Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah yang termasuk dalam tujuan Pembangunan
berkelanjutan (tujuan pembangunan berkelanjutan). Masalah kemiskinan terutama
terjadi di Di negara berkembang salah satunya adalah Indonesia. Di Indonesia,
kemiskinan masih terus meningkat.
Perkembangan pariwisata berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan Pembangunan
daerah tercermin dari nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD adalah Pendapatan
daerah yang diperoleh dari sumber daerahnya termasuk pajak daerah, Kompensasi
lokal, hasil pengelolaan kekayaan individu dan komponen PAD lainnya sah. Menurut
peraturan, mengumpulkan sumber PAD sesuai dengan peraturan daerah Peraturan saat
ini. Keberadaan PAD bisa mendorong Pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi
yang baik adalah untuk mempromosikan orang-orang. kemiskinan Jika pertumbuhan
ekonomi suatu negara tinggi, maka akan semakin rendah. Dapatkan PAD ini
Digunakan untuk membangun daerah dan mengurangi kemiskinan.
Pariwisata adalah sektor pendapatan nasional yang kuat Mempromosikan
pembangunan ekonomi secara cepat dalam banyak aspek, seperti; Lowongan kerja
memiliki multiplier effect pada industri Ekonomi kreatif dan pengentasan kemiskinan
di kawasan wisata. Pariwisata tidak hanya menjadi permintaan utama di dunia modern
ini Menjadi cara mewujudkan masyarakat modern sendiri Perlu memberikan hiburan
baik fisik maupun mental.
Menurut penelitian Kreishan (2014), ketika ada wisatawan, pariwisata dapat
memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian, seperti memberikan
kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan, dan menjadi motor penggerak
pertumbuhan ekonomi, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lainnya.
Industri pariwisata
B. Rumusan Masalah
apakah pengaruh pariwisata terhadap sektor penurunan kemiskinan?
Bagaimana sektor pariwisata bisa menurunkan tingkat kemiskinan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh pariwisata terhadap penurunan kemiskinan

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Kepariwisataan
Pariwisata adalah konsep kompleks yang membutuhkan partisipasi antar
sektor atau lingkungan bisnis lainnya (seperti pertanian, pertambangan,
manufaktur, konstruksi, perdagangan, keuangan, layanan publik, dll.) Dan
partisipasi lintas dimensi (seperti ruang) , Bisnis, akademik, sosial budaya,
ekonomi, dll.). Dari perspektif sistem, kita dapat melihat berbagai macam
partisipasi yang biasa disebut dengan sistem pariwisata. Sistem pariwisata
merupakan sistem terbuka (open system) karena sifatnya yang multi sektoral
dan multidimensi.
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
pariwisata. Sistem pariwisata merupakan suatu kesatuan parsial yang terdiri
dari komponen atau elemen yang berkaitan dengan pengelolaan pariwisata.
Unsur-unsur dalam sistem pariwisata meliputi obyek wisata, atribut
pariwisata, hubungan internal dan lingkungan.
Sistem pariwisata merupakan sistem mata uang terbuka yang terdiri dari tiga
komponen utama, yang di antaranya terdapat beberapa unsur yang saling
terkait: pertama adalah komponen buatan dengan unsur wisata, dan yang
kedua adalah komponen industri yang terdiri dari unsur organisasi dan
industri, Ketiga adalah komponen spasial atau geografis. Terdiri dari kawasan
produksi wisata, lokasi atau jalur transit, dan tujuan wisata. Kelima elemen
tersebut dipengaruhi oleh lingkungan eksternal seperti hukum, ekonomi,
lingkungan, politik, teknologi dan masyarakat.
Fungsi Sistem Kepariwisataan
Adapun fungsi dari sistem kepariwisataan ini terdiri dari 4 fungsi, antara lain :
1. Melakukan pendataan/inventarisasi sumber – sumber potensi daerah,
terutama di sektor Pariwisata, termasuk didalamnya :
a) Pemetaan wilayah pariwisata (raw data)
b) Pembuatan peta tematik daerah wisata dan sebarannya berdasarkan jenis
obyek wisata (wisata pantai/laut, gunung/tebing, hutan/kebun atau wisata
lainnya), lokasi obyek wisata, dan lain-lain.

2
c). Pembuatan peta tematik sarana dan prasarana wisata meliputi hotel,
restoran, tempat ibadah, SPBU, tempat belanja, bank, dan lain-lain (sitemap
wisata).
2. Menyediakan fungsi pengelolaan basis data pariwisata
3. Menyediakan sistem informasi pariwisata, meliputi
a). Jenis dan deskripsi objek wisata, letak daerahnya, transportasi menuju ke
obyek tersebut, program wisata, dan lain-lain.
b). Sarana dan prasarana wisata meliputi hotel, restoran, tempat ibadah, spbu,
tempat belanja, bank, dan lain-lain.
4. Menyediakan sistem aplikasi kepariwisataan, meliputi
a). Administrasi pengunjung (tiket masuk, retribusi, statistik pengunjung, dll
b). Sistem layanan wisata (pemesanan tiket, koordinasi dengan biro
perjalanan/biro wisata, koordinasi dengan sistem perhotelan, dsb)
c). Pembukuan, administrasi umum, keuangan dan akuntansi (untuk
pengelolaan tiap objek wisata daerah)

B. Permintaan Pariwisata
Permintaan pariwisata (tourist demand) dibedakan menjadi dua, yaitu
permintaan potensial dan permintaan aktual. Permintaan potensial mengacu
pada banyak orang dengan potensi perjalanan (karena mereka memiliki cukup
waktu luang dan tabungan). Pada saat yang sama, permintaan sebenarnya
adalah orang-orang yang bepergian di suatu tujuan wisata tertentu. Kedua
bentuk permintaan tersebut perlu diperhatikan saat merencanakan kegiatan
promosi untuk menarik wisatawan berkunjung ke DTW tertentu. (Oka A.
Yoeti, 2008).
Faktor permintaan umum
Secara umum, permintaan barang dan jasa industri pariwisata sangat
bergantung pada hal-hal berikut, antara lain:
a. Daya Beli
Daya beli sangat bergantung pada pendapatan yang dapat dibelanjakan,
yang terkait erat dengan standar hidup dan intensitas perjalanan.
Semakin tinggi pendapatan yang dapat digunakan secara bebas,
semakin besar kemungkinan seseorang akan melakukan perjalanan
yang diinginkannya.

3
b. Struktur dan Tren Demografis
Permintaan produk pariwisata bergantung pada jumlah penduduk dan
pertumbuhan penduduk serta struktur umur penduduk. Jumlah
penduduknya besar, namun pendapatan per kapita sangat kecil
sehingga peluang untuk berwisata juga sangat kecil. Kaum muda
dengan pendapatan yang relatif lebih tinggi memiliki dampak yang
lebih besar dibandingkan dengan pensiunan.
c. Sosial dan Kultur budaya
Industrialisasi tidak hanya menciptakan struktur pendapatan yang
tinggi bagi masyarakat, tetapi juga meningkatkan distribusi pendapatan
di masyarakat, sehingga menambah waktu luang dan memberikan
liburan berbayar, membuat masyarakat cenderung sering pergi ke
DTW yang mereka inginkan.
d. Motivasi dan Sikap Perjalanan
Motif perjalanan sangat erat kaitannya dengan kondisi sosial dan
budaya masyarakat. Komunitas tersebut masih terkait erat dan sering
mengunjungi satu sama lain, yang meningkatkan permintaan
perjalanan.
e. Peluang berwisata dan Intensi Pemasaran Pariwisata
Adanya meeting, incentives, conference and exhibition (MICE) tidak
hanya menciptakan peluang untuk berwisata, tidak hanya karena biaya
perjalanan ditanggung oleh perusahaan, tetapi juga memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk ikut serta dalam berwisata.

2. Faktor-faktor yang Menentukan Permintaan Khusus


Faktor-faktor yang menentukan permintaan khusus terhadap daerah tujuan wisata
tertentu yang akan dikunjungi adalah sebagai berikut :
a. Harga
Dalam kepariwisataan berlaku price differentiation secara umum sebagai suatu
strategi dalam pemasaran. Faktor harga sangat menentukan dalam persaingan antara
sesama tour operator. Bila perbedaan dalam fasilitas tidak begitu berbeda, calon
wisatawan akan lebih suka memilih harga paket wisata yang lebih murah.
b. Daya tarik wisata

4
Pemilihan daerah tujuan wisata lebih banyak ditentukan oleh daya tarik yang terdapat
di daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, apakah sesuai dengan keinginan.
Misalnya daya tarik orang ingin ke Yogyakarta karena ingin melihat candi Borobudur
dan candi Prambanan, serta menyaksikan Sendratari Ramayana dan bukan untuk
melihat Jalan Malioboro.
c. Kemudahan Berkunjung
Kemudahan transportasi ke DTW yang akan dikunjungi akan mempengaruhi pilihan
wisatawan. Biasanya, tersedianya prasarana yang memadai akan menjadi pilihan
bandara yang bersih dan nyaman, jalan yang tidak berlubang-lubang menuju objek
wisata, tersedia listrik dan air bersih yang cukup di hotel mereka menginap.
d. Informasi dan Layanan Sebelum Kunjungan
Faktor Tourist Information Service sangat penting untuk diketahui wisatawan karena
dapat menjelaskan tempat-tempat yang akan dikunjungi wisatawan, kendaraan yang
akan dipakai, waktu dan apa saja yang perlu dibawa, pelayanan pemesanan tiket,
perpanjangan visa, penukaran valuta asing dan sebagainya. Semuanya ini penting
untuk menentukan pilihan bagi wisatawan apakah ia akan menentukan pilihan
berkunjung pada DTW tersebut atau tidak.
e. Citra
Wisatawan memiliki kesan dan impian tersendiri tentang daerah tujuan wisata yang
akan dikunjungi. Apakah jika berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata tertentu akan
menemukan seperti yang dibayangkan, dan terhindar dari pikiran negatif seperti
ancaman gempa atau bom. Oleh sebab itu suatu objek wisata harus memiliki citra
yang bagus di mata wisatawan

C. Hubungan Pariwisata dan Kemiskinan


Perkembangan pariwisata dapat meningkatkan perekonomian suatu negara dan
seluruh dunia. Departemen ini memberikan peluang bagi berbagai kegiatan ekonomi
di masyarakat. Turis yang pergi ke suatu negara membawa devisa ke negara itu.
Dengan devisa, negara akan mendapat dana pembangunan untuk meningkatkan
perekonomian dan pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu, devisa telah
meningkatkan perekonomian negara dan dunia. Oleh karena itu pariwisata merupakan
salah satu industri yang dapat mengintegrasikan berbagai aspek kemajuan ekonomi
dalam skala nasional, regional dan global.

5
Pada saat yang sama, kemiskinan merupakan masalah nasional, regional dan global
yang tidak dapat ditolerir karena menyiksa umat manusia. Pengentasan kemiskinan
membutuhkan banyak uang. Salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan
masyarakat adalah dengan melibatkan masyarakat miskin dalam berbagai kegiatan
yang terintegrasi dengan pariwisata.
Terdapatnya industri pariwisata yang berkembang pesat di suatu daerah akan
membawa dampak tersendiri bagi daerah tersebut, termasuk mengurangi kemiskinan.
Kemiskinan menurut Christie (2002) terdapat faktor penyebabnya yaitu kurangnya
lapangan pekerjaan, pendapatan yang rendah, serta minimnya akses untuk
mempengaruhi kualitas hidup seseorang seperti akses terhadap pendidikan dan
kesehatan. Pariwisata memiliki potensi untuk mengurangi kemiskinan dilihat dari
beberapa fakta dari UNWTO (2018) menyatakan pariwisata dapat mengurangi
kemiskinan melalui peningkatan pendapatan nasional, penciptaan lapangan pekerjaan,
penerimaan devisa, dan pengembangan daerah. Hal itu terbukti pada data yang
terhimpun memaparkan bahwa pariwisata sebagai penyumbang PDB dunia pada
tahun 2017 sebesar 10%, kedua pariwisata mampu menyumbang 1 dari setiap 10
pekerjaan di seluruh dunia, dan penyumbang 30% ekspor dunia tertinggi yang
menghasilkan pendapatan ekspor. Selain itu pariwisata adalah sektor yang berpusat
pada penggunaan sumber daya manusia sebagai penggeraknya. Pariwisata juga
memberikan dampak terhadap pengembangan daerah lokal yang nantinya mampu
mengentaskan kemiskinan.

D. Kompleksitas kemiskinan
Pengertian kemiskinan manusia secara keseluruhan adalah “kurangnya kemampuan
dasar manusia, terutama dalam hal“ literasi ”(kemampuan membaca; literasi) dan
tingkat kesehatan dan gizi. Selain itu, juga berarti kurangnya pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi minimum. Definisi tersebut juga perlu membedakan
antara kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut dinyatakan
dengan tingkat kemiskinan, yang di bawahnya persyaratan kelangsungan hidup
minimum tidak dapat dipenuhi. Pada saat yang sama, kemiskinan relatif adalah rasio
kemiskinan relatif terhadap garis kemiskinan absolut atau ketimpangan rasio
distribusi pendapatan (kesejahteraan) ( Tingkat kemiskinan yang tidak setara (ADB,
1999: 26).

6
Menganalisis faktor-faktor penyebab kemiskinan itu rumit. Mulai dari faktor-faktor
seperti sumber daya manusia, kondisi alam, geografi, kondisi sosial dan budaya, dll.,
Hingga sistem ekonomi dan politik yang menyebabkan distribusi pendapatan tidak
merata atau tidak merata. Faktor-faktor ini seringkali saling mempengaruhi dan
tumpang tindih. Rendahnya kualitas sumber daya manusia, kondisi alam dan
geografis serta kondisi sosial budaya terkait dengan tingkat ketertinggalan masyarakat
yang pada dasarnya dapat ditingkatkan. Akan tetapi, faktor-faktor tertentu dari kondisi
alam dan geografis tidak dapat diatasi sehingga mengakibatkan kemiskinan absolut
yang permanen. Namun, banyak ahli percaya bahwa penyebab utama kemiskinan
adalah ketidakadilan ekonomi, sosial atau politik, yang telah menyebabkan apa yang
disebut sebagai kemiskinan struktural di tingkat nasional dan internasional. Pada
awalnya kemiskinan selalu dikaitkan dengan faktor ekonomi yang dinyatakan dalam
tingkat pendapatan atau tingkat konsumsi individu atau masyarakat.
Penanganan Kemiskinan
Untuk mendorong perekonomian rakyat, banyak para ahli yang menyarankan agar
paket-paket deregulasi dapat secara langsung membantu atau mendorong tumbuhnya
perekonomian rakyat, sekaligus untuk mengatasi kesenjangan antara golongan
ekonomi kuat dengan golongan ekonomi lemah. Untuk itu, selain perlunya peranan
pemerintah, maka pengembangan keswadayaan masyarakat juga penting artinya.
Pengembangan keswadayaan masyarakat selain memerlukan kebijakan publik yang
menyentuh kepentingan masyarakat, inisiatif dari bawah, yang berasal dari
masyarakat, juga diperlukan.
Pariwisata Berbasis Masyarakat
Pariwisata berbasis masyarakat sebagai sebuah pendekatan pemberdayaan yang
melibatkan dan meletakkan masyarakat sebagai pelaku penting dalam konteks
paradigma baru pembangunan yakni pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development paradigma) Pariwisata berbasis masyarakat merupakan peluang untuk
menggerakkan segenap potensi dan dinamika masyarakat, guna mengimbangi peran
pelaku usaha pariwisata skala besar. Pariwisata berbasis masyarakat tidak berarti
merupakan upaya kecil dan lokal semata, tetapi perlu diletakkan dalam konteks
kerjasama masyarakat secara global. Dari beberapa ulasan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa pariwisata berbasis masyarakat adalah pariwisata dimana
masyarakat atau warga setempat memainkan peranan penting dan utama dalam

7
pengambilan keputusan mempengaruhi dan memberi manfaat terhadap kehidupan dan
lingkungan mereka.
Dalam konsep pariwisata berbasis masyarakat terkandung di dalamnya adalah konsep
pemberdayaan masyarakat, upaya pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya selalu
dihubungkan dengan karakteristik sasaran sebagai suatu komunitas yang mempunyai
ciri, latar belakang, dan pemberdayaan masyarakat, yang terpenting adalah dimulai
dengan bagaimana cara menciptakan kondisi suasana, atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat untuk berkembang.Dalam mencapai tujuan pemberdayaan,
berbagai upaya dapat dilakukan melalui berbagai macam strategi

Tantangan mewujudkan pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat adalah


memerlukan pemberdayaan masyarakat yang sungguh-sungguh dilakukan oleh, dari,
dan untuk masyarakat secara partisipatif muncul sebagai alternatif terhadap
pendekatan pembangunan yang serba sentralistik dan bersifat top down

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari perspektif sistem, kita dapat melihat berbagai macam partisipasi yang
biasa disebut dengan sistem pariwisata. Sistem pariwisata merupakan sistem
terbuka Pemetaan wilayah pariwisata Pembuatan peta tematik daerah wisata
dan sebarannya berdasarkan jenis obyek wisata.
Permintaan pariwisata dibedakan menjadi dua, yaitu permintaan potensial dan
permintaan aktual. Permintaan potensial mengacu pada banyak orang dengan
potensi perjalanan . Pada saat yang sama, permintaan sebenarnya adalah
orang-orang yang bepergian di suatu tujuan wisata tertentu.
Perkembangan pariwisata dapat meningkatkan perekonomian suatu negara dan
seluruh dunia. Turis yang pergi ke suatu negara membawa devisa ke negara
itu. Oleh karena itu, devisa telah meningkatkan perekonomian negara dan
dunia.
B. Saran
pariwisata diharapkan mampu berkontribusi dalam menurunkan tingkat
kemiskinan di suatu negara. karena pariwisata memiliki peran yang penting
bagi perekonomian di Indonesia.

9
Daftar Pustaka

10

Anda mungkin juga menyukai