Anda di halaman 1dari 35

7

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Tentang Kepariwisataan
a. Pengertian Pariwisata
Definisi pariwisata terdapat pada Undang-Undang No.10/ 2009
tentang Kepariwisataan, pada Bab I pasal I mengenai ketentuan umum.
Berdasarkan isi pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata
dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.
Pariwisata adalah perpindahan sementara orang-orang kedaerah
tujuan diluar tempat kerja dan tempat tinggal sehari-harinya, kegiatan yang
dilakukannya adalah fasilitas yang digunakan ditujukan untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhannya (Fandeli, 1995: 47).
Pariwisata merupakan salah satu industri baru yang menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan kerja,
peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor
produktivitas lainnya. Pariwisata dipandang sebagai industri yang kompleks
karena dalam industri pariwisata terdapat industri-industri yang berkaitan
seperti kerajinan tangan, cindera mata, penginapan dan transportasi.
Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian
sementara dari seorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat
tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan
baik kepentingan sosial maupun kebudayaan. Kegiatan wisatawan dalam
berwisata tentulah dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, baik faktor
penarik maupun faktor pendorong dalam melakukan kegiatan perjalanan

7
8

pariwisata. Fandeli (1995: 40) menjelaskan kedua faktor tersebut adalah


sebagai berikut:
1) Faktor Pendorong
Faktor yang mendorong seseorang untuk berwisata adalah ingin terlepas,
meskipun sejenak dari kehidupan yang rutin setiap hari, lingkungan yang
tercemar, kemacetan lalu lintas dan hiruk pikuk kehidupan kota.
2) Faktor Penarik
Faktor ini berkaitan dengan adanya atraksi wisata di daerah atau di
tempat wisata. Atraksi ini dapat berupa kemashuran akan obyek wisata,
tempat-tempat yang banyak diperbincangkan orang serta sedang menjadi
berita.

b. Komponen Pariwisata
Berdasarkan klasifikasi Leiper (1990) dalam Pitana (2009: 63),
sistem pariwisata terdiri dari tujuh (7) komponen besar, dimana komponen
tersebut merupakan sektor utama dalam kepariwisatan yang memerlukan
keterkaitan, ketergantungan, dan keterpaduan, yaitu:
1) Sektor pemasaran (the marketing sector)
Mencakup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata, misalnya,
kantor biro perjalanan dengan jaringan cabangnya, kantor pemasaran
maskapai penerbangan (air lines), kantor promosi daerah tujuan wisata
tertentu, dan sebagainya.
2) Sektor perhubungan (the carrier sector)
Mencakup semua bentuk dan macam transportasi publik, khususnya yang
beroperasi sepanjang jalur transit yang menghubungkan tempat asal
wisatawan (traveller generating region) dengan tempat tujuan wisatawan
(tourist destination region). Misalnya, perusahaan penerbangan
(airlines), bus (coachline), penyewaan mobil, kereta api, dan sebagainya.
3) Sektor akomodasi (the accommodation sector)
Sebagai penyedia tempat tinggal sementara (penginapan) dan pelayanan
yang berhubungan dengan hal itu, seperti penyediaan makanan dan
9

minuman (food and beverage). Sektor ini umumnya berada di daerah


tujuan wisata dan tempat transit.
4) Sektor daya tarik/ atraksi wisata (the attraction sector)
Sektor ini terfokus pada penyediaan daya tarik atau atraksi wisata bagi
wisatawan. Lokasi utamanya terutama pada daerah tujuan wisata tetapi
dalam beberapa kasus juga terletak pada daerah transit. Misalnya, taman
budaya, hiburan (entertainment), even olah raga dan budaya, tempat dan
daya tarik wisata alam, peninggalan budaya, dan sebagainya. Jika suatu
daerah tujuan wisata tidak memiliki sumber daya atau daya tarik wisata
alam yang menarik, biasanya akan dikompensasi dengan memaksimalkan
daya tarik atraksi wisata lain.
5) Sektor tour operator (the tour operator sector)
Mencakup perusahaan penyelenggara dan penyedia paket wisata.
Perusahaan ini membuat dan mendesain paket perjalanan dengan
memilih dua atau lebih komponen (baik tempat, paket, atraksi wisata)
dan memasarkannya sebagai sebuah unit dalam tingkat harga tertentu
yang menyembunyikan harga dan biaya masing-masing komponen dalam
paketnya.
6) Sektor pendukung/ rupa-rupa (the miscellaneous sector)
Sektor ini mencakup pendukung terselenggaranya kegiatan wisata baik di
negara/ tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di negara/
tempat tujuan wisata. Misalnya, toko oleh-oleh (souvenir) atau took
bebas bea (duty free shops), restoran, asuransi perjalanan wisata, travel
cek (traveller cheque), bank dengan kartu kredit, dan sebagainya.
7) Sektor pengkoordinasi/ regulator (the coordinating sector)
Mencakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi di bidang
pariwisata selaku penyelenggara pariwisata, baik di tingkat lokal,
regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani
perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi
antara seluruh sektor dalam industri pariwisata. Misalnya, di tingkat lokal
dan nasional seperti Departemen Pariwisata, Dinas Pariwisata Provinsi
10

(Disparda), Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI), dan sebagainya. Di


tingkat regional dan internasional seperti World Tourism Organization
(WTO), Pacific Asia Travel Association (PATA), dan sebagainya.
c. Pelaku Pariwisata
Pelaku pariwisata adalah setiap pihak yang berperan dan terlibat
dalam kegiatan pariwisata. Adapun yang menjadi pelaku pariwisata menurut
Damanik dan Weber (2006: 19) adalah:

1) Wisatawan; adalah konsumen atau pengguna produk dan layanan.


Wisatawan memiliki beragam motif dan latar belakang (minat,
ekspektasi, karakteristik sosial, ekonomi, budaya, dan sebagainya) yang
berbeda-beda dalam melakukan kegiatan wisata. Dengan perbedaan
tersebut, wisatawan menjadi pihak yang menciptakan permintaan produk
dan jasa wisata.
2) Industri Pariwisata/ Penyedia Jasa; adalah semua usaha yang
menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata. Mereka dapat
digolongkan ke dalam dua golongan utama, yaitu:
a) Pelaku Langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa
secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung
dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel,
restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dan
lain-lain.
b) Pelaku Tidak Langsung, yaitu usaha yang mengkhususkan diri pada
produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata,
misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembaran
panduan wisata, dan sebagainya.
3) Pendukung Jasa Wisata; adalah usaha yang tidak secara khusus
menawarkan produk dan jasa wisata tetapi seringkali bergantung pada
wisatawan sebagai pengguna jasa dan produk itu. Termasuk di dalamnya
adalah penyedia jasa fotografi, jasa kecantikan, olahraga, penjualan
BBM, dan sebagainya.
11

4) Pemerintah; sebagai pihak yang mempunyai otoritas dalam pengaturan,


penyediaan, dan peruntukan berbagai infrastruktur yang terkait dengan
kebutuhan pariwisata. Tidak hanya itu, pemerintah juga
bertanggungjawab dalam menentukan arah yang dituju perjalanan
pariwisata. Kebijakan makro yang ditempuh pemerintah merupakan
panduan bagi stakeholder yang lain dalam memainkan peran masing-
masing.
5) Masyarakat Lokal; adalah masyarakat yang bermukim di kawasan wisata.
Mereka merupakan salah satu aktor penting dalam pariwisata karena
sesungguhnya merekalah yang akan menyediakan sebagian besar atraksi
sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu, masyarakat
lokasi merupakan pemilik langsung atraksi wisata yang dikunjungi
sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan, dan lanskap yang
merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan
pelaku wisata lainnya beraa di tangan mereka. Kesenian yang menjadi
salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh
sebab itu, perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan
bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka.
6) Lembaga Swadaya Masyarakat; merupakan organisasi non-pemerintah
yang sering melakukan aktivitas kemasyarakatan di berbagai bidang,
termasuk di bidang pariwisata, seperti proyek WWF untuk perlindungan
Orang Utan di Kawasan Bahorok Sumatera Utara atau di Tanjung Putting
Kalimantan Selatan, Kelompok Pecinta Alam, Walhi, dan lain-lain.
d. Motivasi Perjalanan Pariwisata
Wisatawan mengadakan perjalanan wisata mempunyai berbagai
macam motivasi dan tujuan tertentu. Motivasi perjalanan wisata sangat
tergantung pada diri pribadi wisatawan yang berkaitan dengan umur,
pengalaman, pendidikan, emosi, kondisi fisik dan psikis. Menurut Robert
Christie Mill (2000: 48) motivasi mengapa orang melakukan perjalanan
wisata disebabkan oleh 7 hal, yaitu:
12

1) Kebutuhan Fisik
Orang-orang melakukan perjalanan, tujuannya untuk mengembalikan
keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja terus, perlu istirahat dan
bersantai, melakukan kegiatan olah raga, agar sekembali dari perjalanan
wisata bisa bergairah kembali waktu masuk kerja.
2) Keamanan
Orang-orang melakukan perjalanan, tujuannya untuk alasan kesehatan
atau bergabung dengan kegiatan rekreasi. Kecenderungan yang akhir-
akhir ini meningkat ini adalah partisipasi orang-orang pada beragam
aktivitas rekreasi. Bila seseorang merawat tubuhnya dengan baik maka
dia akan yakin bahwa akan hidup lebih lama. Ini adalah motivasi yang
sangat mendasar.
3) Kebersamaan
Disini, orang-orang ingin melakukan perjalanan wisata karena adanya
dorongan untuk mengunjungi sanak-keluarga yang sudah lama tidak
bertemu atau ingin mencari teman yang sudah lama tidak bertemu.
4) Penghargaan
Dua aspek terhadap motivasi ini adalah penghargaan terhadap diri sendiri
dan penghargaan dari orang lain. Ada orang tertentu yang ingin
memperlihatkan kepada orang lain tentang siapa dia diantara orang
banyak yang ada dilingkungannya. Dengan melakukan perjalanan wisata
seakan-akan statusnya lebih dari orang lain, atau semakin banyak ia
bepergian ke luar negeri prestisenya akan naik.
5) Aktualisasi Diri Sendiri
Disini, orang-orang melakukan perjalanan wisata karena menganggap
bersenang-senang adalah membebaskan diri kita sendiri dari kebutuhan
tingkatan lebih rendah, maka aktualisasi merupakan tujuan akhir dari
kegiatan bersenang-senang.
6) Mengetahui dan Memahami
Orang tergerak hatinya untuk melakukan perjalanan wisata disebabkan
ingin menambah ilmu pengetahuan, melihat dan menyaksikan tingkat
13

kemajuan kebudayaan suatu bangsa, baik di masa lalu maupun apa yang
sudah di capai di masa sekarang. Ingin melihat Adat-Istiadat dan
kebiasaan hidupnya yang berbeda dengan bangsa lainnya.
7) Estetika
Kebutuhan urutan terakhir berhubungan dengan apresiasi keindahan.
Orang yang peduli dengan lingkungan dan yang suka melihat
pemandangan alam, menyatakan kebutuhan ini.
e. Manfaat Pariwisata
Pendit (2002: 33) menjelaskan tentang kepariwisataan sebagai
berikut: Kepariwisataan juga dapat memberikan dorongan langsung terhadap
kemajuan-kemajuan pembangunan atau perbaikan pelabuhan-pelabuhan
(laut atau udara), jalan-jalan raya, pengangkutan setempat, program-program
kebersihan atau kesehatan, proyek sarana budaya dan kelestarian
lingkungan, dan sebagainya, yang semuanya dapat memberikan keuntungan
dan kesenangan baik bagi wisatawan dalam lingkungan wilayah yang
bersangkutan, maupun bagi wisatawan pengunjung dari luar. Kepariwisataan
juga dapat memberikan dorongan dan sumbangan terhadap pelaksanaan
pembangunan proyek-proyek berbagai sektor bagi negara-negara yang telah
berkembang atau maju ekonominya, di mana pada gilirannya industri
pariwisata merupakan suatu kenyataan di tengah-tengah industri lainnya.
Adapun yang menjadi manfaat Pariwisata adalah:
1) Meningkatkan hubungan yang baik antar bangsa dan negara;
2) Membuka kesempatan kerja serta perluasan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat;
3) Merangsang dan menumbuhkan aktivitas ekonomi masyarakat;
4) Meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat, pendapatan daerah, dan
devisa negara;
5) Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan
6) Membantu dan menunjang gerak pembangunan, seperti penyediaan
sarana dan prasarana yang diperlukan;
7) Menjaga kelestarian flora, fauna, dan lingkungan.
14

Tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah:


1) Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan
mutu objek dan daya tarik wisata;
2) Memupuk rasa cinta tanah air;
3) Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja;
4) Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka peningkatan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat;
5) Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

2. Obyek Wisata
a. Pengertian Obyek Wisata
Objek Wisata atau “tourist atracction” adalah segala sesuatu yang
menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.
Dalam Ilmu Kepariwisataan, Objek Wisata atau lazim disebut Atraksi
merupakan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan
dilihat. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan pasal 1 ayat 5, Objek Wisata atau disebut Daya Tarik
Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
Obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong
kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Dalam kedudukannya
yang sangat menentukan tersebut maka, daya tarik wisata harus dirancang
dan dibangun serta dikelola secara profesional sehingga dapat menarik
wisatawan untuk datang ke obyek wisata (Suwantoro, 1997: 19).
Wardiyanta (2006: 52) memberikan penjelasan tentang yang
dimaksud dengan obyek wisata adalah sesuatu yang menjadi pusat daya tarik
wisatawan dan dapat memberikan kepuasaan pada wisatawan. Hal yang
dimaksud berupa:
1) Berasal dari alam, misalnya pantai, pemandangan alam, pegunungan,
hutan, dan lain-lain.
15

2) Merupakan hasil budaya, misalnya museum, candi, dan galeri.


3) Merupakan kegiatan masyarakat keseharian, misalnya tarian, karnaval,
dan lain-lain.
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa objek wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik,
keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke
suatu daerah tertentu.
Yoeti (1996: 177) memberikan penjelasan bahwa suatu obyek
wisata atau daya tarik wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh
wisatawan harus memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan daerahnya,
syarat-syarat tersebut adalah:
1) Something to see
Di tempat tersebut harus ada obyek wisata dan atraksi wisata, yang
berbeda dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Dengan perkataan lain,
daerah itu harus mempunyai daya tarik yang khusus, di samping itu ia
harus mempunyai pula atraksi wisata yang dapat dijadikan entertainments
bila orang datang ke sana.
2) Something to do
Di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus
pula disediakan fasilitas rekreasi atau amusement dan tempat atau wahana
yang bisa digunakan wisatawan untuk beraktivitas seperti olah raga,
kesenian maupun kegiatan lain yang dapat membuat mereka betah tinggal
lebih lama.
3) Something to buy
Di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping),
terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh
untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. Fasilitas untuk
berbelanja ini tidak hanya menediakan barang-barang yang dapat dibeli,
tetapi harus pula tersedia sarana-sarana pembantu lain untuk lebih
memperlancar seperti money changer, bank, kantor pos, dan lain-lain.
16

Daya tarik wisata menurut Maryani (1991) pada umumnya berdasarkan atas:
1) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,
nyaman dan bersih.
2) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
3) Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.
4) Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan
yang hadir.
5) Punya daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk
atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.
b. Sumber Daya Wisata
Sumber daya merupakan atribut alam yang bersifat netral sampai
ada campur tangan manusia dari luar untuk mengubahnya agar dapat
memenuhi kebutuhan dan kepuasan manusia itu.
Dalam konteks pariwisata, sumber daya diartikan sebagai segala
sesuatu yang mempunyai potensi untuk dikembangkan guna mendukung
pariwisata, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sumber daya yang terkait dengan pengembangan pariwisata
umumnya berupa sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya
minat khusus, di samping sumber daya manusia.
1) Sumber daya alam
Elemen dari sumber daya, misalnya air, pepohonan, udara, hamparan
pegunungan, pantai, bentang alam, dan sebagainya, tidak akan menjadi
sumber daya yang berguna bagi pariwisata kecuali semua elemen
tersebut dapat memuaskan dan memenuhi kebutuhan manusia. Oleh
karena itu, sumber daya memerlukan intervensi manusia untuk
mengubahnya agar menjadi bermanfaat.
Menurut Damanik dan Weber (2006: 2), sumber daya alam yang dapat
dikembangkan menjadi obyek wisata atau daya tarik wisata alam adalah:
17

a) keajaiban dan keindahan alam (topografi)


b) keragaman flora
c) keragaman fauna
d) kehidupan satwa liar
e) vegetasi alam
f) ekosistem yang belum terjamah manusia
g) rekreasi perairan (danau, sungai, air terjun, pantai)
h) lintas alam (trekking, rafting, dan lain-lain)
i) objek megalitik
j) suhu dan kelembaban udara yang nyaman
k) curah hujan yang normal, dan lain sebagainya.
2) Sumber daya manusia
Sumber daya manusia diakui sebagai salah satu komponen vital dalam
pembangunan pariwisata. Berkaitan dengan sumber daya manusia dalam
pariwisata, McIntosh, et al. (1995) dalam Pitana (2009: 72), memberikan
gambaran atas berbagai peluang karir dalam industri pariwisata yang
memanfaatkan dan digerakkan oleh sumber daya manusia, seperti di
bidang transportasi, akomodasi, pelayanan makanan dan minuman,
shopping, travel, dan sebagainya.
3) Sumber daya budaya
Budaya sangat penting perannya dalam pariwisata. Salah satu hal yang
menyebabkan orang ingin melakukan perjalanan wisata adalah adanya
keinginan untuk melihat cara hidup dan budaya orang lain di belahan
dunia lain serta keinginan untuk mempelajari budaya orang lain tersebut.
Menurut Pitana (2009: 74), sumber daya budaya yang dapat
dikembangkan menjadi daya tarik wisata diantaranya adalah:
a) Bangunan bersejarah, situs, monument, museum, galeri seni, situs
budaya kuno dan sebagainya.
b) Seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan
tangan dan seni, pusat desain, studio artis, industry film dan penerbit,
dan sebagainya.
18

c) Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan,


eksibisi foto, festival, dan even khusus lainnya.
d) Peninggalan keagamaan seperti pura, candi masjid, situs, dan
sejenisnya.
e) Kegiatan dan cara hidup masyarakat lokal, sistem pendidikan,
sanggar, teknologi tradisional, cara kerja, dan sistem kehidupan
setempat.
f) Perjalanan (trekking) ke tempat bersejarah menggunakan alat
transportasi unik (berkuda, dokar, cikar, dan sebagainya).
g) Mencoba kuliner (masakan) setempat. Melihat persiapan, cara
membuat, menyajikan, dan menyantapnya merupakan atraksi budaya
yang sangat menarik bagi wisatawan.
4) Sumber daya minat khusus
Salah satu penyebab terjadinya segmentasi atau spesialisasi pasar
pariwisata adalah karena adanya kecenderungan wisatawan dengan minat
khusus baik dalam jumlah wisatawan maupun area minatnya.
Menurut Richardson dan Fluker (1994) dalam Pitana (2009: 76), jenis-
jenis sumber daya pariwisata minat khusus yang bisa dijadikan daya tarik
wisata dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Active adventure (petualangan aktif), seperti caving, parachute
jumping, trekking, off-road adventure, dan mountain climbing.
b) Nature and wildlife, seperti birdwatching, ecotourism, geology,
national parks, dan rainforest.
c) Anfinity, seperti artist’s workshop, senior tour, dan tour for the
handicapped.
d) Romance, seperti honeymoon, island vacation, nightlife, single tour,
dan spa/ hot spring.
e) Family, seperti amusemen park, camping, shopping trips, dan
whalewatching.
f) Soft adventure, seperti backpacking, bicycle touring, canoing/
kayaking, scuba diving/ snorkeling, dan walking tours.
19

g) History/ culture, seperti agriculture, art/ architecture, art festival, dan


film/ film history.
h) Hobby, seperti antique, beer festival, craft tour, gambling, dan
viedeography tour.
i) Spiritual, seperti pilgrimage/ mythology, religion/ spiritual, dan yiga
and spiritual tours.
j) Sports, seperti basket ball, car racing, olympic games, dan soccer.
c. Jenis Obyek Wisata
Sesuai kondisi morfologi dan geografis yang berbeda antara daerah
satu dengan daerah lain ataupun hasil warisan dari nenek moyang dahulu,
maka tiap-tiap daerah mempunyai potensi obyek wisata yang berbeda-beda
pula, dari sini maka timbulah berbagai macam jenis obyek wisata yang
dikembangkan sebagai kegiatan yang lama kelamaan mempunyai ciri
khasnya sendiri. Seperti obyek wisata ekologis yang dapat disebut juga
dengan obyek ekowisata.
Menurut Sujali (1989) dalam Asmoro (2011: 14), ada tiga jenis
atau bentuk bahan dasar yang harus dimiliki oleh suatu industri pariwisata,
yaitu antara lain:
1) Obyek wisata alam (natural resources)
Bentuk dan obyek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti obyek
wisata berwujud pada lingkungan, pegunungan, pantai, lingkungan hidup
yang berupa flora dan fauna atau bentuk lain yang menarik.
2) Obyek wisata budaya (human resources)
Bentuk dan obyek wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan
maupun kehidupan manusia seperti tarian tradisional ataupun kesenian,
upacara adat, upacara keagamaan, upacara pemakaman, dan lain-lain.
3) Obyek wisata buatan manusia (man made resources)
Bentuk dan wujud obyek wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas
serta kreativitas manusia dimana bentuknya sangat tergantung pada
keaktifan manusia. Wujudnya berupa museum, tempat ibadah, kawasan
20

wisata yang dibangun seperti wisata taman mini, taman wisata kota,
kawasan wisata ancol, dan sebagainya.
Jenis dan macam pariwisata menurut Oka A. Yoeti (1996: 115)
diklasifikasikan sesuai dengan menurut letak geografis, menurut alasan atau
tujuan perjalanan, menurut saat berkunjung dan menurut obyeknya. Adapun
uraian mengenai jenis dan macam pariwisata tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang
a) Pariwisata Lokal (Local Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah
pariwisata setempat, yang mempunyai ruang lingkup relatif sempit
dan terbatas dalam tempat-tempat tertentu saja. Misalnya,
kepariwisataan Kota Bandung atau kepariwisataan di daerah DKI
Jakarta saja.
b) Pariwisata Regional (Regional Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu daerah yang ruang
lingkupnya lebih luas di banding dengan pariwisata lokal, tetapi lebih
sempit jika dibandingkan dengan kepariwisataan nasional. Contohnya
kepariwisataan Sumatera Utara, Bali, dan lain-lain.
c) Kepariwisataan Nasional (National Tourism)
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu negara.
d) Pariwisata Regional-Internasional
Yang dimaksud dengan jenis pariwisata semacam ini adalah kegiatan
kepariwisataan yang berkembang di suatu wilayah internasional yang
terbatas, tetapi melewati batas-batas dua negara atau lebih dalam
wilayah tersebut. Misalnya kepariwisataan ASEAN, Timur Tengah,
Asia, dan lain-lain.
21

e) International Tourism
Pengertian ini sinonim dengan kepariwisataan dunia (world tourism),
yaitu kegiatan kepariwisataan yang berkembang di seluruh dunia,
termasuk didalamnya selain “regional-international tourism” dan juga
“national tourism”.
2) Menurut Alasan dan Tujuan Perjalanan
a) Bussines Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjungnya datang untuk tujuan
dinas, usaha dagang atau berhubungan dengan pekerjaan, kongres,
seminar, convention, symposium, musyawarah kerja.
b) Vacation Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana orang-orang yang melakukan perjalanan
wisata terdiri dari orang-orang yang sedang berlibur, cuti atau vakansi.
c) Education Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana pengunjung atau orang yang melakukan
perjalanan untuk tujuan studi atau mempelajari sesuatu bidang ilmu
pengetahuan. Termasuk kedalamnya adalah dharma wisata (study-
tour). Dalam bidang bahasa dikenal dengan istilah “Polly Glotisch”,
yaitu untuk meningkatkan kamampuan berbahasa asing, seseorang
memerlukan tinggal sementara waktu di negara yang bahasanya
sedang dipelajari.
3) Menurut saat dan waktu berkunjung
a) Seasonal Tourism
Yaitu jenis pariwisata yang kegiatannya berlangsung pada musim-
musim tertentu. Termasuk kedalam kelompok ini adalah Summer
Tourism atau Winter Tourism, yang biasanya ditandai dengan kegiatan
olah raga.
22

b) Occasional Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana perjalanan wisatanya dihubungkan
dengan kejadian (occasion) maupun suatu events, seperti misalnya
Galungan dan Kuningan di Bali, Sekaten di Yogya atau Pajang Jimat
di Cirebon, Cherry Blossom Festival di Tokyo atau Washington, pesta
air di negara-negara yang beragama Hindu (India, Burma, Muangthai,
Kamboja, Hongkong atau Singapura).
4) Pembagian menurut obyeknya
a) Cultural Tourism
Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan
perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni-budaya
suatu tempat atau daerah. Jadi obyek kunjungannya adalah warisan
nenek moyang, benda-benda kuno. Seiring perjalanan pariwisata
semacam ini dalam kesempatan untuk mengambil bagian dalam suatu
kegiatan kebudayaan itu sendiri di tempat yang di kunjunginya.
b) Recuperation Tourism
Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuannya daripada
orang-orang untuk melakukan perjalanan adalah untuk
menyembuhkan suatu penyakit, seperti mandi di sumber air panas,
mandi lulur seperti yang banyak dijumpai di Eropa atau mandi susu,
mandi kopi Jepang yang katanya dapat menjadikan orang awet muda.
c) Commercial Tourism
Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan pariwisata
ini dikaitkan dengan kegiatan perdagangan nasional atau internasional,
dimana sering diadakan kegiatan Expo, Fair, Exhibition dan lain-lain.
d) Sport Tourism
Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud
dengan pariwisata jenis ini adalah perjalanan orang-orang yang
bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di
suatu tempat atau negara tertentu, seperti Olympiade, All England,
23

pertandingan tinju atau sepak bola. Atau ikut berpartisipasi dalam


kegiatan itu sendiri.
e) Political Tourism
Biasanya disebut dengan pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan
yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau
kejadian yang berhubungan dengan suatu negara, apakah ulang tahun
atau peringatan hari tertentu, seperti Hari Angkatan Perang di
Indonesia, Parade 1 Mei di Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia.
f) Social Tourism
Pariwisata sosial bukan merupakan suatu peristiwa yang berdiri
sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja
yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya
study tour, picnic atau youth tourism yang sekarang dikenal dengan
Pariwisata Remaja.
g) Religion Tourism
Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah
untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan, seperti
kunjungan ke Luordes bagi orang yang beragama Katolik, atau ke
Muntilan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah, ikut
Haji Umroh bagi yang beragama Islam atau upacara Agama Hindu
Bali Sakenan, Bali.
5) Menurut Umur yang melakukan perjalanan
a) Youth Tourism
Pariwisata yang dikembangkan bagi remaja yang suka melakukan
perjalanan wisata dengan harga yang relative murah.
b) Adult Tourism
Pariwisata yang diikuti oleh orang-orang yang berusia lanjut.
24

Menurut Direktoral Jendral Pemerintahan dalam Sunaryo (2013:


25), obyek wisata atau daya tarik wisata dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Daya tarik wisata alam
Daya tarik wisata alam adalah daya tarik wisata yang
dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada anugrah keindahan
dan keunikan yang telah tersedia di alam, seperti:
a) Pantai dengan keindahan pasir putihnya, deburan gelombang ombak
serta akses pandangnya terhadap matahari terbit atau tenggelam,
b) Laut dengan aneka kekayaan terumbu karang maupun ikannya,
c) Danau dengan keindahan panoramanya,
d) Gunung dengan daya tarik vulcano nya,
e) Hutan dan Sabana dengan keaslian flora dan faunanya,
f) Sungai dengan kejernihan air dan kedasyatan arusnya,
g) Air terjun dengan panorama kecuramannya.
2) Daya tarik wisata budaya
Daya tarik wisata budaya adalah daya tarik wisata yang
dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada hasil karya dan hasil
cipta manusia, baik yang berupa peninggalan budaya (situs/ heritage)
maupun nilai budaya yang masih hidup (the living culture) dalam
kehidupan di suatu masyarakat, yang dapat berupa upacara/ ritual, adat
istiadat, seni pertunjukan, seni kriya, seni sastra, seni rupa, ataupun
keunikan sehari-hari yang dimiliki oleh suatu masyarakat.
Beberapa contoh daya tarik wisata budaya di Indonesia yang
banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Situs (warisan budaya yang
berupa benda, bangunan, kawasan, struktur, dsb), Museum, Desa
Tradisional, Kawasan Kota Lama, Monumen Nasional, Sanggar Seni,
Pertunjukan, Event, Festival, Seni Kriya, Adat Istiadat maupun karya-
karya teknologi modern.
3) Daya tarik wisata minat khusus
Daya tarik wisata budaya (special interest) adalah daya tarik
wisata yang dikembangkan dengan lebih banyak berbasis pada aktivitas
25

untuk pemenuhan keinginan wisatawan secara spesifik, seperti


pengamatan satwa tertentu (birds watching), memancing (fishing),
berbelanja (shopping), kesehatan dan penyegaran badan (spa and
rejouvenation), arung jeram, Golf (sport), wisata agro, Gambling/ casino,
menghadiri pertemuan, rapat, perjalanan insentif, pameran dan wisata
minat khusus lainnya yang biasanya terkait dengan hobi atau kegemaran
seseorang wisatawan.
Menurut Sunaryo (2013: 27), untuk mempromosikan dan
menjual produk wisata minat khusus di atas, penyelenggaraanya dapat
dikemas menjadi sebuah events dan festival yang sangat menarik dan
diselenggarakan secara periodik serta terjadwal dalam suatu Calender of
Events dan dipromosikan secara meluas dan sistematis. Beberapa contoh
kemasan event dari tata cara kehidupan tradisional yang disajikan di
Indonesia sebagai daya tarik wisata minat khusus adalah:
a) Pembakaran mayat (ngaben) di Bali
b) Upacara pemakaman mayat di Tana Toraja
c) Upacara Batagak penghuli di Minangkabau
d) Upacara Khitanan di daerah Parahayangan
e) Upacara Sekaten di Solo dan Yogyakarta
f) Upacara Waisak di Candi Mendut dan Borobudur
Objek pariwisata dan segala atraksi yang diperlihatkan
merupakan daya tarik utama mengapa seseorang datang berkunjung pada
suatu tempat. Oleh karena itu, keaslian dari objek dan atraksi yang
ditampilkan harus dipertahankan sehingga wisatawan merasa betah di
tempat tersebut.

1. Potensi Wisata
Menurut Sujali (1989) dalam Asmoro (2011: 19), potensi dapat
diartikan perubahan bentuk permukaan bumi yang ditimbulkan oleh proses
alam yaitu tenaga endogen, misalnya pegunungan, danau, sungai atau bentuk
26

lain. Potensi obyek wisata juga terjadi karena suatu proses yang dapat
disebabkan budidaya manusia.
Suatu tempat dapat menjadi suatu obyek wisata harus mempunyai
suatu potensi ekologis yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung.
Potensi tersebut dapat berupa kenampakan alam alami yang dimiliki oleh
tempat tersebut, dalam hal ini stakeholder yang bertanggung jawab terhadap
obyek wisata tersebut.
Faktor-faktor lokasional yang mempengaruhi pengembangan potensi
obyek wisata adalah kondisi fisis, aksesibilitas, pemilikan dan penggunaan
lahan, hambatan dan dukungan serta faktor-faktor lain seperti upah tenaga kerja
dan stabilitas politik. Selain itu unsur-unsur pokok yang harus diperhatikan
meliputi obyek dan daya tarik wisata, prasarana wisata, sarana wisata,
infrastruktur dan masyarakat/ lingkungan (Suwantoro, 1997: 19).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi potensi wisata tersebut
diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kondisi fisis
Aspek fisis yang berpengaruh terhadap wisata berupa iklim, tanah, batuan
dan morfologi, hidrosfer, flora dan fauna.
b. Atraksi dan obyek wisata
Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang
untuk mengunjungi suatu daerah tertentu, misal adalah tari-tarian, nyayian,
kesenian daerah, upacara adat dan lain-lain (Yoeti, 1996: 172)
c. Aksesibilitas
Aksesibilitas berkaitan dengan usaha pencapaian tempat wisata. Semakin
mudah tempat tersebut dicapai maka akan menambah minat wisatawan
untuk berkunjung.
d. Pemilikan dan penggunaan lahan
Variasi dalam pemilikan dan penguasaan lahan dapat mempengaruhi lokasi
tempat wisata, bentuk pengembangannya, serta juga bisa mempengaruhi
arah pengembangannya. Bentuk penguasaan lahan antara lain lahan negara
atau pemerintah, lahan masyarakat dan lahan pribadi.
27

e. Sarana dan prasarana wisata


Sarana wisata adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan
kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung. Sarana wisata
ini berupa transportasi, biro perjalanan wisata, hotel atau penginapan dan
rumah makan. Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan
agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat
memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan yang
beranekaragam. Prasarana wisata ini berupa prasarana perhubungan,
komunikasi, instalasi listrik, persediaan air minum, sistem irigasi, sistem
perbankan dan pelayananan kesehatan (Yoeti, 1996: 194).
f. Masyarakat
Pemerintah melalui instansi-instansi terkait telah menyelenggarakan
penyuluhan kepada masyarakat dalam bentuk bina masyarakat sadar wisata
(Suwantoro, 1997: 23).

2. Pengembangan Obyek Wisata


Pada hakekatnya pengembangan adalah suatu proses untuk
memperbaiki dan meningkatkan sesuatu yang ada. Pengembangan obyek
wisata merupakan kegiatan membangun, memelihara, dan melestarikan
pertanaman, sarana dan prasarana maupun fasilitas lainnya.
Fandeli (1995: 24) mengemukakan bahwa pengembangan pariwisata
pada dasarnya adalah pengembangan masyarakat dan wilayah yang didasarkan
pada:
a. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas dan
tradisi lokal.
b. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus
mendistribusikan secara merata kepada penduduk lokal.
c. Berorientasi kepada pengembangan wisata berskala kecil dan menengah
dengan daya serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi
kooperatif.
28

d. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang


tradisi budaya dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
Dalam Undang-Undang R1 No 10 Tahun 2009 Pasal 6 dan 7, tentang
pembangunan pariwisata disebutkan bahwa pembangunan pariwisata haruslah
memperhatikan keanekaragaman, keunikan dan kekhasan budaya dan alam
serta kebutuhan manusia untuk berwisata (Pasal 6). Pembangunan pariwisata
meliputi industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan
pariwisata (Pasal 7).
Pembangunan pariwisata itu sendiri mempunyai tujuan yaitu untuk
meningkatkan kesejahteraan banyak orang tanpa membedakan kelas sosial.
Oleh karena itu pengembangan pariwisata perlu memperhatikan kemungkinan
kerja sama antar pihak-pihak terkait dalam hal ini masyarakat, pemerintah dan
swasta yang diharapkan mampu mendukung kelanjutan pembangunan
pariwisata di suatu daerah.
Menurut beberapa pakar seperti Cooper, Fletcherm Gilbertm Stepherd
and Wanhill (1998) dalam Sunaryo (2013: 159) menjelaskan bahwa kerangka
pengembangan pariwisata paling tidak harus mencakup komponen-komponen
utama sebagai berikut:
a. Obyek atau daya tarik (atractions), yang mencakup daya tarik alam, budaya,
maupun buatan/ artificial, seperti event atau yang sering disebut sebagai
minat khusus (special interest).
b. Aksesbilitas (accessibility), yang mencakup dukungan sistem transportasi
yang meliputi rute atau jalur transportasi, fasilitas terminal, bandara,
pelabuhan dan moda transportasi lain.
c. Amenitas (amenity),yang mencakup fasilitas penunjang dan pendukung
wisata yang meliputi akomodasi, rumah makan (food and baverage), retail,
toko cinderamata, fasilitas penukaran uang, biro perjalanan, usat infirmasi
wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya.
d. Fasilitas pendukung (ancillary services) yaitu ketersediaan fasilitas
pendukung yang digunakan oleh wisatawan, seperti bank, telekomunikasi,
pos, rumah sakit, dan sebagainya.
29

e. Kelembagaan (institusions) yaitu terkait dengan keberadaan dan peran


masing-masing unsure dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata
termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah (host).
Pengembangan pariwisata memerlukan teknik perencanaan yang baik
dan tepat. Teknik perencanaan itu harus menggabungkan beberapa aspek
penunjang kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek
aksesbilitas (transportasi dan saluran pemasaran), karakteristik infrastuktur
pariwisata, tingkat interaksi sosial, keterkaitan/ kompatibilitas dengan sektor
lain, daya tahan akan dampak pariwisata, tingkat resistensi komunitas lokal,
dan seterusnya (Pitana, 2009: 134).
Menurut Carter dan Fabricus (2007) dalam Sunaryo (2013: 172),
berbagai elemen dasar yang harus diperhatikan dalam perencanaan
pengembangan pariwisata paling tidak mencakup aspek-aspek sebagai berikut:
a. Pengembangan Atraksi dan Daya Tarik Wisata
Atraksi merupakan daya tarik yang akan melahirkan motivasi dan keinginan
bagi wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata.
b. Pengembangan Amenitas dan Akomodasi Wisata
Berbagai fasilitas wisata yang perlu dikembangkan dalam aspek amenitas
paling tidak terdiri dari akomodasi, rumah makan, pusat informasi wisata,
toko cinderamata, pusat kesehatan, pusat layanan perbankan, sarana
komunikasi, pos keamanan, Biro Perjalanan Wisata, ketersediaan air bersih,
listrik, dan lain sebagainya.
c. Pengembangan Aksesbilitas
Aksesbilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi
wisatwan untuk mencapai sebuah tempat wisata, akan tetapi juga waktu
yang dibutuhkan, tanda penunjuk arah menuju lokasi wisata dan perangkat
terkait lainnya.
d. Pengembangan Image (Citra Wisata)
Pencitraan (image building) merupakan bagian dari positioning, yaitu
kegiatan untuk membangun citra atau image dibenak pasar (wisatawan)
melalui desain terpadu antara aspek kualitas produk, komunikasi pemasaran,
30

kebijakan harga, dan saluran pemasaran yang tepat dan konsisten dengan
citra atau image yang ingin dibangun serta ekspresi yang tampak dari
sebuah produk.
T.S. Mishakin, Razumovskaya, Berdnikova & Ivanov (2015)
memaparkan bahwa salah satu contoh negara yang menjadi tujuan wisata di
pasar domestik dan internasional adalah Tatarstan, Rusia. Tahun 2014,
Tatarstan melakukan pengembangan pariwisata dengan program kota
individual. Tatarstan paling sering menawarkan produk wisata yang berkaitan
dengan wisata budaya dan pendidikan. Pengembangan pariwisata yang
dilakukan di Tatarstan adalah wisata medis, wisata pendidikan dan wisata
pedesaan. Berikut pengembangan pariwisata di Tatarstan:
a. Wisata Medis
Pengembangan pariwisata medis dilakukan dengan membuat baru produk
pariwisata medis bagi warga Rusia dan asing.
b. Pariwisata Pendidikan
Pengembangan pariwisata pendidikan dilakukan dengan menciptakan tour
bimbingan karir khusus untuk warga Tatarstan agar warga lebih akrab
dengan lembaga pendidikan yang lebih tinggi ataupun program akademik.
c. Pariwisata Pedesaan
Pengembangan pariwisata pedesaan dilakukan dengan pembentukan
kelompok desa wisata di Tatarstan. Selain itu, Tatarstan memiliki sumber
daya yang berlimpah untuk mengembangkan industry, berburu dan
perikanan pariwisata.
Dalam bidang kepariwisataan, ketika membahas tentang
pengembangan suatu obyek wisata maka dikenal yaitu analisis SWOT
(strengths/ kekuatan, weaknesses/ kelemahan, opportunities/ kesempatan dan
threats/ ancaman). SWOT adalah metode perencanaan strategis yang
digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis.
SWOT merupakan sebuah alat analisis yang cukup baik, efektif dan
efisien serta sebagai alat yang cepat dalam menemukan kemungkinan yang
31

berkaitan dengan pengembangan awal program-program inovasi baru dalam


kepariwisataan. Sifat analisis SWOT sangat situasional, dalam artian hasil
analisis tahun sekarang belum tentu akan sama dengan hasil analisis tahun
yang akan datang, pengaruh faktor ekonomi, politik, kemanan dan keadaan
sosial yang melatarbelakanginya menyebabkan adanya perubahan (Riaswati,
2008: 26).
Yoeti (1996: 135) memaparkan bagaimana analisis SWOT dalam
sekenario pengembangan pariwisata adalah sebagai berikut:
d. Kekuatan (Strength)
Mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah, maka akan dapat
dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing
untuk pengembangan selanjutnya. Dalam hal ini, kekuatan dapat
dimanfaatkan secara maksimal untuk meraih peluang.
e. Kelemahan (Weakness)
Segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor
pariwisata. Pada umumnya, kelemahan-kelemahan yang dapat didentifikasi
adalah kurangnya promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya
pelaksana pariwisata di lapangan, terbatasnya kendaraan umum ke obyek
wisata.
f. Kesempatan (Opportunity)
Semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah, peraturan
yang berlaku atau kondisi perekonomian.
g. Ancaman (Threats)
Ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi
pariwisata, seperti peraturan yang tidak memberikan kemudahan dalam
berusaha, rusaknya lingkungan, dan lain sebagainya.
Makna yang paling mendalam dari analisis SWOT adalah apapun
cara-cara serta tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus
mengandung dan mempunyai prinsip-prinsip mengembangkan kekuatan,
meminimalkan kelemahan, menangkap kesempatan/ peluang, dan
menghilangkan ancaman. Berdasarkan aspek-aspek di atas kemudian
32

dimasukkan dalam matriks analisis. Analisis SWOT ini menghasilkan suatu


alternatif pengembangan usaha atau menghindari ancaman. Ada dua hal yang
mempengaruhi yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
kekuatan yang menjadi potensi dan kelemahan yang menjadi kendala,
sedangkan faktor eksternal meliputi peluang yang menjadi kesempatan dan
tantangan yang menjadi penghambat. Matriks Analisis SWOT dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Matriks Analisis SWOT
Potensi/ Kekuatan Kendala/ Kelemahan
Faktor Internal
(Strength) (Weaknesses)

Peluang/ Kesempatan Tantangan/ Hambatan


Faktor Eksternal
(Opportunities) (Threats)

Zhang (2012) memaparkan bahwa dalam kinerja proses pembangunan


untuk mempromosikan tempat-tempat wisata, kuncinya adalah pengembangan
dan pengelolaan faktor-faktor internal dari tempat wisata. Untuk mendapatkan
keuntungan lebih dari obyek wisata, maka harus mengatasi kelemahan dan
memegang peluang pengembangan untuk menciptakan strategi. Berikut strategi
pengembangan dalam pemasaran pariwisata:

a. Strategi pengembangan obyek wisata berkualitas tinggi


Strategi ini adalah dengan membangun tempat-tempat wisata yang
berkualitas, memberikan keuntungan penuh dari tempat wisata,
mempercepat perencanaan dan pembangunan multifungsi, serta manajemen
sistem pelayanan perjalanan yang lebih lengkap.
b. Strategi merek atraksi
Strategi ini mengandalkan manajemen pariwisata mereka sendiri dan atraksi
wisata. Strategi ini adalah dengan membuat tempat wisata baru, membangun
atraksi tambahan golf, atraksi budaya, peringatan, dan lain-lain.
33

B. Penelitian yang Relevan

Yulita Eka Riaswati (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Potensi


dan Arah Pengembangan Obyek Wisata di Kabupaten Wonogiri. Bertujuan untuk
(1) Mengetahui sebaran obyek wisata di Satuan Wilayah Pembangunan V
Kabupaten Wonogiri. (2) Menyusun arah pengembangan obyek wisata di Satuan
Wilayah Pembangunan V Kabupaten Wonogiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode survey
untuk kemudian dilakukan pengukuran terhadap obyek wisata untuk menentukan
potensi. Dalam melakukan penelitian variabel untuk menilai potensi obyek dibagi
menjadi 3 kelompok, yaitu potensi dan daya tarik/ atraksi wisata, aksesbilitas, dan
fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing obyek wisata. Klasifikasi tingkat
potensi obyek wisata dilakukan dengan menjumlahkan skor dari masing-masing
variabel kemudian diklasifikasikan untuk mengetahui obyek wisata yang termasuk
dalam kategori tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan metode interval
kelas. Analisis SWOT digunakan untuk menentukan arah pengembangan obyek
wisata secara potensial.
Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) Potensi Obyek Wisata di SWP V
adalah 65% obyek wisata dengan potensi rendah dan 35% dengan potensi sedang.
Tidak ada obyek wisata yang berpotensi tinggi di SWP V. (2) Arah
pengembangan obyek wisata di SWP V dilakukan dengan jalan pengelompokan
obyek wisata dengan menggunakan pola keruangan, kemudian dari hasil overlay
data pada pola keruangan tersebut terdapat 6 cluster obyek wisata. Masing-masing
cluster dianalisis SWOT dan dapat diketahui bahwa pada dasarnya obyek wisata
SWP V terdapat permasalahan pada kurangnya pembangunan dan pengembangan
berbagai fasilitas penunjang kepariwisataan serta aksesbilitas menuju kawasan
obyek wisata, dan infrastruktur pendukung obyek wisata untuk kenyamanan dan
keamanan wisatawan. Arah pengembangan difokuskan pada pengadaan sarana
dan prasarana penunjang kepariwisataan, serta terhadap kondisi fisik wilayah
yang merupakan wilayah karst yaitu pemeliharaan asset berharga yang terdapat di
wilayah tersebut guna melestarikan alam dan kelestarian penduduk.
34

M. Faruq Guntur Asmoro (2011) dalam penelitiannya yang berjudul


Analisis potensi Obyek Wisata Alam Di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan
Tahun 2011. Bertujuan untuk (1) Mengetahui potensi obyek wisata alam di
Kecamatan Plaosan. (2) Memberikan konsep arahan pengembangan obyek wisata
alam yang tepat di Kecamatan Plaosan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,
sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan
angket. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling untuk
mengumpulkan data primer. Potensi obyek wisata disusun berdasarkan variabel
daya tarik obyek wisata, aksesbilitas dan sarana prasarana dan fasilitas dasar.
Analisis peta yang digunakan adalah pengharkatan (skoring) dengan pembobotan
pada setiap obyek wisata di daerah penelitian, selanjutnya skor tersebut digunakan
sebagai dasar pengelompokan untuk masing-masing kelas. Hasil analisis
digunakan sebagai dasar untuk penyusunan arahan pengembangan obyek wisata
yang ada di daerah penelitian.
Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) Obyek wisata alam di Kecamatan
Plaosan sebagian besar berstatus kurang potensial. Berdasarkan penilaian terhadap
3 variabel pada 8 obyek wisata alam yang terdapat di daerah penelitian
menunjukkan terdapat 4 obyek wisata masuk dalam kelas kurang potensial yaitu
Air Terjun Tirto Gumarang, Air Terjun Pundak Kiwo, Air Terjun Jarakan dan Air
Terjun Watu Ondo. Obyek wisata alam yang masuk kelas cukup potensial ada 2
obyek wisata yaitu Telaga Wahyu dan Air Terjun Tirtosari serta obyek yang
masuk dalam kelas sangat potensial ada 2 obyek wisata yaitu Telaga Sarangan dan
Cemoro Sewu. (2) Arahan pengembangan obyek wisata alam di Kecamatan
Plaosan dibagi menjadi empat jenis, yaitu obyek wisata minat khusus (pendakian),
obyek wisata keluarga, obyek wisata pemancingan dan obyek wisata jelajah alam/
petualangan. Obyek wisata minat khusus (pendakian) adalah Cemoro Sewu.
Obyek wisata keluarga adalah Telaga Sarangan dan Air Terjun Tirtosari. Obyek
wisata pemancingan adalah Telaga Wahyu. Obyek wisata jelajah alam/
petualangan adalah Air Terjun Pundak Kiwo, Air Terjun Jarakan, Air Terjun
Watu Ondo dan Air Terjun Tirto Gumarang.
35

Yanuar Sulistyaningrum (2012) dalam penelitiannya yang berjudul


Analisis Persebaran, Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata Alam di
Kabupaten Kebumen Berdasarkan Bentuklahan. Bertujuan untuk (1) Mengetahui
persebaran dan pola persebaran obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen. (2)
Mengetahui potensi obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen. (3) Mengetahui
arah pengembangan obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
dengan pendekatan spasial, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik Accidental Sampling untuk mengumpulkan data primer. Teknik analisis
data yang digunakan adalah pemetaan, analisis tetangga terdekat, skoring, dan
analisis SWOT. Hasil analisis digunakan sebagai dasar untuk penyusunan arahan
pengembangan obyek wisata yang ada di daerah penelitian.
Hasil dari penelitian tersebut adalah (1) Obyek wisata alam di Kabupaten
Kebumen berjumlah 31 obyek wisata yang tersebar di tiga bentuklahan, yaitu
bentuklahan solusional sebanyak 10 obyek dengan pola persebaran mendekati
mengelompok (cluster), bentuklahan marine sebanyak 14 obyek dengan pola
persebaran mendekati seragam dan bentuklahan struktural sebanyak 7 obyek
dengan pola persebaran mendekati random. (2) Sebagian besar obyek wisata alam
di Kabupaten Kebumen memiliki potensi sedang. Obyek wisata alam dengan
potensi tinggi sebesar 16,13℅, potensi sedang sebesar 54,84℅ dan potensi rendah
sebesar 29℅. (3) Upaya pengembangan yang dapat dilakukan untuk
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan adalah dengan menjadikan wilayah
bentuklahan solusional sebagai kawasan wisata ekokarst, wilayah bentuklahan
marin dijadikan kawasan wisata bahari, wilayah bentuklahan struktural dijadikan
sebagai kawasan wisata dan konservasi, dan wilayah bentuklahan fluvial
dikembangkan menjadi desa wisata.
36

Dyah Retno Widyaningrum (2016) dalam penelitiannya yang berjudul


Potensi dan Pengembangan Obyek Wisata di Kecamatan Selogiri Kabupaten
Wonogiri Tahun 2015 (Untuk Mendukung Substansi Pembelajaran Geografi SMA
Kelas XI Semester II Pada Materi Budaya Tradisional Sebagai Potensi Wisata dan
Ekonomi Kreatif). Bertujuan untuk (1) Mengetahui persebaran obyek wisata di
Kecamatan Selogiri. (2) Mengetahui potensi obyek wisata di Kecamatan Selogiri.
(3) Memberikan arahan pengembangan obyek wisata yang tepat di Kecamatan
Selogiri.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif,
sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Purposive Sampling
dan Accidental Sampling untuk mengumpulkan data primer. Potensi obyek wisata
disusun berdasarkan variabel daya tarik obyek wisata, aksesbilitas dan sarana
prasarana dan fasilitas dasar. Analisis peta yang digunakan adalah pengharkatan
(skoring) dengan pembobotan pada setiap obyek wisata di daerah penelitian,
selanjutnya skor tersebut digunakan sebagai dasar pengelompokan untuk masing-
masing kelas. Hasil analisis digunakan sebagai dasar untuk penyusunan arahan
pengembangan obyek wisata yang ada di daerah penelitian.
Penelitian yang dilakukan penulis memiliki persamaan dan perbedaan
dengan penelitian sebelumnya. Persamaan tersebut terletak pada kajian penelitian
yaitu analisis potensi dan pengembangan obyek wisata. Perbedaannya terletak
pada obyek penelitian dimana penelitian dilakukan pada semua jenis obyek wisata
baik yang belum dikelola, sudah dikelola ataupun yang dalam proses
pengembangan.
37

Tabel 2. Hasil Penelitian yang Relevan

No Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Teknik Analisis Hasil Penelitian


(Tahun)
1 Yulita Eka Potensi dan Arah Mengetahui sebaran Menggunakan Potensi Obyek Wisata di SWP V adalah 65% obyek
Riaswati Pengembangan Obyek obyek wisata di analisis skoring wisata dengan potensi rendah dan 35% dengan
(2008) Wisata di Kabupaten Satuan Wilayah dari masing-masing potensi sedang. Tidak ada obyek wisata yang
Skripsi, Wonogiri. Pembangunan V variabel. Analisis berpotensi tinggi di SWP V.
Universitas Kabupaten Wonogiri SWOT digunakan Arah pengembangan obyek wisata di SWP V
Sebelas Maret. Menyusun arah untuk menentukan dilakukan dengan jalan pengelompokan obyek
pengembangan obyek arah wisata dengan menggunakan pola keruangan,
wisata di Satuan pengembangan kemudian dari hasil overlay data pada pola
Wilayah obyek wisata keruangan tersebut terdapat 6 cluster obyek wisata.
Pembangunan V secara potensial.
Kabupaten Wonogiri.
2 M. Faruq Analisis Potensi Obyek Mengetahui potensi Teknik analisis Obyek wisata alam di Kecamatan Plaosan sebagian
Guntur Asmoro Wisata Alam Di obyek wisata alam di yang digunakan besar berstatus kurang potensial. Berdasarkan
(2011) Kecamatan Plaosan Kecamatan Plaosan. adalah analisis penilaian terhadap 3 variabel pada 8 obyek wisata
Skripsi, Kabupaten Magetan Memberikan konsep skoring pada alam yang terdapat di daerah penelitian
Universitas Tahun 2011. arahan pengembangan masing-masing menunjukkan terdapat 4 obyek wisata masuk dalam
Sebelas Maret. obyek wisata alam variabel. kelas kurang potensial, 2 obyek wisata masuk kelas
yang tepat di Menggunakan cukup potensial dan 2 obyek wisata masuk kelas
Kecamatan Plaosan. model interaktif sangat potensial. Arahan pengembangan obyek
melalui seleksi wisata alam di Kecamatan Plaosan dibagi menjadi
data, penyajian empat jenis, yaitu obyek wisata minat khusus
data dan (pendakian), obyek wisata keluarga, obyek wisata
menyimpulkan pemancingan dan obyek wisata jelajah alam/
data. petualangan.

37
38

3 Yanuar Analisis Persebaran, Mengetahui Teknik analisis Obyek wisata alam di Kabupaten Kebumen tersebar
Sulistyaningrum Potensi dan persebaran dan pola data yang di tiga bentuklahan, yaitu bentuklahan solusional
(2012) Pengembangan Obyek persebaran obyek digunakan adalah dengan pola persebaran mendekati mengelompok
Skripsi, Wisata Alam di wisata alam di pemetaan, analisis (cluster), bentuklahan marine dengan pola
Universitas Kabupaten Kebumen Kabupaten Kebumen. tetangga terdekat, persebaran mendekati seragam dan bentuklahan
Sebelas Maret. Berdasarkan Mengetahui potensi skoring, dan struktural dengan pola persebaran mendekati
Bentuklahan. obyek wisata alam di analisis SWOT. random.
Kabupaten Kebumen. Sebagian besar obyek wisata alam di Kabupaten
Mengetahui arah Kebumen memiliki potensi sedang.
pengembangan obyek Upaya pengembangan yang dapat dilakukan untuk
wisata alam di pengembangan pariwisata yang berkelanjutan
Kabupaten Kebumen. adalah dengan menjadikan wilayah bentuklahan
solusional sebagai kawasan wisata ekokarst,
wilayah bentuklahan marin dijadikan kawasan
wisata bahari, wilayah bentuklahan struktural
dijadikan sebagai kawasan wisata dan konservasi,
dan wilayah bentuklahan fluvial dikembangkan
menjadi desa wisata.
4 Dyah Retno Potensi dan Mengetahui Teknik analisis Obyek wisata di Kecamatan Selogiri terdapat 13
Widyaningrum Pengembangan Obyek persebaran obyek data yang obyek wisata yang tersebar di 1 kelurahan dan 6
(2016) Wisata di Kecamatan wisata di Kecamatan digunakan adalah desa dari 11 desa yang ada di wilayah Kecamatan
Skripsi, Selogiri Kabupaten Selogiri. analisis skoring Selogiri.
Universitas Wonogiri Tahun 2015 Mengetahui potensi pada masing- Semua obyek wisata di wilayah Kecamatan Selogiri
Sebelas Maret. (Untuk Mendukung obyek wisata di masing variabel memiliki potensi cukup potensial.
Substansi Pembelajaran Kecamatan Selogiri. dan analisis Arahan pengembangan obyek wisata di Kecamatan
Geografi SMA Kelas Memberikan arahan SWOT. Selogiri dibagi menjadi lima jenis, yaitu agrowisata,
XI Semester II Pada pengembangan obyek wisata jelajah alam atau petualangan, wisata
Materi Budaya wisata yang tepat di keluarga, wisata ziarah rohani dan wisata budaya.
Tradisional Sebagai Kecamatan Selogiri.
Potensi Wisata dan
Ekonomi Kreatif).

38
39

C. Kerangka Berpikir

Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjanjikan dan memberi


peluang yang besar bagi pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang
dimaksud adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran,
melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, memajukan kebudayaan,
mengangkat citra bangsa, memupuk rasa cinta tanah air, memperkukuh jati diri
dan kesatuan bangsa dan mempererat persahabatan antar bangsa. Hal ini sesuai
dengan tujuan Undang-Undang Tahun 2009 No.10 Pasal 4 tentang
kepariwisataan.
Berdasarkan Kedudukan dalam Wilayah Pembangunan Kabupaten
Wonogiri, Kecamatan Selogiri masuk dalam Wilayah Pembangunan I dan
pengembangannya diarahkan pada kegiatan perdagangan, pertanian, industri,
pendidikan, pariwisata, kesehatan, pemerintahan, kegiatan jasa dan perumahan
rakyat. Pariwisata di Selogiri banyak memiliki potensi, baik potensi yang berupa
alam, buatan ataupun budaya yang dapat dikembangkan menjadi obyek wisata
yang menarik. Tahun 2011 Kecamatan Selogiri dikembangkan menjadi desa
wisata melalui Program Neighbourhood Development (ND) yang merupakan
lanjutan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perkotaan. Namun pada pengelolaan dan pengembangan potensi wisata masih
sangat jauh dari kata optimal. Pengelolaan dan pengembangan obyek wisata di
daerah penelitian saat ini belum dimanfaatkan secara baik dan optimal oleh
pemerintah sebagai tujuan wisata. Pemerintah kurang memperhatikan potensi dan
arahan pengembangan obyek wisata sehingga wisatawan banyak yang kurang
tahu potensi pada tiap-tiap obyek wisata. Untuk itu diperlukan konsep arahan
pengembangan obyek wisata yang tepat agar diperoleh hasil yang optimal.
Pengembangan obyek wisata pada dasarnya adalah usaha yang dilakukan
secara sadar dan terencana untuk memperbaiki fasilitas yang sudah ada atau
menambah fasilitas yang belum ada sesuai dengan kebutuhan wisatawan.
40

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, maka pemikiran penelitian ini


mengarah pada usaha untuk mengetahui persebaran obyek wisata, untuk
mengetahui potensi obyek wisata dan untuk memberikan arahan pengembangan
obyek wisata yang tepat di Kecamatan Selogiri.
Sebaran obyek wisata yang ada di Kecamatan Selogiri harus
diidentifikasi kembali untuk mengetahui apa saja obyek wisata yang menarik dan
dimana persebarannya. Penilaian potensi obyek wisata di Kecamatan Selogiri
merupakan suatu hal yang perlu dilakukan karena sangat bermanfaat dalam
mengetahui potensi apa yang dapat digali dan dikembangkan dari obyek wisata
yang ada. Penilaian potensi obyek wisata ini perlu ditindak lanjuti oleh pihak-
pihak atau instansi yang terkait. Tindak lanjut yang dapat dilakukan adalah upaya
pengembangan obyek wisata yang ada agar keberadaannya dapat meningkatkan
nilai guna obyek wisata tersebut. Secara skematis kerangka pemikiran dapat
dibuat dengan bagan sebagai berikut:
41

Obyek Wisata Kecamatan Selogiri

Sebaran Obyek Wisata Parameter Potensi


Kecamatan Selogiri
- Daya Tarik Obyek Wisata
(Attraction)
Jenis Obyek Wisata - Aksesbilitas (Accsesibility)
- Sarana Prasarana dan
Fasilitas Dasar (Amenity)
Alam Buatan Budaya

Analisis Skoring

Potensi Obyek Wisata


Kecamatan Selogiri

- Obyek Wisata
Sangat Potensial
- Obyek Wisata
Cukup Potensial
- Obyek Wisata
Kurang Potensial

Analisis SWOT
- Kekuatan (Strength)
- Kelemahan
(Weakness)
- Kesempatan
(Opportunity)
- Ancaman (Threat)

Arahan Pengembangan Obyek Wisata di Kecamatan Selogiri

Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai