Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pariwisata merupakan salah satu sektor ekonomi yang berkelanjutan atau

suistanable economic movement dan memiliki nilai yang sangat penting dalam

setiap pembangunan nasional. Pariwisata juga dikenal sebagai suatu industri baru

dan dinilai mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat dalam hal

penyerapan tenaga kerja, meningkatan taraf hidup dan mengurangi angka

pengangguran. Dengan tata kelola yang baik, pariwisata bisa menopang ekonomi

negara dan mengangkat nama negara. Pembangunan dari sektor pariwisata dipilih

karena memiliki peran yang sangat strategis dan merupakan suatu pemanfaatan

sumber daya alam yang bisa menjadi pendapatan ekonomi atau devisa yang cukup

tinggi bagi suatu negara dalam sektor non migas. Selain dalam hal ekonomi, sektor

pariwisata bisa menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap bangsa yang

kemudian timbul rasa peduli tinggi kepada negara.

Dalam era globalisasi, berwisata sudah menjadi kebutuhan pokok bagi

setiap orang karena disamping hanya untuk mengurangi stress, sekarang berwisata

sudah menjadi sarana pembelajaran, meningkatakan wawasan ataupun sarana

mengembangkan motivasi. Saat ini beberapa instansi dan perusahaan swasta sudah

memasukan program liburan bagi setiap karyawannya karena dinilai mampu

meningkatkan loyalitas dan motivasi dalam bekerja.

1
2

Pembangunan industri pariwisata juga memiliki pengaruh yang besar bagi

perkembangan wilayah di daerah objek wisata karena bertindak sebagai sektor

unggulan atau sektor utama yang akan meningkatkan retribusi dan meningkatkan

pendapatan asli daerah. Industri pariwisata juga diarahkan untuk meningkatkan

partisipasi usaha lokal serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk

ataupun jasa pariwisata nasional di setiap destinasi pariwisata. Target lain dalam

hal industri pariwisata adalah meningkatkan usaha lokal di daerah dan

bertambahnya jumlah tenaga kerja lokal yang bersertifikasi. Karena dengan

manajemen yang baik dari mulai penataan daerah wisata sampai pelatihan tenaga

lokal akan meningkatkan kualitas pelayanan yang baik kepada wisatawan. Hal ini

berdasar dengan Peraturan Menteri Republik Indonesia No. 12 Tahun (2020)

Tentang Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dijelaskan

bahwa “destinasi pariwisata dikembangkan atas dasar potensi daya tarik wisata

yang dikembangkan secara sinergis dengan fasilitas wisata, fasilitas umum,

aksesibilitas/ sarana prasarana serta pemberdayaan masyarakat dalam sistem yang

utuh dan berkelanjutan”.

Tidak dapat di pungkiri peran dari sektor pariwisata semakin penting sejalan

dengan tujuan dan perkembangan struktur perekonomian Indonesia yang semakin

mengarah ke sektor jasa dan dalam hal ini pariwisata Indonesia terbukti berhasil

memberikan sumbangan cukup besar dalam perekonomian nasional khususnya

dalam pemasukan devisa negara dan penyerapan lapangan kerja. Dalam

mewujudkan hal tersebut terdapat dua aspek penting yang menjadi sorotan yaitu
3

dari segi pembangunan sumber daya alam dan pembangunan sumber daya manusia

yang mana kedua sumber daya itu memiliki hubungan kausalitas dalam

pembangunan. Artinya, jika pemanfaatan sumber daya alam di lakukan dengan baik

oleh sumber daya manusia maka akan mendapatkan hasil yang maksimal sehingga

akan berdampak pada perekonomian masyarakat yang meningkat. Dalam hal

pemanfaataan sumber daya alam, Indonesia harus merujuk dan berdasarkan

Undang-Undang Dasar (1945) Pasal 33 ayat (3) yang berbunyi: “Bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Dalam melaksanakan undang-undang tersebut, pemerintah selaku lembaga

eksekutif (pelaksana undang-undang) harus mempunyai strategi yang baik supaya

bisa mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Menurut Chandler dalam Salusu

(2015:64) menjelaskan bahwa “strategi adalah penetapan dari tujuan dan sasaran

jangka panjang suatu organisasi serta penggunaan serangkaian tindakan dan alokasi

sumber daya yang di perlukan untuk mencapai tujuan tersebut”. Dari kutipan

tersebut bisa disimpukan bahwa strategi merupakan sebuah rangkaian perencanaan

yang dibuat untuk mencapai tujuan atau cita-cita bersama.

Pembangunan dari sektor pariwisata juga sebagai upaya pemerintah dalam

hal menjalankan sila ke-5 dalam Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh

Rakyat Indonesia yang di jalankan secara merata oleh pemerintah pusat melalui

pemerintah daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik

Indonesia No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah pada pasal 1 ayat (6)

menyatakan bahwa “Otonomi Daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah
4

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik

Indonesia”. Dengan adanya undang-undang tersebut pemerintah daerah berhak

menjalankan dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri kemudian berinovasi

seluas-luasnya khususnya dalam bidang pariwisata yang merupakan salah satu

urusan Pemerintah Daerah. Adapun dasar hukum dalam pengembangan pariwisata

tertuang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan,

PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan

Nasional, PERDA Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun 2015 Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Jawa Barat Tahun 2015-2025, PERDA

Kabupaten Pangandaran No. 14 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan

Kepariwisataan, Peraturan Desa Margacinta No. 07 Tahun 2016 Tentang

Pengembangan Desa Wisata.

Kabupaten Pangandaran merupakan daerah otonomi baru yang di

kembangkan dari Kabupaten Ciamis pada 25 Oktober 2012 dan di kategorikan

sebagai salah satu daerah pariwisata di Jawa Barat. Pembangunan Kabupaten

Pangandaran berjalan sangat pesat yang di tandai dengan beberapa penghargaan

dari tingkat provinsi maupun tingkat nasional, salah satunya menjadi daerah

otonomi terbaik di Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari sumbangsih besar di

sektor pariwisata yang menjadi andalan pemerintah Kabupaten Pangandaran.

Alasan memilih lokus penelitian di Kabupaten Pangandaran karena

memiliki visi sebagai tujuan wisata berkelas dunia dan salah satu daerah wisata

yang tidak pernah surut dikunjungi wisatawan lokal maupun asing kemudian
5

memiliki potensi pariwisata yang besar sehingga menawarkan berbagai atraksi

wisata yang menarik bagi wisatawan. Hal ini karena setiap daerah di Kabupaten

Pangandaran memiliki potensinya masing-masing yang kemudian di kembangkan

berdasarkan budaya dan kearifan lokal masyarakat setempat supaya menjadi ciri

khas tersendiri bagi setiap daerah atau kawasan di Kabupaten Pangandaran. (Hasil

observasi peneliti)

Pemerintah desa memiliki kewenangan dalam menyusun strategi untuk

menetapkan wisata unggulan di desa. Penetapan wisata unggulan dimaksudkan

sebagai icon dan branding atau upaya untuk melihat peluang terbaik dan diharapkan

bisa meningkatkan pendapatan asli desa dengan cepat dan berkelanjutan. Dalam

pelaksanaannya, partisipasi masyarakat dan kelompok sadar wisata atau biasa

disebut POKDARWIS sangat penting untuk mendukung program pembangunan

desa wisata. Sehingga dengan partisipasi dari berbagai kalangan masyarakat

diharapkan akan menciptakan rasa peduli terhadap pembangunan wisata desa dan

meningkatkan budaya gotong royong.

Sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 18

Tentang Desa yang menjelaskan bahwa “Kewenangan desa meliputi kewenangan

di bidang penyelenggaraan Pemerintah Desa, pembinaan Kemasyarakatan Desa,

dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal

usul, dan adat istiadat Desa”.

Keberadaan desa wisata di Kabupaten Pangandaran saat ini sebagai daya

pikat yang baik bagi wisatawan karena setiap desa memiliki keragaman budaya dan
6

kekhasan masing-masing. Sehingga dengan keunikan budaya yang diangkat dari

desa wisata akan menarik minat pengunjung untuk mengetahui lebih jauh. Pada

tahun 2016 Kabupaten Pangandaran sudah menetepakan program daya tarik wisata

prioritas dari 7 kawasan yang sudah ditetapkan diantaranya Kawasan Wisata Pantai

Pangandaran Dan Sekitarnya, Kawasan Wisata Curug Bojong, Kawasan Wisata

Karang Tirta, Kawasan Wisata Pantai Batu Hiu, Citumang, Santirah Dan

Sekitarnya, Kawasan Margacinta, Kawasan Green Canyon, Kawasan Pantai

Batukaras Dan Sekitarnya. Adapun 6 desa wisata yang sedang dikembangkan yaitu

Desa Wisata Selasari, Desa Wisata Cintaratu, Desa Wisata Bojong, Desa Wisata

Margacinta, Desa Wisata Jangraga, Desa Wisata Jadimulya.

Desa Margacinta merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Cijulang, Kabupaten Pangandaran. Program unggulan Desa Margacinta adalah

sebagai desa tujuan wisata yang berkebudayaan. Desa Margacinta sudah

mengembangkan kearah desa wisata sejak akhir tahun 2015. Hal ini sejalan dengan

terpilihnya kawasan Desa Margacinta dalam program daya tarik wisata prioritas di

kawasan strategis pariwisata Kabupaten Pangandaran, dari ketujuh kawasan yang

sudah di tetapkan dalam program pembangunan pariwisata oleh pemerintah

Kabupaten Pangandaran. Alasan memilih Desa Margacinta karena memiliki

potensi wisata yang besar jika dikembangkan dengan baik dan letak yang sangat

strategis yaitu hanya 1.2 km dari pusat kota dan lokasi penelitian merupakan daerah

asal peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam memperoleh data yang

dibutuhkan selama proses penelitian.


7

Desa ini memiliki tujuh dusun yang mayoritas mata pencaharian utamanya

adalah petani dan nelayan. Pariwisata desa Margacinta menyebar di tujuh dusun

serta tujuh nama dalam konteks desa wisata sesuai dengan potensi

pengembangannya. Pertama yaitu Dusun Belengbeng yang dijadikan kampung seni

karena memiliki sanggar dan beberapa tokoh seni yang cukup terkenal di

Kabupaten Pangandaran, kedua yaitu Kampung Tani di Dusun Cikadu yang

memiliki potensi pertanian yang luas atau dalam potensi pariwisata disebut

agrowisata dan disini juga sudah direncanakan pengembangan air terjun, ketiga ada

Kampung Sirsak di Dusun Karangkamal, keempat Kampung Manggis di Dusun

Cibunian yang mana disini direncanakan akan dilakukan pengembangan Floating

Market dan Wahana Air, kelima ada Kampung Kolotok di Dusun Cidawung yaitu

pengembangan wisata goa dan sentra kerajinan, keenam ada Kampung Kreatif di

Dusun Pangancraan yang menyediakan wahana bermain seperti body rafting dan

camping ground, ketujuh ada Kampung Badud di Dusun Margajaya karena terdapat

Kesenian Badud dan Kuda Lumping yang sudah terkenal ke mancanegara.

Sementara aspek wisata kuliner di Desa Wisata Margacinta menawarkan berbagai

pilihan makanan khas desa seperti “liwet jolem”, “pindang gunung nanas” dan “jus

honje”.

Dibawah ini merupakan tabel 1.1 yang berisi daftar potensi daya Tarik

wisata di Desa Wisata Margacinta.


8

Tabel 1.1

Daftar Potensi Daya Tarik Wisata di Desa Wisata Margacinta

Wisata Alam - Wisata Goa


- Kampung Budaya
- Body Rafting
Wisata Buatan - Taman Sagati
- Jembatan Pelangi
- Wisata Mancing
- Wisata Mangrove
- Outbound
Wisata Budaya - Kesenian Badud
- Saung Angklung Mang Koko
- Seni Gondang
Wisata Budidaya & - Budidaya Udang
Kerajinan - Budidaya Kepiting
- Budidaya Jamur
- Kerajinan Kolotok
- Kerajinan Angklung
- Kerajinan Gelang
- Ecoprint Batik Dahon
Wisata Kuliner - Jolem
- Jus Honje
Sumber: Diolah Peneliti 2021

Dengan segala potensi wisata serta didukung masyarakat yang ramah, Desa

Wisata Margacinta memiliki peluang sebagai wisata andalan dan terkemuka di

Kabupaten Pangandaran mengingat banyaknya kekayaan alam yang dimiliki dan

letak yang sangat strategis yaitu hanya 1.2 km dari pusat kota. Sehingga dari segi

aksesibilitas, desa ini bisa di akses dengan berbagai transportasi seperti angkutan

umum, mobil, motor ataupun becak.


9

Salah satu aspek penting dari pengembangan desa wisata yaitu terkait

strategi yang dilakukan dalam pengelolaan desa wisata yang dibentuk sebagai

solusi dan inovasi dalam pembangunan pariwisata desa. Dalam hal ini yaitu

pemerintah desa dan masyarakat desa yang menjadi satu kesatuan dalam

pembangunan dari berbagai kalangan agar tercipta pembangunan yang terpadu dan

berkelanjutan. Disamping pesatnya pembangunan desa wisata di Kabupaten

Pangandaran, Desa Wisata Margacinta mengalami kendala dalam hal pembangunan

pariwisata desa, hal ini dilihat dari manajemen pengelolaan yang kurang baik.

Misalnya, kurangnya inovasi dalam pengembangan objek wisata, kurangnya

peningkatan dalam hal sarana dan prasarana, kurangnya partisipasi masyarakat

dalam mempromosikan wisata desa, minimnya kelompok masyarakat penggerak

pariwisata dan hambatan-hambatan lain seperti keterbatasan anggaran sehingga

dalam pelaksanaannya belum berjalan dengan optimal. Hal tersebut merupakan

suatu kemunduran yang dilakukan oleh pemerintah desa. Mengingat pada awal-

awal pembangunan Desa Wisata Margacinta tahun 2015 terjadi minat dan antusias

yang tinggi dari wisatawan yang berkunjung. (hasil observasi peneliti)

Adapun untuk menggambarkan kunjungan wisatawan, peneliti membuat

sebuat tabel pengunjung Desa Wisata Margacinta dari tahun 2015 sampai 2019

sebagai berikut:
10

Tabel 1.2

Data Jumlah Pengunjung Wisata Desa Wisata Margacinta

No. Tahun Pengunjung

1. 2015 1275

2. 2016 1860

3. 2017 924

4. 2018 386

5. 2019 Vakum

Sumber: Desa Margacinta

Jika dilihat dari tabel 1.2 data kunjungan, pengunjung Desa Wisata

Margacinta dari pertama buka tahun 2015 sampai 2016 cukup mengalami kenaikan.

Meskipun dari data kunjungan Desa Wisata Margacinta dikategorikan sedang, akan

tetapi pengunjung selalu ada setiap minggunya dan mengalami kenaikan. Sejak

tahun 2017 sampai 2018 jumlah pengunjung mengalami penurunan. Kemudian

sejak tahun 2019 sampai 2021 Desa Wisata Margacinta dikategorikan stagnan.

Adapun salah satu indikator kemunduran desa wisata yaitu menurunnya jumlah

wisatawan yang berkunjung sehingga tidak adanya pergerakan dan perputaran

ekonomi. Desa Wisata Margacinta telah menunjukan stagnansi pembangunan

pariwisata sehingga pemerintah desa hanya memiliki dua pilihan yaitu memasuki
11

fase ketertinggalan atau merencanakan strategi dan berinovasi untuk segera

memperbaiki kondisi saat ini.

Dalam menyelesaikan masalah atau hambatan di sektor pariwisata,

pemerintah desa sudah mengambil beberapa langkah-langkah seperti, bekerjasama

dengan biro perjalanan wisata dalam mempromosikan wisata desa, memperbaiki

sarana dan prasarana, malakukan pemetaan untuk pengembangan wisata desa, dan

melibatkan masyarakat dalam pengembangan wisata desa. Tetapi dengan semua

langkah-langkah tersebut, pembangunan sektor pariwisata desa masih cenderung

stagnan atau belum optimal.

Berdasarkan teori dari Salusu (2004:104-105) terdapat beberapa dimensi

strategi yang dapat digunakan antara lain :

1. Corporate strategi (Strategi Organisasi). Strategi ini berkaitan dengan

perumusan misi, tujuan, nilai-nilai dan inisiatif-inisiatif stratejik yang

baru. Berdasarkan karakteristik tersebut strategi organisasi yang

dilakukan belum optimal dilihat dari kurangnya inisiatif strategi baru

dari pemerintah desa dalam melakukan pengembangan potensi wisata

desa.

2. Program Strategi (Strategi Program). Strategi ini lebih memberi

perhatian pada implikasi-implikasi stratejik dari suatu program tertentu.

Strategi ini belum dilakukan dengan optimal karena belum ada kepastian

pelaksanaan program dan kurangnya kerjasama antara pemerintah

dengan pihak lain dan dangan melakukan pengembangan wisata.


12

3. Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya). Strategi

ini memusatkan pada pemanfaatan sumber daya esensial yang tersedia.

Dalam dimensi ini, sumber daya yang ada belum dimanfaatkan dengan

optimal dan belum ada peningkatan dalam hal sarana dan prasarana. Di

sisi lain kurangnya partisipasi masyarakat dalam mempromosikan

wisata desa.

4. Institusional Strategy (Strategi Kelembagaan). Fokus dalam strategi ini

yaitu mengembangkan kemampuan organisasi untuk melaksanakan

inisiatif-inisiatif stratejik. Adapum masalah dalam hal ini yaitu

kurangnya inovasi yang dilakukan oleh pemerintah desa dalam

melakukan pengembangan potensi wisata desa.

Berdasarkan pada uraian latar belakang dan permasalahan di atas maka

peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh dan mendalam dengan melakukan

penelitian tentang “Strategi Pemerintah Desa Dalam Pengembangan Desa

Wisata di Desa Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran”

yang fokus utamanya pada strategi pemerintah desa atau dalam hal ini yaitu kepala

desa untuk melihat dampak manfaat dari strategi yang digunakan sebagai upaya

memberikan kesejahteraan untuk masyarakat setempat secara merata dari sektor

pariwisata.

1.2 Fokus Masalah

Dari hasil observasi dan studi lapangan awal yang dilakukan peneliti, maka

fokus permasalahan yang di angkat adalah kurang optimalnya peran pemerintah


13

desa dalam melakukan strategi pengembangan potensi pariwisata desa. Hal ini di

lihat dari kurangnya pemanfaatan sumber daya alam dan kurangnya pemberdayaan

masyarakat desa sehingga pembangunan pariwisata mengalami keterlambatan dan

cenderung stagnan.

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas maka peneliti

memfokuskan beberapa pertanyaan diantaranya:

1. Bagaimana Strategi Pemerintah Desa Dalam Pengembangan Desa Wisata

di Desa Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran ?

2. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam Strategi Pemerintah Desa

Dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Margacinta Kecamatan

Cijulang Kabupaten Pangandaran ?

3. Upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi hambatan dalam Strategi

Pemerintah Desa Dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Margacinta

Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan dan menganalisis Strategi Pemerintah Desa Dalam

Pengembangan Desa Wisata di Desa Margacinta Kecamatan Cijulang

Kabupaten Pangandaran.
14

2. Mendeskripsikan dan menganalisis faktor apa saja yang menghambat dalam

Strategi Pemerintah Desa Dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa

Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran.

3. Mendeskripsikan dan menganalisis bagaimana upaya-upaya yang dilakukan

dalam Strategi Pemerintah Desa Dalam Pengembangan Desa Wisata di

Desa Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan

pengetahuan dan sarana pengaplikasian teori yang di dapatkan dalam perkuliahan

dengan kehidupan nyata di masyarakat serta membuka wawasan peneliti dalam

memahami suatu masalah atau gejala sosial yang ada di masyarakat sehingga dapat

mengembangkan kemampuan dalam menganalisis suatu masalah.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan

dan pertimbangan untuk Pemerintah Desa dalam menyelesaikan masalah-masalah

yang berkaitan dengan pengembangan potensi wisata di Desa Margacinta

Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini disusun sebagai berikut:


15

Bab I Pendahuluan isi dalam bab ini adalah : 1.1 Latar Belakang Penelitian, 1.2

Fokus Masalah, 1.3 Identifikasi Masalah, 1.4 Tujuan Penelitian, 1.5 Manfaat

Penelitian, 1.5.1 Manfaat Teoritis, 1.5.2 Manfaat Praktis, 1.6 Sistematika Penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemikiran isi bab ini adalah : 2.1

Tinjauan Pustaka, 2.1.1 Konsep Strategi, 2.1.1.1 Definisi Strategi, 2.1.1.2

Perencanaan Strategi, 2.1.1.3 Elemen-Elemen Strategi, 2.1.2 Definisi Pemerintah

Desa, 2.1.2.1 Pengertian Desa, 2.1.2.2 Pemerintah Desa, 2.1.3 Definisi

Pengembangan Desa Wisata, 2.1.3.1 Pengertian Pengembangan, 2.1.3.2 Model

Pengembangan Wisata, 2.1.4 Desa Wisata, 2.1.4.1 Pengertian Desa Wisata 2.1.4.2

Syarat Menjadi Desa Wisata, 2.1.5 Pengertian Pariwisata, 2.2 Kerangka Pemikiran,

2.2.1 Kajian Teoritis, 2.2.2 Asumsi, 2.2.3 Operasionalisasi Variabel

Bab III Metode Penelitian isi bab ini adalah : 3.1 Tipe Penelitian, 3.2 Instrumen

Penelitian, 3.3 Unit Analisis dan Informan, 3.4 Sumber Data dan Teknik

Pengumpulan Data, 3.4.1 Sumber data, 3.4.2 Teknik Pengumpulan Data, 3.5

Teknik Analisis Data, 3.6 Rencana Pengajuan Keabasahan Data, 3.7 Lokasi dan

Waktu Penelitian, 3.7.1 Lokasi Penelitian, 3.7.2 Waktu Penelitian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan isi bab ini adalah : 4.1 Hasil Penelitian,

4.1.1 Profil Desa Margacinta, 4.1.2 Pemerintah Desa, 4.1.2.1 Sejarah Desa

Margacinta, 4.1.2.2 Tujuan dan Sasaran Pemerintah Desa Margacinta, 4.2

Pembahasan, 4.2.1 Strategi Pemerintah Desa dalam Pengembangan Desa Wisata di

Desa Margacinta Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran, 4.2.1.1 Corporate

Strategy (Strategi Organisasi), 4.2.1.2 Strategy Program (Program Strategi), 4.2.1.3


16

Resource Support Strategy (Strategi Pendukung Sumber Daya), 4.2.1.4

Institusional Strategi (Strategi Kelembagaan), 4.2.2 Hambatan Pemerintah Desa

dalam Pengembangan Desa Wisata di Desa Margacinta Kecamatan Cijulang

Kabupaten Pangandaran, 4.2.3 Upaya-Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi

Hambatan.

Bab V Kesimpulan dan Saran isi bab ini adalah : 5.1 Kesimpulan, 5.2 Saran.

Anda mungkin juga menyukai