jumlah 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
Dengan metode ini, siswa akan mengurutkan gambar berseri yang disusun
secara acak. Sembari mengurutkan siswa diminta untuk memaparkan alasan
pengurutannya. Langkah-langkahnya metode picture and picture adalah:
26
Guru menunjuk atau meminta siswa secara bergantian untuk mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis
Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar yang ditentukan
oleh siswa
Dari alasan dan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau
materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Penutup
Metode ini terdiri dari tugas diberi nomor. Tujuan metode inia dalah agar
dipelajari oleh siswa yang mendapatkan nomor tersebut dalam kelompok yang
berbeda. Setelah itu masing-masing siswa pemegang nomor akan berbagi dengan
anggota kelompok dan kelompok lainnya.
Guru memanggil nomor siswa dan siswa yang memiliki nomor tersebut harus
melaporkan hasil kerja sama mereka
Penutup
27
4. Metode Cooperative Script
Guru memberikan materi kepada tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan
siapa yang berperan sebagai pendengar
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap siswa dalam kelompok akan
mendapatkan nomor.
Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa
bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas
28
yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.
Siswa melaporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain.
Penutup
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk tiap anggota. Anggota kelompok
yang telah memahami materi harus menjelaskannya kepada anggota lain hingga
semua anggota kelompok memahaminya
Guru memberi pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis, siswa
tidak boleh saling membantu
Semua tim ahli dari tim yang berbeda berkelompok dan membentuk tim ahli
untuk berdiskusi dan mempelajari materi yang sama
29
Masing-masing tim ahli akan kembali ke kelompok mereka untuk membagikan
keahliannya pada tim asal tersebut
Penutup
Guru memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Guru mendorong siswa agar mengumpulkan data dan informasi yang sesuai dengan
masalah.
Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penelitian
mereka
Penutup
30
9. Metode Pembelajaran Artikulasi
Guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari dua orang
Siswa meminta salah satu dari pasangan itu menceritakan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan
kecil
Penutup
Pada metode ini, guru memberikan permasalahan kepada siswa. Kemudian siswa
membuat peta konsepnya dan mencari solusi atas permasalahan tersebut. Langkah-
langkah metode mind mapping, yakni:
31
Berdasarkan catatan yang ada di papan tulis, siswa diminta untuk membuat
kesimpulan atau guru memberikan perbandingan materi sesuai dengan konsep
yang ada
Menurut seorang guru, evaluasi pembelajaran adalah media yang takterpisahkan dari
kegiatan mengajar, karena melalui evaluasi, seorang guru akan mendapat informasi tentang
pencapai hasil belajar. Secara garis besar, evaluasi pembelajaran dibedakan menjadi tiga
macam perluasan, yaitu pencapaian akademik, kecakapan (aptitude) dan penyesuaian
personal sosial.
Ada 6 tujuan evaluasi yang berkaitan dengan belajar mengajar. Keenam tujuan evaluasi
adalah sebagai berikut :
3. Sebagai sarana (means) untuk mengetahui apa yang telah siswa ketahui.
Bentuk kedua suatu evaluasi adalah alat non-tes. Alat non-tes ini digunakan untuk
mengevaluasi penampilan dan aspek-aspek belajar efektif dari siswa. Alat observasi ini
32
dapat berupa chack list, skala racing, dan beberapa kartu skor. Alat evaluasi lain yang
termasuk non-tes adalah angket atau koesioner.
Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. Pasal 58 ayat (1) UU RI No.20 tahun 2003
tentang sisdiknas, yang menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh
pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan. Ada empat pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang
guru dalam melakukan evaluasi belajar. Keempat pertimbangan tersebut yaitu :
1. Mengidentifikasi tujuan
2. Menentukan pengalaman
3. Menentukan standar
Pengelolaan kelas
Kurikulum 2013 berbeda dengan pengelolaan kelas kurikulum 2006. Pengelolaan kelas
kurikulum 2006 berbasis teacher centred learning, sedangkan Pengelolaan kelas kurikulum
2013 haruslah berbasis student centred learning sesuai dengan kurikulum 2013 yang berpusat
pada siswa. Pengelolaan kelas Kurikulum 2013 yang berpusat pada siswa harus mampu
menjaga proses pembelajaran berpusat pada siswa yang dinamis dan variatif agar tetap
kondusif untuk proses belajar.
Pengelolaan kelas yang sangat penting ini harus direncanakan dengan baik. Karena itu
pada posting ini saya akan membahas model pengelolaan kelas pembelajaran berpusat pada
33
siswa yang diadopsi dari pelatihan Master Trainer Pedagogy Program kerja sama Kemdikbud
Indonesia dengan pemerintah Singapore (ITE Singapore).
Pengelolaan kelas pada Pembelajaran Kurikulum 2013 juga diartikan sebagai upaya
pendidik untuk menciptakan dan mengendalikan kondisi belajar yang kondusif serta
memulihkannya apabila terjadi gangguan dan/atau penyimpangan, sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung secara optimal (Depdiknas, 2008).
Pengelolaan kelas seperti dinyatakan pada pengertian menurut Depdiknas, 2008 di atas
dapat diterjemahkan sebagai berikut:
5. pengelolaan kelas memiliki strategi jitu untuk menjaga proses belajar yang kondusif
7. pengelolaan kelas harus punya sistem penguat yang menjaga tingginya kondusifitas
kondisi belajar
Secara umum pengelolaan kelas bertujuan untuk menciptakan iklim belajar dan mengajar di
dalam kelas yang kondusif untuk mencapai tujuan-tujuan belajar dan tujuan pembelajaran.
Pengelolaan kelas harus mampu menciptakan kondisi kondusif bagi siswa untuk
secara aktif belajar membangun pengetahuan, keterampilan dan sikap yang positif dan
bermakna bagi dirinya. Bagi guru, pengelolaan kelas juga harus mampu menciptakan kondisi
yang kondusif bagi lancarnya penerapan berbagai kegiatan pembelajaran, penilaian, aktifitas
34
belajar secara umum dan penerapan teknik dan strategi pengelolaan kelas sehingga proses
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
35
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
36
DAFTAR PUSTAKA
Nurhadi, Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban, hlm. 14, hlm. 18, hlm. 56.
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, hlm. 11,
hlm. 12
Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996), cet ke-2,
hlm. 48
Syafrudin Nurdin, M.Pd, Model Pembelajaran yang Memperhatikan Keragaman Individu Siswa
dalam KBK, (Ciputat: Quantum teaching, 2005), hlm. Xi
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan
Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 39, hlm.
49, , hlm. 166, cet ke-3 hlm.70-72
37