Anda di halaman 1dari 27

NATIONAL PAPER COMPETITION

EVENT OF YOUNG RESEARCHER AND ECONOMIC STUDENT 2019


“KARINDAH”: DESTINATION PLATFORM TOURISM APPLICATION
SEBAGAI IMPLEMENTASI KONSEP SUSTAINABLE DEVELOPMENT OF
TOURISM DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
KABUPATEN KARANGANYAR

Disusun Oleh :

Muhammad Idham Alwi (15415060/Planologi/2015)


(

Sarah Seftia Maharani (15415037/Planologi/2015)

Dzaki Naufal Hakim (15415032/ Planologi/2015)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KOTA BANDUNG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan topik penelitian secara
umum, meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai, ruang lingkup laporan penelitian berupa ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah
dan ruang lingkup waktu, serta sistematika penulisan laporan.

1.1 Latar Belakang


Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang berkontribusi dalam mendorong
perumbuhan ekonomi suatu wilayah. Menurut Handayani (2012) bahwasanya objek wisata
yang berada disuatu wilayah memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah tersebut. Hal itu disebabkan oleh meningkatnya retribusi objek pajak dikarenakan
peningkatan jumlah objek wisata yang terdapat diwilayah tersebut. Menurut Alfiah (2014)
bahwasanya keberadaan sektor pariwisata disuatu wilayah dapat mendorong keberadaan
komoditas pendukung sektor pariwisata tersebut, seperti halnya transportasi, akomodasi,
hiburan, dan jasa-jasa yang ditawarkan. Sehingga dengan adanya ketersediaan komoditas
pendukung tersebut dapat mempengaruhi Growth Domestic Product (GDP) suatu wilayah.
Sektor pariwisata sangat potensial dikembangkan di Indonesia dikarenakan Indonesia
memiliki beragam objek wisata, terutama objek wisata alam. Salah satu wilayah di Indonesia
yang kaya akan objek wisata alam yakni Kabupaten Karanganyar.
Pariwisata yang terdapat di Kabupaten Karanganyar sebagian besar di dominasi oleh
hamparan pemandangan alam seperti halnya air terjun, perkebunan, dan pegunungan. Selain
wisata alam, terdapat pula wisata bersejarah seperti halnya candi dan makam leluhur.
Beragamnya aset-aset pariwisata di Kabupaten Karanganyar menciptakan motto “Bumi
Intanpari” yang memiliki arti bahwasanya Kabupaten Karanganyar kaya akan pariwisata dan
pertaniannya. Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2025 bahwasanya sektor pariwisata merupakan sektor
yang akan dikembangkan dalam pembangunan kedepannya. Mengacu pada teori Sustainable
Development of Tourism yakni sebuah konsep yang dicetuskan oleh United Nation World
Tourism Organization (UNWTO) yang mengharuskan sektor pariwisata dalam
memperhitungkan sepenuhnya dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan yang ada saat ini
dan di masa depan sehingga pariwisata tersebut mampu menangani kebutuhan pengunjung,
industri pariwisata, lingkungan, dan masyarakat lokal yang ada di wilayahnya sehingga
dengan mempertimbangkan ha-hal tersebut dapat menciptakan sifat keberlanjutan dalam
pengelolaan pariwisata. Pada Kabupaten Karanganyar, pengelolaan Pariwisata belum
terlaksana secara optimal. Hal tersebut terlihat dengan belum terintegrasikannya potensi
pariwisata di Kabupaten Karanganyar dengan ketersediaan infrastruktur penunjang
pariwisata serta keterlibatan masyarakat lokal di Kabupaten Karanganyar. Maka dari itu
penelitian ini bertujuan untuk memaksimalkan peran generasi Z dalam merumuskan solusi
pengimplementasian Konsep Sustainable Development of Tourism yang mendukung
Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 sebagai saran dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Karanganyar.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat dibuat beberapa rumusan masalah. Adapun rumusan
masalah dalam penelitian kali ini yakni:
1. Bagaimana kondisi eksisting Pariwisata di Kabupaten Karanganyar?
2. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Pariwisata di Kabupaten
Karanganyar?
3. Bagaimana analisis strategi yang dapat dijalankan oleh generasi Z dalam merumuskan
solusi pengimplementasian Konsep Sustainable Development of Tourism di Kabupaten
Karanganyar?
1.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari penelitian kali ini yakni untuk merumuskan solusi dalam memaksimalkan
peran generasi Z dalam pengimplementasian Konsep Sustainable Development of Tourism
yang mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 sebagai saran dalam
peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan tujuan
tersebut diturunkan kedalam tiga sasaran, yakni:
1. Teridentifikasinya kondisi eksisting Pariwisata di Kabupaten Karanganyar.
2. Teridentifikasinya faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Pariwisata di
Kabupaten Karanganyar.
3. Terbentuknya analisis strategi yang dapat dijalankan oleh generasi Z dalam
merumuskan solusi pengimplementasian Konsep Sustainable Development of
Tourism di Kabupaten Karanganyar.
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini terdiri atas ruang lingkup materi, ruang lingkup
wilayah, dan ruang lingkup waktu.
1.4.1 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi secara umum meliputi materi yang dikaji mengenai Konsep
Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable development), Pariwisata Berkelanjutan
(Sustainable Tourism), Pariwisata Kerakyatan (Community Based Tourism), dan
Potensi Pariwisata.
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah pengambilan data dan cangkupan persoalan yakni pada Kabupaten
Karanganyar, Provinsi Jawa tengah. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu
kabupaten yang terletak di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sragen, di
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo, di
sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur dan di sebelah barat berbatasan
dengan Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali. Kabupaten Karanganyar memiliki 17
kecamatan yang terdiri atas 15 kelurahan dan 162 desa. Berikut adalah peta
adiministrasi Kabupaten Karanganyar per kecamatan :
Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Karanganyar Per Kecamatan

Sumber: Studio Wilayah Kabupaten Karanganyar, 2019

1.4.3 Ruang Lingkup Waktu


Ruang lingkup wilayah dibagi dua yakni ruang lingkup pengambilan data oleh
Studio Perencanaan Wilayah Kabupaten Karanganyar ITB tahun 2018, serta Ruang
Lingkup pemrosesan penelitian dan pembuatan laporan dilakukan sejak tanggal 1
februari 2019.
1.5 Sistematika Penulisan
Pada bagian ini akan dijelaskan sistematika penulisan laporan penelitian adalah sebagai
berikut:
BAB 1
Pada bagian pendahuluan, penulis mengutarakan latar belakang pembuatan laporan,
rumusan masalah, tujuan dan sasaran yang ingin dicapai, ruang lingkup laporan penelitian
mencakup ruang lingkup materi, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup waktu, serta
sistematika penulisan.
BAB 2
Pada bagian ini akan menjelaskan teori-teori tentang Konsep Pembangunan
Berkelanjutan (Sustainable development), Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism),
Pariwisata Kerakyatan (Community Based Tourism), dan Potensi Pariwisata.
BAB 3
Pada Bagian ini akan dibahas mengenai bagaimana observasi dilakukan termasuk waktu,
lama dan tempat dilakukan observasi, bahan dan alat yang digunakan, cara pembuatan,
rincian biaya pembuatan, dan metode memperoleh data/informasi, serta cara pengolahan data
dan analisis yang dilakukan. Menyajikan teknik pengumpulan data atau informasi,
pengolahan data, analisis data dan kerangka berpikir
BAB 4
Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil analisis terhadap kondisi pengembangan
pariwisata, faktor-faktor penghambat, serta perumusan strategi dalam peningkatan
perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Karanganyar.
BAB 5
Pada bagian ini akan dibahas kesimpulan dan saran serta rekomendasi keseluruhan karya
tulis ini.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan Tinjauan Pustaka yang
dipakai penulis.

2.1.Konsep Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable development).


Sustainable development merupakan pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhan mereka, sebagai suatu proses perubahan dimana pemanfaatan sumberdaya, arah
investasi, orientasi pembangunan dan perubahan kelembagaan selalu dalam keseimbangan
dan secara sinergis saling memperkuat potensi masa kini maupun masa mendatang untuk
memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia (Budihardjo, 2010).
Menurut Permana (1996) dalam (Fauzi, 2004), setidaknya ada tiga alasan utama mengapa
pembangunan ekonomi harus berkelanjutan. Pertama, menyangkut alasan moral. Generasi
kini yang menikmati barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dan lingkungan
memiliki kewajiban moral untuk menyisakan layanan sumberdaya alam tersebut untuk
generasi mendatang. Kewajiban moral tersebut mencakup tidak mengkestraksi sumberdaya
alam yang merusak lingkungan sehingga menghilangkan kesempatan bagi generasi
mendatang untuk menikmati layanan yang sama. Kedua, menyangkut alasan ekologi.
Keanekaragaman hayati misalnya, memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi sehingga
aktivitas ekonomi semestinya tidak diarahkan pada hal yang mengancam fungsi ekologi
tersebut. Ketiga, menyangkut alasan ekonomi. Alasan dari sisi ekonomi memang masih
menjadi perdebatan karena tidak diketahui apakah aktivitas ekonomi selama ini sudah atau
belum memenuhi kriteria berkelanjutan. Dimensi ekonomi keberlanjutan sendiri cukup
kompleks, sehingga sering aspek keberlanjutan dari sisi ekonomi ini hanya dibatasi pada
pengukuran kesejahteraan antar generasi.

Haris (2000) dalam (Fauzi, 2004) melihat bahwa konsep keberlanjutan dapat diperinci
menjadi tiga aspek pemahaman, yaitu:
1. Keberlanjutan ekonomi, yang diartikan sebagai pembangunan yangmampu
menghasilkan barang dan jasa secara kontinu untuk memeliharakeberlanjutan
pemerintahan dan menghindari terjadinyaketidakseimbangan sektoral yang dapat
merusak produksi pertanian dan industri.
2. Keberlanjutan lingkungan adalah sistem yang berkelanjutan secara lingkunganharus
mampu memelihara sumberdaya yang stabil, menghindarieksploitasi sumberdaya alam
dan fungsi penyerapan lingkungan. Konsepini juga menyangkut pemeliharaan
keanekaragaman hayati, stabilitasruang udara, dan fungis ekosistem lainnya yang tidak
termasuk kategori sumber-sumber ekonomi.
3. Keberlanjutan sosial adalah keberlanjutan secara sosial diartikan sebagaisistem yang
mampu mencapai kesetaraan, menyediakan layanan sosial termasuk kesehatan,
pendidikan, gender, dan akuntabilitas politik.

2.2.Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable Tourism)


Secara umum, konsep pembangunan mencakup usaha untuk mempertahankan integritas
dan diversifikasi ekologis, memenuhi kebutuhan dasar manusia, terbukanya pilihan bagi
generasi yang akan datang, pengurangan ketidakadilan, dan peningkatan penentuan nasib
sendiri bagi masyarakat setempat (Dorcey dalam Picard 2006). Djajadiningrat dalam Ardika
(2007) menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan mengimplikasikan batas yang
ditentukan oleh teknologi dan organisasi masyarakat serta oleh kemampuan kehidupan bumi
menyerap dampak kegiatan manusia. Pariwisata dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan, industri pariwisata, dan kebutuhan masyarakat lokal saat ini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan dalam tujuannya harus
menganut tiga prinsip dasar, yaitu: (1) Kelangsungan ekologi; (2) Kelangsungan sosial
budaya; dan (3) Kelangsungan ekonomi dimana pembangunannya mampu memenuhi
kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya.
Pembangunan pariwisata berkelanjutan haruslah memanfaatkan sumber daya alam secara
optimal sesuai daya dukung sehingga tidak menimbulkan kerusakan, menghormati sosial
budaya masyarakat setempat, memastikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan serta
terdistribusi secara adil pada seluruh stakeholders. Adapun prinsip-prinsip dari pembangunan
pariwisata berkelanjutan adalah: 1) menjaga kualitas lingkungan, 2) memberikan keuntungan
bagi masyarakat lokal dan wisatawan, 3) menjaga hubungan antara pariwisata dengan
lingkungan, 4) menjaga keharmonisan antara masyarakat lokal, kebutuhan wisatawan dan
lingkungan, 5) menciptakan kondisi yang dinamis yang disesuaikan dengan carrying
capacity, dan 6) semua stakeholders harus bekerja sama didasari oleh misi yang sama untuk
merealisasikan pembangunan berkelanjutan (Burn dan Holden dalam Ardika (2001). United
Nations World Tourism Organization juga menyebutkan bahwa pembangunan pariwisata
berkelanjutan didasarkan pada beberapa prinsip antara lain sebagai berikut:

1. Semua pemangku kepentingan pembangunan kepariwisataan harus menjaga lingkungan


hidup;
2. Pemerintah mendorong semua bentuk pembangunan kepariwisataan yang dapat
mengurangi penggunaan sumber daya yang langka;
3. Pengaturan perjalanan wisatawan dan pengunjung dari sisi waktu maupun ruang untuk
memeratakan pembagian waktu liburan guna mengurangi tekanan terhadap lingkungan
hidup;
4. Infrastruktur kepariwisataan harus dirancang dan kegiatan kepariwisataan harus
diprogramkan sedemikian rupa untuk melindungi warisan alam;
5. Wisata alam atau wisata ekologi untuk menjaga warisan alam dan menghormati
penduduk setempat serta tetap memperhatikan daya dukung tempat (UNWTO dalam
Robert, 2008).

Pariwisata berkelanjutan menurut konsep Muller dalam Pitana (2005) adalah pariwisata
yang dikelola mengacu pada pertumbuhan kualitatif, maksudnya adalah meningkatkan
kesejahteraan, perekonomian dan kesehatan masyarakat. Peningkatan kulitas hidup hanya
dapat dicapai dengan meminimalkan dampak negatif sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Lima hal yang harus diperhatikan dalam pariwisata berkelanjutan menurut konsep
Muller, yakni: (1) Pertumbuhan ekonomi yang sehat; (2) Kesejahteraan masyarakat lokal; (3)
Tidak merubah struktur alam, dan melindungi sumber daya alam; (4) Kebudayaan
masyarakat yang tumbuh secara sehat; (5) Memaksimalkan kepuasan wisatawan dengan
memberikan pelayanan yang baik karena wisatawan pada umumnya mempunyai kepedulian
yang tinggi terhadap lingkungan. Dengan demikan dapat disimpulkan bahwa, pembangunan
pariwisata berkelanjutan hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan
kepemerintahan yang baik (good governance) dimana mampu melibatkan partisipasi yang
aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal. Pariwisata
berkerlanjutan juga diharapkan dapat menjaga keseimbangan antara kebutuhan industri
pariwisata, dukungan terhadap lingkungan dan masyarakat lokal. Jadi, prinsip quality,
continuity, dan balance harus diterapkan dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan. Di
dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah
bagaimana agar obyek daerah tujuan wisata yang dikembangkan agar tidak mengganggu
ekosistem lingkungan yang ada, serta masyarakat setempat tidak hanya sebagai objek demi
untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang lebih baik.

2.3.Pariwisata Kerakyatan (Community Based Tourism)


Pengembangan pariwisata berkelanjutan dianggap sebagai prasyarat utama dalam
pembangunan pariwisata ke depan. Pengembangan tersebut mengacu pada pembangunan
pariwisata yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Oka, 2010). Pariwisata
berkelanjutan merupakan aktivitas ekonomi penting yang jika dikembangkan secara tepat
bisa mengatasi sejumlah tantangan pembangunan, termasuk pengurangan kemiskinan,
pengembangan ekonomi lokal, perdamaian dan keselarasan masyarakat, serta manajemen
sumber daya alam dan lingkungan yang berkesinambungan (Gunawan dalam Darmaputra,
2005). Pendekatan ini pada dasarnya juga merupakan model pemberdayaan masyarakat yang
memberikan lebih banyak peluang kepada masyarakat lokal untuk berpartisipasi secara aktif
dalam kegiatan-kegiatan pembangunan. Hal ini berarti memberi wewenang atau kekuasaan
kepada masyarakat lokal untuk memobilisasi kemampuan mereka sendiri dalam mengelola
sumberdaya setempat. Kedudukan mereka adalah sebagai pemeran utama dalam membuat
keputusan dan melakukan kontrol terhadap kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi
kehidupannya (Cernea dalam Pujaastawa, 2005).
Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan kegiatan pariwisata bertumpu pada
partisipasi masyarakat lokal dalam berbagai atraksi budaya sehingga menjadi daya tarik
utama bagi wisatawan. Konsep pembagunan pariwisata berbasis kerakyatan dikemukakan
oleh Natori (2001) menekankan yakni: (1) Terpeliharanya mutu dan berkelanjutan sumber
daya alam dan budaya; (2)Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal; (3) Terwujudnya
keseimbangan antara sumber daya alam dan budaya; (4) Kesejahteraan masyarakat lokal
serta (5) Kepuasan wisatawan.
Nasikun (2000) menyatakan bahwa pembangunan pariwisata kerakyatan memiliki
beberapa karakteristik ideal sebagai berikut.
1. Usaha yang dikembangkan berskala kecil (small scale), sehingga lebih mudah
diorganisasikan;
2. Pemilihan dan pengelolaan dilakukan oleh masyarakat lokal (locally owned and
managed) dimana lebih berpeluang untuk dikembangkan dan diterima oleh masyarakat
lokal;
3. Input yang digunakan baik pada saat konstruksi maupun operasi berasal dari daerah
setempat sehingga komponen impornya kecil;
4. Aktifitas berantai (spin-off activity) yang ditimbulkan banyak, oleh karena itu adanya
keterlibatan masyarakat lokal baik secara individual maupun secara melembaga, menjadi
semakin besar. Adanya aktivitas berantai tersebut memberikan manfaat langsung yang
lebih besarbagi masyarakat lokal;
5. Berbasiskan kebudayaan lokal, karena pelakunya adalah masyarakat lokal dimana lebih
memberikan peluang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi, mulai dari proses
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun penerimaan manfaat dan keuntungan;
6. Pengembangan ramah lingkungan, yang terkait dengan adanya konversi lahan secara
besar-besaran serta tidak adanya perubahan bentuk bentang alam yang berarti;
7. Melekatnya kearifan lokal (local wisdom) karena masyarakat telah beradaptasi dengan
alam sekitarnya;
8. Penyebarannya tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan, tetapi dapat menyebar ke
berbagai daerah yang mana dalam penyebaran penduduk menciptakan suatu kawasan
wisata alternatif.
Pengembangan pariwisata kerakyatan diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi
masyarakat, seperti keuntungan ekonomi sehingga pemeliharaan lingkungan bisa
dilaksanakan dengan baik oleh masyarakat setempat. Disamping itu dalam konsep
pembangunan pariwisata yang berbasis kerakyatan perlu diperhatikan suatu konsep
keseimbangan antara resources dan resident, yakni suatu pembangunan yang terintegrasi
yang mana masyarakat sebagai pemain kunci dari kegiatan kepariwisataan tersebut.
Keberhasilan. Sistem kolaborasi yang telah terbentuk dalam pariwisata kerakyatan
diusahakan berlangsung dengan harmonis. Pihak Pemda, industri pariwisata, objek wisata
(masyarakat lokal dan lingkungan alam), serta wisatawan dapat melaksanakan aktivitasnya
dengan baik dan masing-masing mendapat kontribusi dari kegiatan tersebut. Valene dalam
Mowforth (2000) menyebutkan bahwa bentuk dari pariwisata berbasis kerakyatan, konsisten
dengan alam, sosial, dan masyarakat, serta mengizinkan interaksi dengan berbagi
pengalaman antara wisatawan dan masyarakat lokal. Dalam pengembangan pariwisata
seharusnya semua pihak dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan status (porsi) yang
didapatkan dan pada akhirnya tidak ada pihak merasa dieksploitasi. Konservasi dan
peningkatan kualitas lingkungan hidup; meningkatkan nilai-nilai dari sumber daya yang
menjadi objek, berusaha menggali dan menemukan sumber daya lainnya, dan yang paling
penting adalah menyeimbangkan pemanfaatan sumber daya yang dipakai dengan sumber
daya yang ada merupakan hal yang diperlukan dalam pengembangannya.

2.4.Potensi wisata
Pembangunan sumberdaya yang berkualitas menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor
pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian fungsi sumberdaya, sehingga
keberlanjutan pembangunan tetap terjamin. Pola pemanfaatan sumberdaya yang baik
seharusnya dapat memberikan akses kepada segenap masyarakat, bukan terpusat pada
beberapa kelompok masyarakat dan golongan tertentu. Dengan demikian pola pemanfaatan
sumberdaya alam harus memberi kesempatan dan peran serta aktif masyarakat, serta
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola sumberdaya alam secara
berkelanjutan. Peranan pemerintah dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumberdaya
alam harus dapat dioptimalkan, karena kualitas sumberdaya sangat penting peranannya
terutama dalam rangka meningkatkan pendapatan negara melalui mekanisme pajak, retribusi
dan bagi hasil yang jelas dan adil, serta perlindungan dari bencana ekologis. Sejalan dengan
otonomi daerah, pendelegasian secara bertahap wewenang pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam pengelolaan sumberdaya alam dimaksudkan untuk meningkatkan
peranan masyarakat lokal dan tetap terjaganya fungsi lingkungan.
Menurut Yoeti (2002), pengembangan daya tarik wisata sebagai sumberdaya yang
berkualitas dalam peraturan utamanya pada pembangunan yang berkelanjutan didasarkan
pada tiga indikator, antara lain;
1. Natural attraction, termasuk dalam kelompok ini adalah wisata alam, wisata konservasi
flora dan fauna dan sebagainya;
2. Cultural attraction, dalam kelompok itu termasuk diantaranya, kesenian tradisional,
upacara keagamaan, festivak kesenian, dan lainnya;
3. Social attraction, yang termasuk kelompok ini adalah tata cara gidup suatu masyarakat,
ragam bahasa, dan upacara keagamaan seperti pernikahan, syukuran dan lainnya.
BAB 3

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai bagaimana observasi dilakukan termasuk waktu, lama
dan tempat dilakukan observasi, bahan dan alat yang digunakan, cara pembuatan, rincian biaya
pembuatan, dan metode memperoleh data/informasi, serta cara pengolahan data dan analisis
yang dilakukan. Menyajikan teknik pengumpulan data atau informasi, pengolahan data, analisis
data dan kerangka berpikir.

3.1.Metode Pengumpulan Data


Metode Pengumpulan Data dalam penelitian kali ini adalah dengan menghimpun
informasi dari hasil Studio Perencanaan Wilayah Kabuapaten Karanganyar Tahun 2018.
Apapun data tersebut, dikumpulkan dengan berbagai macam metode yaitu dengan observasi
lapangan, wawancara serta kuesioner terhadap masyarakat maupun terhadap pengelola obyek
wisata yang berada di Kabupaten Karanganyar selama kurang lebih 1 minggu untuk
pengambilan data. Selain itu, dilakukan juga studi literatur yang dilakukan dari berbagai
macam sumber jurnal maupun buku yang menjadi referensi didalam penelitian kali ini.
3.2.Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan didalam penelitian kali ini adalah dengan metode
analisis deskriptif kualitatif untuk menjabarkan hasil wawancara terhadap sejumlah pengelola
obyek wisata, serta metode analisis deskriptif kuantitatif untuk mendeskispsikan berbagai
macam data angka terkait pariwisata di Kabupaten Karanganyar.
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil analisis terhadap kondisi pengembangan
pariwisata serta perumusan strategi dalam peningkatan perkembangan sektor pariwisata di
Kabupaten Karanganyar. Berikut merupakan pembahasan hasil analisis yang dilakukan terhadap
kondisi pariwisata Kabupaten Karanganyar.

4.1.Identifikasi Kondisi Eksisting Pariwisata di Kabupaten Karanganyar


Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Karanganyar Nomor 14 Tahun 2009 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Karanganyar Tahun
2005-2025. Visi pembangunan Kabupaten Karanganyar berdasarkan RPJPD Kabupaten
Karanganyar Tahun 2005-2025 adalah “Karanganyar yang maju, berdaya saing, sejahtera dan
bermartabat”. Adapun penjabaran visi Kabupaten Karanganyar Tahun 2005-2025 dilihat dari
aspek Pariwisata yaitu termasuk dalam misi ke-2 yang berisikan bahwa dalam mewujudkan
perekonomian daerah harus bertumpu pada potensi keunggulan daerah Kabupaten
Karanganyar yang berorientasi pada keekonomian kerakyatan.
Pengembangan perekonomian pariwisata di Kabupaten Karanganyar bertumpu pada
pariwisata daerah Kabupaten Karanganyar yang harus mampu mendorong potensi unggulan
diwujudkan dengan meningkatnya produk–produk unggulan daerah yang dikembangkan dari
potensi unggulan dan andalan daerah sehingga mampu bersaing dalam kancah global,
semakin meningkat dan berkembangnya jenis dan bentuk diversivikasi pertanian dalam arti
luas sebagai penghasil komoditas seperti agribisnis tanaman obat, tanaman hias, dan
sejenisnya.

Berdasarkan hasil mengidentifikasi fakta dan menganalisisnya didapatkan bahwa


keberadaan pariwisata berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, namun sejauh ini
didapatkan bahwa pengelolaan pariwisata belum optimal sehingga belum mecapai
kesejahteraan bagi masyaraka sekitar. Untuk mengukur kesejahteraan masyarakat yang
dihasilkan sebagai dampak dari kegiatan pariwisat dilihat dari 4 indikator berdasarkan data
penelitian yang dilakukan oleh Nasir Rulloh pada tahun 2017 yang berjudul Pengaruh
Kunjungan Wisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Sekitar Objek Wisata Berdasarkan
Perspektif Ekonomi Islam, dimana indicator tersebut yaitu

1. Menghasilkan pendapatan untuk masyarakatnya


2. Menghasilkan lapangan pekerjaan
3. Membuka peluang investasi
4. Mendorong aktivitas wirausaha
Dimana dalam mengidentifikasi kesejahteraan masyarakat akibat adanya kegiatan
pariwisata, dilakukan dengan overlay dengan peta keluarga pra sejahtera tiap kecamatan.

Gambar. Peta Persebaran Lokasi Objek Wisata Dan Proporsi Penduduk Berstatus
Sejahtera Desil 1-4 Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2017

Sumber : Hasil Analisis, 2019

Dimana peta diatas menggambarkan persebaran lokasi objek wisata disesuaikan


dengan kondisi keluarga sejahtera desil 1-4. Kemudian peta tersebut dibandingkan
dengan persebaran obyek wisata untuk melihat adanya pengaruh kegiatan pariwisata
terhadap kesejahteraan pada kecamatan yang memiliki obyek wisata. Dalam
menganalisis pengaruh kegiatan pariwisata terhadap kesejahteraan pada setiap
kecamatan dilakukan dengan melihat ketercapain setiap indikator yang telah ditetapkan
sebelumnya. Selain empat indikator diatas, ditambah pula sejumlah indikator dari aspek
lainya seperti penyerapam tenaga kerja, kondisi fisik lingkungan, jumlah wisatawan,
ketersediaan sarana prasarana pendukung.

4.2.Identifikasi Kendala Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Karanganyar


Dalam identifikasi kali ini didasarkan atas data hasil wawancara terhadap pengelola
obyek wisata yang ada di Kabupaten Karanganyar untuk mengetahui kendala-kendala yang
dihadapi dalam pengelolaan pariwisata di Kabupaten Karanganyar. Berikut merupakan
tabulasi data terkait hasil wawancara kepada para pengola obyek wisata di Kabupaten
Karaganyar secara sampling pada sejumlah pengelola obyek wisata

TABEL 4.X KENDALA PENGELOLA DALAM PENGEMBANGAN OBYEK WISATA

Nomor Obyek Wisata Kendala


SDM masih minim, menu makanan minim
variasi, tubingnya belum panjang baru 500 meter,
parkirnya masih kurang bagus karena dananya
1 Padas Ombo
belum mencukupi jadinya harus satu per satu
dalam pembangunan.

Sebenarnya, banyak sekali atraksi yang lebih


2 Watu Kandang
menarik dan bisa dilihat di sekitar cagar. Namun,
atraksi tersebut berada pada lahan masyarakat
yang belum dibebaskan. Selama ini pemerintah
telah merencanakan perluasan, namun tidak
memiliki cukup biaya untuk membebaskan lahan
masyarakat tersebut.

Karyawan yang tidak bisa menyesuaikan kondisi


kerja, kemudian kegagalan-kegagalan kita dalam
mengembangkan suatu produk sesuai leinginan
pasar karena belajar otodidak.
3 amanah
Saingan di luar semakin banyak, misal ada
kebijakan harga dari pemerintah itu harus kita
siasati.

Masalah SDM dan infrastruktur yang masih


4 Jambu merah belum menunjang walau sudah ada peningkatan.

Tidak ada kendala khusus, dalam hal pendanaan


murni dari desa yang dikelola oleh Bumdes tidak
5 jumog
ada dari pemerintah Kab Karanganyar.

Dana terbatas sehingga dalam pengembangan


6 Lembah sumilir inovasi menggunakan dana seadanya

Pengunjung yang berasal dari dalam dan luar Kab


Karanganyar dan terkadang berstatus overcapacity
7 Bukit sekipan sehingga menyebabkan berkurangnya tingkat
pelayanan

Debu di area parkir yang menganggu kenyamanan


para pengunjung, Fasilitas untuk shalat belum ada
8 Bukit Kemuning
Air nya sulit jika kemarau Panjang

Dianggap tidak ada kendala dalam


pengembangan.
9 Candi cetho

Kalau di De Tjolomadoe sendiri kendala


pengembangannya yakni terkait renovasi
10 De colomadu bangunan dan desain interior. Ada beberapa
struktur yang tidak boleh diubah karena
merupakan ciri khas De Tjolomadoe
Biasanya jalannya kurang baik menuju tempat
pariwisata tersebut dan tidak ada angkutan umum.
11 River tubing ngargoyoso
Bukan service product yang dijual, dan kurang
“berbudaya”. Tenaga pemasaran kurang, anggaran
12 Padepokan Gedhong Putih tidak ada, kurang pemberdayaan tenaga kerja dari
masyarakat.

Kendalanya adalah dana dari pemerintah terbatas,


padahal rencana pengembangan sudah banyak
seperti menambah koleksi tanaman langka dan
13 Tahura hewan karena sekarang baru ada rusa. Namun
karena dari alokasi APBD hanya sedikit dan
belum mencukupi jadi rencana tersebut terhambat.

Tidak ada kendala mas,


14 Situs Planggatan
Pengembangan cagar budaya yang terbatas, ada
peraturan zonasi sehingga tidak bisa bebas
dikembangkan. Perizinan permukiman, pabrik,
15 Museum Dayu hotel juga sulit karena zonasi. Untuk itu, sekarang
dikembangkan program home stay dengan warga
setempat.

Sulit dalam hal pembebasan lahan. Ada perjanjian


hak pakai oleh pemda, tetapi bukan hak milik.
Perizinan sepenuhnya milik keraton. Ada rencana
pengembangan dan warga pun mendukung, tetapi
16 Sapta Tirta
pihak keraton tidak berkenan. (Mungkin) Agar
lokasi tetap bersifat religius, tidak menjadi tempat
wisata.

Untuk objek wisata Grojogan Sewu selama ini


17 Grojogan Sewu tidak ada kendala karena semuanya kooperatif.

18 Senatah river tubing Tidak ada


Juru kunci sudah pension, tidak diurus oleh pihak
19 Pemandian air panas cumpleng
kabupaten, jadi mangkrak untuk saat ini.
Dari tempat parkir pengunjung harus berjalan kaki
20 Air terjun pringgondani kurang lebih 4 km untuk menuju lokasi
Sampah yang ditimbulkan oleh wisatawan kurang
dari 5kg dalam sehari, biasanya dikumpulkan lalu
dibakar. Sumber air yang digunakan berasal dari
mata air. Tidak ada pengolahan limbah cair.
Listrik yang digunakan berasal dari PLN dan
21 Goa sari river tubing jarang terjadi pemadaman.
Tidak ada angkutan umum yang melewati tempat
ini. Salah satu kendalanya adalah aksesibilitas
yang kurang memadai, jalannya masih kurang
baik dan jauh dari jalan utama.

22 Bali ndeso Tidak ada

Terdapat kendala berupa kurangnya dana untuk


mengelola dan mengembangkan wisata tersebut.
Aksesibilitas ke tempat wisata juga kurang baik,
terdapat jalan yang rusak dan tanjakan yang
sangat curam.
23 Air terjun parang ijo pemasukan objek wisata dari penjualan tiket
hanya 45% dari total sisanya digunakan untuk
pajak, THR KGPPA, desa.
Sering terjadi pemadaman listrik tanpa adanya
pemberitahuan terlebih dahulu.

Sumber: Hasil Wawancara, 2019


Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat dijelaskan bahwa kendala selama ini yang
menjadi hambatan dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata di Kabupaten
Karanganyar adalah berfokus pada kendala minimnya dana dn dukungan pemerintah,
kemudian kendala dalam penyediaan dan kesiapan Sumber Daya Manusia terutama
pariwisata yang pengelolanya merupakan swadaya dari masyarakat lokal yang memiliki
pengetahuan dan kapasitas yang cukup rendah dalam hal pengelolaan pariwisata, serta dalam
hal penyediaan infrastrukur yang dilakukan oleh pemerintah dalam mendukung aksesibilitas
bagi wisatawan dalam melakukan kunjungan wisata ke Kabupaten Karanganyar.
Selain kendala yang dihadapi oleh pengelola pariwisata, terdapat juga kendala yang
dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam pengembangan parwisata di
Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hasil wawancara terhadap dinas yang terkait dala
pengelolaan pariwisata yaitu Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga dapat diketahui bahwa
selama ini pemerintah Kabupaten Karanganyar masih minim dalam melakukan dukungan
terhadap kegiatan pariwisata khususnya didalam penyediaan infrastruktur penunjang
khususnya transportasi dan jalan. Yakni masih terdapat daerah potensial pariwisata yang
memiliki akses yang sempit menuju obyek wisata sehingga belum mampu menampung
segala jenis kendaraan utamanya bus-bus pariwisata. Selain itu, masih belum adanya
penguatan dan pelatihan kebencanaan terhadap para pengelola pariwisata di lokasi-lokasi
yang termasuk ke dalam Kawasan Rawan Bencana. Namun, disisi lain pemerintah telah
mengantisipasinya dengan penyiagaan tim tanggap bencana pada obyek wisata. Kemudian,
kendala selanjutanya adalah mengenai pelayanan akomodasi transportasi yang masih belum
optimal yaitu pemerintah sudah menyediakan sebuah terminal khusus untuk pariwisata
sebagai titik transit wisatawan sebelum melanjtukan kegiatan wisatanya. Namun, penyediaan
ini masih belum berjalan dengan baik karena masih belum tersedianya angkutan lanjutan dari
terminal pariwisata menuju obyek-obye wisata sehingga terminal pariwisata ini pun terkesan
sepi dan tidak digunakan sebagaimana mestinya.
Berikut, merupakan hasil analisis terhadap kendala yang dihadapi oleh pemerintah
Kabupaten Karanganyar maupun oleh pengelola obyek pariwisata yang ada di Kabupaten
Karanganyar.

Gambar 4.X Kendala Pengembangan Pariwisata Kabupaten Karanganyar

Sumber : Hasil Analisis, 2018


Kemudian selanjutnya, salah satu kendala yang dihadapi adalah mengenai pengembangan
inovasi pariwisata karena minimnya anggaran maupun sumber daya manusia yang
berkualitas dalam pengembangan inovasi. Sehingga, pariwisata yang ada di Kabupaten
Karanganyar cenderung stagnan dan tidak terlalu berkembangn terlebih dalam menghadapi
adanya perubahan zaman dan perkembangan teknologi. Seperti masih beum adanya suatu
platform informasi yang memberikan informasi terkait pariwisata di Kabupaten Karanganyar
dan lain sebagainya.

4.3 Strategi Pengembangan Pariwisata

Dari hasil identifikasi kendala dalam pengembangan pariwisata di kabupaten


Karanganyar, didapat bahwa setidaknya terdapat lima kendala dalam pengembangan
kepariwisataan di Kabupaten Karanganyar, yaitu kualitas Sumber Daya Manusia yang masih
kurang dalam dunia pariwisata, penyediaan infrastruktur yang belum memadai, keterbatasan
dana dan pengembangan inovasi oleh pengelola obyek wisata, adanya ancaman kebencanaan,
serta kebijakan pemerintah yang kurang mendorong ciri khas pariwisata Karanganyar.

Konsep Sustainable Tourism harus mencakup 3 pilar, yakni keberlanjutan secara


ekonomi, keberlanjutan secara social, serta keberlanjutan pada faktor alam. Dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat lewat penerapan Sustainable Tourism, maka salah satu fokus utama
adalah peningkatan kesejahteraan sengan meningkatkan keberlanjutan dalam aspek sosial dan
keberlanjutan dalam aspek ekonomi tanpa mengabaikan keberlanjutan ekosistem /alam. Untuk
mencapai tujuan tersebut, digunakan konsep Pariwisata Berbasis Masyarakat yang terintegrasi
dengan konsep Local Economic Development. Adapun dalam membantu mewujudkan hal
tersebut, dibuat suatu platform berbasis aplikasi bernama “KARINDAH”

4.3.1 Pengembangan Konsep Local Economic Development sebagai alat untuk


mewujudkan Sustaianble Tourism

Dalam merealisasikan konsep Sustainable Tourism yang terintegrasi dengan konsep


pariwista berbasis masyarakat, dibutuhkan suatu pendekatan makro dalam mengembangkan
daerah terutama pengembanagn kepariwisataannya, yakni konsep Local Economi Development.
Konsep Local Economic Development (LED) merupakan konsep pengembangan
wilayah yang dimana pemerintah daerah mengelola sumber daya dengan bermitra kepada sektor
swasta/ lokal untuk merangsang kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Beberapa tantangan dalam
konsep ini yakni

1. Menciptakan iklim yang bai kantar stakeholder


2. menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam masyarakat
3. mobilisasi potensi kelembagaan untuk mengembangkan potensi lokal.
4. Menciptakan stuktur yang stabil dengan memperbesar keterkaitan antar sektor
potensial antar wilayah.

4.3.2 Penggunaan Platform Aplikasi “KARINDAH” Sebagai Alat Bantu Untuk


Mewujudkan Sustainable Tourism

Aplikasi “KARINDAH” merupakan suatu platform aplikasi yang bertujuan untuk


membantu pengembangan potensi pariwisata di Karanganyar dengan menjadikan masyarakat
Karanganyar sebagai aktor utama dalam pengembangan pariwisata. Dalam aplikasi ini terdapat
empat fitur untuk menunjang pariwisata berkelanjutan , yakni:

1. Travelling Indah: Pada fitur ini pengguna aplikasi dapat memilih berbagai jasa terkait
kepariwisataan di Karangananyar. Jasa di sini terbagi menjadi 3, yaitu

a. Paket Travel : pada fitur ini terdapat paket-paket travel yang unik sesuai
keinginan calon traveller, bisa berupa paket ke berbagai destinasi di Karanganyar,
maupun paket unik sesuai pengalaman yang ditawarkan oleh umkm pembuat
paket pariwisata.
b. Kuliner : pada fitur ini, pengguna bisa memillih ataupun memesan kuliner-kuliner
yang ada di karanganyar, baik itu jajanan khas, maupun kuliner unik yang jarang
ditemui dengan harga terjangkau
c. Penginapan : pada fitur ini, pengguna bisa memilih penginapan yang cocok
dengan harga yang bervariatif, mulai dari hotel resmi hingga perumahan warga.
2. Mitra Indah : Fitur ini khusus untuk masyarakat Karangananyar yang ingin ikut
menawarkan jasa pariwisata, baik berupa paket travel, kuliner, maupun penginapan.
Setelah mendaftar lewat aplikasi, calon mitra akan terdaftar di database.
3. Forum Indah :Pada Fitur ini terdapat berbagai macam info terbaru , forum, serta blog
post terkait potensi dan perkembangan Pariwisata Karanganyar yang bersifat open
source serta pembuatan konten yg dapat dibuat baik oleh pihak pemerintah maupun
masyarakat umum

4. Investasi Indah: Fitur ini memberikan kesempatan bagi para investor , mulai dari
investor kelas menengah hingga atas untuk ikut menanam modalnya ke umkm-umkm
terkait pariwisata di Karanganayar.

Untuk contoh aplikasi nya sendiri dapat dilihat pada laman XXXXXXX

4.3.3 Operasionalisasi Konsep Pengembangan Melalui Arahan Pengembangan 20 Tahun

Konsep LED ini di tuangkan kedalam suatu konsep pengembangan yang berjenjang
selama 5 tahunan dengan total rencana pengembangan selama 20 tahun. Adapun tahapannya
adalah sebagai berikut
GAMBAR X.X TAHAPAN PENGEMBANGAN WILAYAH BERBASIS LOCAL
ECONOMIC DEVELOPMENT (LED)

Sumber: Hasil Analisis, 2019

Dari konsep pengembangan tersebut, dirumuskan strategi pengembangan pariwisata daerah di


Kabupaten karanganyar , yakni sebagai berikut

Tahap 1 Penguatan Lokal : Pada tahap ini, potensi pariwisata setiap destinasi disetiap daerah
sudah tereksplorasi dan terpetakan dalam satu database oleh pemerintah, pada tahap ini juga
masyarakat diharapkan sudah memiliki pengetahuan dan wawasan terkait pariwisata di
daerahnya masing-masing. Masyarakat pada tahap ini juga diharapkan telah siap berkontribusi
dalam sektor kepariwisataan di Kabupaten Karanganyar.Selain itu Dana investasi juga turut
dialirkan. Dalam membantu mewujudkan itu, Platform Aplikasi “KARINDAH” menawarkan
fitur database terpusat yang didalamnya terdapat list potensi pariwisata dan pengembangannya
di Kabupaten Karanganyar. Selain itu pada Platform ini, “KARINDAH” juga menyediakan
ruang bagi umkm asli karanganyar yang ingin turut berkontribusi dalam usaha kepariwisataan di
karanganyar, baik dalam bentuk jasa akomodasi, kuliner, penginapan , maupun paket wisata
gabungan sesuai dengan kreatifitas masyarakat Karanganyar. Di aplikasi “KARINDAH juga
tersedia ruang bagi investor untuk melihat potensi investasi dan ingin menanam modalnya pada
umkm-umkm jasa pariwisata di Karanganyar.
Tahap 2 Sinergisasi: Pada tahap ini, terbentuk koneksi antar objek wisata, sektor akomodasi
dan kegiatan ekonomi lainnya. Pada tahap ini juag terjalin kerjasama antar pelaku usaha untuk
menciptakan kegiatan ekonomi internal yang lebih optimal. Pada tahap ini platform aplikasi
“KARINDAH” turut berkontribusi besar dterutama dalam menghubungkan antar umkm
pariwisata dalam mewujudkan sinergisasi dan kerjasama guna menciptakan nilai tambah dalam
ekonomi kerpariwisataan karanganayar.

Tahap 3 Orientasi Ekspor: Pada tahap ini, tercapainya kondisi kegiatan pariwisata yang
mampu menarik wisatawan bersakal regional. Para pelaku usaha juga telah memiliki jiwa
kompetitif untuk mengembangkan ushaa dalam skala regional.

Tahap 4 Keberlanjutan: Pada tahap ini, kondisi kegiatan pariwisata yang stabil tercapai dan
pelaku usaha telah mampu mengelola usaha dengan skala nasional.
DAFTAR PUSTAKA

Yoeti, Oka A. 2002. Perencanaan Strategis pemasaran daerah tujuan wisata. Jakarta: Pradnya
Paramita

Nasikun, 2000, Globalisasi dan Paradigma Baru Pembangunan Pariwisata Berbasis Komunitas
dalam Fandeli, C dan mukhlison (eds), Pengusahaan Ekowisata, Fakultas Kehutanan UGM dan
Pustaka Pelajar

Darma Putra I Nyoman dan Pitana, I Gde.2010.Pariwisata Pro-Rakyat.Jakarta: Kementerian


Kebudayaan dan Pariwisata.

Laporan Fakta dan Analisis Studio Perencanaan Wilayah Kabupaten Karanganyar Institut
Teknologi Bandung

Laporan Rencana Studio Perencanaan Wilayah Kabupaten Karanganyar Institut Teknologi


Bandung

Anda mungkin juga menyukai