Anda di halaman 1dari 9

PENGUSAHA SUKSES

DI DESA KAMPUNG MELAYU

A
di Bagus Manto, anak pertama dari empat
bersaudara, buah cinta M. Nasib dan Sumarianingsih
merupakan seorang pengusaha yang sukses di Desa
Kampung Melayu, Kecamatan Bermani Ulu. Sejak tahun
2013 hingga sekarang ia menekuni dengan serius bisnis
gula merah. Pria kelahiran 4 Desember 1989 ini sudah
membuktikan ia sukses menjadi produsen sekaligus
distributor yang memasok kebutuhan gula merah di
Palembang, Provinsi
Sumatra Selatan.
Ayah Adi berasal dari Desa Kampung Melayu, menikah
dengan ibunya yang berasal dari daerah Simpang Empat
Curup. Ayahnya seorang petani kopi dan palawija, serta
memiliki usaha sampingan membuat gula merah. Adi
memiliki empat saudara, dua adik laki-laki dan satu
perempuan.
Adi menempuh pendidikan di SDN 01 Rejang Lebong
Kecamatan Bermani Ulu (sekarang SDN 136 Rejang
Lebong). Setelah lulus Adi melanjutkan pendidikan di
SMPN 01
Rejang Lebong. Setelah lulus SMP Adi tidak melanjutkan
pendidikannya karena masalah perekonomian orang tua
yang sangat terbatas.
Sewaktu masih duduk di bangku SMP, Adi sering
berjualan gula merah, yang berbentuk cetakan tempurung
kelapa, untuk menambah uang jajan. Setelah lulus SMP,
meski ia tidak melanjutkan ke SMA, ia tidak berputus asa
untuk menjadi orang sukses. Hal itu dibuktikan oleh Adi.
Awalnya ia membantu bisnis sampingan ayahnya
membuat gula merah. Setelah beberapa bulan kemudian
ia yang mengambil alih bisnis itu karena ayahnya hanya
ingin bertani kopi dan palawija. Adi awalnya hanya menjual
gula di sekitar kampung. Berjalannya waktu ia memiliki ide
untuk menjual ke luar daerah.
Banyak liku-liku yang Adi jalani. Berkat kesabaran dan
keuletannya dalam berbisnis, kini ia menjadi produsen
sekaligus distributor yang memasok kebutuhan gula
merah di Provinsi Sumatra Selatan. Faktor yang membuat
sukses dalam berbisnis yaitu kerja keras dan tahan
banting, bertanggung jawab, tidak mudah menyerah,
serta harus menekuni bisnis yang sedang kita jalani.30
PENYADAP AREN DAN TUKANG CUCI
MOBIL MENJADI DOSEN
Oleh: Iif Cahyo Tunte

L
ukman Asha kelahiran desa Jambu Keling (Bandung
Marga sekarang) Kecamatan Bermani Ulu Raya (BUR)
tanggal 29 September 1961, anak bungsu dari lima
bersaudara, putra dari H. Abuseman dan Hj. Hadiyati, umur
1 tahun 2 bulan ayahnya meninggal dunia, tinggallah
dengan Ibu yang janda dan dua ayuk yang masih gadis
ketika itu yakni Siti Ri’ah dan Pipama, kakak tertua Zulkifli
dan Isbani telah berkeluarga dan telah mempunyai anak
putra dan putri. Ayah dan kakak Isbani pernah menjabat
sebagai kepala
Desa Jambu Keling/Bandung Marga.
Pendidikan yang dilalui, tahun 1967 masyarakat desa
Jambu Keling mengadakan musyawarah untuk mendirikan
sekolah di desa, mengingat banyak anak yang belum
bersekolah dan di Bandung Marga sendiri belum terdapat
sebuah sekolah sehingga anak-anak desa Jambukeling
bersekolah ke desa Pal VIII atau ke Purwodadi dengan
jarak tempuh 4-6 km. hasil rapat memutuskan membuka
sekolah bertempat di bawah rumah Alikera, sekolah diberi
nama Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Jambu Keling.
Madrasah sudah beridir namun, ruang-ruang kelas masih
kosong melompong sehingga warga saling membantu
secara sukarela memberikan sumbangan untuk keperluan
fasilitas kelas. Setelah uang terkumpul, kemudian dibelilah
bahan dan dibuat bangku yang sangat sederhana dengan
tiang ditanam di tanah, mengingat saat itu lantai kelas
masih beralaskan tanah.
Kemudian mengenai tenaga pendidik yang akan
mengajar, nanti dicari siapa yang sanggup mengajar
dengan insentif yang terbilang kecil. Alhamdulillah ada
yang menyanggupi namanya Nawawi dari Bengkulu Utara
(pesisir) beliau tamatan sekolah rakyat dan dia sanggup
menjadi guru serta pindah ke desa Jambu Keling dengan
membawa satu orang istri dan dua orang anak. Untuk
biaya hidup sang guru masyarakat diminta sumbangan
beras masing-masing dua liter setiap bulan, terutama
yang anaknya sekolah di MIS tersebut. Tiga tahun berjalan
Bapak Nawawi dan keluarga memutuskan untuk pindah
ke Bengkulu. Bermodalkan gaji guru yang ia tabung
selama tiga tahun, ia membuka warung manisan dan
sembako di sekitar Simpang Rawa Makmur dekat UNIB,
berkat keyakinan dan kerja kerasnya dalam merintis usaha,
usaha Pak Nawawi terus maju dan berkembang sampai ia
punya Rumah Toko dan punya sarang burung Waletnya
sendiri di Bengkulu.
Lebih kurang enam bulan MIS Jambu Keling tidak ada
guru dan tidak ada aktivitas. Kemudian kepala desa dan
Bapak Imam desa dengan beberapa tokoh masyarakat,
Muktar (Imam), Amran, Sanal Badri, Ducet, dan Turi selaku
pemuka masyarakat Jambu Keling pergi ke SD Pal VIII
dan MIS Purwodadi untuk mencari Guru, maka ketemulah
dengan Bapak Rahik yang juga tamatan sekolah Rakyat
selaku guru MIS Purwodadi menyanggupi untuk jadi guru
MIS desa Jambu Keling dengan pembagian jadwal untuk
tiga hari, Senin, Rabu dan Jumat, Bapak Rahik mengajar di
MIS Purwodadi, Selasa, Kamis, Sabtu mengajar di MIS
Jambu Keling. Enam bulan berjalan sekolah dibuka tiga
hari dalam seminggu, maka masyarakat berinisiatif untuk
mencari guru yang bisa mengajar tiga hari selain jadwal
Bapak Rahik, maka disanggupi oleh Bapak Saibul Muktar,
disamping itu dibantu oleh Bapak Isbani (Imam desa
Bandung Marga sekarang) sehingga MIS Jambu Keling
dapat berjalan normal tujuh hari belajar.
Memperhatikan Bapak Rahik sering terlambat datang
sebab jarak tempuh yang jauh dari tempat tinggal Pak
Rahik, Desa Tebat Tenon Luar yaitu sejauh kurang lebih 9
Km, maka muncul ide untuk mencari guru yang bisa
menetap, Alhamdulillah dapatlah Bapak Abdul Wahab
dari Aceh, beliau siap menetap di desa Jambu Keling asal
disiapkan tempat tinggal dan lahan berkebun serta biaya
hidup. Masyarakat meyiapkan salah satu rumah penduduk
untuk menjadi tempat tinggal Pak Wahab serta lahan
kebun dan sumbangan masyarakat untuk biaya hidup
Bapak Abdul Wahab beserta istri dan tiga anaknya yang
juga diajaka menetap di desa Jambu Keling. Setiap sore
hari murid diberi jadwal piket mengangkut air dari
pancuran dibawa ke rumah untuk keperluan keluarga
Bapak Abdul Wahab, setiap hari ahad murid diberi jadwal
gotong royong menyiangkan (membersihkan kebun).
Sementara itu ada masyarakat yang memberi izin tanahnya
dipakai untuk tempat ruang belajar siswa MIS, kemudian
dibangunlah dua lokal belajar. Dua tahun mengajar Bapak
Abdul Wahab pamit untuk pulang ke
Aceh. Selanjutnya masyarakat menemui kepala KUA Curup
waktu itu dijabat oleh H. Aminuddin HA. Beliau bersedia
membantu dengan memindahkan Bapak Hasan Bari dari
SD Tebat Tenong Dalam Kecamatan Bermani Ulu ke MIS
Jambu Keling, MIS Jambu Keling kemudian dijadikan
Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Cabang
MIM Dusun Curup. tidak lama kemudian masyarakat
membeli tanah, kemudian dibangun MIS Jambu Keling,
tahun 1985 MIM Jambu Keling dinegerikan.
Kelas 1 s.d. kelas 6 ditempuh selam 8 tahun karena
sekolah sempat berhenti di tengah jalan sebab tidak ada
guru. Menjelang ujian akhir tiga orang siswa kelas 6 yakni
Lukman Asha, Zainuri dan Syafa’ah ikut ujian ektrane di
MIN dusun Curup. Kemudian Lukman Asha dan Zainuri
melanjutkan ke PGAN 4 tahun di Curup, sementara Safa’ah
tidak melanjutkan. di tengah jalan Zainuri mengundurkan
diri, sementara Lukman Asha tetap berlanjut, tamat PGAN
4 tahun diteruskan ke PGAN 3 tahun, kemudian kuliah
di Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Fatah Palembang di
Curup selesai Sarjana Muda (BA) tahun 1985, melanjutkan
S1 Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin IAIN Raden
Fatah Palembang di Curup selesai tahu 1988, melanjutkan
studi S2 Manajemen Pendidikan Islam pada Fakultas
Tarbiyah IAIN Raden Fatah Palembang selesai tahun 2006,
kemudian melanjutkan studi S3 Manajemen Pendidikan di
Universitas Negeri Jakarta selesai tahun 2013.
Pekerjaan semasa pendidikan, waktu di desa
membantu ibu berkebun bercocok tanam palawija,
sayuran, dan kebun kopi, selain itu menyadap aren dan
membuat gula merah
(gula aren), sesekali mendapatkan upah dari hasil
merumput kebun kopi orang lain, sering juga diajak kakak
laki-laki untuk menarik kayu balok dengan kerbau dari
tengah hutan, berangkat dari rumah malam jam 00.00 dini
hari, tiba lagi di dusun jam 12 siang besoknya. Semasa
sekolah di PGAN 4 tahun, berjualan kue keliling dengan
nampan di atas kepala dari sehabis sholat subuh sampai
jam 07.00, kemudian jualan es dengan membawa termos es
ke sekolah PGAN 4 di Talang Rimbo. Sepulang dari
sekolah jam 15.00 -17.00 mencuci mobil di Simpang
Lebong Curup, sementara menunggu ada mobil yang
mau dicuci, mencuci piring di warung nasi Simpang
Lebong (Warung Ujang). Pak Ujang masih hidup dan
tinggal di desa Air Mundu Kecamatan Bermani Ulu
Kabupaten Rejang Lebong, pernah juga menjadi tukang
membuka dan menutup pintu toko tempat penjahit Salon
uda Emi Simpang Lebong, kadang kala juga membantu
masang kancing baju dan mengobras dasar yang akan di
jahit di penjahit Salon tersebut, dan juga memiliki
pengalaman membuat kerupuk es krim. Semasa di PGAN 3
tahun menjadi kenek mobil tambangan Curup Air Dingin,
pernah juga jadi kuli angkut kayu balok dengan mobil,
kenek mobil ke kalangan, kenek mobil angkutan beras
Curup Lahat, kenek mobil tambangan Curup Bengkulu,
yang akhirnya menjadi sopir angkutan Desa, kemudian
sopir angkutan kota.
Setelah tamat PGAN 3 tahun menjadi guru honor di
SDN 5 Curup di masa kepemimpinan Ibu Fauzia dan Ibu
Surtifah, sambil kuliah di program sarjana muda Fakultas
Ushuluddin IAIN Palembang di Curup, kemudian honor di
MIS Bandung Marga yang merupakan madrasah tempat
Lukman Asha menimba ilmu di usia sekolah dasar, selaku
kepala Madrasahnya H. Hasan Basri, kemudian menjadi
guru honor di MTs Al-Ma’arif Perbo dengan kepala
Madrasah Rohani Juned, kemudian Guru Honor di MTs,
Nurul Kamal Kepala Madrasah Sihabudin dan Badrul
Husni, kemudian guru honor di SMAN 3 Curup Utara
kepala Sekolah H. Abdul Syujur, kemudian guru honor di
SMAN 4 Curup Selatan denag kepala Sekolah Drs. H.
Syahril, BA. Setelah setelah selesai Sarjana Muda sambil
kuliah program S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Palembang di
Curup honor di Fakultas Ushuluddin IAIN Palembang di
Curup sampai selesai program S1 Fakultas Ushuluddin
IAIN Raden Fatah Palembang di Curup.
Tahun 1991 mengikuti tas CPNS dan lulus menjadi
Calon pegawai negeri di Fakultas Ushuluddin IAIN Raden
Fatah Palembang di Curup TMT 1 Maret 1992. Riwayat
pekerjaan semasa calon pegawai negeri ditempatkan di
staf umum menangani surat menyurat, setelah pegawai
negeri di tempatkan di Peprustakaan sebagai sekretaris,
kemudian menjadi kasubag umum, setelah itu kasubak AK,
kemudian Kabag Administrasi, kemudian Kepala pusat
Informasi dan percetakan (KPIP), dilanjutkan sebagai
Ketua Jurusan Tarbiyah, kemudian Wakil Ketua III STAIN
Curup, Wakil Rektor III IAIN Curup, Kepala Satuan Pengawa
Internal (SPI) IAIN Curup, setelah itu diberi Amanah
sebagai Wakil Direktur Pascasarjana IAIN Curup.
Tahun 2004 merintis berdirinya Radio Pesona IAIN
Curup, Alhamdulillah berdiri tahun tahun 2006, dan ditunjuk
sebagai Direktur Utama PT Radio Pesona FM hingga
sekarang. Sejak Madrasah Ibtidaiyah hobi berorganisasi,
ketua kelas,
pramuka, ketua OSIS, ketua Racana, Komandan satuan tugas Menwa, ketua Dema, Ketua
Sema, wakil ketua AMPI, ketua Mapancas, Ketua Pemuda Muhammadiyah, wakil ketua HMI,
Wakil Ketua KNPI, Ketua KAHMI, Wakil Ketua ICMI Rejang Lebong, wakil ketua IARMI
Bengkulu, ketua FKA-ESQ, Ketua Muhammadiyah Rejang Lebong, pengurus IPHI, pengurs
FKUB, pengurus MUI, ketua Alumni IAIN Curup, ketua Abituren PGAN, ketua Forum Kabag
Administrasi STAIN dan IAIN se Indonesia, wakil ketua Forum WR III PTKIN.
Penghargaan yang di peroleh sebagai Menwa terbaik 2
Provinsi Bengkulu, ketua Dema terbaik tahun 1987, peserta terbaik 2 Diklat Pim IV di
Palembang tahun 1997, peserta terbaik 2 Diklat Pim III Jakarta tahun 2006, Satya lencana 10
tahun 2002, Satya lencana 20 tahun 2012, Satya lencana 30 tahun 2022.
Istri Hj. Laileti, S. Pd., MM, mantan kepala SDN 2 Centre Curup, sekarang pengawas SD,
anak tertua Mufti Alam Adha, SE, M.Sc. tamatan Mu’allimin Yogyakarta dan Alumni UGM
serta dosen UAD Yogyakarta, sekarang Studi S3 di Spanyol, Menantu Faiza Husnayeni Nahar,
SE, M.S.Ed., putri pertama Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., MA, Tamatan Mu’allimat
Yogyakarta, alumni IIUM Malaysia, dosen UMY, sekarang studi S3 di Spanyol, putra kedua M.
Ilham Adepio, SH, MH, alumni Gontor I dan UGM. Putra ke tiga IIf Cahyo Tunte, alumni
Gontor I sedang menampuh studi S1 ilmu Komunikasi UMY.121

Anda mungkin juga menyukai