Anda di halaman 1dari 12

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MENGEMBANGKAN OBYEK WISATA

DI KABUPATEN SUTARO.

EVIA NON MAMUKO


FLORENCE DAYCI J. LENGKONG
JERICHO POMBENGI
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kebijakan pemerintah Kabupaten SITARO melalui
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan obyek wisata daerah; (2) mengidentifikasi faktor-
faktor yang menjadi penghambat pelaksanaan kebijakan pengembangan obyek pariwisata di Kabupaten Sitaro
oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Data dan informasi dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi dari Dinas
Kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Kepulauan Siau, Tagulandang, Biaro (SITARO). Setelah data
dikumpulkan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif, yakni menggambarkan
realitas sesuai apa adanya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum, kebijakan pemerintah Daerah Kabupaten SITARO
melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan potensi obyek wisata telah dilaksanakan,
namun hasilnya belum optimal. Belum optimalnya pencapaian pengembangan obyek wisata di Kabupaten
Kepulauan SITARO, sesuai hasil penelitian disebabkan oleh beberapa faktor penghambat atau kendala, baik
kendala internal maupun kendala eksternal. Kendala internal meliputi: belum sesuainya produk wisata dengan
permintaan pasar dan keterbatasan sumber daya manusia pengelola pariwisata, sementara kendala eksternal
adalah faktor sosial budaya dan sarana penunjang yang belum memadai. Untuk meningkatkan dampak positif
dari pelaksanaan kebijakan pengembangan obyek wisata, khususnya di Kabupaten Kepulauan SITARO, maka
pemerintah daerah perlu meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana penunjang kepariwisataan,
terutama pembangunan akses jalan menuju obyek-obyek wisata, baik wisata alam, wisata budaya maupun
wisata sejarah. Untuk mengoptimalkan efektivitas pelaksanaan kebijakan pengembangan kepariwisataan
daerah, maka pemerintah perlu meminimalkan faktor-faktor penghambat pelaksanaan pengembangan
pariwisata melalui peningkatan mutu dan kesesuaian produk wisata, peningkatan jumlah dan kualitas SDM
pengelola pariwisata, dan pembinaan sektor sosial budaya masyarakat di sekitar obyek wisata.

Kata kunci : Kebijakan pengembangan obyek pariwisata

PENDAHULUHAN dunia sedang mengalami krisis. Dalam Undang-


Pariwisata merupakan salah satu sektor Undang Nomor 10 Tahun 2009 dinyatakan
pembangunan yang saat ini sedang digalakkan bahwa pembangunan kepariwisataan
oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata diperlukan untuk mendorong pemerataan
mempunyai peran yang sangat penting dalam kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat
pembangunan Indonesia khususnya sebagai serta mampu menghadapi tantangan perubahan
salah satu penghasil devisa negara. Pariwisata di kehidupan lokal, nasional, dan global.
Indonesia merupakan salah satu sektor ekonomi Pengembangan pariwisata Indonesia telah
penting. Di samping sebagai mesin penggerak tercermin dalam rencana strategi yang
ekonomi, pariwisata adalah wahana yang dirumuskan oleh Kementerian Kebudayaan dan
menarik untuk mengurangi angka Pariwisata RI, yakni: (1) meningkatkan
pengangguran. Dalam perekonomian nasional, kesejahteraan masyarakat dengan membuka
pariwisata merupakan salah satu sektor yang kesempatan berusaha dan lapangan kerja serta
diharapkan mampu memberikan peningkatan pemerataan pembangunan di bidang pariwisata;
pendapatan melalui penerimaan devisa. Sektor (2) mewujudkan pembangunan pariwisata yang
pariwisata memberi dampak yang sangat besar berkesinambungan sehingga memberikan
bagi masyarakat, terutama masyarakat yang manfaat sosial-budaya, sosial ekonomi bagi
berada di kawasan atau lokasi yang menjadi masyarakat dan daerah, serta terpeliharanya
tujuan wisatawan. mutu lingkungan hidup; (3) meningkatkan
Pariwisata merupakan sektor yang terus kepuasan wisatawan dan memperluas
menerus dikembangkan pemerintah sebagai pangsapasar; dan (4) menciptakan iklim yang
pilar pembangunan nasional karena mampu kondusif bagi pembangunan pariwisata
menopang perekonomian nasional pada saat Indonesia sebagai berdayaguna, produktif,
transparan, dan bebas KKN untuk yang lalu, 2). Merosotnya nilai ekspor di
melaksanakan fungsi pelayanan kepada sektor non minyak, 3) Prospek pariwisata
masyarakat, dalam institusi yang merupakan memperlihatkan kecenderungan meningkat
amanah yang dipertanggungjawabkan secara konsisten. 4). Potensi alam maupun
(accountable). budaya yang dimiliki kaitannya sebagai
Demikianlah pandangan Kementerian modal dasar dalam perkembangan pariwisata.
Kebudayaan dan Pariwisata RI, bahwa Kondisi ini secara faktual memposisikan
pengembangan pariwisata Indonesia harus sektor pariwisata menjadi penting peranannya
didahului dengan pemahaman mengenai dalam pembangunan nasional. Dimana tidak
berbagai tantangan dan hambatan yang harus ada kegiatan ekonomi yang berdimensi luas
dihadapi dalam merencanakan dan ke semua sektor, tingkatan dan kepentingan
melaksanakan pengembangan pariwisata di seperti Pariwisata. Oleh karena itu adalah
Indonesia. sangat vital untuk mengintegrasikan rencana
pengembangan pariwisata dengan
Dasar hukum pengembangan pariwisata yang
pembangunan nasional.
sesuai dengan prinsip pengembangan adalah
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2009 Dengan diberlakukannya Undang-undang
Tentang Kepariwisataan, tentang Pembangunan Otonomi Daerah, maka setiap daerah otonom
Kepariwisataan (Pasal 6) : Pembangunan memiliki peluang untuk membangunan daerah
kepariwisataan dilakukan berdasarkan asas sekaligus mengembangkan ekonomi daerahnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang masing-masing. Salah satu sektor pembangunan
diwujudkan melalui pelaksanaan rencana ekonomi yang perlu mendapat perhatian serius
pembangunan kepariwisataan dengan dari pemerintah daerah dewasa ini ialah
memperhatikan keanekaragaman, keunikan, pembangunan sektor pariwisata guna
dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan menggenjot peningkatan pendapatan asli daerah
manusia untuk berwisata, Pasal 8: 1) (PAD).
Pembangunan kepariwisataan dilakukan Dengan semangat otonomi daerah yang pada
berdasarkan rencana induk pembangunan dasarnya memberikan wewenang kepada daerah
kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk untuk mengatur dan mengurus setiap
pembangunan kepariwisataan nasional, rencana kepentingan masyarakat setempat, maka dalam
induk pembangunan kepariwisataan provinsi, rangka percepatan proses pembangunan daerah
dan rencana induk pembangunan Kabupaten Sitaro, Dinas Kebudayaan dan
kepariwisataan kabupaten/kota. 2) Pariwisata harus benar-benar menangkap
Pembangunan kepariwisataan sebagaimana pelimpahan tugas dan wewenang itu sebagai
dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian salah satu peluang yang menjadi andalan untuk
integral dari rencana pembangunan jangka memperoleh PAD dan memajukan masyarakat di
panjang nasional. Pasal. 11: Pemerintah daerah.
bersama lembaga yang terkait dengan Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor
kepariwisataan menyelenggarakan penelitian pembangunan daerah dan mempunyai peranan
dan pengembangan kepariwisataan untuk cukup penting dalam perekonomian baik sebagai
mendukung pembangunan kepariwisataan, serta sumber devisa atau pendapatan. Aspek lain yang
UU. No. 10 tahun 2009 tentang Kawasan tak kalah penting dalam mendorong
Strategis (Pasal 12: 1) Aspek- aspek penetapan pengembangan pariwisata adalah kesiapan
kawasan strategis pariwisata. daerah dalam mengelola dan mengembangkan
Adapun beberapa faktor yang menjadi alasan potensi yang dimilikinya. Dalam kaitan ini
kuat mengapa pemerintah berkeinginan untuk Kabupaten Sitaro sebagai salah satu Obyek dan
meningkatkan pariwisata antara lain : 1). Daya Tarik Wisata (ODTW) di Sulawesi Utara
Semakin menurunnya peranan minyak dan telah menetapkan di dalam RPJM Tahun 2005-
gas bumi sebagai penghasil devisa dibanding 2010 dan RPJP Tahun 2010-2025 sebagai dasar
pembangunan Kabupaten Sitaro tentang arah 3. Tidak adanya koordinasi dan keterpaduan
kebijakan pengembangan pariwisata, sebagai program antar stakeholder maupun sektor
berikut: terkait. Peran serta keterlibatan
1. Peningkatan pendapatan anggota stakeholders dalam pengembangan
masyarakat melalui kepariwisataan. kebudayaan dan pariwisata masih sangat
kurang, terutama dalam pengembangan
2. Pengembangan sektor pariwisata sebagai
suatu kawasan.
salah satu sumber penerimaan pendapatan
daerah. 4. Kurangnya kualitas dan kuantitas sumber
daya manusia pariwisata yang professional
3. Peningkatan kemampuan anggota
dan berkemampuan tinggi. Kurangnya
masyarakat untuk dapat memperoleh
kualitas human resources yang belum
manfaat yang besar bagi kegiatan
sesuai dengan apa yang diharapkan yakni
pariwisata.
the right man and the right place. Pelaku
4. Terwujudnya masyarakat sadar wisata
pariwisata sangat kurang jumlahnya dan
melalui sapta pesona, sehingga tercipta
kualitasnya tidak sesuai dengan sumber
suasana yang mendukung dan menunjang daya yang ada di dinas maupun di
semakin berkembangnya usaha dan
lapangan.
kegiatan kepariwisataan.
5. Belum optimalnya program promosi dan
Berdasarkan hasil pengamatan awal terhadap
pemasaran yang memberikan konstribusi
pengelolaan kawasan pariwisata di Kabupaten positif terhadap Pendapatan Asli Daerah
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro)
(PAD) Pelaksanaan promosi wisata daerah
dalam upaya mencapai tujuan yang telah
belum optimal digarap, unsur promosi
ditetapkan, terdapat sejumlah isu dalam
pariwisata diharapkan menjadi alat utama
pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas untuk melakukan destinasi ke Kabupaten
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro).
6. Belum optimalnya pengembangan
Hal ini perlu diidentifikasi, dianalisis, dan
pengelolaan dan pelestarian obyek dan
ditentukan apa dampak yang mungkin timbul
daya tarik wisata dan kebudayaan daerah.
serta kemudahan yang ada dalam rangka
Perlunya pengembangan dan pelestarian
membangun sistem perencanaan pembangunan
kawasan destinasi, seperti untuk kawasan
daerah yang profesional. Isu-isu strategis
obyek wisata budaya dan sejarah sebagai
tersebut meliputi:
daerah destinasi dan obyek pariwisata
1. Belum efektifnya regulasi dalam rangka
unggulan.
efektifitas pengembangan dan
7. Belum optimalnya jaringan hubungan
pengendalian pembangunan pariwisata.
kemitraan yang berbasis kerakyatan.
Berkenaan dengan itu otonomisasi daerah
Diperlukan penanganan yang professional
dalam pelaksanaan pembangunan dituntut
dari stakeholders keterlibatan stakeholders
adanya peraturan terhadap fungsi
dalam usaha pengembangan pariwisata
pelaksanaan secara optimal pada
yang diarahkan kepada adanya
pengembangan kebudayaan dan pariwisata
kebersamaan (mutuality) pola pikir
daerah Kabupaten Kepulauan Siau
bersinergi dalam membangun pariwisata
Tagulandang Biaro.
daerah.
2. Kurangnya sarana dan prasarana
Mengacu pada beberapa permasalahan yang
pariwisata. Adanya sarana dan prasarana
telah teridentifikasi sebagaimana dikemukakan
yang repfesentatif pada kawasan site wisata
di atas, maka penelitian dipandang urgen untuk
merupakan daya tarik tertentu untuk
dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi
dikunjungi wisatawan. Namun, kondisi
sarjana yang terangkum dalam judul : Kebijakan
sarana dan prasarana belum memadai.
Pemerintah Daerah DalamMengembangkan
Obyek WisataDi Kabupaten Sitaro(Studi Pada kemudian diperbaiki atau dicapai melalui
Dinas Kebudayaan dan PariwisataKabupaten tindakan publik. Penyediaan informasi mengenai
Sitaro). masalah-masalah kebijakan merupakan tugas
analisis kebijakan yang paling kritis, karena cara
TINJAUAN PUSTAKA
suatu masalah didefinisikan mengarahkan
Konsep Kebijakan Pemerintah
kemampuan kita untuk mencari dan
Istilah kebijakan (policy) berasal dari bahasa
mengidentifikasi pemecahan yang tepat.
Yunani dan Sansekerta ‘polis’ (negara-kota), dan
Informasi yang tidak memadai atau salah pada
pur (kota) dikembangkan dalam bahasa Latin
tahap analisis ini dapat menghasilkan kesalahan
menjadi ‘politia (negara) dan akhirnya dalam
fatal, memecahkan masalah yang dirumuskan
bahasa Inggeris ‘policie’ yang berarti menangani
secara salah padahal yang dipecahkan
masalah-masalah publik atau administrasi
seharusnya merupakan masalah yang
pemerintahan. Asal usul etimologis kata policy
dirumuskan secara benar. Pendeknya, untuk
sama dengan dua kata penting lainnya, police
merekomendasikan suatu aksi kebijakan, penting
dan polities. Inilah salah satu alasan mengapa
untuk mempunyai informasi tentang
banyak bahasa-bahasa modern, seperti Jerman
konsekuensi positif maupun negatif dari tindakan
dan Rusia hanya mempunyai satu kata (politik,
pada berbagai alternatif yang berbeda, termasuk
politika) untuk dua pengertian policy dan
informasi mengenai hambatan-hambatan politis,
polities. Oleh karena itu oleh Sharkansky (dalam
legal dan ekonomis dari suatu tindakan.
Dunn, 1995 : 52), polities dan kebijakan
merupakan salah satu faktor yang saat ini Konsep Pengembangan Pariwisata
menimbulkan kebingungan seputar batas disiplin Ditinjau dari segi etimologis “pariwisata” terdiri
ilmu politik, administrasi negara, dan ilmu dari dua kata, yakni kata “pari” yang berarti
kebijakan. Semuanya menaruh perhatian besar banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap;
pada studi politik (polities) dan kebijakan dan kata “wisata” yang berarti perjalanan,
(policy). Menurut Dunn (1995) yang dikutip berpergian yang sinonim dengan kata “travel”
dalam Pengantar Laswell, bahwa ilmu kebijakan dalam bahasa Inggris. Berdasarkan
tidak dibatasi oleh tujuan teoritis ilmu, tetapi etimologisnya itu maka pariwisata diartikan
juga memiliki orientasi praktis yang mendasar. sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali
Tujuan ilmu-ilmu kebijakan tidak sekedar untuk atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat
memberikan sumbangan pada pembuatan lain. Sinonim pariwisata dalam bahasa Inggris
keputusan yang lebih efisien, tetapi juga untuk adalah “tour”, dan dalam pengertian jamak
memberikan pengetahuan yang dibutuhkan kepariwisataan sinonim dengan kata “tourism”
dalam rangka pengembangan pelaksanaan atau turisme (Yoeti, 1990).
demokrasi. Istilah Pariwisata menurut Marpaung (2002)
adalah “perpindahan” sementara yang dilakukan
Kebijakan publik merupakan “whatever
oleh manusia dengan tujuan keluar dari
governments choose to do or not to do” segala
pekerjaan-pekerjaan rutin, keluar dari tempat
sesuatu yang dipilih oleh pemerintah, yang
kediamannya. Aktivitas dilakukan selama
dikerjakan ataupun yang tidak dikerjakan (Dye,
mereka tinggal ditempat yang mereka tuju dan
1992). Selanjutnya Dye (1992) menyatakan
fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan
apabila pemerintah memilih untuk melakukan
mereka.”
kebijakan publik, maka harus mengutamakan
Pariwisata adalah suatu perjalanan yang
goal (objektifnya) dan merupakan tindakan
dilakukan untuk sementara waktu, yang
keseluruhan bukan hanya perwujudan keinginan
diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain,
pemerintah atau pejabat pemerintah saja.
dengan maksud bukan untuk berusaha (Business)
Lebih lanjut dijelaskan Dunn (1995) bahwa atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi,
masalah kebijakan (policy problem) merupakan
tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan
nilai, kebutuhan, atau kesempatan yang belum
tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau
terpenuhi, dan yang dapat diidentifikasi, untuk
untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam f. Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya
(Yoeti, 1990). disebut Destinasi pariwisata adalah kawasan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang geografis yang berada dalam satu atau lebih
kepariwisataan dapat dikaitkan dengan UUD wilayah administrative yang di dalamnya
1945 yang diamandemen, khususnya berkaitan terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
pasal 32 dan 33 yaitu : kebebasan masyarakat fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta
dalam memelihara dan mengembangkan nilai- masyarakat yang saling terkait dan
nilai budayanya; demokrasi ekonomi melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi g. Usaha pariwisata adalah usaha yang
nasional. Selama empat dasawarsa menyediakan barang dan atau jasa bagi
pembangunan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan dan
kebijakan kepariwisataan telah mengalami penyelenggaraan pariwisata.
perubahan yang signifikan. Awalnya, pariwisata h. Pengusaha pariwisata adalah orang atau
dipandang sebagai kegiatan pembangunan yang sekelompok orang yang melakukan kegiatan
berbasiskan kebudayaan, kemudian salah satu usaha pariwisata.
andalan sektor ekonomi terutama bagi Pengertian atau definisi tentang pariwisata cukup
peningkatan penerima devisa. banyak di kemukakan oleh para ahli, namun pada
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 umumnya menyatakan bahwa perjalan wisata
tentang Keparawisataan di jelaskan hal-hal yang harus memenuhi 3 unsur pokok, yaitu harus
berkaitan dengan kepariwisataan, sebagai berikut bersifat sementara, harus bersifat suka rela, dan
: tidak bekerja sifatnya menghasilkan upah
a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang (Spillane, 1991).
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
METODE PENELITIAN
orang dengan mengunjungi tempat tertentu
Jenis Penelitian
untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi
Relevan dengan sifat dan karakteristik
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata
permasalahan yang diteliti, maka penelitian ini
yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara. mnggunakan metode deskriptif-analitis (Nazir,
1988; Koentjaraningrat, 1997). Metode
b. Wisatawan adalah orang yang melakukan
deskriptif, yang dapat diartikan sebagai proses
kegiatan wisata.
c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan pemecahan masalah yang diteliti dengan
melukiskan keadaan subyek dan obyek
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-
layanan yang disediakan oleh masyarakat,
fakta yang tampak atau bagaimana adanya
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah. (Nawawi, 2003).
d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan Pada umumnya penelitian deskriptif merupakan
yang terkait dengan pariwisata dan bersifat penelitian yang non hipotesis sehingga dalam
multidimensi serta multidisiplin yang muncul rangka penelitiannya bahkan tidak perlu
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan merumuskan hipotesisnya (Arikunto, 1996).
Negara serta interaksi antara wisatawan dan Metode penelitian deskriptif adalah metode yang
masyarakat setempat, sesame wisatawan, digunakan untuk mendapatkan gambaran
pemerintah, pemerintah daerah dan keseluruhan obyek penelitian secara akurat.
pengusaha. Fokus Penelitian dan Definisi Konsep
e. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang
Sesuai dengan rumusan masalah, dan tujuan
memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang
penelitian, maka penelitian ini menfokuskan diri
berupa keanekaragaman kekayaan alam,
pada kebijakan pemerintah daerah dalam
budaya dan hasil buatan manusia yang
mengembangkan obyek wisata di Kabupaten
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
Sitaro.
wisatawan.
Adapun perumusan operasional untuk b. Pengelolaan Potensi dan Objek Wisata
pengukuran masing-masing konsep/variabel, yang belum optimal
adalah sebagai berikut : c. Terbatasnya anggaran promosi wisata
1. Kebijakan pengembangan pariwisata, serta,
dimaksudkan yaitu serangkaian tindakan- d. Kurangnya jiwa sadar wisata dan SDM
tindakan yang diambil/dipilih/ditetapkan yang profesional dalam pengelolaan dan
dan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah pelayanan.
Kabupaten Sitaro, melalui Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jenis dan Sumber Data
Sitaro dalam rangka mengembangkan Data yang diperlukan untuk penelitian yang
potensi/obyek wisata yang ada di daerah ini, diambil dan dianalisis adalah data kuantitatif
sebagai salah satu sumber pendapatan asli (primer ataupun sekunder) yang menyangkut
daerah yang handal. Tindakan-tindakan variabel-variabel yang diteliti, yang diperoleh
tersebut dapat berupa : penetapan peraturan- dari dokumen-dokumen, buku-buku laporan, dan
peraturan yang relevan dengan dari survei atau pengamatan. Untuk itu diambil
usaha/kegiatan kepariwisataan; penetapan data untuk 5 tahun terakhir, sebagai sampel data.
program-program kepariwisataan untuk Sumber data ialah aparat atau petugas-petugas
dapat dilaksanakan, baik menyangkut yang terkait dengan pengelola kepariwisataan
pengembangan obyek wisata, industri baik langsung maupun tidak langsung, yaitu :
pariwisata, pemasaran dan promosi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
penyediaan prasarana pendukung, dan Sitaro, yang terdiri dari Kepala Dinas, Sekretaris
sebagainya. Dinas, kepala bagian dan kepala seksi.
2. Potensi obyek pariwisata dan Teknik Pengumpulan Data
perkembangannya, dimaksudkan ialah
Dalam penelitian ini, jenis data yang
perkembangan dari semua hal yang terkait
dikumpulkan terdiri dari data primer dan data
dengan kepariwisataan di Kabupaten Sitaro,
sekunder yang bersifat kualitatif maupun
seperti obyek-obyek wisata, rumah makan
kuantitatif. Data primer merupakan data yang
dan restoran, toko suvenir, biro perjalanan,
diperoleh langsung dari responden (sumber data)
dan lain-lain; sarana dan prasarana
yang terkait, sedangkan untuk data sekunder
pendukung seperti sumber daya manusia
diperoleh melalui data yang telah diteliti ataupun
pengelola obyek wisata, sarana komunikasi
dikumpulkan oleh fihak lain yang berkaitan
dan transportasi, dan lain-lain; dan
dengan permasalahan penelitian ini.
perkembangan jumlah kunjungan
wisatawan baik mancanegara maupun Beberapa teknik pengumpulan data yang
nusantara/domestik. digunakan dalam rangka memperoleh data
primer maupun sekunder, sebagai berikut :
3. Faktor-faktor penghambat pengembangan
potensi/obyek pariwisata, khususnya di 1. Wawancara. Wawancara dilakukan terhadap
Kabupaten Sitaro dimaksudkan sebagai informan yang telah ditentukan untuk
kendala/hambatan dalam pengembangan mendapatkan informasi yang lebih jelas dan
pariwisata Kabupaten Sitaro, baik bersifat mendalam tentang berbagai hal yang
teknis administratif, keterbatasan diperlukan, yang berhubungan dengan
sumberdaya yang dibutuhkan maupun masalah penelitian, juga untuk merespon
sikap/perilaku pelaksana, pelaku usaha berbagai pendapat untuk meningkatan
pariwisata dan masyarakat dalam pengembangan obyek wisata di lokasi
pengembangan pariwisata. penelitian.
Kendala/hambatan dimaksud, antara lain : 2. Dokumentasi (studi pustaka)
a. Sarana dan prasarana yang belum Dokumen ialah setiap bahan yang tertulis atau
memadai film yang dipersiapkan untuk penelitian,
pengujian suatu peristiwa atau record maupun yang jelas dan dapat menjawab berbagai
yang tidak dipersiapkan untuk itu (Moleong, masalah menyangkut kebijakan
2000). Data sekunder ini diperoleh dari sumber pengembangan potensi pariwisata di
yang terkait dengan pengelolaan pariwisata, Kabupaten Sitaro.
terutama dari Kantor Dinas Kebudayaan dan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pariwisata Kabupaten Sitaro. Di samping
Deskripsi Hasil Wawancara
dokumentasi yang terdapat pada kantor-kantor
tersebut juga dilakukan pengambilan data Untuk menjawab permasalahan dan tujuan
dokumen dari perpustakaan. penelitian sebagaimana telah dirumuskan pada
bagian pendahuluan, maka berikut ini akan
3. Observasi
dikemukakan hasil wawancara tehadap beberapa
Observasi dilaksanakan dengan melakukan
informan kunci di lokasi penelitian, dengan
pengamatan secara langsung terhadap
mengacu pada dimensi-dimensi yang
obyek penelitian, dengan maksud
merupaklan fokus penelitian, kemudian
memperoleh gambaran empirik pada hasil
dideskripsikan sebagai berikut :
temuan. Hasil dari observasi ini dapat
mempermudah dalam menjelaskan Dimensi Kebijakan Pengembangan
keterkaitan dari fenomena-fenomena yang Pariwisata
ada. Observasi dilakukan antara lain pada Kebijakan pengembangan pariwisata,
daerah obyek wisata dan sarana serta dimaksudkan dalam penelitian ini adalah
prasarana pendukungnya di Kabupaten serangkaian tindakan yang
Sitaro. diambil/dipilih/ditetapkan dan dilaksanakan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Sitaro, melalui
Teknik Analisis Data
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Data yang dikumpulkan dan ditunjang dengan
Sitaro dalam rangka mengembangkan
berbagai argumentasi tinjauan pustaka, diolah
potensi/obyek wisata yang ada di daerah ini,
serta dianalisis dengan menggunakan teknik
sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah
deskriptuf (penggambaran), dilengkapi dengan
yang handal. Tindakan-tindakan tersebut dapat
analisis data sekunder (kuantitatif). Pendekatan
berupa penetapan peraturan-peraturan yang
data sekunder dimaksudkan agar supaya hasil
relevan dengan usaha/kegiatan kepariwisataan;
analisis data menjadi lebih komprehensif.
penetapan program-program kepariwisataan
Adapun proses analisis data meliputi : untuk dapat dilaksanakan, baik menyangkut
1. Penilaian data, data yang telah dikumpulkan pengembangan obyek wisata, industri
melalui teknik dokumentasi, wawancara pariwisata, pemasaran dan promosi, penyediaan
dan observasi, dilakukan penilaian dengan prasarana pendukung, dan sebagainya.
memperhatikan prinsip validitas,
Dimensi Potensi Wisata
obyektivitas, reliabilitas melalui cara
Potensi obyek pariwisata dan perkembangannya,
mengkategorikan data dengan sistem
dimaksudkan ialah perkembangan dari semua hal
pencatatan yang relevan dan melakukan
yang terkait dengan kepariwisataan di Kabupaten
kritik atas data yang telah dikumpulkan.
Sitaro, seperti obyek-obyek wisata, rumah
2. Interpretasi data, dilakukan dengan cara
makan dan restoran, toko suvenir, biro
menganalisis data dengan pemahaman
perjalanan, dan lain-lain; sarana dan prasarana
intelektual yang dibangun atas dasar
pendukung seperti sumber daya manusia
pengalaman empiris terhadap data, fakta,
pengelola obyek wisata, sarana komunikasi dan
dan informasi yang telah dikumpulkan dan
transportasi, dan lain-lain; dan perkembangan
disederhanakan dalam bentuk analisis tabel.
jumlah kunjungan wisata, baik wisatawan
3. Penyimpulan terhadap hasil interpretasi mancanegara maupun wisatawan
data. Dengan demikian hasil penelitian ini nusantara/domestik.
diharapkan dapat memberikan gambaran
Faktor-Faktor Penghambat Pengembangan sebesar ± 82,2% untuk wisatawan Nusantara,
Potensi Obyek Pariwisata sementara untuk wisatawan manca negara, rata-
Faktor-faktor penghambat pengembangan rata per tahun sebesar 58,6 %.
potensi/obyek pariwisata, khususnya di Seiring dengan pencapaian keberhasilan dan
Kabupaten Sitaro dimaksudkan sebagai hambatan-hambatan yang dialami, pemerintah
kendala/hambatan dalam pengembangan daerah, dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan
pariwisata Kabupaten Sitaro, baik bersifat teknis Pariwisata Daerah Kabupaten Kepulauan
administratif, keterbatasan sumberdaya yang SITARO, telah menetapkan berbagai
dibutuhkan maupun sikap/perilaku pelaksana, kebijakan untuk pengembangan pariwisata
pelaku usaha pariwisata dan masyarakat dalam daerah dalam rangka menjadikan sektor ini
pengembangan pariwisata. Kendala/hambatan sebagai salah satu sektor andalan yang dapat
dimaksud, antara lain : memberikan kontribusi besar terhadap
a. Sarana dan prasarana yang belum memadai pendapatan asli daerah. Kebijakan-kebijakan
tersebut telah memberikan hasil yang cukup
b. Pengelolaan Potensi dan Objek Wisata yang
menggembirakan walaupun belum optimal.
belum optimal
Hasil-hasil yang dicapai tersebut tentunya
c. Terbatasnya anggaran promosi wisata serta,
merupakan gambaran dari hasil kebijakan-
d. Kurangnya jiwa sadar wisata dan SDM
kebijakan yang telah ditetapkan oleh
yang profesional dalam pengelolaan dan
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan
pelayanan pariwisata. SITARO. Artinya, bahwa berbagai tindakan
Pembahasan yang ditempuh dan dilaksanakan oleh
Kebijakan Pengembangan Potensi Pemerintah Daerah, khususnya Dinas
Pariwisata dan Perkembangannya Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten
Kepulauan SITARO, telah memberikan hasil
Perkembangan kepariwisataan saat ini telah
dan dampak yang positif, pertumbuhan
memberikan dampak positif bagi kehidupan
ekonomi masyarakat dan pendapatan daerah,
masyarakat dan pembangunan daerah, namun
walaupun belum optimal.
harus diakui pula bahwa hasil yang sedang
dinikmati saat ini belum mencapai titik yang Faktor-Faktor Penghambat Pengembangan
optimal. Potensi Obyek Pariwisata
Sejalan dengan itu, berbagai langkah kebijakan Upaya pengembangan pariwisata daerah
yang ditempuh dalam pengembangan melalui berbagai kebijakan yang dilakukan
kepariwisataan di daerah ini, baik yang oleh pemerintah daerah Kabupaten belum
sifatnya pembinaan/penyuluhan, menggali dan memberikan hasil yang optimal. Hal tersebut
mengembangkan potensi wisata yang ada menimbulkan pertanyaan : faktor-faktor apa
menjadi sumber PAD, serta penataan dan saja yang menjadi hambatan atau kendala
peningkatan sarana dan prasarana walaupun dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan
belum mencapai target yang diharapkan. pariwisata di daerah ini sehingga belum
memberikan hasil atau dampak yang optimal
Melalui langkah dan upaya tersebut telah
sesuai harapan pemerintah dan masyarakat
mampu mendinamisasikan perkembangan
daerah Kabupaten Kepulauan SITARO.
sektor pariwisata antara lain tercemin dari
pertambahan wisatawan mancanegara ke Dalam teori kebijakan yang telah dikemukakan
Sulawesi Utara, khususnya di Kabupaten pada bagian sebelumnya bahwa suatu
Kepulauan SITARO dari tahun 2007 s/d 2014 kebijakan tidak dapat mencapai tujuan/sasaran
yang walaupun berfluktuasi tetapi mampu (hasil atau dampak) yang diharapkan, dapat
menggairahkan sektor pariwisata daerah. disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
Pertumbuhan arus kunjungan wisatawan rata-rata seperti yang disebutkan oleh Anderson (1972)
per tahun dapat dikatakan tinggi, yakni rata-rata yaitu antara lain : karena tersedianya sumber-
sumber yang terbatas, kesalahan dalam
mengadministrasikan kebijakan-kebijakan, langsung dari mulut ke mulut ini, secara
masyarakat memberi respon atau teoritis merupakan promosi yang paling
melaksanakan kebijakan dengan cara-caranya ampuh dalam menggaet konsumen jasa
sendiri, kebijakan yang mempunyai tujuan kepariwisataan.Kehati-hatian disini
yang bertentangan satu sama lain, biaya yang maksudnya adalah dalam mempromosikan
besar dari masalahnya sendiri, terjadinya obyek-obyek wisata, asset dan potensi seni
perubahan sifat permasalahan ketika kebijakan budaya, maupun produk kepariwisataan
sedang dilaksanakan, adanya masalah-masalah daerah lainnya kita harus mengadakan
baru yang lebih menarik atau mengalihkan penelitian dan perencanaan yang mendalam
perhatian dari masalah-masalah yang telah terlebih dahulu, mengenai apakah produk
ada, dan lain sebagainya. yang hendak dipromosikan tersebut benar-
Bertolak atau berdasar kepada teori tersebut, benar layak dan siap untuk dibawa ke pasar
maka dari survei yang dilakukan mengenai atau belum.
hambatan atau kendala dalam pelaksanaan Dalam hal ini, perlu diperhatikan faktor-
kebijakan pengembangan pariwisata di faktor terkait seperti :
Kabupaten kepulauan SITARO diperoleh a) Apakah produk wisata seperti misalnya
gambaran tentang beberapa faktor internal dan suatu obyek wisata alam mempunyai
eksternal yang menghambat implementasi keistimewaan dan nilai jual ?
kebijakan pengembangan pariwisata
b) Apakah produk wisata tersebut memiliki
Kabupaten Kepulauan SITARO, antara lain :
kualitas yang dapat bersaing dengan
Penghambat Internal produk sejenis dari daerah lainnya ?
1) Aspek Kesesuaian Produk c) Apakah produk wisata tersebut telah
Ada hukum tidak tertulis yang mengakar dalam “dikemas” dengan baik untuk
industri pariwisata, sebagaimana disetir memudahkan promosi dan penjualan,
oleh Kepala Seksi Pengembangan Kreasi dengan kata lain apakah telah dibenahi
Seni, Hiburan dan Pertunjukan Dinas sehingga memenuhi unsur-unsur terkait
Kebudayaan dan Pariwisata, yaitu : seperti faktor Sapta Pesona yang
“promosikan apa yang ada, dan tidak dicanangkan oleh Kementerian
mempromosikan apa yang tidak ada”. Kebudayaan dan Pariwisata meliputi :
Dengan kata lain, kita tidak dapat - Keamanan;
mempromosikan pariwisata “pepesan
Misalnya keamanan bagi diri dan
kosong”. Karena sebagaimana halnya sifat
barang-barang wisatawan;
usaha jasa umumnya, jasa pariwisata juga
tidak lepas hubungannya dengan faktor - Ketertiban;
kepuasan konsumen dalam hal ini Misalnya ketertiban diantara
wisatawan dan stake holder lainnya. Karena masyarakat yang dikunjungi;
itu, dalam upaya dan semangat tinggi dalam - Kebersihan;
mempromosikan kepariwisataan daerah,
Misalnya kebersihan lingkungan di
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata disatu
tempat-tempat yang dikunjungi;
sisi tetap memperhatikan azas kehati-hatian
dalam mempromosikan kepariwisataan - Kesejukan;
daerah. Tujuannya adalah menghindari Misalnya kesejukan dan
munculnya ketidakpuasan di kalangan kenyamanan lingkungan dari obyek
wisatawan, yang dapat menyebabkan wisata yang dikunjungi.
mereka menjadi kecewa dan trauma dengan - Keindahan;
promosi kepariwisataan SITARO, bahkan Misalnya keindahan dan keasrian
mencap jelek dan meneruskannya kepada alam maupun penataan obyek
kolega atau relasinya. Padahal promosi wisata yang dikunjungi.
- Keramah-tamahan; Untuk mempromosikan suatu produk wisata
Misalnya keramah-tamahan daerah ada banyak hal yang harus
penduduk dan pelaku usaha sarana dipersiapkan oleh Pemerintah – tidak hanya
pariwisata di wilayah yang menyangkut fisik dari obyek wisata itu
dikunjungi. sendiri, – tetapi juga menyangkut kesiapan
seluruh stakeholder khususnya yang
- Kenangan;
berhubungan dengan mental, perilaku,
Misalnya kenangan yang manis dari maupun sikap dan sifat sosial budaya
kunjungannya itu, apakah itu masyarakat setempat. Hal ini ditekankan oleh
perjalanan yang indah atau Kepala Seksi Pelestarian Kesenian Daerah
tersedianya barang cindera mata dan Budaya Tradisional, dengan mengatakan
yang khas dan elok yang dapat bahwa ” berapapun besarnya usaha yang
menggugah memorinya terhadap dijalankan pemerintah untuk mempromosikan
obyek wisata yang dikunjungi. sebuah Desa Wisata, jika masyarakatnya suka
2) Aspek Sumber Daya Manusia membuang sampah sembarangan, kasar dan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang tidak sopan terhadap pengunjung, suka mabuk
dibentuk di penghujung tahun 2008 dan berkelahi di tempat umum, ngebut-
terbilang masih berusia relatif muda, ngebutan dan memasang musik keras-keras di
dengan sumber daya manusia yang cukup jalan raya, maka akan memberi kesan yang
terbatas. Sekalipun telah memiliki buruk terhadap wisatawan yang berkunjung
beberapa orang pegawai dengan latar yang tentunya kontra-produktif dengan upaya
belakang pendidikan Pariwisata, pada promosi yang telah diperjuangkan
umumnya mereka masih membutuhkan pemerintah”.
pengembangan dalam bentuk pendidikan
dan pelatihan, bimbingan teknis maupun 2) Aspek Sarana Penunjang
kegiatan lainnya dalam hal manajemen
Obyek wisata yang hendak dipromosikan
dan pengelolaan kepariwisataan, termasuk
pada umumnya belum dilengkapi dengan
dalam hal promosi kepariwisataan.
sarana penunjang kepariwisataan yang
Kondisi ini dibenarkan oleh Sekrtetaris memadai, misalnya :
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
a) Infrastruktur jalan wisata baik jalan raya
Kabupaten Kepulauan SITARO, bahwa
maupun jalan setapak, pelabuhan wisata,
“untuk mencapai keberhasilan misi
dermaga wisata, tambatan perahu wisata,
pariwisata daerah, dibutuhkan sumber
dan sebagainya.
daya manusia yang professional. Oleh
karena itu, ketersediaan sumber daya b) Sarana transportasi wisata seperti bus
manusia pariwisata yang ada sekarang wisata, perahu wisata, speedboat atau
perlu ditingkatkan kualitasnya melalui kapal wisata, dan angkutan wisata
kebijakan pendidikan dan pelatihan yang lainnya.
terintegrasi dengan kebutuhan lokal dan c) Lembaga usaha pariwisata, seperti biro
permintaan pasar”. perjalanan (tour and travel), asosiasi
Dengan demikian, keterbatasan sumber pemandu wisata, jasa penyelaman
daya manusia pengelola pariwisata, baik (diving club), dan sebagainya.
jumlah maupun mutu merupakan faktor d) Sarana penunjang obyek wisata seperti :
penghambat atau kendala pengebangan - Hotel, penginapan, dan homestay
potensi/obyek wisata di Kabupaten yang representatif.
kepulauan SITARO.
- Rumah makan, restoran dan kedai.
Kendala Eksternal
- SPA;
1) Aspek Sosial Budaya
- Salon kecantikan dan salon dilaksanakan, namun hasilnya belum
perawatan tubuh; optimal.
- Sarana olahraga dan permainan untuk 2. Belum optimalnya pencapaian
wisatawan; pengembangan obyek wisata di Kabupaten
- Sarana hiburan. Kepulauan SITARO, sesuai hasil penelitian
disebabkan oleh beberapa faktor
- Dan sebagainya.
penghambat, baik penghambat internal
Ketertarikan maskapai pelayaran dan/atau maupun penghambat eksternal. Faktor
penerbangan membuka rute ke Sitaro. Pada penghambat internal meliputi : belum
situasi dewasa ini, tampaknya rute penerbangan sesuainya produk wisata dengan permintaan
domestik akan bertumbuh setiap tahun. pasar dan keterbatasan sumber daya
Maskapai nasional sedang melirik perluasan rute manusia pengelola pariwisata, sementara
dan frekuensi ke Indonesia bagian tengah dan kendala eksternal adalah faktor sosial
timur. budaya dan sarana penunjang yang belum
Pada transportasi laut, lirikan juga datang dari memadai. Selain itu, keterbatan anggaran
perusahaan cruise pembawa wisman. Jumlah merupakan factor penghambat utama dalam
calls ke Pelabuhan-Pelabuhan di Indonesia upaya pengembanagan pariwisata di daerah
Timur slow but sure tetap akan meningkat. ini.
Jadi implikasinya bahwa ada tendensi fajar baru Saran-Saran
sedang menyingsing di ufuk timur. Tetapi Mengacu pada beberapa hasil temuan dalam
kendalanya, apakah Sitaro telah membangun penelitian ini, dipandang perlu untuk
fondasi yang kokoh dan sejuk untuk menarik memberikan beberapa saran, sebagai berikut :
Maskapai Pelayaran dan Penerbangan untuk
1. Untuk meningkatkan dampak positif dari
masuk berinvestasi di daerah ini ?.
pelaksanaan kebijakan pengembangan
Hal-hal tersebut diatas, pada dasarnya obyek wisata, khususnya di Kabupaten
merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi Kepulauan SITARO, maka pemerintah
efektivitas dari upaya promosi pariwisata yang daerah perlu meningkatkan pembangunan
dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan sarana dan prasarana penunjang
Pariwisata Kabupaten Kepulauan Siau kepariwisataan, terutama pembangunan
Tagulandang Biaro. Sehingga walaupun instansi akses jalan menunju obyek-obyek wisata,
yang bersangkutan telah melakukan berbagai baik wisata alam, wisata budaya maupun
upaya untuk mempromosikan kepariwisataan wisata sejarah.
daerah baik dengan menggunakan metode dan
2. Untuk mengoptimalkan efektivitas
peralatan promosi yang konvensional maupun
pelaksanaan kebijakan pengembangan
modern, tetapi hasilnya dipengaruhi oleh hal-hal
kepariwisataan daerah, maka pemerintah
yang antara lain telah disebutkan diatas.
perlu meminimalkan faktor-faktor yang
KESIMPULAN DAN SARAN menghambat atau menjadi kendala
Kesimpulan pelaksanaan pengembangan pariwisata
melalui peningkatan mutu dan kesesuaian
Berdasarkan hasil-hasil penelitian sebagaimana
produk wisata, peningkatan jumlah dan
telah dikemukakan pada bagian sebelumnya,
kualitas SDM pengelola pariwisata, dan
maka berikut ini dapat ditarik beberapa
pembinaan sektor sosial budaya masyarakat
kesimpulan sebagai berikut :
disekitar obyek wisata.
1. Secara umum, kebijakan pemerintah Daerah
Kabupaten SITARO melalui Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dalam DAFTAR PUSTAKA
mengembangkan potensi obyek wisata telah
Abdulwahab, S. 1992. Manajemen Effendi, S. 2001. Studi Implementasi dan
Kepariwisataan. Jakarta: PT Paradnya Evaluasi Kebijakan Publik. Yogyakarta:
Paramita. Universitas Gadjah Mada.
Anderson, J.E. 1972. Cases in Public Policy Keban, Y. T. 2000. Pengantar Administrasi
Making. New York: Preager Publishers. Publik. Yogyakarta: Modul
Anonimous. 1989. Surat Keputusan Menteri Matrikulasi,MAP-UGM.
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian
Nomor KM.5/UM/209/MPPT/1989. Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia.
Anomimous. 2015. Marpaung, H. 2002. Pengetahuan
https://sitaro.wordpress.com/2011/06/03/ Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
daftar-objek-wisata-di-pulau-siau-kab- Moleong, L. J. 2000. Metodologi Penelitian
kepl-sitaro/ (Diakses pada hari Minggu, 01 Kualitatif. Bandung: PT Remaja
November, 2015, Jam : 12.04 Wita) Rosdakarya.
Dunn, N. William. 1995. Pengantar Analisis Nawawi, H. 2003. Metode Penelitian Bidang
Kebijakan. Edisi Kedua. (Penyunting: Sosial. Cetakan ke-10. Yogyakarta:
Muhadjir Darwin). Yogyakarta: Gadjah Gadjah Mada University Press.
Mada University Press.
Nazir, M. 1988. Metodologi Penelitian
Dye, T. R. 1992. Understanding Public Policy Kwalitatif. Jakarta: Ghalia.
(Seventh Edition). New Jersey 07632:
Spillane, J. J. 1991. Ekonomi Pariwisata.
Prentice Hall, Englewood Cliffs.
Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Direktorat Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa
Suwantoro, G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata.
Lingkungan. 2004. Tentang
Yogyakarta: Andi.
Pengembangan Produk Wisata Alam.
Jakarta: Dirjen Pariwisata. Yoeti, H. O. A. 1990. Pengantar Ilmu
Pariwisata. Bandung : Penerbit Angkasa.
---------. 1994. Pemasaran Pariwisata Terpadu.
Bandung : Penerbit Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai