Anda di halaman 1dari 2

Nama : Muhammad Iqbal Az-Zahroni

NIM : 019181441235
Prodi : Matekstosi (1A)

BERGOTONG ROYONG MEMBANTU MERINGANKAN BEBAN


KELUARGA BU KASRI

Ini adalah kisah yang sudah lama terjadi. Sekitar tahun 2012 tetapi belum berakhir
sampai tahun 2019 ini. Pada masa sekarang ini kisah kehidupan keluarga ini sudah
mengalami perubahan walaupun masih tetap seadanya. Kisahnya sangat menginspirasi
sekali karena warga sekitar menaruh kepedulian yang sangat luar biasa. Bergotong royong
saling membantu sehingga kehidupan keluarga ini bisa tetap bertahan dalam menjalani
masa-masa sulitnya. Bergotong-royong saling membantu untuk meringankan beban
penderitaan warga karena kemiskinan adalah merupakan bentuk perilaku mengamalkan
falsafah negara Pancasila, khususnya sila kelima Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia. Bergotong-royong saling berempati membantu meringankan beban penderitaan
karena ketidakmampuan sebagai manusia adalah merupakan perilaku yang menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Bergotong-royong memberikan sebagian rizky kepada
tetangga yang tidak mampu adalah melaksanakan perintah agama, menjalankan sila
pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pada tahun 2012 di kampung saya tinggal suami istri. Sang istri bernama Kasri,
berusia sekitar 30 tahun. Suaminya bernama Biyanto, berusia sekitar 40 tahun. Pak Biyanto
memiliki postur badan tidak tegap, kalau berjalan sedikit sempoyongan. Dia juga sering
sakit-sakitan. Bu Kasri bertubuh mungil cenderung gemuk, tubuhnya lebih sehat bahkan bisa
bekerja menyerupai laki-laki karena dia adalah tipe wanita pekerja keras. Tetapi dia memiliki
kekurangan dalam berinteraksi sosial karena punya kegagapan. sepertinya dia memiliki
kekurangan dalam pendengaran. Mereka dikaruniai dua orang anak. Perempuan semua.
Yang pertama masih sekolah SMP. Sedangkan yang kedua masih usia 10 tahun. Tetapi anak
yang kedua ini mengalami gangguan mental sehingga tidak pernah mengalami
perkembangan sebagaimana anak di usianya. Dia masih selalu digendong bu Kasri
kemanapun beliau pergi. Sang anak tak bisa bicara, tidak mampu berjalan karena lumpuh
layu. Karena kebaikan warga di lingkungan kami, maka Pak Biyanto tersebut dipekerjakan di
SMP yang kebetulan ada di sebelah rumah tinggal mereka. Pak Biyanto dipekerjakan sebagai
tukang kebun SMP. Walaupun penghasilan pasti tidak seberapa karena sebagai tenaga
honorer dengan ijasah SMP. Tetapi beberapa tahun yang lalu sekitar tahun 2016 Pak
Biyanto telah meninggal karena memang sudah lama terlihat sakit-sakitan.

Betapa derita keluarga ini bertambah parah. Tanpa suami. Bu Kasri sendirian bekerja
keras membanting tulang. Dia bekerja serabutan membantu pekerjaan rumah tangga bagi
tetangga yang membutuhkan bantuan. Banyak para tetangga yang sebetulnya bisa
menyelesaikan pekerjaan rumah tangga mereka sendiri, tetapi mereka memilih untuk
mempekerjakan ibu ini agar bisa sedikit membantu meringankan beban. Dalam sehari bu
Kasri bisa berpindah kebeberapa keluarga. Mencuci baju, menyapu, seterika, dll. Itulah
pekerjaan beliau tiap hari sambil menggendong anaknya yang sudah belasan tahun tapi
masih seperti anak balita. Semua uang yang diperoleh oleh bu Kasri hanya cukup untuk
makan , itupun kurang. Para tetangga dekat bahkan perangkat desa terketuk melihat
penderitaannya. Rumah gubug mereka tidak layak lagi dihuni. Karena kepedulian tetangga
dan warga masyarakat akhirnya terkumpullah bahan material maupun dana untuk
membantu membangunkan rumah berdinding batu bata bagi Bu Kasri. Dengan bergotong
royong saling bahu membahu warga memberikan bantuan berupa tenaga maupun dana.
Semuanya bekerja dengan keikhlasan. Para tukang bangunan juga tetangga sekitar.
Semuanya gratis tidak ada yang diberi upah. Alhamdulillah walaupun sangat sederhana
berhasil dibangunkan sebuah rumah kecil berukuran 6 m x 7m diatas tanah warisan dari
orang tua Pak Biyanto almarhum. Bu Kasri sangat bersyukur atas kepedulian warga
masyarakat sekitarnya , beliau selalu menangis mengungkapkan rasa syukurnya karena
merasa tidak akan bisa membalas kebaikan tetangga dan warga sekitarnya.

Bantuan dari warga pun tidak hanya sebatas membangunkan rumah bagi Bu Kasri.
Pemilik pondok pesantren, Bapak Haji Nur Faqih pun memberi bantuan kepada Bu Kasri
setiap bulannya. Dengan cara mempekerjakan bu Kasri untuk membersihkan pondoknya
tiap pagi. Setiap sore Bu Kasri membantu anak-anak desa yang ngaji di pondok tersebut,
mengatur penempatan sepeda dan merapikan sandal anak-anak yang mengaji.
Mengantarkan pulang anak mengaji yang tidak bisa dijemput oleh orang tuanya. Sekarang
Bu Kasri tidak lagi harus menggendong anaknya yang lemah mental itu. Bu Kasri sekarang
sudah memiliki kursi roda untuk anakknya. Bu Kasri tinggal mendorongnya. Kursi roda
tersebut diberi oleh tetangganya yang orangtuanya meninggal dunia setelah mengalami
strooke sehingga harus menggunakan kursi roda. Tiap bulan bu Kasri mendapatkan gaji nya
sebagai pembersih pondok, ditambah pula sembako dari para warga yang menitipkan
anaknya mengaji di pondok tersebut tiap sore sepulang sekolah.

Sekarang pada tahun 2019 ini anak pertamanya bu Kasri sudah lulus SMA dan sudah
bekerja sebagai karyawan di toko. Kami menyebutnya dengan pelayan toko. Semoga bisa
membantu meningkatkan kesejahteraan kehidupan ibu dan adiknya. Bu Kasri masih tetap
membersihkan pondok pesantren milik pak Nur Faqih. Warga masih selalu memberi
santunan berupa sembako untuk kebutuhan hidup mereka. Jangan berhenti untuk selalu
berbuat baik. Karena kita akan merasa bahagia jika melihat orang lainpun bahagia.

Anda mungkin juga menyukai