Anda di halaman 1dari 8

35438CP3.

02
Ekonomi Pariwisata Syariah
Program Sarjana Pariwisata Syariah, Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi, 2020

Dampak Ekonomi dalam Kepariwisataan di Provinsi Bali

Cahya Agung Mulyana, S.T., MPPar

 dan santun, dan (8)Pangsa pasar bagi produk lokal


Abstrak— Suatu destinasi wisata yang dikunjungi sehingga aneka-ragam produk terus berkembang,
wisatawan dapat dipandang sebagai konsumen seiring dinamika sosial ekonomi pada daerah suatu
sementara. Mereka datang ke daerah tersebut dalam destinasi.
jangka waktu tertentu, menggunakan sumber daya dan Dari sisi kepentingan nasional, Menurut
fasilitasnya dan biasanya mengeluarkan uang untuk Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI (2005)
berbagai keperluan, dan kemudian meninggalkan dalam Sapta (2011:1) menjelaskan bahwa
tempat tersebut untuk kembali ke rumah atau pembangunan kepariwisataan pada dasarnya ditujukan
negaranya. Jika wisatawan yang datang ke destinasi untuk beberapa tujuan pokok yang dapat dijelaskan
tersebut sangat banyak, mengeluarkan begitu banyak sebagai berikut:
uang untuk membeli berbagai keperluan selama a) Persatuan dan Kesatuan Bangsa: Pariwisata
liburannya, tidak dapat dibantah bahwa hal itu akan dianggap mampu memberikan perasaaan bangga dan
berdampak pada kehidupan ekonomi daerah tersebut, cinta terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
baik langsung maupun tidak langsung atau bersifat melalui kegiatan perjalanan wisata yang dilakukan
positif maupun negatif. oleh penduduknya ke seluruh penjuru negeri. Dampak
yang diharapkan, dengan banyaknya warganegara
Kata Kunci : Dampak Ekonomi, Kepariwisataan, Positif, Negatif
yang melakukan kunjungan wisata di wilayah-wilayah
selain tempat tinggalnya akan menimbulkan rasa
persaudaraan dan pengertian terhadap sistem dan
1. PENDAHULUAN filosofi kehidupan masyarakat yang dikunjungi
Pariwisata seringkali dipersepsikan sebagai mesin sehingga akan meningkatkan rasa persatuan dan
penggerak ekonomi atau penghasil devisa bagi kesatuan nasional.
pembangunan ekonomi di suatu Negara, tanpa b) Penghapusan Kemiskinan (Poverty
terkecuali di Indonesia. Namun demikian pada Alleviation): Pembangunan pariwisata diharapkan
kenyataannya, pariwisata memiliki spektrum mampu memberikan kesempatan bagi seluruh rakyat
fundamental pembangunan yang lebih luas bagi suatu Indonesia untuk berusaha dan bekerja. Kunjungan
negara. wisatawan ke suatu daerah diharpkan mampu
Seiring dengan hal di atas, menurut IUOTO memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
(International Union of Official Travel Organization) peningkatan kesejahteraan masyarakat. Harapannya
yang dikutip oleh Spillane (1993), pariwisata adalah bahwa pariwisata harusnya mampu memberi
mestinya dikembangkan oleh setiap negara karena andil besar dalam penghapusan kemiskinan di
delapan alasan utama seperti berikut ini: (1)Pariwisata berbagai daerah yang miskin potensi ekonomi lain
sebagai faktor pemicu bagi perkembangan ekonomi selain potensi alam dan budaya bagi kepentingan
nasional maupun international. (2)Pemicu pariwisata.
kemakmuran melalui perkembangan komunikasi, c) Pembangunan Berkesinambungan (Sustainable
transportasi, akomodasi, jasa-jasa pelayanan lainnya. Development): Dengan sifat kegiatan pariwisata yang
(3)Perhatian khusus terhadap pelestarian budaya, menawarkan keindahan alam, kekayaan budaya dan
nilai-nilai sosial agar bernilai ekonomi. (4)Pemerataan keramah tamahan dan pelayanan, sedikit sekali
kesejahtraan yang diakibatkan oleh adanya konsumsi sumberdaya yang habis digunakan untuk menyokong
wisatawan pada sebuah destinnasi. (5)Penghasil kegiatan ini. Artinya penggunaan sumberdaya yang
devisa. (6)Pemicu perdagangan international. habis pakai cenderung sangat kecil sehingga jika
(7)Pemicu pertumbuhan dan perkembangan lembaga dilihat dari aspek keberlanjutan pembangunan akan
pendidikan profesi pariwisata maupun lembaga yang mudah untuk dikelola dalam waktu yang relative
khusus yang membentuk jiwa hospitality yang handal lama.
d) Pelestarian Budaya (Culture Preservation):
Cahya Agung Mulyana, S.T., MPPar ca_mulyana@yahoo.co.id Pembangunan kepariwisataan diharapkan mampu

1
berkontribusi nyata dalam upaya-upaya pelestarian jarang diungkap dan dihitung sehingga sangat sulit
budaya suatu negara atau daerah yang meliputi untuk ditelusuri perannya atau kerugiannya. Beberapa
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan biaya tersembunyi atau hidden cost diantaranya
budaya negara ataudaerah. UNESCO dan UN-WTO adalah: industri pariwisata bertumbuh dalam
dalam resolusi bersama mereka di tahun 2002 telah mekanisme pasar bebas sehingga seringkali destinasi
menyatakan bahwa kegiatan pariwisata merupakan pada negara berkembang hanya menjadi obyek saja,
alat utama pelestarian kebudayaan. Dalam konteks hal lainnya pengembangan pariwisata memang telah
tersebut, sudah selayaknya bagi Indonesia untuk dapat menigkatkan kualitas pembangunan pada suatu
menjadikan pembangunan kepariwisataan sebagai destinasi namun akibat lainnya seperti peningkatan
pendorong pelestarian kebudayaan diberbagai daerah. harga-harga pada sebuah destinasi terkadang kurang
e) Pemenuhan Kebutuhan Hidup dan Hak Azasi mendapat perhatian dan korbannya adalah penduduk
Manusia: Pariwisata pada masa kini telah menjadi lokal, dan banyak hal akan di ungkap dalam paper ini.
kebutuhan dasar kehidupan masyarakat modern. Pada
beberapa kelompok masyarakat tertentu kegiatan 2. PEMBAHASAN
melakukan perjalanan wisata bahkan telah dikaitkan Mengukur manfaat dan kerugian
dengan hak azasi manusia khususnya melalui pembangunan pariwisata pada beberapa negara saat
pemberian waktu libur yang lebih panjang dan skema ini, masih menjadi perdebatan diantara para ahli
paid holidays. ekonomi khususnya yang telah melakukan riset dan
f) Peningkatan Ekonomi dan Industri: Pengelolaan evalusi terhadap ekonomi pariwisata. Beberapa
kepariwisataan yang baik dan berkelanjutan pandangan para fakar mewarnai pembahasan paper ini
diharapkan mampu memberikan kesempatan bagi dari sudut pandangan yang berbeda-beda.
tumbuhnya ekonomi di suatu destinasi pariwisata. “Frechtling (1987a) considers alternative methods of
Penggunaan bahan dan produk lokal dalam proses collecting data about expenditure by tourists and the
pelayanan di bidang pariwisata akan juga memberikan shortcomings of these. He also reviews methods such
kesempatan kepada industri lokal untuk berperan as impact multipliers and input-output analysis used
dalam penyediaan barang dan jasa. to measure the economic impacts generated by
g) Pengembangan Teknologi: Dengan semakin tourism expenditure”
kompleks dan tingginya tingkat persaingan dalam Frechtling (1987), menyatakan bahwa untuk
mendatangkan wisatawan ke suatu destinasi, mengukur manfaat pariwisata bagi perekonomian
kebutuhan akan teknologi tinggi khususnya teknologi suatu Negara harus tersedia data yang cukup lengkap,
industri akan mendorong destinasi pariwisata Dia menawarkan metode alternative khususnya
mengembangkan kemampuan penerapan teknologi berhubungan dengan metode pengumpulan data
terkini mereka. Pada daerah-daerah tersebut akan tentang pengeluaran wisatawan di saat yang akan
terjadi pengembangan teknologi maju dan tepat guna datang, dan dia juga mereview beberapa metode yang
yang akan mampu memberikan dukungan bagi telah digunakan oleh para ahli sebelumnya, dengan
kegiatan ekonomi lainnya. Dengan demikian menggunakan impact multipliers dan input-output
pembangunan kepariwisataan akan memberikan analysis untuk mengukur pengeluaran sector
manfaat bagi masyarakat dan pemerintahan di pariwisata.
berbagai daerah yang lebih luas dan bersifat “Impact analysis can be extended to other dimensions
fundamental. Kepariwisataanakan menjadi bagian as summarised by Archer and Cooper (1994)
tidak terpisahkan dari pembangunan suatu daerah dan including social cost-benefit analysis”
terintegrasi dalam kerangka peningkatan Sementara Archer dan Cooper (1994),
kesejahteraan masyarakat setempat. berpendapat bahwa: penelusuran tentang manfaat dan
Sedangkan dari sisi kepentingan Internasional, dampak pariwisata terhadap ekonomi harus
Pariwisata internasional pada tahun 2004 mencapai menyertakan variabel sosial yang tidak pernah
kondisi tertinggi sepanjang sejarah dengan mencapai dihitung oleh fakar lainnya, dan social cost-benefit
763 juta orang dan menghasilkan pengeluaran sebesar analysis mestinya digunakan. Menurutnya, untuk
US$ 623 miliar. Kondisi tersebut meningkat 11% dari mengukur manfaat dan dampak pariwisata tidak
jumlah perjalanan tahun 2003 yang mencapai 690 juta sekedar menghitung dampak ekonomi hanya dengan
orang dengan jumlah pengeluaran US$ 524 miliar. mencari multiplier efeknya saja.
Seiring dengan hal tersebut, diperkirakan jumlah “Sinclair and Sutcliffe (1988) discuss the complexities
perjalanan wisata dunia di tahun 2020 akan of estimating Keynesian income multipliers for
menembus angka 1,6 miliar orang per tahun (UN- tourism at the sub-national level”
WTO, 2005) . Sedangkan, Sinclair dan Sutcliffe (1988),
Pada sisi yang berbeda, walaupun pariwisata telah menjelaskan bahwa pengukuran multiplier income
diakui sebagai faktor penting stimulator penggerak untuk sektor pariwisata pada tingkat sub nasional
perekonomian di beberapa negara di dunia, namun memerlukan pemikiran dan data yang lebih kompleks
pariwisata juga menyembunyikan beberapa hal yang disebabkan sering terjadinya “leakages” kebocoran

2
sehingga analisis ini sebaiknya dilakukan pada tingkat Pengalaman di beberapa negara bahwa
local regional tertentu dan leakages inilah yang kedatangan wisatawan ke sebuah destinasi wisata juga
mestinya harus diukur dan dibandingkan dengan menyebabkan bertumbuhnya bisnis valuta asing untuk
manfaat yang diharapkan. memberikan pelayanan dan kemudahan bagi
“Heng and Low (1990) illustrates well the type of wisatawan selama mereka berwisata. Tercatat juga
practical use which can be made of input-output bahwa di beberapa negara di dunia 83% dari lima
analysis in considering the impact of tourism” besar pendapatan mereka, 38% pendapatannya adalah
Lebih tegas, Heng dan Low (1990) pada berasal dari “Foreign Exchange Earnings”
tataran praktis, mereka menjelaskan bahwa untuk perdagangan valuta asing.
mengukur dampak pariwisata akan lebih baik “New Delhi, Feb 26 : Highlighting the tremendous
menggunakan analisis input-output. growth potential offered by the tourism sector, the
“Johnson and Moore (1993) concentrate on Economic Survey 2010-11 has said the country’s
measuring the economic impact of a particular tourist foreign exchang eearnings (FEE) from tourist arrivals
activity and tourism resource” grew by 24.56 percent in 2010 at 14,193 million
Tapi, Johnson dan Moore (1993) justru dolllars as compared to 11,394 dollars million in
menitikberatkan bahwa pengukuran dampak ekonomi 2009”
pariwisata akan lebih tepat dilakukan focus pada Sebagai contoh, bahwa pariwisata mampu
aktifitas wisata tertentu yang sedang berkembang menyumbangkan pendapatan untuk Negara India,
pesat dan sumberdaya pariwisata yang berdasarkan hasil survey ekonomi India pada tahun
dipergunakannya serta segala dampak-dampaknya. 2010-11, bahwa akibat kedatangan wisatawan asing
“West (1993) uses a Social Accounting Matrix (SAM) ke India pada tahun 2010 terjadi peningkatan
to overcome the first problem and an integrated model pendapatan dari perdangan Valas sebesar 34,56% atau
to allow for changes in the relationship with the sebesar 14,193 Juta US Dolar meningkat jika
passage of time” dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar 11,394
Sementara West (1993) menawarkan SAM Juta US Dolar.
atau social accounting matrix untuk memecahkan “Latest statistics from National Tourism
masalah pariwisata yang saling berhubungan dari Administration show that China’s foreign-exchange
waktu ke waktu. Dia mengganggap bahwa analisis earnings from tourism exceeded US$5.1 billion in the
input-output dianggap belum mampu memecahkan first four months this year, an increase of 18.7 percent
persoalan dampak pariwisata karena hanya mengukur over the same period last year, 2010”
hubungan produser dengan produser dan tidak Sementara pemerintah China mencapat bahwa
menyertakan perdagangan yang dilakukan oleh sumbangan pariwisata akibat perdagangan Valas
pemerintah dan sektor publik lainnya. telah mencapai 5,1 Juta US Dolar untuk kurun waktu
“Harris and Harris (1994) argue that “the study of hanya empat bulan saja pada tahun 2010.
tourism at the macro level (nation, State, region) is Dari kedua contoh tersebut sudah dianggap
hindered by the absence of any standard industry cukup menguatkan pendapat bahwa pembangunan
classification for this kind of activity” pariwisata dapat meningkatkan pendapatan suatu
Dan akhirnya, Harris dan Harris (1994) Negara khususnya dari aktifitas perdagangan valuta
mengkritisi bahwa analisis terhadap dampak asing.
pariwisata yang telah dilakukan saat ini pada tingkat
nasional, dan regional cenderung mengabaikan 3.1.2 CONTRIBUTIONS TO GOVERNMENT
ketiadaan standar klasifikasi industri untuk tiap REVENUES
aktifitas pada industri pariwisata padahal standarisasi Kontribusi pariwisata terhadap pendapatan
pada industri pariwisata ini membawa konsekuensi pemerintah dapat diuraikan menjadi dua, yakni:
tersendiri terhadap biaya tambahan “others cost” baik kontribusi langsung dan tidak langsung. Kontribusi
bagi pelaku industri pariwisata dan masyarakat lokal langsung berasal dari pajak pendapatan yang dipungut
itu sendiri. dari para pekerja pariwisata dan pelaku bisnis
pariwisata pada kawasan wisata yang diterima
3. DAMPAK PARIWISATA TERHADAP langsung oleh dinas pendapatan suatu destinasi.
PEREKONOMIAN Sedangkan kontribusi tidak langsung
3.1 POSITIVE ECONOMIC IMPACTS OF TOURISM pariwisata terhadap pendapatan pemerintah berasal
3.1.1 FOREIGN EXCHANGE EARNINGS dari pajak atau bea cukai barang-barang yang di
Pengeluaran sektor pariwisata akan import dan pajak yang dikenakan kepada wisatawan
menyebabkan perekonomian masyarakat local yang berkunjung.
menggeliat dan menjadi stimulus berinvestasi dan Dalam kedua konteks di atas, WTO
menyebabkan sektor keuangan bertumbuh seiring memprediksi bahwa usaha perjalanan wisata dan
bertumbuhnya sektor ekonomi lainnya. bisnis pariwisata tersebut secara langsung dan tidak
langsung termasuk juga pajak perorangan telah

3
berkontribusi terhadap pariwisata dunia melampaui kontribusi sector pariwisata terhadap penyediaan
US$ 800 billion pada tahun 1998, dan pada tahun lahan pekerjaan sebesar 7% secara internasional.
2010 berlipat dua kali jika dibandingkan tahun 1998. “Tourism Industry employs large number of people
“According to the study, tourism generated $19.7 and provides a wide range of jobs which extend from
billion of revenue for all three levels of government the unskilled to the highly specialises. Tourism is also
combined in Canada in 2007. Spending by Canadians responsible for creating employment outside the
accounted for three out of every four dollars taken in, industry such as furnishing and equipment industry,
while one in four dollars came from international souvenir industry, textile and handicraft industry,
visitors to Canada” farming and food supply and also construction
Menurut penelitian, pariwisata Kanada industry”
menghasilkan $ 19, 7 Juta pendapatan untuk ketiga Hasil studi pada dampak pembangunan
tingkat pemerintahan gabungan di Kanada pada tahun pariwisata di Tripura, India menunjukkan bahwa
2007. Dan Belanja Kanada menyumbang tiga dari industry pariwisata adalah industri yang mampu
setiap empat dolar, sementara satu dari empat dolar menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar dan
berasal dari wisatawan asing yang berwisata di mampu menciptakan peluang kerja dari peluang kerja
Kanada. untuk tenaga yang tidak terdidik sampai dengan
“Tourism makes significant direct contributions to tenaga yang sangat terdidik. Pariwisata juga
Government revenues through the sale of tickets menyediakan peluang kerja diluar bidang pariwisata
to the Angkor Complex ($US 1.2 million), visa fees khususnya peluang kerja bagi mereka yang berusaha
($US 3 million), and departure taxes at the secara langsung pada bidang pariwisata dan termasuk
airports” juga bagi mereka yang bekerja secara tidak langsung
Sementara pemerintah Komboja mencatat terkait industri pariwisata seperti usaha-usaha
bahwa sector pariwisata secara langsung dan nyata pendukung pariwisata; misalnya pertanian sayur
telah memberikan sumbangan pendapatan bagi mayur, peternak daging, supplier bahan makanan,
pemerintah melalui aktifitas penjualan tiket masuk yang akan mendukung operasional industri perhotelan
wisatawan yang mengunjungi obyek wisata Angkor dan restoran.
sebesar 1,2 Juta US Dolar, dari Visa sebesar 3 juta US Sedangkan menurut Mitchell dan Ashley
Dolar, dan aktifitas taksi dan aktifitas pelayanan di 2010, mencatat bahwa sumbangan pariwisata dalam
bandara. penyerapan tenaga kerja jika dibandingkan dengan
Pada kedua studi kasus di atas, tidak dapat sector lainnya menunjukkan angka yang cukup
disangkal lagi bahwa pariwisata memang benar dapat berarti, dan indeks terbesar terjadi di Negara New
meningkatkan pendapatan bagi pemerintah di mana Zealand sebesar 1,15 disusul oleh Negara Philipines,
pariwisata tersebut dapat dikembangkan dengan baik. kemudian Chile, Papua New Guinea, dan Thailand
sebesar 0,93. Sementara di Indonesia indeks
3.1.3. EMPLOYMENT GENERATION penyerapan tenaga kerja dari sector pariwisata sebesar
Pada beberapa negara yang telah 0,74, masih lebih rendah jika dibandingkan Negara
mengembangkan sektor pariwisata, terbukti bahwa Afrika Selatan yang mencapai 0,84.
sektor pariwisata secara internasional berkontribusi Dalam dua kasus di atas, pariwisata
nyata terhadap penciptaan peluang kerja, penciptaan memegang peranan penting dalam penyerapan tenaga
usaha-usaha terkait pariwisata seperti usaha kerja di hampir semua Negara yang mengembangkan
akomodasi, restoran, klub, taxi, dan usaha kerajinan pariwisata, walaupun harus diakui sector pertanian
seni souvenir. “agriculture” masih lebih besar indeks penyerapannya
“Tourism employment is a measure of employment in dan berada di atas indeks penyerapan tenaga kerja
tourism and non-tourism industries. It is based on an oleh sector pariwisata di hampir semua Negara.
estimate of jobs rather than “hours of work”. Thus,
someone who works 10 hours a week counts for as 3.1.4. INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT
much, by this measure, as someone who works 50 Berkembangnya sektor pariwisata juga dapat
hours a week”. (Government Revenue Attributable to mendorong pemerintah lokal untuk menyediakan
Tourism, 2007) infrastruktur yang lebih baik, penyediaan air bersih,
Menurut Canada Government Revenue listrik, telekomunikasi, transportasi umum dan
Attributable to Tourism, (2007), mendifinisikan fasilitas pendukung lainnya sebagai konsekuensi logis
bahwa yang dimaksud “Tourism employment” adalah dan kesemuanya itu dapat meningkatkan kualitas
ukuran yang dipakai untuk mengukur besarnya tenaga hidup baik wisatawan dan juga masyarakat local itu
kerja yang terserap secara langsung pada sector sendiri sebagai tuan rumah.
pariwisata termasuk juga besarnya tenaga kerja yang Sepakat membangun pariwisata berarti
terserap di luar bidang pariwisata akibat keberadaan sepakat pula harus membangun yakni daya tarik
pembangunan pariwisata. Dan WTO mencatat wisata “attractions” khususnya daya tarik wisata man-
made, sementara untuk daya tarik alamiah dan budaya

4
hanya diperlukan penataan dan pengkemasan. Karena dibeberapa destinasi pada negara berkembang,
Jarak dan waktu tempuh menuju destinasi “accesable” membuktikan bahwa tingkat kebocoran terjadi antara
akhirnya akan mendorong pemerintah untuk 40% hingga 50% terhadap pendapatan kotor dari
membangun jalan raya yang layak untuk angkutan sektor pariwisata, sedangkan pada skala
wisata, sementara fasilitas pendukung pariwisata perekonomian yang lebih kecil, kebocoran terjadi
“Amenities” seperti hotel, penginapan, restoran juga antara 10% hingga 20%.
harus disiapkan. Sedangkan kebocoran export seringkali terjadi
Pembangunan infrastruktur pariwisata dapa pada pembangunan destinasi wisata khususnya pada
dilakukan secara mandiri ataupun mengundang pihak negara miskin atau berkembang yang cenderung
swasta nasional bahkan pihak investor asing memerlukan modal dan investasi yang besar untuk
khususnya untuk pembangunan yang berskala besar membangun infrastruktur dan fasilitas wisata lainnya.
seperti pembangunan Bandara Internasional, dan Kondisi seperti ini, akan mengundang masuknya
sebagainya. Perbaikan dan pembangunan penanam modal asing yang memiliki modal yang kuat
insfrastruktur pariwisata tersebut juga akan dinikmati untuk membangun resort atau hotel serta fasilitas dan
oleh penduduk local dalam menjalankan aktifitas infrastruktur pariwisata, sebagai imbalannya,
bisnisnya, dalam konteks ini masyarakat local akan keuntungan usaha dan investasi mereka akan
mendapatkan pengaruh positif dari pembangunan mendorong uang mereka kembali ke negara mereka
pariwisata di daerahnya. tanpa bisa dihalangi, hal inilah yang disebut dengan
“leakage” kebocoran export.
3.1.5. DEVELOPMENT OF LOCAL ECONOMIES Hal ini membenarkan pendapat dari Sinclair
Pendapatan sektor pariwisata acapkali dan Sutcliffe (1988), yang menjelaskan bahwa
digunakan untuk mengukur nilai ekonomi pada suatu pengukuran manfaat ekonomi dari sektor pariwisata
kawasan wisata. Sementara ada beberapa pendapatan pada tingkat sub nasional harunya menggunakan
lokal sangat sulit untuk dihitung karena tidak semua pemikiran dan data yang lebih kompleks untuk
pengeluaran wisatawan dapat diketahui dengan jelas menghindari terjadinya “leakages” kebocoran.
seperti misalnya penghasilan para pekerja informal
seperti sopir taksi tidak resmi, pramuwisata tidak 3.2.2. ENCLAVE TOURISM
resmi, dan lain sebagainya. Sering diasosiasikan bahwa sebuah destinasi
WTO memprediksi bahwa pendapatan wisata dianggap hanya sebagai tempat persinggahan
pariwisata secara tidak langsung disumbangkan 100% sebagai contohnya, sebuah perjalanan wisata dari
secara langsung dari pengeluaran wisatawan pada manajemen kapal pesiar dimana mereka hanya
suatu kawasan. Dalam kenyataannya masyarakat singgah pada sebuah destinasi tanpa melewatkan
local lebih banyak berebut lahan penghidupan dari malam atau menginap di hotel-hotel yang telah
sector informal ini, artinya jika sector informal disediakan industri lokal sebagai akibatnya dalam
bertumbuh maka masyarakat local akan mendapat kedatangan wisatawan kapal pesiar tersebut
menfaat ekonomi yang lebih besar. manfaatnya dianggap sangat rendah atau bahkan tidak
memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat
3.2. NEGATIVE ECONOMIC IMPACTS OF di sebuah destinasi yang dikunjunginya.
TOURISM Kenyataan lain yang menyebabkan “enclave”
3.2.1. LEAKAGE adalah kedatangan wisatawan yang melakukan
kebocoran dalam pembangunan pariwisata perjalan wisata yang dikelola oleh biro perjalanan
dikategorikan menjadi dua jenis kebocoran yaitu wisata asing dari “origin country” sebagai
keboran import dan kebocoran export. Biasanya contohnya, mereka menggunakan maskapai
kebocoran import terjadi ketika terjadinya permintaan penerbangan milik perusahaan mereka sendiri,
terhadap peralatan-peralatan yang berstandar kemudian mereka menginap di sebuah hotel yang di
internasional yang digunakan dalam industri miliki oleh manajemen chain dari negara mereka
pariwisata, bahan makanan dan minuman import yang sendiri, berwisata dengan armada dari perusahaan
tidak mampu disediakan oleh masyarakat lokal atau chain milik pengusaha mereka sendiri, dan
dalam negeri. Khususnya pada negara-negara dipramuwisatakan oleh pramuwisata dari negerinya
berkembang, makanan dan minuman yang berstandar sendiri, dan sebagai akibatnya masyarakat lokal tidak
internasional harus di datangkan dari luar negeri memperoleh manfaat ekonomi secara optimal.
dengan alasan standar yang tidak terpenuhi, dan
akibatnya produk lokal dan masyarakat lokal sebagai 3.2.3. INFRASTRUCTURE COST
produsennya tidak biasa memasarkan produknya Tanpa disadari ternyata pembangunan sektor
untuk kepentingan pariwisata tersebut. pariwisata yang berstandar internasional dapat
Besarnya pendapatan dari sektor pariwisata menjadi beban biaya tersendiri bagi pemerintah dan
juga diiringi oleh besarnya biaya yang harus akibatnya cenderung akan dibebankan pada sektor
dikeluarkan untuk melakukan import terhadap produk pajak dalam artian untuk membangun infratruktur
yang dianggap berstandar internasional. Penelitian

5
tersebut, pendapatan sektor pajak harus ditingkatkan memiliki sumberdaya yang beranekaragam harusnya
artinya pngutan pajak terhadap masyarakat harus dapat juga mengembangkan sektor lainnya secara
dinaikkan. proporsional.
Pembangunan pariwisata juga mengharuskan Ketika sektor pariwisata dianggap sebagai
pemerintah untuk meningkatkan kualitas bandara, anak emas, dan sektor lainnya dianggap sebagai anak
jalan raya, dan infrastruktur pendukungnya, dan diri, maka menurut Archer dan Cooper (1994),
tentunya semua hal tersebut memerlukan biaya yang penelusuran tentang manfaat dan dampak pariwisata
tidak sedikit dan sangat dimungkinkan pemerintah terhadap ekonomi harusnya menyertakan variabel
akan melakukan re-alokasi pada anggaran sektor sosial yang tidak pernah dihitung oleh fakar lainnya.
lainnya seperti misalnya pengurangan terhadap Ketergantungan pada sebuah sektor, dan
anggaran pendidikan dan kesehatan. ketergantungan pada kedatangan orang asing dapat
Kenyataan di atas menguatkan pendapat diasosiasikan hilangnya sebuah kemerdekaan sosial
Harris dan Harris (1994) yang mengkritisi bahwa dan pada tingkat nasional, sangat dimungkinkan
analisis terhadap dampak pariwisata harusnya sebuah negara akan kehilangan kemandirian dan
menyertakan faktor standar klasifikasi industri untuk sangat tergantung pada sektor pariwisata.
tiap aktifitas pada industri pariwisata yang sering
dilupakan pada analisis dampak pariwisata. 3.2.6. SEASONAL CHARACTERISTICS
Dalam Industri pariwisata, dikenal adanya
3.2.4. INCREASE IN PRICES (INFLATION) musim-musim tertentu, seperti misalnya musim ramai
Peningkatan permintaan terhadap barang dan “high season” dimana kedatangan wisatawan akan
jasa dari wisatawan akan menyebabkan meningkatnya mengalami puncaknya, tingkat hunian kamar akan
harga secara beruntun “inflalsi” yang pastinya akan mendekati tingkat hunian kamar maksimal dan
berdampak negative bagi masyarakat lokal yang kondisi ini akan berdampak meningkatnya pendapatan
dalam kenyataannya tidak mengalami peningkatan bisnis pariwisata. Sementara dikenal juga musim sepi
pendapatan secara proporsional artinya jikalau “low season” di mana kondisi ini rata-rata tingkat
pendapatan masyarakat lokal meningkat namun tidak hunian kamar tidak sesuai dengan harapan para
sebanding dengan peningkatan harga-harga akan pebisnis sebagai dampaknya pendapatan indutri
menyebabkan daya beli masyarakat lokal menjadi pariwisata juga menurun hal ini yang sering disebut
rendah. “problem seasonal”
Pembangunan pariwisata juga berhubungan Sementara ada kenyataan lain yang dihadapi
dengan meningkatnya harga sewa rumah, harga tanah, oleh para pekerja, khususnya para pekerja informal
dan harga-harga property lainnya sehingga sangat seperti sopir taksi, para pemijat tradisional, para
dimungkinkan masyarakat lokal tidak mampu pedagang acung, mereka semua sangat tergantung
membeli dan cenderung akan tergusur ke daerah pada kedatangan wisatawan, pada kondisi low season
pinggiran yang harganya masih dapat dijangkau. sangat dimungkinkan mereka tidak memiliki lahan
Sebagai konsukuensi logiz, pembangunan pekerjaan yang pasti.
pariwisata juga berdampak pada meningkatnya harga- Kenyataan di atas, menguatkan pendapat
harga barang konsumtif, biaya pendidikan, dan harga- West (1993) yang menawarkan SAM atau social
harga kebutuhan pokok lainnya sehingga pemenuhan accounting matrix untuk memecahkan masalah
akan kebutuhan pokok justru akan menjadi sulit bagi pariwisata yang saling berhubungan dari waktu ke
penduduk lokal. Hal ini juga sering dilupakan dalam waktu, kebermanfaatan pariwisata terhadap ekonomi
setiap pengukuran manfaat pariwisata terhadap harusnya berlaku proporsional untuk semua musim,
perekonomian pada sebuah Negara. baik musim sepi maupun musim ramai wisatawan.

3.2.5 ECONOMIC DEPENDENCE 4. DAMPAK EKONOMI PARIWISATA di BALI


Keanekaragaman industri dalam sebuah Peran pariwisata bagi provinsi Bali dalam
perekonomian menunjukkan sehatnya sebuah negara, pembangunan menunjukkan kecenderungan yang
jika ada sebuah negara yang hanya menggantungkan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jika dilihat
perekonomiannya pada salah satu sektor tertentu peranan pariwisata dalam kontribusinya terhadap
seperti pariwisata misalnya, akan menjadikan sebuah PDRB Bali, maka terlihat adanya peningkatan yang
negara menjadi tergantung pada sektor pariwisata nyata. Pada tahun 2003, PDRB dari pariwisata sebesar
sebagai akibatnya ketahanan ekonomi menjadi sangat 28,43 %, kemudian meningkat menjadi 29,16% pada
beresiko tinggi. tahun 2004, dan pada tahun 2005 meningkat lagi
Di beberapa negara, khususnya negara menjadi 29,37%. Sementara pada tahun 2006
berkembang yang memiliki sumberdaya yang terbatas kontribusi sector pariwisata terhadap PDRB Bali
memang sudah sepantasnya mengembangkan sedikit mengalami penurunan menjadi 28,88
pariwisata yang dianggap tidak memerlukan sementara pada tahun 2007 meningkat kembali
sumberdaya yang besar namun pada negara yang menjadi 28,98%.

6
Sementara menurut Suarsana (2011) menerapkan konsep “Managing Service Quality” one
peningkatan terjadi pada semua sektor ekonomi, di island in one management destination.
mana sektor perdagangan, hotel dan restoran masih
tetap merupakan sektor andalan, karena mampu 5. KESIMPULAN
memberikan nilai tambah terbesar, yakni Rp 20,02 Pariwisata secara nyata berpengaruh positif
triliun. Selain itu sektor pertanian masih memberikan terhadap perekonomian pada sebuah negara atau
kontribusi yang cukup besar yakni Rp 12,10 triliun destinasi seperti (1)pendapatan devisa dan pemicu
serta sektor pengangkutan dan komunmikasi sebesar investasi “foreign exchange earnings”, (2)pendapatan
Rp 8,63 triliun. untuk pemerintah “contributions to government
Perkembangan terakhir, lebih lanjut dikatakan revenues”, (3)penyediaan dan penciptaan lahan
bahwa untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran pekerjaan “employment generation”, (4)pembangunan
mengalami pertumbuhan sebesar 8,7 persen dan perbaikan infrastruktur baik untuk host maupun
memberikan sumbangan terhadap sumber tourist “infrastructure development”, (5)pemicu
pertumbuhan terbesar terhadap total pertumbuhan pembangunan perekonomian lokal “development of
PDB yaitu sebesar 1,5 persen. Selanjutnya diikuti oleh local economies”.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dan Sektor Namun pariwisata masih sangat disesalkan
Industri Pengolahan yang memberikan peranan pula karena pariwisata juga menyisakan beberapa
masing-masing sebesar 1,2 persen.7% (Nusa Bali, masalah seperti (1) terjadi kebocoran terhadap neraca
2011). perdagangan “leakage”, (2)usaha tanpa manfaat
Karena begitu pesatnya perkembangan “enclave”, (3)biaya tersembunyi “hidden cost”
pariwisata Bali khususnya dalam kontribusi terhadap khususnya yang berhubungan dengan kerusakan
PDRB bila dibandingkan sector lainnya termasuk lingkungan dan sumberdaya alam, serta degradasi
juga dengan sector Pertanian, seiring adanya otonomi budaya dan sosial, (4)ketergantungan terhadap sector
daerah yang berada pada kendali kabupaten, pariwisata “depence” padahal sector ini sangat rentan
ditengarahi factor inilah yang menyebabkan terhadap krisis politik, ekonomi dunia, bencana alam
pemerintah daerah Kabupaten dan Kota yang ada di dan sejenisnya, (5)pemicu peningkatan harga-harga
Provinsi Bali ingin menggalakkan sector pariwisata yang tidak dikehendaki oleh masyarakat local
sebagai penggerak perekonomian di daerahnya “inflasi”, (6)ketidak pastian penghasilan dan
masing-masing. pekerjaan bagi sebagian besar pekerja pariwisata
Dalam konteks pembangunan pariwisata, “seasonal uncertenty”
dihubungkan dengan konsep 4A, yakni daya tarik Sebaiknya dalam setiap perencanaan
wisata “attractions”, Jarak dan waktu tempuh menuju pembangunan pariwisata harusnya menyertakan
destinasi diukur dari bandara “accesable”, Adanya variable-variabel non ekonomi, baik yang tangible
Fasilitas pendukung pariwisata “Amenities”, adanya maupun intangible, dan dapat dievalusi setiap saat
lembaga pariwisata “ancillary” maka Kodya Denpasar untuk mengurangi dampak negative dengan
dan Kabupaten Badung paling layak mengandalkan menerapkan konsep “Managing Service Quality” one
sector pariwisata sebagai penggerak perekonomian island in one management destination.
daerah, kemudian disusul oleh Kabupaten Gianyar,
Klungkung, dan Tabanan, sementara Kabupaten
Buleleng dan Bangli cukup layak dikembangkan, REFERENSI
sementara Kabupaten Jembrana masih belum layak A Warpani, Suwardjoko P. dan Indira P. Warpani. 2007. Pariwisata
Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung: ITB.
mengandalkan pariwisata sebagai penggerak Archer, B. and Cooper, C. (1994) “The Positive and Negative Impacts of
perekonomian daerah karena lemahnya empat atribut Tourism”. Pp. 73-91 in W.F. Theobald (ed.) Global Tourism: The Next
pariwisata tersebut. Decade, Butterworth-Heinemann, Oxford.
Archer, B.H. (1982) “The Value of Multipliers and the Policy
Sementara untuk melakukan pemeratan Implications”, Tourism
pembangunan di semua kabupaten dan kota yang ada Board, J., Sinclair, T. and Sutcliffe, C. (1987) “A Portfolio Approach to
di Bali, sebaiknya pemerintah provinsi dapat membuat Regional Tourism”, Built Environment, 13(2), 124-137.
Butler, R.W. (1980) “The Concept of a Tourist Area Cycle of Evolution:
consensus bersama untuk penentuan skala prioritas Implications for the Management of Resources”, The Canadian
pembangunan berdasarkan keunggulan daerah Geographer, 24, 5-12.
masing-masing; siapa yang menjadi pusat pariwisata, Canada Government Revenue Attributable to Tourism, 2007. Research
Paper: Income and Expenditure Accounts Technical Series: Catalogue
dan siapa sebagai pendukungnya, bagaimana system no. 13-604-M — No. 60
pemerataan yang ideal, serta penentuan komposisi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI (2005), Rencana Strategis
Pembangunan Kebudayaan dan Pariwisata Nasional 2005 – 2009,
alokasi kontribusi pariwisata terhadap pembangunan Jakarta
daerah di provinsi Bali. Sebaiknya pula, dalam setiap Fletcher, J.E. (1989) “Input-Output Analysis and Tourism Impact Studies”,
perencanaan pembangunan pariwisata harusnya Annals of Tourism Research, 16, 514-529.
Government of India Ministry of Tourism And Culture Department of
menyertakan variable-variabel non ekonomi, baik Tourism Market Research Division 20 Years Perspective Plan For The
yang tangible maupun intangible, dan dapat dievalusi Sustainable Development of Tourism In The State Of Tripura (january
setiap saat untuk mengurangi dampak negative dengan 2003): ‘The designers’ ‘brindavan’, 227, raj mahal vilas extn. Ii first main
road bangalore, karnataka – 560 094

7
Heng, T.M. and Low, L. (1990) “Economic Impact of Tourism in
Singapore”, Annals of Tourism Research, 17, 246-269. Management, 3(4),
236-241.
India: Infrastructure Development Investment Program for Tourist:
Project Number: 40648 August 2010, retrieve from
http://www.adb.org/Documents/FAMs/IND/40648-01-ind-fam.pdf
Jay Kandampully, (2000) “The impact of demand fluctuation on the
quality of service: a tourism industry example”, Managing Service
Quality, Vol. 10 Iss: 1, pp.10 – 19
NusaBali, Selasa 8 Pebruari 2011 Pertumbuhan Ekonomi Bali 5,83 Persen
Pitana, I Gde dan I Ketut Surya Diarta. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2009.
Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata, Kajian sosiologis terhadap
struktur, sistem, dan dampak-dampak pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset
Sapta Nirwandar (2011) Pembangunan Sektor Pariwisata: Di Era Otonomi
Daerah, di unduh pada 21 Maret 2011 pada
http://www.scribd.com/doc/35092726/440-1257-
PEMBANGUNANSEKTORPARIWISATA1
Sinclair, M.T. (1991) “The Economics of Tourism”. Pp.1-27 in C.P.
Cooper and A. Lockwood (Eds) Progress in Tourism, Recreation and
Hospitality Management, 3, John Wiley, Chichester, UK.
Spillane, James.1993. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan
prospeknya.Yogyakarta: Kanisius.
Tisdell, Clem, 1998. Wider Dimensions of Tourism Economics – Impact
Analysis, International Aspects, Tourism And Economic Development, And
Sustainability And Environmental Aspects Department of Economics: The
University of Queensland, Brisbane 4072
Tourism Vision 2020 – UNWTO: pada
http://pandeputusetiawan.wordpress.com
United Nation-World Tourism Organization (2005), Tourism Highlight
2005, UN-WTO, Madrid

Word count: 4743

PROFIL PENULIS

CAHYA AGUNG MULYANA, S.T., MPPAR


Cahya Agung Mulyana adalah PNS di
Kementerian Agama dengan jabatan sebagai Dosen
Ilmu Pariwisata pada unit kerja IAIN Bukittinggi,
pendidikan sarjana ditempuh di Universitas Jenderal
Achmad Yani dengan jurusan Teknik Elektro
Telekomunikasi dan pendidikan magister ditempuh di
Institut Teknologi Bandung dengan jurusan Terapan
Perencanaan Kepariwisataan.

Anda mungkin juga menyukai