Anda di halaman 1dari 37

PENGANTAR PARIWISATA

I Wayan Wiwin, SST.Par., M.Par.


SEJARAH KELAHIRAN ILMU PARIWISATA
Fenomena pariwisata sejak dahulu sudah mulai dipelajari oleh para ahli
melalui berbagai disiplin ilmu, seperti sosiologi, antropologi, geografi
ekonomi dan sebagainya.
Namun pendekatan tersebut ternyata kurang mampu dalam menggali
pariwisata sebagai suatu fenomena yang kompleks dengan karakteristik
khasnya.
Kemudian dalam perjalanan sejarah munculah keinginan dari berbagai
pihak untuk menjadikan pariwisata sebagai ilmu baru.
Wacana tersebut muncul pertamakali pada tahun 1980-an.
Akan tetapi ternyata wacana tersebut banyak menimbulkan banyak
perdebatan di berbagai pihak.
Perdebatan tersebut berfokus pada “apakah pariwisata adalah suatu ilmu
yang mandiri atau hanya objek studi dari ilmu-ilmu yang telah mapan
dengan pendekatan multi disipliner.”
PARIWISATA SEBAGAI ILMU
 Ilmu itu sendiri merupakan suatu pengetahuan
sistematis yang berdasarkan pengalaman (empiric)
dan percobaan (eksperimen) dengan metode yang
diuji. Oleh sebab itu syarat pariwisata untuk menjadi
sebuah ilmu harus memenuhi 3 syarat dasar
(Suriasmantri, 1978), yaitu :
1. Ontologi (objek formal ilmu yang dipelajari)
2. Epistemologi (metode suatu ilmu untuk mencari
sebuah kebenaran)
3.  Aksiologi (nilai atau manfaat ilmu)
PARIWISATA SEBAGAI ILMU
Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal
1. Objek material adalah seluruh lingkup (makro) yang
dikaji suatu ilmu.
2. Objek formal adalah bagian tertentu dari objek
material yang menjadi perhatian khusus dalam
kajian ilmu tersebut.
 Sesungguhnya objek formal inilah yang
membedakan satu ilmu deNgan ilmu yang lain. 
PARIWISATA SEBAGAI ILMU
 Aspek ontologi
Ilmu pariwisata harus mampu menyediakan informasi ilmiah yang lengkap tentang
hakikat pelancongan, gejala pariwisata, wisatawannya sendiri, prasarana dan sarana
wisata, objek-objek yang dikunjungi, sistem dan organisasi, kegiatan bisnisnya, serta
fasilitas pendukungnya.
 Aspek epistemologi
Pendekatan ini menekankan bahwa pergerakan wisatawan, aktifitas masyarakat yang
memfasilitasi, serta implikasi dari keduanya terhadap kehidupan mayarakat secara luas
merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan atau saling mempengaruhi.
Pariwisata dapat dicari kebenaranya melalui metode ilmiah, oleh sebab itu pariwisata
memenuhi syarat epistemology.
 Aspek aksiologi
ilmu pariwisata harus menghasilkan nilai berupa manfaat positive bagi perkembangan
ilmu pariwisata itu sendiri, bagi kehidupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat, serta
lingkungan alam yang mendukungya. Hal ini jelas bahwa ilmu pariwiata juga dapat
digunakan sebagai ilmu yang bersifat praktis dalam mengembangkan kepariwisataan di
lapangan sehingga dapat berkontribusi memberi dampak positive.
PARIWISATA SEBAGAI ILMU
secara asumtif dapat dikatakan bahwa objek formal
kajian (aspek ontologi) ilmu pariwisata adalah
masyarakat.
Oleh sebab itu pariwisata dapat diposisikan sebagai
salah satu ilmu sosial karena focus of interestnya
adalah kehidupan masyarakat manusia.
Sejarah Lahirnya Ilmu Pariwisata di Indonesia
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa pariwisata telah memenuhi 3 syarat dasar
untuk menjadi disiplin  ilmu baru, maka 26 tahun kemudian yaitu pada tahun
2006 pariwisata secara resmi dideklarasikan sebagai sebuah disiplin  ilmu mandiri
melalui perjuangan panjang Depudpar dan Hildiktipari. Isi deklarasi tersebut
adalah :
Pariwisata adalah cabang ilmu yang mandiri, yang sejajar dengan ilmu-ilmu lain.
Program S1, S2, dan S3 Ilmu Pariwisata di berbagai lembaga pendidikan sudah
layak untuk diberikan ijin oleh Departement Pendidikan Nasional.
Tanggal 31Maret 2008 merupakan salah sau tonggak sejarah pengakuan
pariwisata sebagai ilmu. Pada tanggal tersebut keluarlah surat ijin dari Dirjen
Dikti Depdiknas No. 947/D/T/2008 yang ditunjukan kepada menteri
Kebudayaan dan Pariwisata, yang secara eksplisit menyebutkan bahwa
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi menyetujui pembukaan jenjang Program
Sarjana (S1) dalam beberapa program studi pada STP Bali dan STP Bandung.
Dengan ini merupakan adanya pengakuan formal bahwa pariwisata adalah
disiplin ilmu yang sejajar dengan ilmu-ilmu lainya.
PENGERTIAN PARIWISATA
Kata “PARIWISATA”, berasal dari bhs Sansekerta :
 Pari = banyak, berulang-ulang, berkali-kali, berputar-putar.
 Wisata = bepergian bersenang-senang

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang


Kepariwisataan Bab I Pasal 1 ; dinyatakan bahwa wisata adalah
kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari
keunikan daya tarik wisata yang kunjungi dalam jangka waktu
sementara.
Wisatawan
Traveller, orang yg melakukan perjalanan atar dua
atau lebih lokalitas.
Visitor, orang yg melakukan perjalanan ke daerah yg
bukan merupakan tempat tinggalnya, kurang dari 12
jam.
Tourist, bagian dari visitor yg menghabiskan waktu
paling tidk satu malam (24 jam) di daerah yang
dikunjungi (WTO, 1995).
Semua definisi wisatawan tersebut
mengandung unsur pokok :
1. Adanya unsur travel (perjalanan)
2. Adanya unsur tinggal sementara
3. Adanya unsur bukan untuk mencari nafkah.
Pariwisata mencakup 3 elemen utama
(Mathieson and Wall, 1982) :
1. A dynamic element, yaitu travel ke suatu destinasi
wisata
2. A static element, yaitu singgah di suatu daerah
tujuan
3. A consequential element, akibat dari dua hal diatas.
(dampak fisik, ekonomi, sosial budaya)
Tipologi Wisatawan (Cohen, 1972) :
1. Drifter
2. Explorer
3. Individual mass tourist
4. Organized mass tourist
Tipologi Wisatawan (Smith, 1977) :
1. Explorer
2. Elite
3. Off-beat
4. Unusual
5. Incipient mass
6. Mass
7. Charter
Tipologi Wisatawan (Plog, 1972) :

1. Allocentric : ingin mengunjungi tempat2 yg belum


diketahui, adventure, memanfaatkan fasilitas lokal.
2. Psychocentric : hanya mau mengunjungi dtw yg sdh
memiliki fasilitas lengkap standar internasional.
3. Mid-centric : terletak diantara keduannya.
Tipologi Wisatawan (Gray, 1970)
1. Sunlust tourist,
2. Wanderlust tourist,
Jenis dan Bentuk Kegiatan Wisata
Potensi Daya Tarik dan Atraksi Wisata
Daya Tarik dan Atraksi Wisata dikelompokan menjadi 3
yaitu :
1. Natural amenities : lokasi geografis, iklim/cuaca,
topografi, surface material, air, vegetasi/flora, fauna.
2. Man-made supply
3. The way of life
Pariwisata sebagai sebuah industri
Definisi industri pariwisata: keseluruhan usaha
penyediaan jasa pelayanan wisata mulai dari dari
daerah asal wisatawan menuju ke daerah tujuan wisata
sampai kembali lagi ke daerah tempat tinggal
wisatawan sebagai satu kesatuan usaha jasa pelayanan
wisata yang saling terkait satu dengan yang lainnya
Sistem perekonomian :
Production
Marketing
Consumption
7 Sektor utama dalam Industri Pariwisata
(Leiper, 1990)
1. Sektor pemasaran (the marketing sector)
2. Sektor perhubungan (the carrier sector)
3. Sektor akomodasi (the accommodation sector)
4. Sektor daya tarik/atraksi wisata ( the attraction sector)
5. Sektor tour operator (the tour operator sector)
6. Sektor pendukung (the miscellaneous sector)
7. Sektor pengkoordinasi/regulator (the coordinating
sector)
ORGANISASI-ORGANISASI KEPARIWISATAAN
Organisasi tingkat daerah (lokal)
Organisasi tingkat nasional
Organisasi tingkat internasional
Jenis organisasi :
Government office
Non-government office
SUMBER DAYA PARIWISATA
“Segala sesuatu yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan guna mendukung pariwisata, baik
secara langsung maupun tidak langsung”.
Meliputi :
1. sumber daya alam
2. sumber daya budaya
3. sumber daya manusia
4. sumber daya minat khusus
Sumber Daya Alam
Menurut Fennel (1999) :
1. Lokasi geografis
2. iklim dan cuaca
3. topografi dan landforms
4. surface materials
5. air
6. vegetasi
7. fauna
Sumber Daya Manusia
SDM dalam bidang transportasi
SDM dalam bidang akomodasi
SDM dalam bidang F & B service
SDM dalam bidang tour & travel
SDM dalam bidang tourism education
SDM dalam bidang research
SDM dalam bidang attractions & recreation
SDM dalam bidang tourist office & tourist information
SDM dalam bidang MICE events
SDM dalam bidang entertainment & shopping
Sumber Daya Budaya
Bangunan bersejarah, candi, situs, monumen,
museum, galeri seni, situs budaya kuno
Seni (tari, patung, lukis), arsitektur, tekstil,
handycraft, dll
Cara hidup masyarakat lokal : sistem,tradisi, upacara,
teknologi tradisional, dll
Kuliner lokal
Sumber Daya Pariwisata Minat Khusus
Active adventure
Nature & wildlife
Romance
Family
Soft adventure
History/culture
Hobby
Spiritual
Sport
PENGELOLAAN PARIWISATA
Fungsi-fungsi manajemen :
1. planning (perencanaan)
2. directing (mengarahkan) & Organizing
3. Actuating
4. controlling & evaluating
Prinsip-Prinsip Dasar Pengelolaan Pariwisata
(Cox, 1985) :
1. Pembangunan dan pengembangan pariwisata harus
didasarkan pada kearifan lokal.
2. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya
yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata
3. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada
khasanah budaya lokal
4. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis pada keunikan
budaya
5. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan
pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat
positif, dan menghentikan aktivitas pariwisata yang melampau
ambang batas (carrying capacity)
Pengelolaan Pariwisata harus memperhatikan
prinsip-prinsip keseimbangan :
Pembangunan vs konservasi
Penawaran vs permintaan
Keuntungan vs biaya
Manusia vs lingkungan
Pengelolaan par dapat berperan strategis
utk fungsi-fungsi sbb:
Perlindungan thd SD dan lingkungan
Keberlanjutan ekonomi
Peningkatan integritas budaya
Nilai pendidikan dan pembelajaran
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
PARIWISATA
Kebijakan (policy) merupakan arah atau tuntunan
dalam pelaksanaan suatu kegiatan oleh pemerintah
yang diekspresikan dalam sebuah pernyataan umum
mengenai tujuan yang ingin dicapai.
TUJUAN PEMBANGUNAN
KEPARIWISATAAN
Kepariwisataan dikembangkan untuk:
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Meningkatkan kesejahteraan rakyat
Menghapus kemiskinan
Mengatasi pengangguran
Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
Memajukan kebudayaan
Mengangkat citra bangsa
Memupuk rasa cinta tanah air
Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa, dan
Mempererat persahabatan antar bangsa

Sumber: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009


Sejarah Perkembangan Kebijakan Pariwisata
Dunia
1. Paradigma kebijakan pariwisata massal
2. Paradigma kebijakan pariwisata utk kesejahteraan
sosial
3. Paradigma kebijakan pariwisata terpadu
PEMASARAN PARIWISATA
Konsep Pemasaran :

apakah perbedaan penjualan, promosi, dan


pemasaran?
Sejarah perkembangan pemasaran
1. Era Produksi
menghasilkan standarisasi produk dengan harga serendah
mungkin ke pasaran.
2. Era Penjualan
mendorong usaha atau cara menjual produk yang efektif,
karena kompetisi semakin meningkat, perusahaan tidak
akan bertahan tanpa mengetahui beragam segmentasi pasar.
3. Era Pemasaran
mengadopsi prinsip consumered approach dan
berkonsentrasi pada peningkatan bauran pemasaran.
meeting customer needs dan providing consumer satisfaction.
Perbedaan Konsep Penjualan dan
Pemasaran
Konsep Fokus Sarana Tujuan
Penjualan Penjualan/produk Promosi Keuntungan
melalui volume
penjualan
Pemasaran Kebutuhan Pemasaran Keuntungan
konsumen integratif melalui kepuasan
konsumen

Anda mungkin juga menyukai