Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dzaki Naufal Hakim

Sekolah : SMAN 11 GARUT

Essay Calon Mahasiswa Baru ITB

Nama saya Dzaki Naufal Hakim. Saya lahir pada tanggal 14 November 1997 di Kabupaten Garut.
Saya merupakan anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Edih Sutedi dan Dedeh Jubaedah.
Ayah saya merupakan seorang pegawai bengkel yang dimiliki oleh kaum tionghoa. Sebagai seorang
pegawai bengkel, dia berpenghasilan sekitar sembilan ratus ribu per bulan. Dia bekerja setiap hari senin
sampai jumat dari pukul tujuh pagi hingga pukul lima sore. Pada saat hari libur nasional pun, dia tetap
bekerja untuk menghidupi keluarga say. Hanya pada hari minggu beserta Idul Fitri dan Idul Adha dia libur
bekerja. Dia merupakan sosok seorang ayah yang bekerja keras untuk membahagiakan keluarganya.
Hasil jerih payahnya pun cukup untuk mengidupi keluarga saya, walaupun pas-pasan. Kemudian, saya
memiliki seorang ibu yang sangat penyabar dalam mengurusi keluarga. Dia merupakan seorang Ibu
Rumah Tangga biasa dan tidak bekerja. Sebenarnya ibu saya sempat bekerja sebagai pegawai honorer
di Rumah Sakit Guntur pada saat saya berumur 6 tahun. Akan tetapi, dia mengundurkan diri dari
pekerjannya karena merasa lelah dengan pekerjannya dan suasana lingkungan kerja yang kurang
kondusif. Sebagai Ibu Rumah Tangga biasa, dia tentunya tidak memiliki penghasilan dan sehari-hari dia
mengurusi keluarga saya. Selain kedua orang tua, saya pun memiliki seorang adik perempuan yang
bernama Anditha Rahmadhianti Rahayu. Sekarang dia duduk dibangku Sekolah Dasar kelas satu. Dia
tergolong anak yang pintar karena walaupun masih duduk dibangku kelas satu, dia sudah bisa membaca
Al-Quran hinggan juz ke 12 dan mampu menulis dengan rapi.

Saya bersama keluarga tinggal di rumah Nenek dari ibu saya, atau dapat disebut menumpang. Hal
itu disebabkan, karena keluarga saya masih belum memiliki rumah sendiri dan juga untuk dapat
mengurusi nenek saya tersebut. Nenek saya bernama Toto, dia merupakan seorang pensiunan Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Rumah Sakit Guntur. Dia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya melalui gaji
yang didapatnya setiap bulan. Walaupun demikian, dia masih meminta bantuan keuangan kepada putra-
putranya disaat gaji yang didapatnya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keluarga saya
bukan merupakan keluarga yang berpendidikan tinggi karena belum ada yang menempuh pendidikan
hingga Perguruan Tinggi. Contohnya adalah ayah saya, dia merupakan seorang lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan jurusan mesin dan ini sesuai dengan pekerjaannya sekarang sebagai seorang
mekanik atau pegawai bengkel. Sedangkan ibu saya sendiri merupakan seorang lulusan Sekolah
Menengah Kejuruan jurusan kesejahteraan keluarga. Kemudian adik saya, yang masih menempuh
pendidikan dibangku kelas satu Sekolah Dasar. Untuk nenek saya, dia merupakan seorang lulusan
Sekolah Dasar yang pada saat itu dia langsung mendaftarkan diri menjadi perawat di Rumah Sakit
Militer.

Setiap hari saya beserta keluarga menjalani kehidupan seperti keluarga yang lainnya. Se[erti ayah
yang berangkat kerja pada pukul tujuh pagi. Beliau sangat bersemangat dalam bekerjanya. Walaupun
sebenarnya, saat ini beliau hanya memilik satu ginjal karena sepuluh tahun yang lalu dia mengalami
penyakit batu ginjal yang menyebabkan salah satu ginjalnya harus diangkat. Untung saja pada saat itu,
pemilik bengkel tempat ayah saya bekerja membentu keluarga saya dalam hal pendannan untuk operasi
ginjal ayah saya. Itu sangat membantu keluarga saya. Kemudian, ibu saya setiap hari selalu
mengantarkan adik saya untuk bersekolah karena adik saya masih terlalu kecil untuk dibiarkan sendirian
berangkat ke sekolah. Setelah pulang mengantarkan adik saya, ibu mengerjakan pekerjaan rumah
tangga seperti menyapu, mengepel, memasak dan hal yang lainnya. Saya pun kadang-kadang
membantu ibu apabila sedang ada waktu luang. Beliau juga selalu mengurusi adik saya yang walaupun
dia masih terbilang kecil, tetapi tetap saja sebagai seorang anak kecil dia memilik rasa keingin tahuan
yang tinggi yang membuat ibu sering mengalami kerepotan dalam mengurusi adik saya ini. Seperti
pelajar lainnya, saya sendiri memiliki rutinitas keseharian yang cukup melelahkan karena setiap hari saya
besekolah pada pukul tujuh kemudian pulang sekolah pada pukul lima belas tiga puluh untuk hari senin
hingga kamis dan pukul sebelas tiga puluh untuk hari jumat serta sabtu. Di sekolah, setiap harinya saya
menerima materi pelajaran sebanyak lima mata pelajaran untuk hari senin hingga kamis dan tiga mata
pelajaran untuk hari jumata serta sabtu. Selain harus belajar selama berjam-jam setiap harinya, saya pun
harus mengerjakan tugas-tugas dari sekolah yang hampir selalu ada setiap harinya. Biasanya setelah
pulang sekolah, saya beristirahat untuk mengembailkan energi tubuh saya yang terkuras seharian untuk
belajar. Disela-sela istirahat tersebut saya selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan adik saya
tercinta dan meonotn televisi untuk hiburan serta mendapatkan berbagai informasi yang aktual. Seperti
halnya adik kakak yang lainnya, saya beserta adik saya selalu bermain dengan menyisipkan hal-hal yang
bersifat menjahili satu sama lain yang menimbulkan sedikit keributa diantara kami berdua. Hal tersebut
menyebabkan ibu dan nenek kesal dan marah sehingga kami berdua sering dimaraih oleh mereka. Akan
tetapi, bagi kami berdua hal tersebut tidak membuat kami kapok untuk saling bermain dan menjahili
karena justru itulah kenikmatan yang dirasakan apabila memiliki seiarang adik. Setelah beristirahat, pada
malam harinya saya mempersiapkan buku dan perlengkapan lainnya untuk bersekolah keesokan
harinya. Dilanjutkan dengan mengerjakan berbagai tugas dari sekolah yang harus diselesaikan tepat
waktu. Akhirnya, setelah melaksanakan berbagai aktivitas selama sehairan saya pun tidur untuk
mengistirahatkan dan mempersiapkan badan menghadapi hari esok. Hampir setiap hari, aktivitas saya
oleh aktivitas yang berhubungan dengan belajar, akibatnya waktu untuk bermain yang dimiliki hanyalah
sedikit. Kemudian pada saat saya dan keluarga yang lainnya melakukan aktivitasnya masing-masing,
nenek beristirahat dan berada di rumah sendirian. Adapun kegiatan yang biasanya dilakukan oleh nenek
saya ketika berada di rumah adalah menyetrika, beristirahat dan mengisi waktu luangnya dengan
mengunjungi rumah tetangga dan sanak saudara. Terkadang, beliau melakukan aktivitas menyulam
untuk membuat sarung bantal dan taplak meja. Sebagai seorang lansia, beliau juga sering merepotkan
saya beserta keluarga seperti marah, suka menyuruh, dan hal yang lainnya. Akan tetapi, saya beserta
keluarga memakluminya karena menurut ilmu biologi yang saya pelajari bahwa seseorang yang telah
memasuki usia lanjut akan kembali bertingkah laku seperti anak kecil. Dengan berbagai cobaan dan
kesulitan yang dihadapi, saya menikmati segala rutinitas yang dijalankan setiap harinya.

Saya beserta keluarga bertempat tinggal di sebuah perkampungan, yaitu Kampung Dayeuhandap.
Walaupun letak kampungnya berdekatan dengan pusat kota, akan tetapi nuansa pedesaan masih terasa
di Kampung Dayeuhandap ini seperti adanya persawahan, perkebunan, dan juga sungai yang mengalir
didepan rumah nenek. Selain itu, kondisi lingkungan disekitar rumah nenek ini sangatlah kondusif, jarang
ditemui konlfik ataupun permasalahan diantara masyarakat. Tetangga disekitar rumah nenek pun masih
memiliki hubungan saudara sehingga apabila ada sesuatu yang mendadak dn cukup berat untuk
dikerjakan , maka para tetangga akan membantu saya beserta keluarga. Apabila sedang ada waktu
luang, para tetangga berkumpul di teras rumah nenek atau di warung dekat rumah nenek untuk
mengobrolkan sesuatu yang sedang hangat diperbincangkan dan terkadang bergosip layaknya ibu-ibu
lainnya. Kemudian, pada saat sore hari selalu terdapat anak-anak kecil termasuk adik saya yang bermain
didepan rumah dan sawah dekat rumah. Mereka terlihat sangat riang dan bebas dari beban kehidupan
yang dihadapinya, berbeda dengan yang dihadapi oleh orang dewasa termasuk oleh saya karena
semakin kita bertumbuh dewasa maka semakin banyak beban hidup yang harus dihadapi. Semua itu
merupakan kenikmatan yang akan didapatkan apabila bertempat tinggal di sebuah perkampungan yang
rasa kekeluargaan dan kegotong-royongan yang dimiliki oleh setiap masyarakatnya masih tinggi.
Berbeda dengan apabila tinggal di sebuah perumahan yang masyarakatnya memiliki sifat individualistis
yang tinggi sehingga rasa kekeluargaan dan kegotong-royongannya sangat kurang.

Ketika saya bersekolah di Sekolah Dasar, saya bersyukur karena orang tua saya tidak mengalami
kesulitan dalam membiayai pendidikan karena untuk bersekolah di Sekolah Dasar tidak dikenakan uang
masuk sekolah dan juga uang bulanan atau SPP, hanya membayar uang untuk membeli seragam
sekolah, buku, dan perlengkapan sekolah. Kemudian, pada saat saya memasuki jenjang Sekolah
Menengah Pertama. Saya tidak dikenakan uang bulanan atau SPP dan hanya dikenakan uang sebesar
tiga ratus ribu rupiah untuk biaya seragam batik, olahraga dan komputer. Sehingga orang tua saya tidak
terlalu mengalami kesulitan dalam pembiayaan. Ini juga berkat program Pemerintah, yaitu wajib belajar
sembilan tahun yang menggratiskan biaya sekolah hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama. Orang
tua mengalami kesulitan ketika harus membayar uang study tour dan menyewa pakaian untuk
perpisahan sekolah karena memerlukan uang yang cukup besar. Orang tua saya mengalami kesulitan
dalam hal pembiayaan ketka saya duduk dibanku Sekolah Menengah Atas karena biaya pendidikan di
Sekolah Menengah Atas terbilang sangat besar bagi keluarga saya. Dimana orang tua saya harus
membayar uang sebesar lima juta rupiah untuk uang masuk sekolah ditambah dengan membayar uang
bulanan atau SPP sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah per bulan. Biaya tersebut merupakan biaya
terkecil didalam pilihan pembiayaan yang disediakan oleh sekolah pada saat pendaftaran karena saya
sadar bahwa saya bukan merupakan keluarga menengah keatas, melainkan menengah kebawah.
Kesulitan pembiayaan semakin terasa ketika orang tua saya memiliki biaya dari hasil kerja ayah saya dan
bantuan dari kakak ibu saya, ternyata biaya tersebut digunakan oleh nenek untuk suatu keperluan.
Sehingga orang tua harus meminjam uang pada koperasi dan ditambah hasil pemberian kakek dari ayah
untuk membiayai pendidikan saya. Akhirnya saya dapat pendidikan dijenjang Sekolah Menengah Atas
berkat berbagai usaha yang dilakukan oleh saya beserta keluarga. Selain itu, orang tua pun disulitkan
dengan berbagai biaya yang diminta oleh piahk sekolah beserta uang bulanan atau SPP yang pada saat
saya kelas dua belas, uang bulanan atau SPP tersebut naik menjadi tiga ratus ribu rupiah per bulan.
Orang tua pun harus melakukan usaha untuk mendapatkan uang seperti dengan meminta bantuan kakak
ibu saya dan beliau pun memberikan bantuannya dalam hal pembiayaan. Walaupun dengan berbagai
kesulitan pembiayaan yang dihadapi, saya bersyukur karena saya dapat menyelesaikan sekolah dengan
baik.
Sejak saya lulus dari Sekolah Menengah Pertama, saya mempunyai keinginan untuk melanjutkan
sekolah ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Hal tersebut disebabkan karena saya ingin setelah lulus
Sekolah Menengah Atas nanti, saya melanjutkan sekolah ke jenjang Perguruan Tinggi. Dimana lulusan
Sekolah Menengah Atas memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat masuk ke Perguruan Tinggi.
Selain itu, saya bercit-cita ingin menjadi seorang tata kota yang handal karena saya menyukai keindahan
dan kerapihan terutama di lingkungan perkotaan. Ditambah lagi, kondisi tata kota dimana tempat saya
tinggal, yaitu Kabupaten Garut sangatlah buruk. Hal tersebut dapat dilihat mulai dari lingkungan pusat
kota yang dipenuhi oleh PKL, tidak memiliki jalan protokol yang representatif, alun-alun kota yang tidak
terawat dan terjadi kerusakan diberbagai sudut, serta kondisi pusat pemerintahan yang dipenuhi oleh
PKL dan kondisi jalan yang kurang baik. Itu semua membuat saya ingin segera membenahi tata kota di
Kabupaten Garut.

Saya menempuh pendidikan dijenang Sekolah Menegah Atas di SMAN 11 Garut. Ini merupakan
sebuah kebanggaan bagi saya dapat bersekolah di sekolah favorit. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan.
Saya berusaha belajar dengan giat supaya mendapatkan hasil yang baik. Usaha yang saya lakukan
selama menempuh pendidikan di SMAN 11 Garut ini tidak sia-sia karena pada saat saya di kelas
sepuluh, saya menempati rangking kedua dikelas. Kemudian pada saat saya duduk di kelas sebelas,
saya bersyukur karena saya menduduki rangking pertama dikelas. Yang terakhir pada saat saya duduk di
kelas dua belas, saya kembali berperingkat kedua dikelas. Selain itu, saya pun pernah menjuarai Lomba
Cepat Tepat Dandim 0611 Garut Cup 2014 tingkat Kabupaten Garut. Semua itu merupakan hasil yang
akan didapat apabila kita belajar bersungguh-sungguh.

Selama bersekolah di SMAN 11 Garut, saya pernah mengikuti ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja
dan ekstrakurikuler Bulutangkis pada saat saya duduk di kelas sepuluh. Akan tetapi, hal tersebut tidak
berjalan lama karena ternyata tugas sekolah semakin menumpuk dan saya tidak bisa membagi waktu
antara kegiatan ekstrakurikuler dan sekolah. Sehingga beberapa bulan sejak saya bergabung dengan
ekstrakurikuler Karya Ilmiah Remaja dan Bulutangkis, saya memutuskan untuk keluar dari kedua
ekstrakurikuler tersebut. Akan tetapi, pada saat perkuliahan nanti saya akan mengikuti berbagai macam
organisasi dan kegiatan yang ada di Perguruan Tinggi. Karena saya sekarang menyadari akan
pentingnya keseimbangan antara otak kiri dan kanan. Dimana kita tidak boleh hanya mementingkan
urusan belajar dan belajar saja, tetapi juga harus mengimbanginya dengan kegiatan yang dapat melatih
kreatifitas kita seperti dengan mengikuti organisasi yang dapat melatih kemampuan dan bersosialisai kita.

Selama saya bersekolah, saya belum mendapatkan beasiswa dari suatu lembaga atau instansi.
Hal tersebut dikarenakan saya kurang mengetahui informasi mengenai bagaimana cara untuk
mendapatkan beasiswa. Adapun, saya menerima keringanan dalam membayar uang bulanan atau SPP
dengan dipotong sebesar lima puluh persen melalui dana BOS yang disalurkan oleh Pemerintah kepada
pihak sekolah. Selama ini, biaya pendidikan saya selama menempuh pendidikan di Sekolah Menengah
Atas tidak hanya berasal dari orang tua saja, melainkan dibantu oleh saudara-saudara saya yang
memiliki kemampuan lebih dalam hal ekonomi. Apabila saya tidak dibantu oleh saudara-saudar saya
tersebut, tentu saja saya beserta keluarga akan menghadapi berbegai macam kendal terutama didalam
hal pembiayaan. Inilah essay yang saya buat mengenai deskripsi kehidupan saya beserta keluarga.

Anda mungkin juga menyukai