TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Pariwisata
Dalam World Tourism Organization (WTO) (Pitana dalam Wahid, 2015),
pariwisata adalah kegiatan seseorang yang berpergian atau tinggal di suatu
tempat di luar lingkungannya yang biasa dalam waktu tidak lebih dari satu
tahun secara terus menerus, untuk kesenangan, bisnis ataupun tujuan
lainnya.
Menurut Yoeti dalam Anindita (2015), Pariwisata adalah suatu aktivitas
manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara
bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri atau di luar
negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara
waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa
yang dialaminya, di mana ia memperoleh pekerjaan tetap. Menurut Wahab
manfaat pariwisata dalam pembangunan ialah:
1. Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang
rakyatnya memiliki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan cita rasa
yang beraneka ragam.
2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena
kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional
misalnya:
a. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan terus pembangunan dan
pembaharuan fasilitas wisata, prasarana dan sub-prasarana pariwisata.
b. Menggugah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa
wisata lainya: transportasi, akomodasi (hotel, motel, pondok, dll) yang
memerlukan perluasan industri seperti peralatan hotel dan kerajinan
tangan.
c. Menambah permintaan akan hasil-hasil pertanian karena bertambahnya
pemakaian.
d. Memperluas pasar barang-barang lokal
20
21
23
C. Pengembangan Pariwisata
Pengembangan pariwisata adalah suatu usaha untuk mengembangkan
atau memajukan objek wisata agar objek wisata tersebut lebih baik dan lebih
menarik ditinjau dari segi tempat maupun benda-benda yang ada di dalamnya
untuk dapat menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya.
Pengembangan pariwisata adalah agar lebih banyak wisatawan datang
pada suatu kawasan wisata, lebih lama tinggal, dan lebih banyak
mengeluarkan uangnya di tempat wisata yang mereka kunjungi sehingga
dapat menambah devisa untuk negara bagi wisatawan asing, dan menambah
pendapatan asli daerah untuk wisatawan lokal. Di samping itu juga bertujuan
untuk memperkenalkan dan memelihara kebudayaan di kawasan pariwisata
tersebut. Sehingga, keuntungan dan manfaatnya juga bisa dirasakan oleh
penduduk sekitar khususnya. Pengembangan pariwisata sebagai suatu
industri secara ideal harus berlandaskan pada empat prinsip dasar,
sebagaimana dikemukakan (Sobari dalam Anindita, 2015), yaitu:
1. Kelangsungan ekologi, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus
menjamin terciptanya pemeliharaan dan proteksi terhadap sumberdaya
alam yang menjadi daya tarik pariwisata, seperti lingkungan laut, hutan,
pantai, danau, dan sungai.
2. Kelangsungan kehidupan sosial dan budaya, yaitu bahwa pengembangan
pariwisata harus mampu meningkatkan peran masyarakat dalam
pengawasan tata kehidupan melalui sistem nilai yang dianut masyarakat
setempat sebagai identitas masyarakat tersebut.
3. Kelangsungan ekonomi, yaitu bahwa pengembangan pariwisata harus
dapat menciptakan kesempatan kerja bagi semua pihak untuk terlibat
dalam aktivitas ekonomi melalui suatu sistem ekonomi yang sehat dan
kompetitif.
4. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat
melalui pemberian kesempatan kepada mereka untuk terlibat dalam
pengembangan pariwisata.
Dengan demikian, pengembangan pariwisata (yang berkelanjutan) perlu
didukung dengan perencanaan yang matang dan harus mencerminkan tiga
dimensi kepentingan, yaitu industri pariwisata, daya dukung lingkungan
24
25
26
28
D. Ekonomi Kreatif
Industri Kreatif pada umumnya dapat diartikan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari Ekonomi Kreatif yang terkait dengan pemanfaatan
pengetahuan, informasi dan teknologi. Definisi Industri Kreatif yang saat ini
banyak digunakan oleh pihak yang berkecimpung dalam industri kreatif,
adalah definisi berdasarkan UK DCMS Task Force (1998): “Industri kreatif
merupakan industri yang mempunyai keaslian dari kreatifitas individual,
keterampilan dan bakat, yang memiliki potensi untuk menciptakan
kesejahteraan dan peciptaan lapangan pekerjaan melalui generasi dan
eksploitasi kekayaan intelektual dan konten”.
Menurut Howkins (2001), ekonomi kreatif didasarkan pada cara berpikir
baru dan melakukan. Input utama adalah bakat pribadi kita atau keterampilan.
Input tersebut mungkin terdengar akrab namun apa yang lebih penting adalah
bahwa kreativitas kita mengubahnya dengan cara baru.
Ekonomi kreatif erat kaitannya dengan industri kreatif, namun ekonomi
kreatif memiliki cakupan yang lebih luas dari industri kreatif. Ekonomi kreatif
merupakan ekosistem yang memiliki hubungan saling ketergantungan antara
rantai nilai kreatif (creative value chain); lingkungan pengembangan
(nurturance environment); pasar (market) dan pengarsipan (archiving).
Ekonomi kreatif tidak hanya terkait dengan penciptaan nilai tambah secara
ekonomi, tetapi juga penciptaan nilai tambah secara sosial, budaya dan
lingkungan. Oleh karena itu, ekonomi kreatif selain dapat meningkatkan daya
saing, juga dapat meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Industri
kreatif merupakan bagian atau sub-sistem dari ekonomi kreatif, yang terdiri
dari core creative industry, forward and backward linkage creative industry.
Core creative industry adalah industri kreatif yang penciptaan nilai tambah
utamanya adalah pemanfaatan kreativitas orang kreatif.
Dalam proses penciptaan nilai tambah tersebut, core creative industry
membutuhkan output dari industri lainnya sebagai input. Industri yang menjadi
29
input bagi core creative industri disebut sebagai backward linkage creative
industri. Output dari core creative industry juga dapat menjadi input bagi
industri lainnya, yang disebut sebagai forward linkage creative industry.
Industri kreatif merupakan penggerak penciptaan nilai pada ekonomi kreatif.
Dalam proses penciptaan nilai kreatif, industri kreatif tidak hanya
menciptakan transaksi ekonomi, tetapi juga transaksi sosial dan budaya.
Proses umum yang terjadi dalam rantai nilai kreatif adalah kreasi-produksi-
distribusi-komersialisasi, namun setiap kelompok industri kreatif memiliki
rantai nilai kreatif yang berbeda (Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif,
2014).
Studi Ekonomi Kreatif yang dilakukan United Nations Conference on
Trade and Development (UNCTAD) pada tahun 2010 mendefinisikan
Ekonomi Kreatif sebagai: “Sebuah konsep yang berkembang berdasarkan
aset kreatif yang berpotensi menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan”. Dengan penjabaran lebih lanjut sebagai berikut:
30
dari makna budaya (Kerr, 1992). Untuk itu, konservasi merupakan upaya
memelihara suatu tempat berupa lahan, kawasan, gedung maupun kelompok
gedung termasuk lingkungannya (Danisworo, 1991). Di samping itu, tempat
yang dikonservasi akan menampilkan makna dari sisi sejarah, budaya, tradisi,
keindahan, sosial, ekonomi, fungsional, iklim maupun fisik (Danisworo, 1992).
Dalam perencanaan suatu lingkungan kota, unit dari konservasi dapat berupa
sub bagian wilayah kota bahkan keseluruhan kota sebagai sistem kehidupan
yang memang memiliki ciri atau nilai khas. Dengan demikian, Peranan
konservasi bagi suatu kota bukan semata bersifat fisik, namun mencakup
upaya mencegah perubahan sosial.
Konsep yang dirumuskan untuk melakukan pekerjaan konservasi
hendaklah disusun dalam suatu rencana (conservation plan) berdasarkan:
1. Penetapan objek konservasi, suatu upaya pemahaman dalam menilai
aspek budaya suatu objek dengan tolok ukur estetika, kesejarahan,
keilmuan, kapasitas demonstratif serta hubungan asosiasional;
2. Perumusan kebijakan konservasi, suatu upaya merumuskan informasi
tentang nilai-nilai yang perlu dilestarikan untuk kemudian dijadikan
sebagai landasan penyusunan strategi pelaksanaan konservasi.
Konservasi merupakan bagian integral dari perancangan kota, menurut
Sirvani (1985), meliputi rumusan kebijakan, rencana, pedoman, dan program.
Dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kebijakan Perancangan Kota, merupakan kerangka strategi pelaksanaan
yang bersifat spesifik.
2. Rencana Perancangan Kota, merupakan produk penting dalam
perancangan kota yang berorientasi pada produk maupun proses
3. Pedoman Perancangan Kota, dapat berupa pengendalian ketinggian
bangunan, bahan, setback, proporsi, gaya arsitektur, dan sebagainya; dan
4. Program Perancangan Kota, biasanya mengacu pada proses pelaksanaan
atau pada seluruh proses perancangan. Menurut Shirvani (1985),
menggunakan terminologi tersebut untuk mengacu pada aspek
perencanaan dan perancangan yang dapat memelihara dan melestarikan
lingkungan yang telah ada maupun yang hendak diciptakan. Dengan
demikian diharapkan akan didapatkan:
31
F. Creative Tourism
Dalam beberapa dekade terakhir, konsep dan praktik ekowisata telah
dikembangkan sangat cepat di seluruh dunia dalam hal membuat pariwisata
yang meliputi sumber daya alam lebih berkelanjutan. Disisi lain, terlihat
bahwa penelitian dan praktik berkenaan dengan aspek sosio kultural dari
pariwisata berkelanjutan tidak mencukupi walaupun pariwisata budaya telah
menjadi salah satu pilihan yang paling berkembang untuk destinasi wisata di
dunia. Sebagaimana yang dilaporkan oleh Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD), pariwisata budaya terhitung sudah
33
mencapai 360 juta perjalanan wisata internasional di tahun 2007 atau 40%
dari pariwisata dunia (OECD, 2009). Bahkan kontribusi pariwisata budaya
jauh lebih baik lagi, sejak pariwisata budaya diestimasi menghabiskan
sepertiga lebih banyak dari rata-rata pengeluaran wisata lainnya (Richards,
2007). Namun pertumbuhan jumlah wisatawan pada situs budaya utama dan
komunitas kecil dipertanyakan terkait keberlanjutan bentuk baru pariwisata
masal ini (Richards, 2013).
Dimasa lalu pariwisata budaya seringkali dilihat sebagai contoh baik
pariwisata, karena skalanya kecil, pengeluaran wisatawan tinggi dan
dampaknya rendah. Saat ini, tidak ada keraguan tentang pariwisata budaya
merupakan segmen utama pariwisata global. agar seimbang, maka konsep
pariwisata kreatif diajukan sebagai bentuk baru pariwisata budaya yang
ditujukan untuk mengikis dampak negatif pariwisata sebanyak mungkin
(Richards dan Raymond, 2000).
Kajian ini bertujuan untuk memeriksa konsep dan kemungkinan pariwisata
kreatif sebagai cara untuk membuat pariwisata budaya lebih mampu
berkelanjutan, utamanya berdasarkan tinjauan literatur. Selain itu, kajian ini
mencoba untuk mempertimbangkan fleksibilitas adaptif untuk pariwisata
kreatif di Kota Bandung.
Pariwisata kreatif didefinisikan oleh UNESCO sebagai “travel directed
toward an engaged and authentic experience, with participative learning in the
arts, heritage, or special character of a place, and it provides a connection
with those who reside in this place and create this living culture” (UNESCO,
2006)
“Perjalanan yang diarahkan menuju sebuah keterlibatan dan pengalaman
otentik, dengan pembelajaran yang sifatnya partisipatif dalam kesenian,
sejarah, karakter khusus sebuah tempat, dan juga membangun hubungan
dengan siapa pun yang tinggal dan membangun budaya setempat”.
35
Gambar IV Model 3i
36
37
Filename: BAB II - TINJAUAN TEORI.docx
Folder: /Users/user/Library/Containers/com.microsoft.Word/Data/Documents
Template: /Users/user/Library/Group Containers/UBF8T346G9.Office/User
Content.localized/Templates.localized/Normal.dotm
Title:
Subject:
Author: mikey stroo
Keywords:
Comments:
Creation Date: 1/28/19 9:34:00 AM
Change Number: 2
Last Saved On: 1/28/19 9:34:00 AM
Last Saved By: sannymegawati@gmail.com
Total Editing Time: 1 Minute
Last Printed On: 1/28/19 9:34:00 AM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 18
Number of Words: 4,256
Number of Characters: 30,323 (approx.)