Anda di halaman 1dari 14

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KEPARIWISATAAN
Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan pengusaha (UU Nomor 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan).
Sedangkan pariwisata adalah kegiatan rekreasi diluar domisili untuk melepaskan diri dari
pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Retnowati, 2004 dalam Ramadhani, 2019). Pada
hakikatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih
menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya karena berbagai kepentingan, baik ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lainnya seperti keingintahuan,
menambah pengalaman, ataupun belajar (Suwantoro, 2002).
Pariwisata merupakan fenomena kemasyarakatan yang menyangkut manusia, masyarakat,
kelompok, organisasi, kebudayaan, dan sebagainya yang merupakan objek kajian sosiologi (Pitana
dan Gayatri, 2005). Sebagai suatu aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari
kebutuhan dasar suatu masyarakat. Wisata menjadi salah satu industri baru yang menghasilkan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam menyediakan lapangan kerja, peningkatan penghasilan,
standar hidup, serta menstimulasi sektor produktivitas lainnya. Pariwisata dapat menjadi solusi
bagi pemerintah dalam menggerakkan sektor ekonomi. Sektor pariwisata tidak hanya memberikan
dampak pada kelompok-kelompok tertentu tetapi juga sampai kepada kalangan masyarakat bawah.
Kegiatan pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan orang-orang dalam perjalanan untuk
dan tinggal diluar kebiasaan lingkungannya tidak lebih dari satu tahun berturut-turut dengan tujuan
kesenangan, bisnis, dan keperluan lain (WTO dalam Muljadi dan Warman, 2014). Kegiatan
pariwisata bukan merupakan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan bekerja atau
melakukan aktivitas sehari-hari. Kegiatan pariwisata terdiri dari tiga unsur (Munasef, 1995), antara
lain:
a. Manusia (man), yaitu orang yang melakukan perjalanan dengan maksud menikmati
keindahan suatu tempat.
b. Ruang (space), yaitu daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.
c. Waktu (time), yaitu waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di
daerah tujuan wisata.
Dalam ilmu sosiologi, pariwisata mencakup tiga elemen utama (Pitana dan Gayatri,
2005), sebagai berikut:
1. A dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi wisata.
2. A static element, yaitu singgah di daerah tujuan.

1
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
3. A consequential element, atau akibat dari dua hal diatas (khususnya pada masyarakat
lokal), yang meliputi dampak ekonomi, sosial-budaya, dan fisik dari adanya kontak
dengan wisatawan.

Sistem pariwisata terdiri dari tujuh komponen besar yang memerlukan keterkaitan,
ketergantungan, dan keterpaduan (Leiper, 1990 dalam Pitana, 2009), sebagai berikut:
a. Sektor Pemasaran (The Marketing Sector)
Mencakup semua unit pemasaran dalam industri pariwisata.
b. Sektor Perhubungan (The Carrier Sector)
Mencakup segala bentuk transportasi publik, khususnya yang beroperasi sepanjang jalur
transit yang menghubungkan tempat asal wisatawan (traveller generating region) dengan
tempat tujuan wisatawan (tourist destination region).
c. Sektor Akomodasi (The Accommodation Sector)
Sebagai penyedia tempat tinggal sementara atau penginapan dan pelayanan yang
berhubungan dengan hal itu, seperti

penyediaan makanan dan minuman (food and beverage). Sektor ini umumnya berada di
daerah tujuan wisata dan tempat transit.
d. Sektor Daya Tarik/Atraksi Wisata (The Attraction Sector)
Sektor ini terfokus pada penyediaan daya tarik atau atraksi wisata bagi wisatawan. Lokasi
utamanya berada di daerah tujuan wisata. Dalam beberapa kasus, terletak juga di daerah
transit.
e. Sektor Tour Operator (The Tour Operator Sector)
Seluruh perusahaan penyelenggara dan penyedia paket wisata. Perusahaan ini membuat
dan mendesain paket perjalanan dengan memilih dua atau lebih komponen seperti tempat,
paket, dan atraksi wisata kemudian memasarkannya sebagai sebuah unit dalam tingkat
harga tertentu yang menyembunyikan harga dan biaya masing-masing komponen dalam
paketnya.
f. Sektor Pendukung/Rupa-Rupa (The Miscellaneous Sector)
Mencakup segala jenis pendukung dalam penyelenggaraan kegiatan wisata baik di
negara/tempat asal wisatawan, sepanjang rute transit, maupun di negara/tempat tujuan
wisata.
g. Sektor Pengkoordinasi/Regulator (The Coordinating Sector)
Mencakup peran pemerintah selaku regulator dan asosiasi penyelenggara pariwisata, baik
di tingkat lokal, regional, maupun internasional. Sektor ini biasanya menangani
perencanaan dan fungsi manajerial untuk membuat sistem koordinasi antara seluruh
sektor dalam industri pariwisata.

2
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
Terdapat tiga jenis bahan dasar yang harus dimiliki oleh suatu industri pariwisata (Sujali,
1989), sebagai berikut:
1. Obyek Wisata Alam (Natural Resources)
Bentuk dan obyek wisata ini berupa pemandangan alam, seperti obyek wisata berwujud
pada lingkungan, pegunungan, pantai, lingkungan hidup yang berupa flora dan fauna atau
bentuk lain yang menarik.

2. Obyek Wisata Budaya (Human Resources)


Bentuk dan obyek wisata ini lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan maupun
kehidupan manusia seperti tarian tradisional ataupun kesenian, upacara adat, upacara
keagamaan, upacara pemakaman, dan lain-lain.
3. Obyek Wisata Buatan Manusia (Man Made Resources)
Bentuk dan wujud obyek wisata ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas serta kreativitas
manusia dimana bentuknya sangat tergantung pada keaktifan manusia. Wujudnya berupa
museum, tempat ibadah, kawasan wisata yang dibangun seperti wisata taman mini, taman
wisata kota, kawasan wisata ancol, dan sebagainya.

Bentuk-bentuk wisata kemudian dikembangkan dan direncanakan berdasarkan beberapa hal


(Gunn, 1994), sebagai berikut:
1. Kepemilikan (ownership) atau pengelolaan areal wisata tersebut yang dapat
dikelompokkan ke dalam tiga sektor, yaitu sektor bidang pemerintahan, sektor organisasi
nirlaba, dan perusahaan konvensional.
2. Sumberdaya (resource), yaitu alam (natural) atau budaya (cultural).
3. Perjalanan wisata/lama tinggal (touring/longstay).
4. Tempat kegiatan yaitu di dalam ruangan (indoor) atau di luar ruangan (outdoor).
5. Wisatawan utama/wisatawan penunjang (primary/secondary).
6. Daya dukung (carrying capacity) tapak dengan tingkat penggunaan pengunjung yaitu
intensif, semi intensif dan ekstensif.

Daya tarik wisata dibagi menjadi tiga (3) kategori (Inskeep, 1991), sebagai berikut:
1. Natural Attraction
Daya tarik alam yang dimaksudkan yaitu berdasarkan pada bentukan lingkungan alami.
Contoh dari daya tarik alam adalah iklim, pemandangan, flora, fauna serta keunikan alam
lainnya.

2. Cultural Attraction
Data tarik budaya yang dimaksudkan yaitu berdasarkan pada aktivitas manusia.
Contohnya yang mencakup sejarah, arkeologi, religi dan kehidupan tradisional.

3
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
3. Special types of attraction
Merupakan atraksi buatan seperti theme park, sirkus, mall dan lain-lain.
2.1.1 WISATAWAN
Wisatawan adalah seorang pelancong yang melakukan perjalanan atas kemauan sendiri
dan untuk sementara waktu saja, dengan harapan mendapat hal-hal baru (Cohen, dalam Ross
1998). Seseorang atau lebih yang melakukan perjalanan wisata serta melakukan kegiatan yang
terkait dengan wisata disebut Wisatawan (Unesco Office Jakarta and Regional Bureau for science
in Asia and the Pacific, 2009). Seorang wisatawan memutuskan untuk melakukan perjalanan
karena tiga hal (Mill dan Morison, 1985), antara lain:
1. Menganggap perjalanan sebelumnya dapat memuaskan keinginannya.
2. Menganggap perjalanan yang akan datang dapat memuaskan keinginannya.
3. Ada faktor diluar dirinya/eksternal yang mempengaruhinya.

Wisatawan memiliki empat ciri utama (Burkart dan Mendik, dalam Ross, 1998), sebagai
berikut:
1. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dan tinggal sementara di tempat
tujuan.
2. Tempat tujuan wisatawan berbeda dengan tempat tinggal dan tempat kerjanya seharihari,
karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan
bekerja di tempat tujuan wisatawan.
3. Wisatawan bermaksud pulang kembali ke tempat tinggalnya dalambeberapa hari ataupun
beberapa bulan karena wisata bersifat sementara atau jangka pendek.
4. Wisatawan melakukan perjalanan bukan untuk menetap di tempat tujuan atau bekerja
mencari nafkah.

Dalam melakukan aktivitas wisatanya, terdapat 4 tujuan yang hendak dicapai atau
didapatkan oleh wisatawan (Leiper, 2004), sebagai berikut:
1. Something to see, adalah di daerah tujuan wisata terdapat daya tarik khusus disamping
atraksi wisata yang menjadi interestnya.
2. Something to do, adalah bahwa selain banyak yang dapat disaksikan, harus terdapat
fasilitas rekreasi yang membuat wisatawan betah tinggal di objek itu.
3. Something to buy, adalah bahwa di tempat wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja
souvenir atau hasil kerajinan untuk oleh-oleh.
4. Something to know, adalah bahwa objek wisata selain memberikan ketiga hal diatas, juga
dapat memberi nilai edukasi bagi wisatawan.

2.1.2 PENGEMBANGAN WISATA


Wisatawan yang melakukan perjalanan wisata memerlukan berbagai kebutuhan dan
pelayanan mulai dari keberangkatan sampai kembali lagi ke tempat tinggalnya. Aktivitas

4
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
pariwisata sangat terkait dengan kehidupan sehari-hari. Sama seperti yang kita lakukan setiap hari,
wisatawan juga butuh makan dan minum, tempat menginap, serta alat transportasi yang
membawanya pergi dari suatu tempat ke tempat lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan dan
pelayanan tersebut, pariwisata harus didukung oleh berbagai komponen (Unesco Office Jakarta
and Regional Bureau for science in Asia and the Pacific, 2009), sebagai berikut:
1. Objek dan Daya Tarik Wisata
Terdapat berbagai alasan seseorang atau sekelompok orang melakukan sebuah perjalanan
wisata diantaranya yaitu untuk melihat keseharian penduduk setempat, menikmati
keindahan alam, menyaksikan kebudayaan, serta mempelajari sebuah sejarah yang
terkandung dalam suatu objek wisata. Pada dasarnya, wisatawan melakukan suatu
perjalanan wisata untuk melihat dan menikmati berbagai hal yang tidak bisa mereka
dapatkan di tempat tinggalnya. Objek dan daya tarik wisata disebut juga atraksi wisata
yang terbagi menjadi atraksi wisata alam misalnya iklim, flora, fauna, dan keindahan
alam; atraksi wisata budaya misalnya festival budaya, situs arkeologi, dan kehidupan
masyarakat sehari-hari; dan atraksi wisata buatan misalnya acara olahraga, pameran,
konferensi, dan festival musik.
2. Transportasi dan Infrastruktur
Sebuah perjalanan wisata tidak terlepas dari transportasi. Tersedianya alat transportasi
menuju lokasi wisata adalah sebuah nilai lebih dalam kegiatan pariwisata. Komponen
pendukung lainnya adalah infrastruktur yang secara tidak langsung menjadi komponen
utama dalam mendukung kelancaran kegiatan pariwisata. Infrastruktur di kawasan
pariwisata pada umumnya terdiri dari air bersih, jalan, listrik, pelabuhan, bandara,
pengolahan limbah dan sampah.
3. Akomodasi atau Tempat Menginap
Akomodasi yaitu suatu tempat bagi wisatawan yang dapat digunakan untuk beristirahat
dan bermalam dalam waktu sementara. Jenis-jenis akomodasi berdasarkan bentuk
bangunan, fasilitas, dan pelayanan yang disediakan, adalah sebagai berikut:
a. Hotel
Hotel merupakan sarana akomodasi (menginap) yang menyediakan berbagai fasilitas
dan pelayanan bagi tamunya seperti pelayanan makanan dan minuman, layanan
kamar, penitipan dan pengangkatan barang, pencucian pakaian, serta pelayanan
tambahan lainnya.
b. Guest House
Guest house adalah jenis akomodasi yang bangunannya seperti tempat tinggal.
Umumnya guest house hanya memiliki fasilitas dasar yaitu kamar dan sarapan tanpa
fasilitas tambahan lainnya.
c. Homestay

5
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
Homestay menggunakan rumah tinggal pribadi sebagai tempat wisatawan menginap.
Umumnya homestay memberikan pelayanan kamar beserta makanan dan minuman.
Salah satu kelebihan dari homestay adalah wisatawan bisa mendapatkan kesempatan
untuk mengenal keluarga pemilik.
d. Losmen
Losmen merupakan jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau keseluruhan
bangunan sebagai tempat menginap. Losmen memiliki fasilitas dan pelayanan yang
jauh lebih sederhana dibandingkan hotel. Losmen tidak dirancang menyerupai
tempat tinggal seperti guest house.
e. Perkemahan
Perkemahan merupakan sarana menginap yang memanfaatkan ruang terbuka dengan
menggunakan tenda. Perkemahan biasa dilakukan oleh wisatawan yang ingin
bermalam namun kawasan wisata tersebut tidak menyediakan tempat bermalam
secara khusus.
f. Vila
Merupakan kediaman pribadi yang disewakan untuk menginap. Bedanya dengan
homestay adalah tamu akan menyewa rumah secara keseluruhan dan pemilik rumah
tidak berada pada rumah yang disewa tersebut.
g. Usaha Makanan dan Minuman
Makanan dan minuman adalah hal yang paling dibutuhkan ketika bepergian.
Kemudahan mendapatkan makanan di lokasi wisata menjadi nilai lebih bagi
wisatawan. Banyak wisatawan tertarik untuk mencoba makanan lokal, bahkan ada
yang datang ke daerah wisata hanya untuk mencicipi makanan khas tempat tersebut
sehingga kesempatan untuk memperkenalkan makanan lokal terbuka lebar. Usaha
ini termasuk diantaranya restoran, warung, atau cafe.

4. Jasa Pendukung Lainnya


Jasa pendukung adalah hal-hal yang mendukung kelancaran berwisata misalnya biro
perjalanan yang mengatur perjalanan wisatawan, penjualan cindera mata, informasi, jasa
pemandu, kantor pos, bank, sarana penukaran uang, internet, wartel, tempat penjualan
pulsa, salon, dan lain-lainnya.

Pada hakekatnya pengembangan adalah suatu proses untuk memperbaiki dan


meningkatkan sesuatu yang sudah ada. Pengembangan pariwisata merupakan kegiatan
membangun, memelihara, dan melestarikan tanaman, sarana dan prasarana, serta fasilitas lainnya
yang terdapat di lokasi wisata. Pengembangan pariwisata merupakan suatu proses yang dinamis
dan berkelanjutan menuju ketingkatan nilai yang lebih tinggi. Pengembangan pariwisata

6
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
memerlukan partisipasi dari masyarakat karena wisata memberikan kesempatan kepada
masyarakat terutama yang tinggal di daerah perdesaan untuk menambah mata pencahariannya
(Gurung dan Seeland, 2008). Pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah pengembangan
masyarakat dan wilayah (Fandeli, 1995), yang didasarkan pada:
1. Memajukan tingkat hidup masyarakat sekaligus melestarikan identitas dan tradisi lokal.
2. Meningkatkan tingkat pendapatan secara ekonomis sekaligus mendistribusikan secara
merata kepada penduduk lokal.
3. Berorientasi kepada pengembangan wisata berskala kecil dan menengah dengan daya
serap tenaga kerja besar dan berorientasi pada teknologi kooperatif.
4. Memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin sebagai agen penyumbang tradisi budaya
dengan dampak negatif yang seminimal mungkin.
Pengembangan suatu objek wisata harus memperhatikan lima unsur penting agar
wisatawan dapat merasa puas dalam menikmati perjalanan wisatanya. Unsur-unsur penting yang
harus dimiliki oleh suatu destinasi wisata (Spillane, 1994), sebagai berikut:
1. Attraction atau daya tarik wisata yaitu hal-hal yang dapat menarik minat wisatawan
untuk berkunjung.
2. Fasilites yaitu berbagai macam fasilitas pendukung yang cenderung berkembang seiring
dengan perkembangan daya tarik.
3. Infrastructure termasuk semua konstruksi baik di bawah maupun di atas tanah dari suatu
wilayah atau daerah.
4. Transportation atau jasa transportasi yang berisi informasi lengkap tentang fasilitas,
lokasi terminal, rambu-rambu ke lokasi, dan pelayanan pengangkutan lokal di tempat
tujuan.
5. Hospitality yaitu keramahtamahan atau kesediaan masyarakat setempat dalam menerima
wisatawan dalam berkunjung.

Ada beberapa aspek dasar yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengembangan
pariwisata (Carter dan Fabricus, 2007 dalam Sunaryo, 2013) sebagai berikut:
1. Pengembangan Atraksi dan Daya Tarik Wisata
Atraksi merupakan daya tarik yang akan melahirkan motivasi dan keinginan bagi wisatawan untuk
mengunjungi obyek wisata.
2. Pengembangan Amenitas dan Akomodasi Wisata
Berbagai fasilitas wisata yang perlu dikembangkan dalam aspek amenitas minimal terdiri dari
akomodasi, rumah makan, pusat informasi wisata, toko cinderamata, pusat kesehatan, pusat
layanan perbankan, sarana komunikasi, pos keamanan, Biro Perjalanan Wisata, ketersediaan air
bersih, listrik, dan lain sebagainya.
3. Pengembangan Aksesibilitas

7
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
Aksesibilitas tidak hanya menyangkut kemudahan transportasi bagi wisatawan untuk mencapai
sebuah tempat wisata, akan tetapi juga waktu yang dibutuhkan, tanda penunjuk arah menuju lokasi
wisata dan perangkat terkait lainnya.
4. Pengembangan Image (Citra Wisata)
Pencitraan (image building) merupakan bagian dari positioning, yaitu kegiatan untuk membangun
citra atau image dibenak pasar (wisatawan) melalui desain terpadu antara aspek kualitas produk,
komunikasi pemasaran, kebijakan harga, dan saluran pemasaran yang tepat dan konsisten dengan
citra atau image yang ingin dibangun serta ekspresi yang tampak dari sebuah produk.
Pengembangan pariwisata mencakup beberapa komponen-komponen utama (Cooper,
dkk, 1998 dalam Sunaryo, 2013) sebagai berikut:
1. Obyek atau Daya Tarik (atractions)
Mencakup daya tarik alam, budaya, maupun buatan/artificial, seperti event atau yang
sering disebut sebagai minat khusus (special interest.
2. Aksesibilitas (accessibility)
Mencakup dukungan sistem transportasi yang meliputi rute atau jalur transportasi,
fasilitas terminal, bandara, pelabuhan dan moda transportasi lain.
3. Amenitas (amenity)
Mencakup fasilitas penunjang dan pendukung wisata yang meliputi akomodasi, rumah
makan (food and baverage), retail, toko cinderamata, fasilitas penukaran uang, biro
perjalanan, pusat informasi wisata, dan fasilitas kenyamanan lainnya.
4. Fasilitas Pendukung (ancillary services)
Seperti bank, telekomunikasi, pos, rumah sakit, dan sebagainya.
5. Kelembagaan (institutions)
Terkait peran masing-masing unsur dalam mendukung terlaksananya kegiatan pariwisata
termasuk masyarakat setempat sebagai tuan rumah.

Dalam konsep pengembangan pariwisata alam khususnya di kawasan Hutan Lindung,


banyak yang perlu dipertimbangkan selain hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
setempat. Pengembangan pariwisata tidak terlepas dari adanya sebuah kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah maupun swasta yang bekerjasama untuk membangun dan mengelola tempat wisata
sebagai daya tarik untuk menarik perhatian wisatawan. Pengembangan pariwisata alam di kawasan
hutan lindung merupakan upaya yang dilakukan oleh suatu daerah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan namun tetap mempertimbangkan kondisi alami dari
kawasan tersebut. Maksud serta tujuan pengembangannya harus tetap berada dalam bingkai
RTRW daerah tersebut sehingga dapat berdampak positif bagi kehidupan masyarakat dan
lingkungan.
Beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan dalam pengembangan wisata alam di
kawasan Hutan Lindung (Wulandari & Sunarto, 2013), antara lain.

8
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
1. Potensi wisata yang tetap di pertahankan oleh masyarakat.
2. Memberdayakan masyarakat sekitar dengan adanya pengembangan wisata.
3. Kegiatan pengembangan wisata alam tidak menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan.

Pengembangan wisata alam harus memperhatikan kesesuaiannya dengan kawasan hutan


lindung, pola pemanfaatan ruang yang terstruktur, aksesibilitas di lokasi wisata, dan keamanan dari
pengembangan wisata alam (Riyanto et al., 2014). Pengembangan wisata alam pada kawasan
lindung juga harus memperhatikan aktivitas wisatawan yang kedepannya akan berpengaruh pada
pelestarian lingkungan, kondisi sosial dan ekonomi di sekitarnya (Ardahanlioglu & Ozhanci,
2014). Oleh karena itu, perlu adanya pelatihan kepada masyarakat untuk peka terhadap pelestarian
lingkungan serta terhadap wisatawan agar dapat beradaptasi dengan peraturan yang diberlakukan
di kawasan wisata alam tersebut (Jairam, 2011).
Pelaksanaan program pengembangan wisata alam di kawasan lindung perlu peran
pemerintah dalam pengelolaan lingkungan, pendanaan, dan penyuluhan kepada masyarakat agar
dapat memelihara lingkungan sekitar (Mukhsin, 2015). Sehingga wisata alam di kawasan lindung
dapat dikembangkan dengan beberapa prinsip (Riyanto et al., 2014), diantaranya.
1. Pengembangan edukasi dan eksplorasi. Namun tetap menjaga kelestarian lingkungan,
keamanan dan aksesibilitas menuju lokasi wisata.
2. Perlu adanya pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan pelayanan kepada
wisatawan yang berkunjung.
3. Pengembangan fasilitas penunjang pengembangan wisata alam dan mengedukasi
wisatawan agar tetap mematuhi peraturan yang berlaku.

2.2 MASYARAKAT
2.2.1 PERAN MASYARAKAT DALAM PARIWISATA
Peran serta masyarakat dalam pariwisata dibagi menjadi dua, yaitu partisipasi aktif dan
partisipasi pasif. Partisipasi aktif adalah partisipasi yang dilakukan secara langsung dan sadar
untuk ikut membantu program pemerintah dengan inisiatif dan mau melibatkan diri dalam
kegiatan pengusahaan serta pembinaan rasa memiliki dari masyarakat. Sedangkan partisipasi pasif
merupakan kesadaran yang timbul untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat
mengganggu kegiatan wisata, baik terhadap wisatawan maupun atraksi wisata itu sendiri. Dalam
mengembangkan wisata, partisipasi masyarakat merupakan salah satu kunci agar dapat berjalan
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Masyarakat di sekitar lokasi wisata merupakan orang
pertama yang mengetahui tentang kondisi daerahnya jika dibandingkan dengan orang yang berasal
dari luar daerah tersebut.
Peran masyarakat sangat diperlukan baik dalam perencanaan, pengembangan,
pengelolaan dan evaluasi kerja. Tujuannya untuk mewujudkan sikap rasa memiliki pada diri

9
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
masyarakat lokal sendiri, sehingga timbul kesadaran dan tanggung jawab untuk ikut serta dalam
mengembangkan daya tarik wisata. Masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam
menunjang pembangunan pariwisata. Pembangunan pariwisata akan sulit terwujud ketika
masyarakat setempat merasa diabaikan, hanya sebagai objek, serta merasa terancam oleh kegiatan
pariwisata di daerah mereka (Sugiarti, 2004 dalam Wicaksono, 2011).
Secara ekonomi, pengembangan pariwisata selain mendatangkan devisa bagi negara juga
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar kawasan wisata, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Pengembangan pariwisata dapat membuka lapangan kerja baru, meningkatkan
kesempatan berusaha, serta menambah pendapatan bagi masyarakat setempat. Beberapa bentuk
partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat dalam pengembangan pariwisata (Ratnaningsih,
2015) sebagai berikut:
1. Bentuk partisipasi mengawali aktifitas kepariwisataan dengan membuka usaha seperti
rumah makan, restaurant, dan pemandu wisata.
2. Bentuk partisipasi dalam proses awal kepariwisataan yaitu masyarakat mulai melakukan
musyawarah bersama untuk membicarakan mengenai keinginan mereka tehadap aktivitas
pariwisata di desa mereka.
3. Bentuk partisipasi saat perencanaan dengan membentuk Pokdarwis (kelompok sadar
wisata) dan pembuatan sarana prasarana penunjang.
4. Bentuk partisipasi dalam pelaksanaan yaitu masyarakat terlibat secara langsung atas
pelaksanaan semua perencanaan yang telah direncanakan seperti sarana dan prasarana
yang menunjang kepariwisataan dan atraksi.
5. Bentuk partisipasi dalam pengembangan yaitu memelihara atraksi yang sudah ada
maupun yang sedang direncanakan, melakukan promosi melalui website, baliho maupun
brosur.
6. Bentuk partisipasi dalam evaluasi program yaitu masyarakat belum bisa menilai sampai
mana perencanaan yang diprogramkan membuahkan hasil karena belum berjalannya
badan pengelola secara maksimal.

2.3 KONSEP 3A PARIWISATA


Berhasilnya suatu tempat wisata hingga tercapainya kawasan wisata sangat tergantung
pada 3A yaitu atraksi (attraction), mudah dicapai (accessibility), dan fasilitas (amenities).
Sedangkan Middleton memberikan pengertian produk wisata lebih dalam yaitu produk wisata
dianggap sebagai campuran dari tiga komponen utama daya tarik, fasilitas ditempat tujuan dan
aksesibilitas tujuan. Sebagai pembangunan dan pengembangan wisata Suatu daerah atau obyek
wisata memiliki daya tarik bagi pengunjung menurut Holloway antara lain harus memperhatikan
faktor 3A pariwisata.

10
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
2.3.1 ATRAKSI
Atraksi adalah sesuatu yang menjadi daya tarik dan dapat membuat wisatawan terkesan
yang berupa rasa puas, rasa nyaman, dan rasa nikmat pada wisatawan yang melihatnya atau
melaksanakannya. Dalam hal ini dapat berupa daya tarik alam, budaya, dan daya tarik buatan
manusia. Menurut Undang Undang No 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa
daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata adalah kawasan geografis
yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik
wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
Atraksi terdiri dari apa yang pertama kali membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung
ke sebuah kawasan. Atraksi dapat didasarkan pada sumber daya alam yang memiliki bentuk ciri-
ciri fisik alam, dan keindahan kawasan itu sendiri. Selain itu, budaya juga dapat menjadi atraksi
untuk menarik minat wisatawan datang, seperti hal-hal yang besejarah, agama, cara hidup
masyarakat, tata cara pemerintahan, dan tradisi-tradisi masyarakat baik dimasa lampau maupun di
masa sekarang. Hampir setiap destinasi memiliki atraksi khusus yang tidak dapat dimiliki oleh
destinasi lain.
Daya tarik tempat tujuan wisata merupakan motivasi utama bagi wisatawan untuk
melakukan kunjungan wisata. Menurutnya destinasi wisata dikelompokkan menjadi empat daya
tarik, yaitu :
a. Daya tarik wisata alam (natural attraction) yang meliputi pemandangan alam daratan,
pemandangan alam lautan, pantai, iklim atau cuaca.
b. Daya tarik wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction) yang meliputi bangunan
dan arsitektur bersejarah, bangunan dan arsitektur modern, arkeologi.
c. Daya tarik wisata budaya (cultural attraction) yang meliputi teater, musium, tempat bersejaah,
adat-istiadat, tempattempat religius, peristiwa-peristiwa khusus seperti festival dan drama
bersejarah (pageants), dan heritage seperti warisan peninggalan budaya.
d. Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup penduduk, bahasa penduduk di tempat tujuan
wisata, serta kegiatan sehari-hari

2.3.2 AMENITAS
Amenitas merupakan fasilitas pendukung yang dibutuhkan oleh wisatawan di destinasi
wisata. Amenitas atau sarana wisata adalah elemen dalam suatu destinasi yang memungkinkan
wisatawan tinggal di destinasi tersebut untuk menikmati atau berpartisipasi dalam atraksi yang
ditawarkan. Amenitas/sarana wisata merupakan semua bentuk fasilitas yang memberikan
pelayanan bagi wisatawan Untuk segala kebutuhan wisata Selama tinggal di daerah tujuan wisata.
Fungsi amenitas adalah memenuhi kebutuhan wisatawan tinggal utnuk sementara waku di daerän
wisata yang dikunjung Salah satu faktor yang dapat mnedorong wisatawan untuk melakukan

11
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
kegiatan wisata yaitu adanya sarana wisata yang memberikan kemudahan berwisata. Amenities
meliputi beragam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan akomodasi, penyediaan makanan dan
minuman, tempat hiburan, tempat perbelanjaan, dan layanan lainnya seperti bank, rumah sakit,
keamanan dan asuransi.
Fasilitas dan pelayanan lainnya di destinasi terdiri dari biro perjalanan wisata, restaurant,
retail outlet kerajinan tangan, souvenir, keunikan, keamanan yang baik, bank, penukaran uang,
(tourist infomation office), rumah sakit, tempat kecantikan dll. Setiap destinasi memiliki fasilitas
yang berbeda, namun untuk melayani kebutuhan dasar wisatawan yang berkunjung, destinasi
melengkapinya sesuai dengan karakteristik destinasi tersebut. Dalam melaksanakan fungsi dan
peranannya dalam pengembangan pariwisata di daerah, pemerintah daerah harus melakukan
berbagai upaya dalam pengembangan sarana dan prasarana pariwisata.
Sarana pariwisata terbagi menjadi tiga bagian penting, yaitu:
a. Sarana Pokok Pariwisata (Main Tourism Superstructures) adalah Hotel/penginapan, Villa,
Restoran.
b. Sarana Pelengkap Pariwisata (Suplementing Tourism Superstructures) adalah wisata budaya
dan wisata alam.
c. Sarana Penunjang Pariwisata (Supporting Tourism Superstructures) seperti pasar seni, kuliner,
oleh-oleh dan cindera mata kerajinan khas daerah.

2.3.3 AKSESIBILITAS
Aksesibilitas merupakan kemudahan untuk mencapai suatu tujuan, yang menyangkut
kenyamanan, keamanan, dan waktu tempuh. Hal ini menjadi penting diperhatikan karena semakin
tinggi aksesibilitas semakin mudah untuk dijangkau dan semakin tinggi tingkat kenyamanan
wisatawan untuk datang berkunjung. Menurut Sugiama, aksesibilitas adalah tingkat intensitas
suatu daerah tujuan wisata atau destinasi dapat dijangkau oleh wisatawan. Fasilitas dalam
aksesibilats seperti jalan raya, rel kereta api, jalan tol, terminal, stasiun kereta api, dan kendaraan
roda empat. Aksesibilitas baik dari perspektif keberadaan secara alamiah maupun strategi
pengembangan spasial memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung kesuksesan
pembangunan sektor pariwisata. Kebutuhan lainnya berkaitan dengan manajemen dan pemetaan
akses adalah memberikan layanan maksimal melalui rekayasa jarak yang memungkinan wisatawan
lebih lama berada di lokasi wisata dan mampu mendapatkan pengalaman baru.

2.4 STUDI KELAYAKAN WISATA


Studi kelayakan (Feasibility Study) merupakan kajian yang bersifat praktis atas berbagai
keunggulan dan kelemahan sumber daya yang tersedia yang akan dijadikan basis penyusunan
rencana proyek. Studi kelayakan memuat analisis tentang masalah yang mungkin terjadi jika suatu
proyek akan dijalankan dan kemungkian untuk mengatasinya secara efektif. Biasa yang studi
kelayakan dilakukan untuk maksud berikut:

12
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
a. Mengevaluasi kondisi nyata suatu proyek atau layanan
b. Mengevaluasi pengembangan produk dan jasa
c. Mengevaluasi peluang penciptaan produk dan jasa baru
d. Mengidentifikasi penyandang dana yang potensial bagi proyek.
Jadi, dari pengertian tentang studi kelayakan (feasibility study) diatas, studi kelayakan
merupakan kajian yang bersifat praktis atas berbagai keunggulan dan kelemahan sumber daya
yang tersedia.
Studi kelayakan bertujuan untuk mengkaji apakah suatu proyek layak dikembangkan atau
tidak. Menurut Steck, khusus di dalam perencanaan pariwisata, studi kelayakan dapat diarahakan
untuk menjawab tiga pertanyaan berikut:
a. Tujuan dan kepentingan Tujuan apa dan kepentingan siapa yang harus di capai dalam
proyek dan para pelaku ekonomi
b. Daya-dukung Apakah kondisi lingkungan, sosial, dan budaya lokal benar-benar mampu
mendukung pengembangan pariwisata.
b. Keuntungan Apakah kondisi dasar fisik lingkungan sekitar cukup kuat untuk
memungkinkan keuntungan dari pariwisata yang dapat digunakan bagi kepentingan
kawasan terindung atau dapat dinikmati oleh kelompok sasaran atau masyarakat lokal
yang berada di sekitar objek wisata.

2.4.1 STANDAR KELAYAKAN OBJEK DAERAH WISATA


Standar kelayakan menjadi daerah wisata menurut Lothar A. Kreck adalah sebagaimana
disajikan pada Tabel.

Tabel 2. 1 Standar Kelayakan Daerah Tujuan Wisata


No Kriteria Standar Mini

1 Objek Terdapat salah satu unsur alam social dan budaya

2 Akses Adanya jalan, kemudahan, rute, tempat parkir, dan harga parkir yang
terjangkau

3 Akomodsi Adanya pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen, dan lain-lain)

4 Fasilitas Agen perjalanan, pusat informasi, salon, fasilitas kesehatan, pemadam


kebakaran, hydrant, TIC (Tourism Information Centre), Guiding
(Pemandu Wisata), Plang informasi, Petugas yang memeriksa masuk dan
keluarnya wisatawan (petugas entry dan exit)

5 Transfortasi Adanya transfortasi lokal yang nyaman, variatif yang menghubungkan


akses masuk

6 Catering Service Adanya pelayanan makanan dan minuman (Restaurant, Rumah Makan,
warung nasi, dan lain-lain)

7 Aktivitas Terdapat sesuatu yang dilakukan di lokasi wisata, seperti berenang, terjun

13
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA
No Kriteria Standar Mini

Rekreasi payung, berjemur, berselancar, jalan-jalan, dan lainlain

8 Pembelanjaan Adanya tempat pembelian barang-barang umum

9 Komunikasi Adanya televisi, telepon umum, radio, sinyal telephone, seluler, penjual
voucher (Isi ulang pulsa seluler) dan internet akses

10 Sistem Adanya bank (beberapa jumlah dan jenis bank dan ATM beserta
Perbankan sebarannya)

11 Kesehatan Poliklinik poli umum/jaminan ketersediaan pelayanan yang baik untuk


penyakit yang mungkin diderita wisatawan

12 Keamanan Adanya jaminan keamanan (petugas khusus keamanan, polisi wisata,


pengawas pantai, rambu-rambu perhatian, pengarah kepada wisatawan)

13 Kebersihan Tempat sampah dan rambu-rambu peringatan tentang kebersihan

14 Sarana Ibadah Terdapat salah satu sarana ibadah bagi wisatawan

15 Sarana Terdapat salah satu sarana pendidikan formal


Pendidikan

16 Sarana Olahraga Terdapat alat dan perlengkapan untuk berolahraga

14
IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA DESA PAMPANG HARAPAN KECAMATAN SUKADANA

Anda mungkin juga menyukai