Anda di halaman 1dari 6

Peran Pariwisata dalam Pembangunan

Ulvi Anindya Putri


Industri pariwisata dapat mewujudkan pemanfaatan perekonimian yang sangat penting
untuk negara, untuk wilayah setempat yang bersangkutan, maupun untuk negara asal dari para
wisatawan yang datang berkunjung. Salah satu bentuk dari partisipasi masyarakat Indonesia
yaitu dengan cara setiap daerah / wilayah memajukan sektor pariwisata di daerahnya dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan sebaik-baiknya
sehingga dapat menarik para wisatawan yang ada di dalam negeri maupun wisatawan asing
untuk berkunjung dan berwisata ke daerahnya. Hal itu dapat menjadikan penerimaan
perekonomian dari wilayah tersebut lebih meningkat dan sejalan dengan meningkatnya
perekonomian di masing-masing wilayah Indonesia, maka secara otomatis meningkat
perekonomian di negara Indonesia sehingga salah satu tujuan dari didirikannya negara Indonesia
dapat tercapai.

Undang-undang No 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan pada pasal 4 dijelaskan


bahwa kepariwisataan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b. Mningkatkan kesejahteraan rakyat
c. Menghapus kemiskinan
d. Mengatasi pengangguran
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
f. Memajukan kebudayaan
g. Mengangkat citra bangsa
h. Memupuk rasa cinta tanah air
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa
j. Mempererat persahabatan antar bangsa.

a. Peran Pariwisata dalam Pembangunan

Peran strategis pariwisata dalam perekonomian di suatu negara, diprediksi akan semakin
meningkat pada masa-masa mendatang, karena pariwisata mampu mentransformasi diri ke dalam
kelompok industri terbesar dunia ​(The World's Largest Industry), ​pariwisata akan memainkan
peran sentral dalam meningkatkan pendapatan negara, devisa dan penciptaan lapangan kerja.
Pariwisata sebagai lokomotif baru pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah merupakan
pilihan kebijakan strategis yang tepat, merujuk pada hasil Studi Bank Dunia, yang menegaskan
peran penting sektor pariwisata bagi pembangunan berkelanjutan, mendorong pertumbuhan
GDP, meningkatkan intensitas perdagangan internasional, menaikkan investasi global,
disamping berperan dalam mengangkat negara-negara berpendapatan rendah ​(low-income
countries).
Pemanfaatan pariwisata sebagai lokomotif baru bagi ekonomi Indonesia, rata-rata
pertumbuhan wisatawan mancanegara 2014-2017 yang mencapai 49%, lebih tinggi dibandingkan
periode 2011-2014 sebesar 23%. Pertumbuhan Wisatawan nusantara 2017 juga mengalami
kenaikan tiga kali lipat dibandingkan pertumbuhan regional dan global, Indonesia tumbuh 22%
sementara regional hanya tumbuh 7% dan global 6,4%. ​Seiring dengan pertumbuhan jumlah
wisatawan baik mancanegara dan nusantara, peran strategis sektor pariwisata sebagai lokomotif
baru pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin nyata, dengan tercatatnya pariwisata sebagai
penyumbang 3 besar devisa bagi Indonesia, pariwisata menyumbang USD15,20 miliar pada
tahun 2017.

Pengembangan 10 Bali Baru sebagai destinasi prioritas sejatinya merupakan pilihan


strategis dalam mengembangkan pariwisata secara inklusif, khususnya pariwisata daerah, yang
sudah dirasakan manfaatnya bagi geliat pertumbuhan ekonomi regional, sebagai contoh
Pendapatan Asli Daerah Danau Toba bila ditotal mengalami kenaikan 79% dibanding tahun
2016, demikian pula dengan dibukanya Bandara Silangit yang semakin berimbas pada
berkembangnya sektor UMKM turunan dari sektor pariwisata
Sektor pariwisata terus dikembangkan guna memastikan manfaat nyata ekonomi
pariwisata bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, sebagai salah satu visi terbaru untuk pariwisata
Indonesia, sebuah akulturasi narasi dari dua aspek berbeda yakni digitalisasi dan pariwisata, telah
dikembangkan yakni pariwisata 4.0, sebagai respons atas dinamisme zaman, digitalisasi
mengandung potensi besar terkait dengan publikasi keindahan Indonesia.
Pendekatan pariwisata melalui skema dan aspek digitalisasi menghasilkan pengalaman
unik bagi para ​traveller​. Proses digitalisasi membuat pariwisata semakin tersebar luas. Informasi
destinasi, harga tiket, dan paket perjalanan (​guideline tourism)​ otomatis berada di genggaman.
Fenomena semacam ini menghasilkan sebuah gaya baru dalam tatanan pemenuhan hiburan,
yakni kendali penuh dari dan atas konsumen (​experience tourism​).
Digitalisasi juga secara tidak langsung telah memudahkan otoritas negara untuk lebih
efektif melakukan kajian dan analisis bagi prospek pariwisata. Demografi, selera atraksi, dan
psikografi dapat terdata juga terhimpun dengan mudah sebagai modal peningkatan kualitas
layanan jasa. Digitalisasi mengingat segala potensi yang datang, telah memberikan ​multiplier
effect ​bagi ​travel and tourism industry.​
Prospek industri pariwisata yang terus menggeliat, secara dependen membutuhkan
kapabilitas sumber daya manusia, tantangan tersebut membutuhkan langkah sistemik dalam
peningkatan kualitas SDM Pariwisata melalui institusi pendidikan berupa vokasi dan perguruan
tinggi, yang diharapkan dapat menjadi basis laboratorium pertumbuhan tenaga ahli.
Beberapa strategi multidimensi telah dilakukan sebagai upaya persiapan, mulai dari
perspektif fiskal dengan skema ​shifting to the front​, perspektif edukasi dengan sekolah tinggi
pariwisata, dan perspektif digitalisasi dengan ​mobile positioning data​. Komitmen dan segala
kebijakan peningkatan kualitas, dilaksanakan demi tercapainya akses, aksesibilitas, dan amenitas
dalam gairah pariwisata.

b. ​Peranan Pariwisata Dari Sisi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan


Besarnya kontribusi sektor pariwisata pada pertumbuhan ekonomi seperti pentingnya setiap
negara memperhatikan ketersediaan lingkungan usaha yang layak, kebijakan yang mendorong
pengembangan pariwisata serta tersedianya interkoneksivitas antar wilayah. Dukungan negara
lain diwujudkan dengan membuat kebijakan dan institusi yang mendukung kepariwisataan,
mengembangkan kemampuan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan, serta mendorong
masuknya investasi seperti ​Foreign Direct Investment ​(FDI), pengembangan usaha mikro-kecil
menegah yang mendukung kepariwisataan, dan kemudahan akses seperti dalam pengurusan visa
atau izin lainnya.

c. ​Peranan Pariwisata Dari Sudut Pandang Keterbukaan Sosial (​Social Inclusiveness)​ ,


peningkatan jumlah tenaga kerja, dan pengurangan angka kemiskinan.

Kontribusi terhadap penyediaan lapangan kerja, sektor pariwisata dan juga mampu
memberdayakan perempuan dan anak muda melalui karya-karya kreatif. Sektor pariwisata juga
berperan dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan usaha mikro-kecil
menengah. Dukungan negara dapat dilaksanakan dengan menciptakan lapangan kerja dan
pelatihan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mendukung komunitas lokal,
perempuan dan anak muda dalam pengembangan industri kreatif serta menciptakan kondisi yang
kondusif sehingga berwisata menjadi pengalaman menyenangkan bagi semua orang.

d. ​Peranan Pariwisata Terkait dengan Efisiensi Sumber Daya, Pemeliharaan


Lingkungan, dan Perubahan Iklim.

Efisiensi sumber daya merupakan salah satu tantangan terbesar di sektor pariwisata.
Tercatat, fasilitas air bersih yang digunakan setiap wisatawan mencapai 100-2.000 liter per
malam, masalah sampah yag dihasilkan dari aktivitas wisatawan. Selain itu ancaman kerusakan
lingkungan dan risiko akibat perubahan iklim juga mengancam industri pariwisata.

e. ​Peranan Pariwisata dari Perspektif nilai, Keanekaragaman Serta Warisan Budaya

Kebudayaan merupakan salah satu daya tarik untuk mendatangkan wisatawan, bahkan
terdapat sekitar 40% aktivitas wisata yang bisa dikategorikan sebagai wisata budaya. Hal ini
dapat membantu memupuk kesadaran untuk menghargai keanekaragaman budaya, mendorong
terciptanya dialog antar budaya, serta membantu penyebaran pengetahuan tentang kebudayaan
dunia. Usaha yang dilakukan antara lain mempromosikan warisan budaya ke seluruh penjuru
dunia serta mendorong wisatawan untuk menikmati hasil kebudayaan dengan cara menyaksikan
atraksi kebudayaan, membeli produk-produk budaya lokal.

f. ​Peranan Pariwisata dalam Hubungan dengan Unsur Saling Memahami, ​ ​Perdamaian,


dan Rasa Aman

Kondisi aman dan damai merupakan salah satu hal yang mendorong wisatawan
mengunjungi suatu wilayah. Masyarakat lokal yang ramah juga bisa menjadi alasan bagi para
wisatawan untuk berinterakasi secara terbuka tanpa adanya rasa takut.
g. ​Pengelolaan Pariwisata

Dalam menunjang pengelolaan berbagai kegiatan pariwisataan, teknologi manajemen


perlu diterapkan agar sumber daya wisata yang murni alami dapat direkayasa secara berhasil
guna, sehinggal dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya termasuk lingkungan alamnya:​ a.
Pengelolaan objek dan daya tarik wisata
Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, pengusahaan objek dan daya tarik wisata
alam meliputi 4 hal yaitu:
1. ​Pembangunan sarana dan prasarana pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain bagi
wisatawan
2. ​Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam termasuk sarana dan prasarana yang ​ ​ada
3. ​Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat disekitarnya untuk berperan serta
dalam kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam bersangkutan​ 4.
Penyelenggaraan pertunjukan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap
objek dan daya tarik wisata alam bersangkutan
5. ​Penyelenggaraan persetujuan seni budaya yang dapat memberikan nilai tambah
terhadap objek wisata dan daya tarik wisata akan yang bersangkutan.
b. ​Pengelolaan objek dan daya tarik wisata budaya, kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan
dalam pengelolaan objek dan daya tarik wisata budaya adalah:
1. ​Pembanngunan objek dan daya tarik wisata budaya, termasuk penyediaan prasaran,
sarana dan fasilitas pelayanan bagi wisatawan
2. ​Pengelolaan objek dan daya tarik wisata budaya termasuk sarana dan prasarana yang
ada
3. ​Penyelenggaraan persetujuan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap
objek wisata alam berserta masyarakat sekitarnya.

h. Kebijakan Dan Strategi Pemerintah Dalam Mengembangkan Kepariwisataan

1. Pengembangan wilayah dengan pendekatan pengembangan ekosistem, yaitu penataan


penataan ruang dilakukan dengan pendekatan secara terpadu dan terkoordinasi,
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
2. Peningkatan keterkaitan fungsi pengembangan kegiatan pariwisata yang baik dengan sektor
lainnya untuk memberikan nilai efisiensi yang tinggi dan percepatan pertumbuhan ekonomi
wilayah.
3. Pengembangan pariwisata harus dikaitkan dengan pengembangan ekonomi nasional, wilayah
dan lokal. Pada tingkat nasional sektor pariwisata harus berperan sebagai prime mover dan
secara interaktif terkait dengan pengembangan sektor-sektor lain.
4. Pengembangan pariwisata harus diupayakan dapat melibatkan seluruh stakeholder. Dalam
konteks ini peran masyarakat terlibat dimulai sektor hulu (memberikan kegiatan produksi
yang ekstraktif) sampai dengan hilir (kegiatan produksi jasa).
5. Pemanfaatan rencana pengembangan wilayah secara nasional yang dalam hal ini harus terkait
dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Didalam RTRWN ini diberikan
arahan-arahan fungsi lindung dan budidaya. Kawasan lindung dapat dioptimalkan juga
sebagai kawasan yang memberikan dukungan bagi kegiatan pengembangan pariwisata
(forets tourism) dan kawasan budidaya memberikan alokasi-alokasi ruang untuk
pengembangan pariwisata, terutama dengan kawasan-kawasan andalan dengan sektor
unggulannya adalah pariwisata.

i. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pengembangan Pariwisata dan ​ ​Transpotasi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan pariwisata agar daerah-daerah atau
lokasi pariwisata nasional pengembangannya dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh masyarakat Indonesia. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :​ ​1.
Pengembangan kegiatan pariwisata harus memperhatikan arahan dalam rencana tata ruang.​ ​2.
Pengembangan kegiatan pariwisata harus memperhatikan daya dukung lingkungan.​ ​3. Dalam
menyelenggarakan kegiatan pariwisata harus melibatkan masyarakat setempat, ​ ​sehingga
manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat.
4. Untuk mencapai keberhasilan pengembangan kegiatan pariwisata, harus dilakukan secara
koordinatif dan terpadu antar semua pihak yang terkait, sehingga wujud keterpaduan lintas
sektoral dan menghindari terjadinya konflik antar sektor.
5. Mengingat sektor pariwisata merupakan sektor tersier dimana preferensi wisatawan sangat
ditentukan oleh tingkat kenyamanan, maka dukungan sarana dan prasarana untuk
meningkatkan aksebilitas kelokasi objek wisata mutlak dibutuhkan.

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PARIWISATA BERBASIS KEMARITIMAN DI


PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Destinasi Pariwisata atau yang disebut juga dengan daerah tujuan pariwisata, adalah
kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya
terdapat daya tarik wisata, prasarana umum, fasilitas pariwisata, aksebilitas, investasi serta
pemberdayaan masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan .
Pembangunan Destinasi Pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan dan berbasis
masyarakat menjadi penting dilakukan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat dan untuk memenuhi harapan serta ekspektasi wisatawan yang berkunjung ke
Kepulauan Riau. Karena itu arah kebijakan dan strategi pembangunan khusunya Destinasi
Pariwisata Kepulauan Riau. Salah satu isu strategis pembangunan daerah Provinsi Kepulauan
Riau adalah pembangunan di bidang pariwisata. Isu-isu strategis pengembangan pariwisata
tersebut antara lain:
a. Meningkatnya rata-rata lama tinggal wisatawan di Kepulauan Riau
b. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke
Kepulauan Riau
c. Meningkatnya kunjungan wisatawan nusantara di Kepulauan Riau
d. Meningkatnya produk domestik bruto di bidang Kepariwisataan
e. Meningkatnya rata-rata tingkat hunian hotel di Kepulauan Riau
f. Kebijakan Rencana Strategis (RENSTRA) pariwisata di jadikan pedoman bagi pengembangan
Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Riau secara umum, selanjutnya melalui RENSTRA akan
di lihat kebijakan tersebut terhadap kebijakan pembangunan pariwisata berbasis kemaritiman,
aplikasi kebijakan terhadap pembangunan pariwisata berbasis kemaritiman di lapangan, serta
faktor pendukung dan penghambat dari pembangunannya. Maka dengan demikian hal
tersebut akan tampak dari proses implementasi yang oleh Van Meter dan Van Horn
mengindentifikasi beberapa indikator berpengaruh di dalam proses
pengaplikasian sebuah kebijakan yang di antaranya; standar dan sasaran kebijakan, sumber
daya, hubungan antar organisasi, karakteristik agen pelaksana, serta kondisi politik, ekonomi
dan sosial masyarakat.

PARIWISATA MELEMAH AKIBAT COVID 19

Melemahnya sektor pariwisata akibat pandemi ​Covid​-19 ​memukul perekonomian


Provinsi Kepulauan Riau. Kepri sangat bergantung pada sektor pengolahan dan pariwisata.
Penurunan pariwisata memengaruhi banyak sektor, seperti perdagangan, hotel dan transportasi di
provinsi yang bertetangga dengan Singapura dan Malaysia itu. Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi ​Kepri ​mencatat pertumbuhan ekonomi setempat pada kuartal pertama 2020
sebesar 2,06 persen secara tahunan (​year on year ​/yoy) atau terkontraksi -4,51 persen secara
kuartalan (​quarter to quarter /​ qtq).
Sektor yang paling terdampak yakni perdagangan, hotel dan restoran, konstruksi dan
subsektor transportasi. BI mencatat, penurunan jumlah kunjungan wisman mulai Februari sudah
berkurang dan semakin menurun hingga pada April 2020 mencapai 99,51 persen (yoy).
Perekonomian Kepri pada kuartal pertama 2020 lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya
yang sebesar -3,35 persen. Penurunan berasal dari melambatnya ekspor jasa, khususnya
pariwisata dan investasi.
Penurunan jumlah kedatangan wisman seiring dengan penyebaran Covid-19 yang masih
terjadi di negara asal wisman utama yaitu Singapura, Malaysia dan China. "Penurunan wisman
itu mempengaruhi penjualan ritel, transportasi lokal serta jasa ​perjalanan wisata secara​ ​signifikan.

Sumber ; https://republika.co.id/berita/qcdxrh457/pariwisata-melemah-pukul-ekonomi-kepri

Anda mungkin juga menyukai