Anda di halaman 1dari 14

ARSITEKTUR KOTA

‘’KEBIJAKAN PARIWISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KOTA


PANGURUAN KABUPATEN SAMOSIR’’

Dosen Pembimbing : Ibu Beny OY Marpaung ST,MT,Ph,D

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2


Ketua : Faradhita Zaskia Putri (190406139)
Anggota : Hafizah Ningtias (190406138)
Oya Meditya Sembiring (190406140)
Karina Azzahra Marsaf (190406142)
Luthfi Noni Hasanah (190406150)

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya
penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan penulisan laporan ini. Adapun judul dari
laporan ini adalah “Kebijakan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal di Pangururan Kabupaten
Samosir” sebagai syarat untuk ujian akhir semester (UAS) Arsitektur pada Universitas
Sumatera Utara (USU), Medan. Kami tentu menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk laporan ini, agar laporan ini nantinya
bisa menjadi laporan yang lebih baik lagi. Demikian, apabila ada kesalahan pada laporan ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Ibu Beny OY Marpaung ST,MT,Ph,D selaku Dosen Pembimbing kami yang selalu senantiasa
membimbing dan saling berterimakasih juga kepada semua anggota kelompok 2 yang telah
bekerja keras dalam myelesaikan laporan ini.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberi manfaat yang besar bagi semua pihak.

Jumat, 11 juni 2021


Latar Belakang

Pembangunan kepariwisataan dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan dan


pemerataan ekonomi untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang berorientasi pada
pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat dan bersifat memberdayakan
masyarakat yang mencakupi berbagai aspek, seperti sumber daya manusia, pemasaran,
destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterkaitan lintas sektor, pemberdayaan usaha
kecil, serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan budaya.

Pembangunan kepariwisataan nasional tercermin pada Undang-Undang Nomor 10


Tahun 2009, yang menyatakan bahwa pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui
pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan keanekaragaman,
keunikan dan kekhasan budaya dan alam serta kebutuhan manusia untuk berwisata. Dengan
menempatkan pada tataran pemahaman tersebut, salah satu rencana pembangunan
kepariwisataan diterjemahkan dalam kebijakan destinasi pariwisata berkelanjutan yang
mampu mewujudkan pembangunan pariwisata nasional yang layak menurut budaya setempat,
dapat diterima secara sosial, memprioritaskan masyarakat setempat, tidak diskriminatif, dan
ramah lingkungan.

Kecamatan Pangururan memiliki segudang potensi, mulai dari wisata pantai hingga
wisata bukit dapat memajukan kualitas pariwisata di Danau Toba. Akan tetapi, kurangnya
kepedulian pemerintah terhadap kawasan ini merupakan sebuah realita dimana kawasan ini
tampak tidak dibenahi dengan baik. Kecamatan Pangururan sendiri memiliki potensi yang
unik salah satunya seperti, keberadaan permukiman tepi air yang disertai budaya yang dapat
dijadikan sebagai desa wisata.

Regulasi dan kebijakan pemerintah yang menunjukkan kepedulian terhadap kearifan


lokal untuk kawasan Pangururan dapat menjadi penopang dan penunjuk arah bagi
masyarakat sehingga pada akhirnya hasil riset dapat meningkatkan kualitas pariwisata di
kawasan ini. Kualitas pariwisata yang meningkat dapat berdampak terhadap peningkatan
kesejahteraan masyarakat karena masyarakat dapat menunjukkan budaya yang nantinya
dapat disuguhkan kepada wisatawan yang datang dan berkunjung ke Pangururan Kabupaten
Samosir.
STRATEGI PENGEMBANGAN DESTINASI WISATA
Strategi merupakan sekumpulan cara secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksaan
gagasan, sebuah perencanaan dalam kurun waktu tertentu. (Rangkuti 2004:4) mengatakan
bahwa strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing. Hamel
dan pharalad dalam (Rangkuti 2004:4) Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental
atau senantiasa meningkat dan terus menerus dilakukan berdasarkan sudut pandangtentang
apa yang di harapkan oleh pelanggan di masa depan. Dirgantoro (2002:7) Strategi adalah hal
sehubungan dengan menetapkan arah bagi perusahaan dalam arti sumber daya yang ada
dalam perusahaan serta bagaimana mengidentifikasi kondisi yang memberikan keuntungan
terbaik untuk membantu memenangkan pertandingan di pasar.
Oka A. Yoeti (1990:109) mendefinisikan pariwisata sebagai suatu perjalanan yangdilakukan
untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain,dengan
maksud bukan untuk berusaha (bussines) atau mencari nafkah ditempat yangdikunjungi,
tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya danrekreasi atau
untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.
Industri pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara dan pengembangannya
diharapkan dapat memacu pertumbuhan perekonomian nasional. Pariwisata diketahui
memiliki multipliereffect Komponen utama industri pariwisata adalah daya tarik wisata yang
berupa atraksi alam dan budaya, Sedangkan komponen pendukungnya, antara lain berupa
transportasi lokal, kuliner, perbankan, dan juga manufaktur. Perencanaan pariwisata sangat
penting dilakukan karena saat ini dan di masa depan akan terus terjadi pergeseran minat
wisata. Motif, minat, selera, tuntutan, dan perilaku wisatawan terus menerus berubah dan
perlu direspon dengan tepat. Dengan terbatasnya ketersediaan produk wisata yang
berkualitas, ditambah dengan meningkatnya persaingan produk dan jasa di pasar wisata.
Menurut Swarbrooke (1996 : 99) pengembangan pariwisata merupakan suatu rangkaian
upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata
mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung
maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.
Menurut Kanom dalam penelitiannya (2015), strategi pengembangan wisata adalah suatu
kesatuan rencana yang sifatnya komprehensif dan terpadu dari unsur pemerintah,swasta,
masyarakat, dan akademisi untuk mengkaji kendala, kondisi lingkungan internaldan eksternal
obyek wisata sehingga dapat menjadi destinasi pariwisata berkelanjutan sertaberdaya saing
tinggi.
Pendit Nyoman, (2002:33-35) faktor-faktor yang berperan dalam pengembangan industri
pariwisata daerah
1. Kualitas Sumber Daya Manusia Salah satu kunci sukses pariwisata di Indonesia
adalah humanresourcesdevelopmentdiberbagaisubsistem pariwisata tersebut. Ini
menunjukkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas memegang peranan yang
sangat penting dalam pengembangan industri pariwisata terutama ketika pemerintah
Indonesia mulai menerapkan kebijakan otonomi daerah.
2. Promosi Kepariwisataan Upaya-upaya pengenalan potensi-potensi budaya dan alam di
daerah-daerah Indonesia dilakukan dengan jalan melakukan promosi kepariwisataan.
Pada abad 21, di mana perkembangan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi
demikian pesat maka diperkirakan akan terjadi persaingan di pasar global khususnya
persaingan di bidang industri pariwisata. Oleh karenanya promosi kepariwisataan
merupakan suatu strategi yang harus dilakukan secara berkesinambungan baik di
tingkat internasional maupun regional. Sehubungan dengan kebijakan pemerintah
Indonesia mengenai penyelenggaraan otonomi daerah, maka masing-masing daerah
diharapkan mampu menarik para wisatawan baik mancanegara maupun domestik
untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata yang ada di Indonesia dengan jalan
semakin meningkatkan promosi kepariwisataannya. Adalah kenyataan pahit ketika
industri pariwisata di Indonesia mengalami krisis mulai tahun 1997 sampai dengan
memasuki tahun 2000 sebagai akibat ketidakstabilan politik, sosial dan ekonomi.
Merosotnya jumlah wisatawan di daerah-daerah tujuan wisata selama ini merupakan
bukti bahwa situasi dan kondisi politik suatu negara berdampak pada terganggunya
seluruh kegiatan kepariwisataan. Prospek industri pariwisata di tahun 2000 ini
tergantung pada banyak faktor. Dalam hal ini aspek promosi merupakan salah faktor
penentu pengembangan potensi pariwisata khususnya di daerah-daerah Indonesia,
sehingga dapat dikatakan bahwa promosi memainkan peran kunci dalam kinerja masa
mendatang industri pariwisata Indonesia.
3. Sarana dan Prasarana Kepariwisataan Motivasi yang mendorong orang untuk
mengadakan perjalanan akan menimbulkan permintaan-permintaan yang sama
mengenai prasarana dan sarana kepariwisataan seperti jaringan telekomunikasi,
akomodasi dan lain sebagainya. Dalam hal ini kesiapan sarana dan prasarana
kepariwisataan merupakan salah satu faktor penentu berhasilnya pengembangan
industri pariwisata daerah. Terlebih ketika program otonomi telah diterapkan, maka
masing-masing daerah dituntut untuk lebih memberikan perhatiannya pada
penyediaan sarana prasarana kepariwisataan yang memadai dan paling tidak sesuai
dengan standar intemasional.
Ketiga faktor di atas merupakan faktor kritis yang perlu mendapat perhatian serius dalam
rangka pengembangan industri pariwisata daerah. Tujuan pengembangan industri pariwisata
daerah dapat tercapai apabila ketiga faktor tersebut dilaksanakan secara terpadu dan
berkesinambungan. Hanya saja perlu disadari bahwa pengembangan pariwisata sebagai
industri memerlukan biaya yang tidak sedikit. Terlebih dengan mulai diterapkannya otonomi
daerah, maka pola perencanaan yang terpadu mutlak diperlukan sebelum mulai dengan
pengembangan industri pariwisata.
Adapun menurut Yoeti (1997: 2-3), pengembangan pariwisata perlu memperhatikan beberapa
aspek yaitu:
1. Wisatawan (Tourist), harus diketahui karakteristik dari wisatawan, dari negara mana
merekadatang, usia,hobi, dan pada musim apa mereka melakukan perjalanan.
2. Transportasi, harus dilakukan penelitian bagaimana fasilitas transportasi yang tersedia
untukmembawa wisatawan ke daerah tujuan wisata yang dituju.
3. Atraksi/obyek wisataAtraksi dan objek wisata yang akan dijual, apakah memenuhi
tiga syarat yaitu: a)Apa yang dapat dilihat (somethingtosee), b) Apa yang dapat
dilakukan (somethingtodo), c) Apa yang dapat dibeli (somethingtobuy).
4. Fasilitas pelayanan
Fasilitas apa saja yang tersedia di DTW tersebut, bagaimana akomodasi
perhotelanyang ada, restaurant, pelayanan umum seperti Bank/moneychangers, kantor
pos,telepon/teleks yang ada di DTW tersebut.
5. Informasi dan promosi
Diperlukan publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemanaleaflets/
brosurdisebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan
wisatawancepat mengambil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus
menjalankankebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya.
Kabupaten Samosir adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Sumatra Utara,
Indonesia. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari kabupaten Toba sesuai dengan UU RI
Nomor 36 Tahun 2003 pada tanggal 18 Desember 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai.Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah
pariwisata yang cukup terkenal di Indonesia.Keindahan alam dan pemandangan serta
banyaknya peninggalan-peninggalan bersejarah yang dapat dijadikan sebagai objek wisata.
Namun, saat ini ada tiga masalah krusial dalam pengembangan pariwisata di Danau Toba,
masalah-masalah tersebut di antaranya mengenai persoalan minimnya infrastuktur
penghubung yang berkoneksi dengan mobilitas wisatawan (aksesibilitas), masalah masih
minimnya investor dalam membangun sarana dan prasarana umum bagi wisatawan
(amenities) dan persoalan pada kualitas produk wisata yang akan dipromosikan dan
dipasarkan (atraksi).
Isu pariwisata terbagi lima, yakni memiliki potensi wisata panorama alam Danau Toba akibat
proses geologi (pusuk putih) dan wisata budaya, penurunan jumlah wisatawan, salah satu dari
lima belas Fokus Wilayah/Lokasi Pengembangan Destinasi (DMO) tahun 2010-2014, dengan
target jumlah wisatawan sebesar 360 ribu orang, lalu keterkaitan destinasi pariwisata dengan
Kota Medan didukung oleh infrastruktur jaringan jalan namun sangat padat, serta adanya
pesta adat yang dikenal dengan nama Pesta Danau Toba yang diikuti etnik batak (Angkola-
Mandailing, Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, dan Toba).
Sektor infrastruktur juga terbagi lima isu, yakni akses jalan untuk kegiatan wisata panorama
Danau Toba belum memadai, selanjutnya prasarana bandar udara dan dermaga penyebrangan
kurang memadai untuk mendukung kegiatan wisata, kemudian minimnya pasokan listrik di
kawasan sekitar Danau Toba yang merupakan daerah tujuan pariwisata, lalu potensi panas
bumi di Pusuk Buhit, serta Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sigura-gura yang tidak
maksimal memenuhi kebutuhan listrik di kawasan sekitar Danau Toba.Danau Toba
terkendala pencemaran akibat sampah rumah tanggadan limbah pertanian.
Tidak hanya itu, pemberian izin usaha perhutanan dari Bupati Samosir pada 2012 silam
kepada PT Gorga Duma Sari (GDS) di Hutan Tele, Pulau Samosir, semakin memperparah
kerusakan lingkungan. Itu terjadi karena terdapat penebangan pepohonan hutan tanpa
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) yang menyebabkan longsor serta banjir yang
menimbulkan korban jiwa.Kendati kini izin usaha PT GDS sudah dicabut dan kegiatan
penebangan hutan telah dihentikan, kerusakan lingkungan di Danau Toba masih belum
teratasi.
KEBIJAKAN PARIWISATA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
DI LOKASI PANGURUAN
RENCANA STRATEGIS KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF 2020-2024 memiliki 6 arah
kebijakan, yaitu:
1. Pengembangan dest inasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif bernilai tambah dan
berdaya saing, dengan 3 strategi:
a. Mengembangkan produk ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual pada Kawasan
Ekonomi Kreatif dan Klaster Penguatan Ekonomi Kreatif
b. Meningkatkan kesiapan destinasi pariwisata berdasarkan prioritas secara
komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan.
c. Diversifikasi produk pariwisata yang bernilai tambah tinggi.

KEBIJAKAN
Pemerintah dalam bentuk tertulis telah
mencantumkan hal yang berkaitan dengan FAKTA/ FENOMENA
pelestarian lingkugan di kawasan destinasi Objek wisata kurang diperhatikan
pariwisata, seperti yang tertulis dalam aspek kelesatarian lingkungan mulai
Peraturan Menteri Pariwisata Republik dari pemerintah, pengelola wisata
Indonesia No.14 Tahun 2016 tentang hingga masyarakat sehingga objek-
Pedoman Destinasi Pariwisata objek wisata seakan tidak terawat
Berkelanjutan pasal 3 tentang ruang dan tidak menarik.
lingkup pedoman destinasi pariwisata
berkelanjutan poin (b) yang meliputi
pelestarian lingkungan destinasi
pariwisata.

USULAN KEBIJAKAN
1. Perlindungan terhadap kelestarian objek wisata yang berbasis alam dari
polusi limbah padat maupun cair.
2. Penataan kembali area objek wisata dengan penerapan kebijakan dan
regulasi yang tegas dari pemerintah tentang pelestarian lingkungan.
3. Pengelola wisata harus selalu mengawasi objek wisata yang dikelola
sehingga jauh dari polusi sampah dan tetap bersih. Wisatawan diberi
sanksi pidana ataupun denda jika melanggar aturan untuk melestarikan
lingkungan.

Pemerintah harus berupaya untuk mendidik pengelola wisata dan masyarakat akan
kepentingan dari kebersihan dan kelestarian lingkungan sekitar karena keberlanjutan
ekosistem pariwisata sangat dipengaruhi oleh kelestarian sumber daya disekitarnya yang
dalam hal ini termasuk alam tersebut. Penerapan inspeksi mendadak dan juga penjatuhan
hukuman yang tegas dan benar akan lebih meningkatkan kesadaran pengelola dan juga
masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan. Pembangunan pariwisata di Kecamatan
Pangururan yang berfokus pada atraksi wisata dan meberikan peran besar bagi masyarakat
sebagai tuan rumah untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan penting untuk
dilaksanakan.
2. Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kemitraan strategis (strategic
partnership), dengan 4 strategi:
a. Pemasaran Pariwisata dan ekonomi kreatif berorientasi hasil dengan fokus pasar
potensial.
b. Perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif.
c. Meningkatkan citra pariwisata Indonesia berdaya saing.
d. Pemanfaatan teknologi dalam mendukung pemasaran pariwisata dan ekonomi
kreatif.

KEBIJAKAN
FAKTA/FENOMENA
Peraturan Pemerintah Republik
Objek wisata yang tersedia tidak
Indonesia No.50/2011 tentang Rencana
mencerminkan kebudayaan dari
Induk Pembangunan Kepariwisataan kawasan setempat.
Nasional Tahun 2010-2025, Pasal 14,
Ayat 2 : Pembangunan Daya Tarik Objek wisata tidak memiliki
Wisata yang berkualitas, berdaya saing. cirikhas sebagai daya tarik

USULAN KEBIJAKAN
Mengedepankan pembelajaran kearifan lokal Pangururan seperti
sejarah dan budaya, Pemfokusan objek wisata sejarah dan budaya
dalam pengembangan untuk menciptakan Daya Tarik Wisata yang
berkualitas, berdaya saing, serta mengembangkan upaya konservasi
untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan yang dianggap sebagai
sebuah ikon dari kawassan tersebut.

Dengan Prinsip penyelenggaraan kepariwisataan adalah dengan menjunjung tinggi


nilai agama dan budaya, menjunjung tinggi keragaman budaya dan kearifan lokal, diharapkan
dapat memelihara kelestarian alam dan lingkungan dan memberdayakan masyarakat
setempat. Pembangunan pariwisata di Pangururan yang berfokus pada wisata dan meberikan
peran besar bagi masyarakat sebagai tuan rumah untuk memberikan pelayanan dan
kebudayaan kepada wisatawan penting untuk dilaksanakan.
3. Pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif terintegras dengan strategi :
Mendorong peningkatan investasi, pendanaan, dan akses pembiayaan secara merata di
industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
4. Pengelolaan SDM dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif dalam
mewujudkan SDM yang unggul dan berdaya saing, dengan 3 strategi: (a) Optimasi
kelembagaan maupun kurikulum pendidikan dan pelatihan vokasi pariwisata dan
ekonomi kreatif, (b) Meningkatkan sertifikasi kompetensi SDM pariwisata dan
ekonomi kreatif, dan (c) Melakukan penguatan komunitas dan kelembagaan
pariwisata dan ekonomi kreatif.

KEBIJAKAN
Peraturan Pemerintah Republik FAKTA/FENOMENA
Indonesia No.50/2011 tentang Rencana Masyarakat jarang terlibat dalam
Induk Pembangunan Kepariwisataan hal kepariwisataan, masyarakat
Nasional Tahun 2010-2025, Pasal 28
setempat tidak menjadi faktor
dengan pembahasan utama tentang :
dalam kegiatan wisata. Begitupun
Arah kebijakan Pemberdayaan
oleh pengelola objek wisata itu
Masyarakat melalui Kepariwisataan (4)
Meningkatkan kesadaran dan peran sendiri. Cenderung hanya menjadi
masyarakat untuk menciptakan lingkungan mengamat.
yang berkualitas untuk pariwisata.

USULAN KEBIJAKAN
pemberian pelatihan keahlian khusus bagi masyarakat agar
keahlian tersebut dapat digunakan sebagai mata pencaharian misalnya
Memberikan pelatihan keahlian kepada masyarakat, seperti Pelatihan
Bahasa, Pelatihan pemberian pelayanan yang baik dan berkualitas,
Pelatihan keahlian tour guide.

Merupakan model pembangunan yang memberikan peluang yang sebesar-besarnya


kepada masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi dalam pembangunan pariwisata.
Pengembangan pariwisata membutuhkan partisipasi masyarakat lokal dalam keseluruhan
tahap pengembangan mulai tahap perencanaan, implementasi, dan pengawasan (M.H.U.
Dewi, 2013. Model kebijakan yang dibentuk harus memberdayakan masyarakat lokal secara
maksimal.
5. Mewujudkan kreativitas anak bangs adengan berorientasi kepada pergerakan ekonomi
kerakyatan, dengan 2 strategi: (a) Meningkatkan perlindungan terhadap hasil
kreativitas dan kekayaan intelektual, dan (b) Mendorong kreasi dalam menciptakan
nilai tambah ekonomi kreatif berbasis budaya dan IPTEK
6. Mendorong riset , inovasi , adopsiteknologi , sertakebijakan pariwisata dan ekonomi
kreatif yang berkualitas, dengan 3 strategi: (a) Mendorong riset dan inovasi terkait
pengembangan destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif yang berorientasi
pada peningkatan nilai tambah dan daya saing, (b) Adopsi teknologi informasi dan
komunikasi terkini secara efektif dan efisien, dan (c) Mengelola kebijakan pariwisata
dan ekonomi kreatif berbasis kajian sesuai kebutuhan pembangunan pariwisata dan
ekonomi kreatif nasional.

Fakta/Fenomena pada Objek Wisata di Pangururan


1. Pemerintah dinilai masyarakat telah mendukung pengembangan pariwisata.
2. Pemerintah masih kurang dalam memberikan pelatihan keahlian di bidang pariwisata
kepada masyarakat.
3. Masyarakat belum memiliki inisiatif untuk melestarikan lingkungan disekitar objek
wisata.
4. Pelayanan yang diberikan kepada wisatawan dari pengelola objek wisata belum
maksimal.
5. Peledtarian dan keberlanjutan objek wisata, banyak sampah yang berserakan di area
objek wisata karena kurangnya kesadaran wisatawan dan pengelola objek wisata.
6. Kurangnya infrastruktur yang mendukung untuk penataan dan pengolahan yang
teratur pada beberapa objek wisata.

Usulan Kebijakan
1. Hukuman pidana terhadap wisatawan ataupun pengelola yang tidak menjaga
kelestarian lingkungan.
2. Memberikan pelatihan keahlian khusus dalam bidang pariwisata, seperti keahlian
berbahasa,keahlian menjadi pemandu wisata, keahlian dalam memberikan pelayanan
secara ramah (hospitality) dan lain-lain.
3. Penerapan kode etik kepariwsataan harus dilakukan secara bertahap sehingga
masyarakat lokal dapat dengan mudah beradaptasi
4. Keterpaduan antar pemangku kepentingan diawasi oleh suatu lembaga independen di
bidang pariwisata.
5. Pemberian kesempatan sebesar-besarnya kepada masyarakat lokal agar menjadi
pengusaha.
2. Kebijakan Pariwisata Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia

Kearifan lokal merupakan elemen terpenting yang perlu diperhatikan pemerintah


dalam pengembangan destinasi pariwisata. Kearifan lokal yang dimaksud bukan hanya
berkaitan dengan budaya lokal, melainkan juga berhubungan dengan pelestarian lingkugan.
pengembangan objek wisata harus ada penertiban agar tidak kumuh dan teratur Pemerintah
sebagai pembuat regulasi dan kebijakan selalu berupaya agar kelestarian lingkungan dapat
dijaga agar kegiatan pariwisata menjadi berkelanjutan dan dapat dinikmati wisatawan dengan
maksimal. Pemberian sanksi kepada pelanggar kebijakan juga dilakukan pemerintah melalui
beberapa tahapan, seperti memberikan teguran dan himbauan terlebih dahulu setelah itu jika
tidak dihiraukan maka akan berlanjut dengan tindakan hukum oleh aparat hukum, data ini
dikonfirmasi oleh narasumber dalam wawancara yang dilakukan. Kepariwisataan
mendapatkan dukungan positif dari lingkungan dan kondisi lingkungan mendapatkan dampak
positif dari kepariwisataan merupakan pernyataan yang disebutkan oleh Sunaryo dalam
bukunya.

Salah satu objek wisata alam dan kebudayaan yang ditargetkan pemerintah untuk
dijadikan “Bali kedua” adalah Danau Toba. Menjadi salah satu fokus pemerintah untuk
menjadi destinasi wisata baru yang setara dengan Bali, Danau Toba memiliki segudang
potensi yang harus dikelola dengan penerapan kebijakan yang lebih memiliki citra kearifan
lokal. Implementasi kebijakan pemerintah yang berbasis kearifan lokal menjadi penting dan
strategis karena dapat memicu peningkatan kualitas pariwisata di Danau Toba.

Berikut adalah bentuk diagram alur penerapan kebijakan kearifan local :


Pada bagan ini terdapat 4 bagian utama diantaranya : sumber daya, lingkungan, alam,
manusia (social budaya)

1. Sumber daya : bagai kabupaten pariwisata dibutuhkan dukungan pengembangan


semua sektor pariwisata, salah satu sektor yang mendukung pengembangan pariwisata
ini adalah sektor usaha Industri Kecil dan Menengah (IKM). Pemanfaatan potensi
Sumber Daya Alam tersebut berupa pengembangan potensi usaha-usaha industry
yang jika dihubungkan dengan ekonomi kreatif akan dapat mengembangkan potensi
destinasi wisata, seni budaya yang kreatif dan inovatif sehingga memiliki nilai jual
dan daya saing yang tinggi baik tingkat nasional maupun internasional.

2. Lingkungan : dalam hal segi penataan infrastruktur kota pnguruan sudah terlihat baik.
Dapat dilihat dengan adanya penataan kota yang sudah rapi, akomodasi yang cukup
memadai, dan juga transportasi yang sudah banyak berkembang di kota wisata ini.

3. Alam : Kota panguruan ini sangat terkenal dengan kondisi alam nya yang sangat baik,
sehingga tidak heran banyak wisatawan yang ingin mengunjungi dan menetap di kota
ini. Pemerintah dalam bentuk tertulis telah mencantumkan hal yang berkaitan dengan
pelestarian lingkugan di kawasan destinasi pariwisata, seperti yang tertulis dalam
Peraturan Menteri Pariwisata Republik Indonesia No.14 Tahun 2016 tentang Pedoman
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan pasal 3 tentang ruang lingkup pedoman destinasi
pariwisata berkelanjutan poin (d) yang meliputi pelestarian lingkungan destinasi
pariwisata. Peraturan ini mengharuskan semua pemangku kepentingan menjaga dan
melestarikan lingkungan di kawasan mereka. Kelestarian lingkungan pariwisata selalu
memiliki dampak yang signifikan terhadap kegiatan pariwisata itu sendiri. Dalam
memajukan industri pariwisata di Kecamatan Pangururan diperlukan adanya
kerjasama dari segala pemangku kepentingan agar kualitas lingkungan yang lestari
tetap terjaga dan memberikan kesan yang baik kepada wisatawan.

4. Manusia : Menurut data BPS Kabupaten Samosir, Jumlah penduduk yang


masuk ke dalam kategori miskin pada tahun 2019 tercatat sebanyak 12,52%,
angka ini telah mengalami penurunan dari tahun 2018 yaitu sebesar 16,81%.
Pada Kecamatan Pangururan, data terkait kategori Pra Keluarga Sejahtera
(Pra-KS) di Kecamatan Pangururan terdata sebanyak 818 kepala keluarga. Jika
rata-rata satu kepala keluarga memiliki 4 anggota keluarga, maka lebih kurang
terdapat sebanyak 3.272 orang yang termasuk ke dalam masyarakat tidak
mampu. Jumlah penduduk dari Kabupaten Samosir pada tahun 2019 tercatat
sebanyak 126.188 jiwa sehingga angka kemiskinan sebanyak 15.798 jiwa.
Dalam data ini dapat dilihat bahwa Kecamatan Pangururan menyumbang
sebesar 20,71% dari angka penduduk miskin di Kabupaten Samosir. Angka ini
dapat diminimalisir dengan perncanaan kebijakan pemerintah yang mendukung
masyarakat Pangururan untuk aktif dalam kegiatan pariwisata disana.
Penyusunan rencana harus memperhatikan 3 (tiga) tujuan pengembangan
ekowisata yang dijelaskan, yaitu :

(1) menghindari ancaman terhadap target konservasi,

(2) mengalokasikan pendapatan untuk konservasi, dan

(3) mengoptimalkan manfaat bagi masyarakat lokal (Drumm dan Moore,


2005:91

Sebuah model kebijakan yang diterima oleh seluruh pemangku kepentingan Kec. Panguruan
sangat krusial dalam pengembangan pariwisata. Kebutuhan akan model yang disepakati ini
sangat mendesak dan dibutuhkan di Kec. Panguruan. Dalam pembentukan suatu model
kebijakan dimulai dari kebutuhan akan wawasan dari seluruh stakeholder yang terdapat di
kota ini. Wawasan ini bertujuan untuk membantu dalam mengurangi efek terhadap
pengikisan kelestarian alam dan budaya di Kec. Panguruan akibat pengembangan industri
pariwisatadisana.
KESIMPULAN

Kecamatan Pangururan merupakan sebuah destinasi wisata yang berkelas karena


memiliki berbagai objek wisata yang menarik, misalnya wisata alam, budaya dan sejarah.
Keragaman dan kesenian budaya sangat melimpah pada Kecamatan Pangururan merupakan
nilai jual yang memiliki tingkat ekonomi tinggi.
Pengembangan potensi daya tarik wisata di lokasi Pangururan dengan
mengidentifikasi jenis daya tarik wisata yang ada, seperti wisata budaya dan alam berguna
untuk mengetahui ketertarikan wisatawan terhadap objek wisata yang ditawarkan.
Peningkatan kualitas layanan (masyarakat sebagai tuan rumah) dan infrastruktur (jalan,
signage, akomodasi) di Pangururan harus diintegrasikan agar produk wisata yang ditawarkan
dapat memberikan image dan citra yang baik.
Pengembangan dan peningkatan kualitas industri pariwisata di Kecamatan Pangururan
harus sesuai dengan paradigma keinginan wisatawan pada 122 zaman sekarang sehingga
pembangunan pariwisata dapat mencapai target yang telah ditetapkan bersama.
Isi dari beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah seperti Undangundang
No.10 Tahun 2009, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.50/2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 dan Peraturan Menteri
Pariwisata Republik Indonesia No.14 Tahun 2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan memiliki kesamaan pada tujuan yang harus dicapai dalam pembangunan
pariwisata.
Kebijakan-kebijakan dari pemerintah harus memiliki unsur yang mendukung
masyarakat sehingga masyarakat dapat mempercayai kebijakan yang diterapkan tersebut. UU
No.10 Tahun 2009, pasal 5 poin (b) dikatakan bahwa “Kepariwisataan diselenggarakan
dengan prinsip menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan
lokal.”. Masyarakat sebagai salah satu stakeholder dalam pembangunan industri pariwisata di
Kecamatan Pangururan harus memiliki keperdulian terhadap kebijakan yang diterapkan
pemerintah. Pemerintah yang merupakan memiliki kuasa dalam pembentukan hukum harus
berpihak pada kearifan lokal yang mana bukan hanya budaya yang terdapat di Kecamatan
Pangururan, akan tetapi juga alam dan lingkungan Kecamatan Pangururan.
Kerjasama antar ketiga stakeholder akan mempengaruhi penerapan kebijakan tersebut
sehingga dapat dirasakan manfaatnya pada sektor pariwisata Kecamatan Pangururan.
Pemerintah dalam menerapkan kebijakan yang ada harus sesuai dengan norma dan tidak
boleh bertentangan dengan budaya lokal di Kecamatan Pangururan. Penyesuaian kebijakan
pembangunan pariwisata yang berbasis sosial dan budaya Kecamatan Pangururan akan
dengan mudah diadaptasi 124 oleh keseluruhan pemangku kepentingan dan membentuk suatu
ekosistem kepariwisataan yang berkelanjutan, juga menarik bagi wisatawan.

Anda mungkin juga menyukai