Anda di halaman 1dari 4

KAMPUNG MARUNI

Pada tahun 60-an, Kampung Maruni awalnya adalah sebuah tempat peristirahatan bagi wargawarga yang ada di dataran prafi yang hendak menuju kota manokwari, untuk berbagai
kepentingan. Baru pada tahun 70-an setelah beberapa penduduk memilih untuk menetap dan
membuat perkampungan di wilayah ini, barulah Maruni mendapatkan statusnya sebagai
kampung yang berada di bawah pemerintahan distrik Manokwari Selatan.
Kampung Maruni, berada di pinggiran kota Manokwari. Tepatnya 20 km ke arah selatan
manokwari. Aksesibilitas ke kampung tergolong lancar ada angkutan reguler pedesaan, ojek
ataupun truck yang lalu lalang. jika menggunakan angkutan pedesaan, kita diharuskan
membayar ongkos sebesar Rp.10.000,- untuk setiap orang. Jika menggunakan Jika menggunakan
jasa maka kita diwajibkan membayar Rp.20.000 di waktu pagi hingga sore hari, dan Rp.30.000
jika di malam hari.
Kampung Maruni terdiri dari 115 jiwa 60 diantaranya adalah perempuan dan sisanya adalah lakilaki, kampung Maruni di Di dominasi oleh suku penduduk dari suku-suku asli di Manokwari,
sisanya adalah masyarakat pendatang lokal seperti Biak, Serui, dan masyarakat Pendatang
Nusantara seperti Jawa, Sulawesi dan Manado.
Umumnya penduduk yang tinggal di daerah Maruni hidup dari hasil berkebun maupun nelayan.
Karyawan perusahaan dan pegawai negeri sipil. Tetapi tidak ada yang benar-benar dilakukan
secara sendiri. Artinya tidak ada yang benar-benar berkebun saja atau nelayan saja tanpa
melakukan pekerjaan lain. Sedangkan penduduk pendatang yang berasal dari luar papua
memiliki mata pencaharian sebagai tukang, karyawan perusahaan dan beberapa lainnya sebagai
pegawai negeri sipil.
Aktifitas menggali kapur sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak tahun 1982, dengan harga
hanya mencapai Rp.50.000,- untuk setiap Truck. Sedangkan penggali mendapatkan 20.000,- saja
untuk setiap trucknya. Hingga tahun 1998 harga per kubik naik menjadi Rp.150.000,-. Pada
awalnya banyak penduduk yang menggeluti pekerjaan ini, namun lambat laun penduduk semakin
meninggalkan pekerjaan tersebut karena merasa penghasilannya sangat kurang. Hingga tahun
2009 praktis tinggal 6 KK saja yang menggelutinya.

Tanaman yang biasa ditanam di dalam kebun adalah sayur-sayuan seperti bayam, terong, sawi
dan lain sebagainya. Selain kebun pribadi, mereka juga biasa membuka kebun secara
berkelompok. Cara mereka membuka bekerja secara berkelompok adalah, dengan bersama-sama
membersihkan dan kemudian membagi secara adil masing-masing lahan yang sudah bersih dan
kemudian diserahkan kepada setiap anggota untuk ditanami sesuai dengan keinginannya.

Pendidikan:
Adapun jumlah anak-anak usia sekolah di kampung maruni adalah : pendidikan tingkat SD 17
anak, SMP 5 anak, SMA 2 anak dan Kuliah 4 anak. Tetapi masalah yang mereka hadapi di
kampung ini adalah Transportasi (Taksi ) untuk ke sekolah, di SD Andai, SMP 5 Arfai dan SMA
di Kota manokwari. Sedangkan fasilitas yang ada hanya sekolah dasar saja, sisanya adalah
SDsekolah namun semangat atau kemaun yang besar untuk harus sekolah dan pulang sekolah
pun demikian mereka berjalan sambil menunggu trek yang pergi untuk mangankut material di
Gunung kapur atau batu kali dan pasir kali maruni. Bisa yang terjadi mereka menunggu
kendaraan di pingir jalan sampai sudah lewat jam masuk sekolah berarti mereka kembali ke
rumah langsung membuka baju sekolah dan bermain atau membantu Orang tua menjaga adik
dan juga memasak. Hal ini yang sering terjadi bagi anak-anak ini. Dan Orang Tua- Orang Tua
Murid mengharapkan kepada Pemerinta agar bisa memberikan kendaraan kusus untuk
mengangkut anak-anak sekolah ini.

Kesehatan:
Masyarakat kampung maruni ini kalau sakit mereka biasa pergi berobat di Puskesmas maripi
dan harus membawa kartu Askes supaya mereka mendapat Obat secara geratis tampa
mengeluarka uang. Yang masyarakat harapkan dari Pemerita Distrik bisa kerjasama dengan
Dinas Kesehatan Kabupaten agar bisa membuaka Pustu di kampung Andai karena jumlah
masyarakatnya juga sudah sangat banyak.

Konflik:
Pernah terjadi hanya masalah tanaman mereka di kebung yang di curi orang dan mereka mulai
bertengkar tetapi tidak menggunakan parang dan panah. Tetapi mereka menyelesaikan secara
keluarga saja.

Bantuan Pemerintah:

Masnyarakat kampung maruni RT 03/ RW 01 ini sejak di buka menjadi satu Kampung tidak
pernah mendapat bantuan dari pemerintan. Pada tahun 2008 barulah mereka mendapat Danah
Otsus yang langsung di ambil oleh Bapak Kepala Desa Welem Mansim dari Bank BPD
Manokwari. Kampung maruni mendapat 5 buah Rumah Permanen dan Danah ini langsung di
olah untuk membelanjakan bahan-bahan bangunan seperti Semen, Batu Tela, Batu Kali dan Pasir
untuk Tiga kampung. Untuk mereka membangun Rumah yang ukurannya 6 X 6,5 namun
bangunan ini tidak selesai hanya pandasi tiang dan penyusunan batu saja, karena danahnya habis.
Pekerjaan rumah ini di lanjutkan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat dengan pelester, buat
kap dan langsung tutup seng. Dan akibat bencana Gempa Tanggal 4 januari yang lalu rumah
masyarakat kampungmaruni ada yang rusak berat dan parah dan sekarang mereka baru juga
mendapat 11 buah rumah semi permanen yang di bangun oleh ABRI Masuk Desa (AMD).
Nama : Helin Hiowati Kepala keluarga
Umur : 35 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMEA
Nama : Welmina Yensenem Ibu rumah Tangga
Umur : 34 Tahun
Pendidikan Terakhir : SMP
Nama : Denis, Frans Hiowati Anak
Umur : 16 Tahun
Pendidikan : SMP
Nama : Lili Hiowati Anak
Umur : 13 Tahun
Pendidikan : SMP
Nama : Musa Hiowati Anak
Umur: 11 Tahun
Pendidikan : SD

Nama : Insos Hiowati Anak


Umur : 9 Tahun

Pendidkan : SD
Nama : Fatnaria Hiowarti Anak
Umur : 6 Tahun
Balum sekolah
Nama : Ugens Hiowati Anak
Umur : 9 Tahun
Pendidikan : SD
Nama : Imelda Hiowati Anak
Umur : 3 Tahun
Belum sekolah

Anda mungkin juga menyukai