Anda di halaman 1dari 22

RANGKUMAN MATA KULIAH RPS 1

BISNIS PARIWISATA

MATA KULIAH : AKUNTANSI HOTEL (E1)


Dosen Pengampu : Dr. Maria Mediatrix Ratna Sari, SE., MSi., Ak., CA.

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1. Ni Luh Putu Priska Sri Utami (1907531043)
2. Putu Friska Devi Lionita Putri (1907531058)
3. Ni Putu Ari Kusmirawati (1907531172)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan berbagai macam kegiatan
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah pusat dan pemerintah Daerah. Kegiatan pariwisata ini juga secara
langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai manfaat
terhadap masyarakat setempat dan sekitarnya. Bahkan pariwisata dikatakan mempunyai
energi dobrak yang luar biasa, yang mampu membuat masyarakat setempat mengalami
metamorphose dalam berbagai aspeknya.
Manfaat pariwisata dapat dilihat dari berbagai aspek/segi yaitu manfaat pariwisata dari
segi ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, nilai pergaulan dan ilmu pengetahuan,
serta peluang dan kesempatan kerja. Perkembangan kawasan pariwisata tentunya tidak
tumbuh begitu saja tanpa ada suatu usaha yang dilakukan, oleh karena itu maka ketersedian
sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk pengembangan sektor ini dan agar dapat
menjadi salah satu sektor andalan. Maka dari itu untuk mendalami materi mengenai
pariwisata, dalam paper akan menjelaskan mengenai pengertian pariwisata dan wisatawan,
jenis-jenis pariwisata, usaha pariwisata, daya tarik wisata dan motivasi melakukan
perjalanan, pemasaran pariwisata, aspek ekonomis pariwisata, dan dampak pembangunan
pariwisata.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Apa pengertian pariwisata dan wisatawan?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis pariwisata?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan usaha pariwisata?
1.2.4 Apa hubungan daya tarik wisata dengan motivasi melakukan perjalanan?
1.2.5 Bagaimana pemasaran pariwisata?
1.2.6 Apa saja aspek ekonomi pariwisata?
1.2.7 Bagaimana dampak pembangunan pariwisata?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PARIWISATA DAN WISATAWAN

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Menurut kamus besar bahasa Indonesia “keparwisataan” merupakan kata nomina, yaitu
kata benda berarti perihal atau yang berhubungan dengan pariwisata. Sedangan “pariwisata”
juga merupakan kata nomina yang berarti berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi,
pelancongan, dan turisme. Jika pariwisata dikaitkan dengan kata bahari (pariwisata bahari)
artinya pariwisata yang obyeknya adalah laut dan isinya (berperahu, berselancar, menyelam,
sky air, memancing dan sebagainya). Kata “Pariwisata” berasal dari bahasa Jawa Kuna.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ”pari” berarti semua, segala, sekitar, sekeliling;
kata ”wisata” berarti bepergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-
senang dan sebagainya. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat,
dan pemerintah daerah (UU No. 9 tahun 1990 dan diperbaharui dengan UU No. 10 tahun 2009
Tentang Kepariwisataan). Sehingga lingkup pariwisata meliputi:

1. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.


2. Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, seperti kawasan wisata, taman rekreasi,
kawasan peninggalan sejarah (candi, makam), museum, waduk, pagelaran seni budaya,
tata kehidupan masyarakat dan yang bersifat alamiah, seperti keindahan alam, gunung
berapi, danau, pantai dan lain-lain.
3. Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata seperti biro perjalanan wisata, pramuwisata,
pameran, angkutan wisata, akomodasi dan lain-lain.

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata


(UU No. 9 tahun 1990 dan diperbaharui dengan UU No. 10 tahun 2009 Tetang
Kepariwisataan). Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

3
dikunjungi dalam jangka waktu sementara (UU No. 9 tahun 1990 dan diperbaharui dengan UU
No. 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan). Sehingga lingkup pengertian wisata adalah:

1. Kegiatan perjalanan.
2. Dilakukan secara sukarela.
3. Bersifat sementara.
4. Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya
tarik wisata maupun untuk pengembangan diri.

Obyek dan daya tarik wisata merupakan sasaran perjalanan wisata yang meliputi:

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna,
seperti pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan
tropis, serta binatang-binatang langka.
2. Karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah,
seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman
rekreasi dan tempat hiburan.

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Wisatawan menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan kata nomina yang
berarti orang berwisata, pelancong, atau turis artinya orang yang memasuki wilayah atau
Negara lain dengan tujuan apapun asal bukan untuk tinggal menetap atau melakukan usaha
teratur, dan mengeluarkan uangnya di negara yang dikunjungi serta tidak memperoleh uang
dari Negara tersebut. Wisatawan dibedakan menjadi wisatawan mancanegara dan
wisatawan domestik. The Comittee of Statistical Experts of the League of Nations (1937)
memberikan beberapa definisi terkait dengan wisatawan sebagai berikut:

1. Wisatawan adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara dimana
ia biasanya tinggal, dan dengan periode setidak-tidaknya selama 24 jam.
2. Yang biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:
a. Orang-orang yang bepergian untuk tujuan bersenang-senang, alasan keluarga,
untuk tujuan kesehatan dan lain sebagainya.
b. Orang-orang yang bepergian untuk mengadakan pertemuan atau mewakili
kedudukan sebagai diplomat, misi keagamaan, orang-orang yang bepergian dengan
alasan dagang.

4
c. Orang-orang yang singgah dalam pelayaran lautnya, sekalipun bila mereka tinggal
kurang dari 24 jam.
3. Yang tidak biasa dianggap sebagai wisatawan adalah:
a. Orang-orang yang datang baik dengan dasar kontrak maupun tidak, untuk mencari
kerja atau yang bekerja pada suatu aktivitas usaha di negara tersebut.
b. Orang-orang lain yang datang untuk menetap menjadi penduduk di negara tersebut.
c. Pelajar dan orang-orang muda yang mondok di rumah pemondokan atau asrama.

Sedangkan Komisi Statistik Perserikatan Bangsa-Bangsa (1967) memberikan definisi


pengunjung (visitors) adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara selain negara tempat
tinggalnya yang biasa, untuk berbagai tujuan selain mencari dan melakukan suatu pekerjaan
yang menguntungkan di negara yang dikunjungi. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan
bahwa yang bisa disebut sebagai wisatawan adalah yang memiliki ciri-ciri berikut:

1. Perjalanan itu dilakukan lebih dari 24 jam.


2. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu.
3. Orang yang melakukannya tidak mencari nafkah di tempat di negara yang dikunjungi.

Pemerintah Indonesia melalui UU No. 10 Tahun 2009, tentang Kepariwisataan telah


mendefinisikan wisatawan, wisata, kepariwisataan, dan pariwisata sebagai berikut:

1. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.


2. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempattertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan
pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka
waktu sementara.
3. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta
layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah
daerah.
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap
orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama
wisatawan, pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pengusaha.
5. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang
menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

5
6. Daerah tujuan pariwisata atau destinasi pariwisata adalah kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat daya tarik
wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.
7. Pengusaha Pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan
usaha pariwisata. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

2.2 JENIS-JENIS PARIWISATA

Definisi pariwisata dan wisatawan yang telah dijelaskan sebelumnya memberi gambaran
tentang tujuan seseorang melakukan perjalanan wisata. Defnisi tersebut akan mempengaruhi
dan menentukan jenis-jenis pariwisata yang dapat dikembangkan didaerah tujuan wisata
sehingga menarik wisatawan untuk mengunjunginya. Menurut Spillane (1989) terdapat
beberapa jenis pariwisata:

1. Pleasure tourism (pariwisata menikmati perjalanan)


Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk
berlibur, mencari udara segar yang baru, mengendorkan ketegangan sarafnya,
menikmati keindahan alam, menikmati hikayat suatu daerah, menikmati hiburan, dan
sebagainya. Jenis pariwisata ini menyangkut begitu banyak unsur yang sifatnya berbeda
karena pengertian utilitas pleasure yang berbeda sesuai dengan karakter, citarasa, latar
belakang kehidupan, dan temparemen individu.
2. Recreation tourism (pariwisata rekreasi)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki pemanfaatan hari-hari
libur untuk istirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani yang akan
menyegarkan keletihan dan kelelahan.
3. Cultural tourism (pariwisata budaya)
Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti keinginan untuk
belajar dipusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat istiadat, cara hidup
masyarakat suatu negara, mengunjungi peninggalan bersejarah, mengunjungi
peninggalan masa kini, pusat-pusat kesenian dan keagamaan, mengikuti festival seni
musik, film, teater, tari dan sebagainya.
4. Sport tourism (pariwisata olah raga), jenis pariwisata ini dibagi dalam dua kategori:

6
a. Big sport event seperti: Olympiade games, tenis Wimbledon, balap motor grand
prix-GP, Formula-1, kejuaran sepak bola dunia, sepak bola piala champions, dan
sebagaiya.
b. Sporting tourism of practionaer. Yaitu pariwisata olah raga bagi mereka yang ingin
berlatih dan mempraktekan sendiri, seperti pendakian gunung, berburu,
memancing, dan sebagainya yang tentunya akan menarik wisatawan untuk
mengunjungi negara yang menyediakan fasilitas pariwisata untuk olah raga.
5. Business shoping tourism (pariwisata dagang besar-belanja)
Jenis perjalanan ini menurut banyak ahli tidak termasuk dalam kegiatan pariwisata
karena unsur voluntary tidak terlibat didalamnya. Dalam jenis pariwisata ini, unsur
yang ditekankan adalah kesempatan yang digunakan oleh pelaku perjalanan wisata
menggunaan waktu-waktu bebasnya untuk menjadikan dirinya sebagai wisatawan
dengan mengunjungi dan menikmati obyek wisata dan berbelanja.
6. Convention tourism (pariwisata konvensi)
Jenis pariwisata ini mengalami perkembangan yang luar biasa dan menjadi penting
dalam sumbangan terhadap devisa negara. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya negara
yang mulai tertarik dan menggarap jenis pariwisata ini dengan banyaknya hotel atau
bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi untuk menunjang convention tourism.
Fasilitas konvensi ini digunakan untuk melakukan pertemuan-pertemuan kepala negara
ataupun organisasi-organisasi dunia yang melibatkan bayak negara dan banyak peserta.

2.3 USAHA PARIWISATA

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990 pengertian Usaha


Pariwisata yaitu kegiatan yang bertujuan menyelenggrakan jasa pariwisata atau menyediakan
atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang
terkait dibidang tersebut. United Nations Conference on Trade and Development (1971) dalam
Guidelines for Tourism Statistics mengatakan bahwa industri pariwisata atau sektor pariwisata
bukan merupakan suatu sektor ekonomi tertentu atau bukan merupakan cabang produksi
tertentu. Adapun barang-barang dan jasa-jasa yang diperhitungkan dalam pariwisata berasal
dari beberapa sektor dan ini memenuhi permintaan wisatawan asing maupun luar negeri.
Berdasarkan hal tersebut sektor-sektor yang dianggap termasuk sektor pariwisata adalah:

1. Akomodasi termasuk didalamnya hotel, villa, penginapan, dan pemondokan.


2. Jasa boga termasuk didalamnya restoran, cafetaria, dan rumah makan.

7
3. Usaha wisata termasuk didalamya pengusahaan obyek wisata, usaha souvenir, dan
usaha hiburan.
4. Agen perjalanan wisata termasuk didalamnya travel agent.
5. Perusahaan angkutan atau transportasi termasuk didalamnya perusahaan angkutan
darat, angkutan laut, angkutan udara yang menunjang perjalanan wisman dan wisdom.
6. Covention organizer.
7. Pelatihan dan pendidikan.

Lastara (1997) mengemukakan bahwa usaha jasa pariwisata adalah usaha yang menyediakan
jasa perencanaan, jasa pelayanan, dan jasa penyelenggaraan pariwisata, yang dapat terdiri dari
berbagai kenis usaha. Yang temasuk sebagai usaha pariwisata adalah:

1. Usaha biro perjalanan wisata, merupakan usaha penyediaan jasa perencanaan dan atau
jasa pelayanan dan penyelanggaraan wisata (UU No. 9 tahun 1990 tentang
kepariwisataan).
2. Usaha agen perjalanan wisata, merupakan usaha jasa perantara untuk menjual dan atau
mengurus jasa untuk perjalanan wisata.
3. Usaha jasa pramuwisata, merupakan seseorang yang bertugas memberikan bimbingan,
penerangan, dan petunjuk tentang obyek wisata, serta membantu segala sesuatu yang
diperlukan oleh wisatawan di dalam perjalanan.
4. Usaha jasa konveksi, perjalanan insentif dan pameran, merupakan usaha dengan
kegiatan pokok memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan kelompok orang
(negarawan, cendekiawan, usahawan) untuk membahas masalah-masalah yang
berkaitan dengan kepentingan bersama.
5. Usaha jasa impresariat, merupakan kegiatan pengurusan penyelenggaraan hiburan baik
yang berupa mendatangkan, mengirimkan, maupun mengembalikan serta menentukan
tempat, waktu, dan jenis hiburan.
6. Usaha jasa konsultan pariwisata, adalah jasa berupa saran dan nasehat yang diberikan
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul mulai dari penciptaan gagasan,
pelaksanaan dan operasinya disusun secara lisan, tertulis maupun gambar oleh tenaga
ahli profesional.
7. Usaha jasa informasi pariwisata, merupakan keterangan dalam bentuk apapun
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepariwisataan.

8
Lastara (1997) juga mengemukakan bahwa usaha sarana pariwisata meliputi kegiatan
pembangunan, pengelolaan, dan penyediaan fasilitas, serta pelayanan yang diperlukan dalam
penyelenggaraan pariwisata, seperti jenis usaha berikut:

1. Penyediaan akomodasi
2. Penyediaan makan dan minum
3. Penyediaan angkutan wisata
4. Penyediaan sarana wisata tirta
5. Kawasan pariwisata

2.4. DAYA TARIK WISATA DAN MOTIVASI MELAKUKAN PERJALANAN

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan
geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya terdapat
daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang
saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Sedangkan, Daya Tarik Wisata
adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
tujuan kunjungan wisatawan. Jenis daya tarik wisata tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut
dalam berbagai sub jenis atau kategori kegiatan wisata, antara lain:

1. Wisata petualangan (adventure tourism)


2. Wisata bahari (marine tourism)
3. Wisata agro (farm tourism)
4. Wisata kreatif (creative tourism)
5. Wisata kapal pesiar (cruise tourism)
6. Wisata kuliner (culinary tourism)
7. Wisata budaya (cultural tourism)
8. Wisata sejarah (heritage tourism)
9. Wisata memorial (dark tourism), contoh: ground zero World Trade Centre, ground zero
Legian Bali, Merapi pasca letusan
10. Wisata ekologi (ecotourism/wild tourism)
11. Wisata pendidikan (educational tourism)
12. Wisata ekstrim-menantang bahaya (extreme tourism), contoh: bercanda dengan hiu,
bercanda dengan buaya
13. Wisata massal (mass tourism)

9
14. Wisata pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran (meeting, incentive,
convention, and exhibition tourism)
15. Wisata kesehatan (medical tourism/wellness tourism)
16. Wisata alam (nature-based tourism)
17. Wisata religi (religious tourism/pilgrimage tourism)
18. Wisata budaya kekinian (pop culture tourism)
19. Wisata desa (rural tourism)
20. Wisata luar angkasa (space tourism)
21. Wisata olahraga (sport tourism)
22. Wisata kota (urban tourism)
23. Wisata relawan (volunteer tourism)

H. Peter Gray (1970), mengemukakan beberapa alasan seseorang melakukan perjalanan


untuk bersenang-senang (pleasure travel) adalah:

1. Faktor haus akan sinar (sunlust), dimaksudkan sebagai sifat-sifat yang mendasar
pada tabiat manusia, yang menyebabkan seseorang ingin pergi meninggalkan
sesuatu yang sudah biasa dilihat dan dirasakan, untuk melihat suatu daerah atau
kebudayaan baru yang berbeda. Jadi ini adalah fungsi dari karakter manusia.
2. Faktor yang menimbulkan jenis perjalanan yang khusus, yang tergantung pada
adanya hal-hal yang menyenangkan (amenities) yang berbeda dan lebih baik untuk
tujuan tertentu dibandingkan dengan yang ada di tempat sendiri, seperti liburan
musim dingin di Florida, Hawaii atau Caribia oleh orang-orang Canada dan orang-
orang yang berasal dari Amerika Serikat sebelah Utara.

Hal diatas sangat penting terutama bagi negara yang menerima wisatawan tersebut,
khususnya dalam pembuatan rencana yang sesuai bagi pembangunan industri pariwisata,
dimana kita harus mengetahui apa yang diharapkan oleh para wisatawan potensial tersebut dan
apa yang lebih disenanginya dan lain sebagainya.

Spillance (1989) produk dari obyek atau industri pariwisata mempunyai beberapa sifat
khusus, antara lain:

1. Produk wisata tidak dapat dipindahkan karena orang tidak dapat membawa produk
wisata ke wisatawan, tetapi wisatawan itu sendiri yang harus mengunjungi,
mengalami, dan datang untuk menikmati produk wisata.

10
2. Produksi dan konsumsi terjadi pada waktu bersamaan. Tanpa wisatawan yang
sedang menggunakan jasa wisata itu tidak akan terjadi kegiatan produksi wisata.
3. Pariwisata tidak mempunyai standar ukuran yang obyektif karena pariwisata
memiliki berbagai ragam jenis pariwisata.
4. Wisatawan tidak dapat mencicipi, mengetahui, ataupun menguji produk itu
sebelumnya karena wisatawan hanya melihat melalui brosur, internet, ataupun alat
promosi lainnya.
5. Produk wisata mengandung resiko tinggi karena memerlukan modal besar,
sedangkan permintaanya sangat peka dan rentan terhadap situasi ekonomi, politik,
sikap masyarakat, dan kesukaan wisatawan.

Dinas Pariwisata Provinsi Bali (2005) mengemukakan bahwa hasrat ingin tahu dan jiwa
petualangan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada manusia merupakan dorongan terhadap
kita untuk melakukan perjalanan kemana saja yang ingin kita lintasi dan nikmati obyek
wisatanya meskipun sampai ke negeri orang. Selain hal tersebut ada beberapa faktor yang
menjadi penyebab untuk melakukan perjalanan wisata yaitu:
1. Kondisi lingkungan: Kondisi lingkungan sekitar yang kurang baik/rusak,
lingkungan tempat tinggal yang bising dan kotor, ataupun pemandangan yang
membosankan.
2. Kondisi sosial budaya: Seperti kurang tersedianya fasilitas rekreasi, kegiatan yang
rutin dalam masyarakat sekitar, terlalu banyak kerja, adanya perbedaan sosial antar
anggota masyarakat dan lain-lain yang sering menjadi alasan untuk pergi ke tempat-
tempat yang kondisinya lebih baik dan menyenangkan.
3. Kondisi ekonomi: Konsumsi yang tinggi dari masyarakat, biaya hidup sehari-hari,
tingkat daya beli yang tinggi, banyaknya waktu luang serta relatif rendahnya ongkos
angkutan, juga akan mendorong seseorang untuk melakukan perjalanan wisata.
4. Pengaruh kegiatan pariwisata Peningkatan publikasi dan penyebaran informasi
serta timbulnya pandangan tentang nilai lebih dari kegiatan berwisata terhadap
fungsi sosial masyarakat dapat mendorong kegiatan wisata.
2.5 PEMASARAN PARIWISATA

Pemasaran mempunyai peran yang sangat penting dalam industri pariwisata khususnya
untuk memberikan pencitraan daerah tujuan wisata. Pemasaran daerah tujuan wisata adalah
keseluruhan usaha untuk mengenalkan produk wisata yang ditawarkan oleh daerah tujuan
wisata baik yang tagiable maupun intangiable produk, mengenali identitas wisatawan yang

11
mempunyai waktu, uang dan mempunyai keinginan untuk berwisata, dan mencari cara terbaik
untuk mecapai dan menyakinkan wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata.
Pemasaran daerah tujuan wisata menyangkut penelitian pasar, penjualan, dan usaha mencari
jalan terbaik untuk menyakinkan wisatawan agar rata-rata lama tinggal lebih lama, dan jumlah
pengeluaran perkapita wisatawan semakin besar.

Tujuan utama pemasaran pariwisata adalah tidak hanya menyangkut jumlah maksimal
wisatawan yang berkunjung dan tinggal lebih lama tetapi lebih diutamakan quality tourism
yang dengan promosi selektif dapat mencapai wisatawan dengan belanja yang sangat besar dan
terjadi repeat guest. Pemasaran daerah tujuan pariwisata memerlukan kerjasama dengan pihak-
pihak terkait seperti: pemerintah (Kementerian), perusahaan jasa penerbangan dalam dan luar
negeri, jasa transportasi darat, biro wisata, travel, restoran, dan hotel. Sasaran pasar dapat
dicapai dengan menggunakan data statistik, dan informasi seperti rata-rata lama tinggal,
pengeluaran perkapita wisatawan, jumlah kunjungan wisatawan, dan waktu-waktu pilihan
yang menarik wisatawan untuk datang dan mengunjungi daerah tujuan wisata (peak season
and off season).

Realisasi kedatangan wisman ke Indonesia menunjukan bahwa jumlah wisman yang


datang paling banyak pada bulan Agustus dan Desember (peak season) sedangkan bulan Maret,
April, dan Mei merupakan bulan sepi kunjungan (off season). Hal ini dapat dimengerti karena
pada bulan Agustus dan Desember, wisman memperoleh hak menikmati liburan atau hak cuti
dari tempat kerjanya, dan bersamaan liburan natal dan tahun baru.

Pemasaran daerah tujuan wisata dapat dilakukan tidak hanya dengan melakukan promosi
melalui iklan, brosur, internet, ataupun alat-alat promosi lainnya tetapi dapat juga dengan
mengundang penulis atau wartawan pariwisata asing dengan tujuan agar penulis atau wartawan
tersebut menulis atau meliput hasil kunjungannya di daerah tujuan wisata. Penentuan posisi
pasar penting bagi wisatawan dalam memperoleh gambaran yang jelas tentang produk wisata,
kekhususan daerah tujuan wisata, mutu layanan hotel, tarif kamar hotel, dan kondisi keamanan
daerah tujuan wisata.

Dalam manajemen pemasaran global, prinsip-prinsip dalam marketing mix masih berlaku.
Marketing mix sebagai strategi pemasaran sebenarnya mempertemukan antara penawaran dan
permintaan pasar. Stanley dalam (Spillance, 1989), seorang konsultan Pasific Asia Travel
Association (PATA) membagi unsur marketing mix dalam pariwisata menjadi:

12
1. Product mix Wisatawan memerlukan jasa obyek wisata dan sarana wisata tertentu.
Sarana wisata adalah sarana sosial ekonomi secara keseluruhan atau sebagian
menghasilkan jasa atau barang yang digunakan wisatawan seperti hotel, rumah makan,
sarana olah raga, dan atraksi kesenian. Faktor penting dalam product mix adalah
masalah pemeliharaan warisan budaya, peninggalan sejarah, dan pemeliharaan fisik
dan nonfisik.
2. Distribution mix berperan penting membawa wisatawan pada produk wisata yang
ditawarkan. Distribution mix mencakup jasa transportasi darat, laut, dan udara yang
melibatkan perusahaan jasa transportasi darat, laut, udara, biro perjalanan dan guide.
Kunci penting distribution mix adalah layanan agar wisatawan memperoleh kepuasan
saat mengkonsumsi produk pariwisata.
3. Communication mix Agar suatu produk wisata diketahui oleh wisatawan maka
wisatawan harus diberi informasi, diperkenalkan, ditarik, dan didorong agar
mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Dalam menginformasikan, mengenalkan,
menarik, dan mendorong wisatawan tersebut diperlukan communication mix. Ada
beberapa pendekatan communication mix, yaitu:
a. Sales promotion: Pendekatan ini meliputi kegiatan komunikasi yang diarahkan
kepada wisatawan melalui media umum, e-commerce, biro perjalanan, dan
hubungan langsung dengan wisatawan.
b. Image promotion: Kegiatan komunikasi ini dilakukan dengan cara membujuk
secara halus untuk memberi kesan dan gambaran suatu daerah tujuan wisata
melalui kunjungan perkenalan juru foto spesialis, penulis atau wartawan
pariwisata, feature khusus di surat kabar atau majalah, dan dan pengiriman misi
kesenian ke berbagai Negara.
c. Melalui pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan kepada semua staf organisasi yang
terkait dalam mata rantai kegiatan pariwisata.
d. Melalui jasa penerangan kantor pariwisata, termasuk jasa surat-menyurat, dan
hubungan korespondensi melalui alat komunikasi
e. Service mix Kegiatan dalam service mix merupakan kebijakan pemerintah untuk
memperlancar perjalanan dan persinggahan wisatawan, seperti kebijakan visa dan
ketentuan bea cukai.

13
2.6. ASPEK EKONOMIS PARIWISATA

Berkembangnya industri pariwisata disuatu negara/daerah akan menarik sektor lain


untuk berkembang karena produknya atau jasanya diperlukan untuk menunjang industri
pariwisata, seperti sektor pertanian, peternakan, dan perkebunan. Penelitian yang dilakukan
Chau di Hawai (Spillance, 1989) menunjukkan bahwa setiap kenaikan kunjungan wisatawan
sebanyak 25.000 orang mengakibatkan terciptanya kesempatan kerja langsung sejumlah 390
orang dan tidak langsung sejumlah 243 orang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
International Union of Office Travel Organization menyimpulkan bahwa kesempatan kerja
yang terbuka diseluruh dunia untuk bidang hotel dan restoran diperkirakan mencapai 750.000
orang per tahunnya (Spillance, 1989).

Menurut Tambunan (1999), industri pariwisata yang dapat menjadi sumber Pendapatan
Asli Daerah (PAD) adalah industri pariwisata yang dimiliki masyarakat daerah (community
tourism development) atau CTD. Dengan pengembangan CTD, pemerintah daerah dapat
memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam retribusi yang bersifat legal. Kegiatan
CTD meliputi pengembangan dan pelestarian budaya, kesenian dan budaya berbagai desa di
daerah tujuan wisata. Pilar ekonomi CTD dalam meningkatkan PAD dapat dilihat dari usaha
pemerintah daerah dalam melakukan pungutan dan retribusi resmi dari kegiatan industri yang
bersifat multisektoral, yang meliputi usaha perhotelan, restoran, usaha wisata, usaha perjalanan
wisata, professional convention organizer, pendidikan formal dan informal, pelatihan dan
transportasi.

Keterkaitan kegiatan industri pariwisata dengan penerimaan daerah melalui jalur PAD
yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah
yang dipisahkan, bagi hasil kekayaan bukan pajak dan pendapatan transfer yang terdiri dari
dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil sumber daya alam, dana alokasi umum serta dana alokasi
khusus. Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan, restoran atau jasa
boga, usaha wisata yang meliputi obyek wisata, souvenir dan hiburan, usaha perjalanan wisata
yang meliputi travel agent dan guider, convention organizer, dan transportasi dapat menjadi
sumber penerimaan PAD yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, dan
penerimaan lain bukan pajak yang diterima oleh daerah kabupaten kota maupun provinsi.
Sebagai contoh, keberadaan sebuah hotel disuatu daerah kabupaten atau kota akan menjadi
sumber PAD bagi kabupaten atau kota dari penerimaan :

1) Pajak daerah (berupa pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame dan

14
pajak minuman berakhohol).
2) Retribusi daerah (berupa uang sepadan reklame, restribusi kebersihan, uang sewa
tanah/bangunan, restribusi ijin mendirikan bangunan, dan restribusi parkir).
3) Laba BUMD (berupa penggunaan jasa bank pemerintah daerah, PD bank pasar, dan PD
air minum).
4) Bagi hasil pajak (berupa bagi hasil pajak bumi dan bangunan, bagi hasil bea perolehan
hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak penghasilan pasal 25, 29, dan pph pasal
21).
5) Bukan pajak (berupa pemberian hak atas tanah pemerintah). Bagi provinsi, keberadaan
hotel yang ada didaerahnya akan menjadi sumber PAD dari penerimaan:
a. Pajak provinsi (berupa pajak air bawah tanah, pajak bahan bakar kendaraan
bermotor dan pajak kendaraan bermotor).
b. Restribusi provinsi (berupa restribusi pemakaian tanah dan bangunan).
c. Laba BUMD provinsi (berupa penggunaan jasa bank BPD)
d. Bagi hasil pajak provinsi (berupa bagi hasil bumi dan bangunan, bagi hasil bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan, bagi hasil pajak pph pasal 25, 29 dan
21)

2.7. DAMPAK PEMBANGUNAN PARIWISATA

Manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam pembangunan dan pengembangan


pariwisata bila direncanakan dan diarahkan dengan baik antara lain :

1) Manfaat ekonomi (kesejahteraan masyarakat) : Meningkatnya arus wisatawan baik


nusantara atau mancanegara ke suatu daerah menuntut macam-macam pelayanan dan
fasilitas yang semakin meningkat jumlah dan ragamnya. Hal ini memberi manfaat
ekonomi bagi penduduk, pengusaha maupun pemerintah setempat, seperti:
a. Penerimaan devisa akan meningkat
b. Kesempatan berusaha yang semakin luas
c. Terbukanya lapangan kerja baru disekitar daerah wisata
d. Meningkatnya pendapatan masyarakat dan pemerintah
e. Mendorong perkembangan pembangunan daerah
2) Manfaat sosial budaya
a. Adanya upaya pelestarian budaya dan adat istiadat dari masyarakat
b. Meningkatkan kecerdasan masyarakat karena adanya persaingan

15
c. Meningkatkan kesehatan dan kesegaran jasmani ataupun rohani
d. Mengurangi konflik sosial karena meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
3) Manfaat dalam berbangsa dan bernegara
a. Mempererat persatuan dan kesatuan antar daerah.
b. Menumbuhkan rasa memiliki, keinginan untuk memelihara dan
mempertahankan negara yang berujung pada tumbuh rasa cinta terhadap tanah
air.
c. Memelihara hubungan baik internasional dalam hal pengembangan pariwisata.
4) Manfaat bagi lingkungan : Pembangunan dan pengembangan pariwisata diarahkan agar
dapat memenuhi keinginan wisatawan, seperti hidup tenang, bersih, jauh dari polusi,
santai, dapat mengembalikan kesehatan fisik maupun mental. Dengan demikian
pengembangan pariwisata merupakan salah satu cara dalam upaya untuk melestarikan
lingkungan, disamping akan memperoleh nilai tambah atas pemanfaatan dari
lingkungan yang ada.

Dampak-dampak yang tidak diinginkan (negatif) karena berkembangnya


kepariwisataan di suatu daerah, dapat menyangkut segi ekonomi, sosial budaya, politik maupun
lingkungan, seperti :

1) Harga-harga barang atau jasa pelayanan menjadi naik, karena banyaknya pengunjung.
Wisatawan selalu dianggap membawa uang banyak. Harga tanah naik/ikut naik
harganya akibat sarana dan fasilitas wisata seperti pembangunan hotel dan lain-lain.
2) Penduduk, khususnya remaja suka mengikuti pola hidup para wisatawan yang tidak
sesuai dengan budaya dan kepribadian bangsa kita sendiri.
3) Banyaknya pemanfaatan wisatawan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab
untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti pemerasan, perjudian, pencurian,
pengedaran barang- barang terlarang dan lain-lain.
4) Terjadinya pengrusakan lingkungan, baik karena pembangunan prasarana dan sarana
pariwisata, maupun karena ulah pengunjung atau tangan-tangan jahil.

16
KASUS KEPARIWISATAAN

KASUS I:

Sengketa PT. Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) dengan warga Banjar (dusun) Suka Duka Giri
Dharma, Desa Ungasan, Kabupaten Badung, Bali

A. Kronologi Kasus
Pada Tahun 2012 PT. Alam Sutera Realty Tbk. menyelesaikan akuisisi 90,3%
saham PT. Garuda Adhimatra Indonesia, pemegang hak atas tanah yang terletak di
taman Budaya garuda wisnu Kencana (GWK) Bali. Sejak PT. Alam Sutra Realty Tbk
menjadi pemilik saham terbesar dalam proyek GWK, kesepakatan-kesepakatan
terdahulu yang telah di sepakati oleh PT. Garuda Adhimatra Indonesia dengan warga
Banjar Suka Duka Giri Dharma telah di sepelekan dan diingkari oleh PT. Alam Sutera
Realty Tbk. PT. Alam Sutera Realty Tbk mengingkari point kesepakatan yang pertama
yaitu menutup akses jalan Rurung Agung yang menjadi jalan adat yang memang milik
adat, sebagai akses jalan ke kuburan, digunakan sebagai upacara keagamaan dan juga
jalan Rurung Agung itu adalah jalan yang menghubungkan antara kuburan dengan titik
terjauh dari masyarakat di wilayah terkait.
Sebelum terjadinya sengketa atas pihak pemegang saham yang baru yaitu PT.
Alam Sutera Realty Tbk. dengan masyarakat setempat, Klian Banjar Suka Duka Giri
Dharma yaitu Bapak Kurma sendiri telah melakukan negosiasi dan musyawarah kepada
pihak pengelola agar tidak munutup akses Jalan Rurung Agung. Namun hal tersebut
tidak digubris, padahal dalam industri pariwisata GWK masyarakat setempat pun
banyak berperan demi kesuksesan pembangunan pariwisata itu sendiri. Dimana
kearifan lokal juga sangat berpengaruh terhadap kebudayaan tersebut.
B. Solusi yang Telah Dilakukan
Solusi dari penyelesaian sengketa antara PT. Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI)
dengan warga Banjar (dusun) Suka Duka Giri Dharma, Desa Ungasan, Kabupaten
Badung, Bali adalah dengan melakukan mediasi. Dengan melakukan mediasi, akan
memberikan ruang kepada para pihak untuk menyelesaikan sengketa dan agar
tercapainya kesepakatan untuk mewujudkan suatu win-win solution. Akhirnya pada
tanggal 25 Agustus 2014, kedua belah pihak melakukan mediasi yang bertempat di
Jalan Rurung Agung tersebut dengan dimediatori oleh tokoh-tokoh desa adat Ungasan

17
yaitu I Wayan Sugita Putra selaku Prebekel Ungasan dan I Ketut Marcin selaku
Bendesa Adat Ungasan.
Adapun poin pembahasan tuntutan dari masyarakat kepada PT. Alam Sutera
Reality Tbk. antara lain mengenai Rurung Agung, Jalan Lingkar, Balai Banjar, fasilitas
listrik dan air, dan tenaga kerja. Penyelesaian sengketa melalui mediasi antara PT. Alam
Sutera Reality Tbk. dengan warga Banjar (dusun) Suka Duka Giri Dharma, Desa
Ungasan, Kabupaten Badung, Bali berjalan dengan lancar dan efektif. Dalam
penyelesaian sengketa ini, pihak mediator yakni tokoh-tokoh adat setempt mampu
mengantar proses mediasi menjadi lebih sederhana, tidak berbelit-belit dan mampu
memotivasi para pihak untuk melakukan tawaran-tawaran kepentingan yang nantinya
akan disepakati dan kelebihan dari mediator independen adalah mampu menjaga
imparsialitas dan netralitas dari pengaruh mana pun.
C. Saran yang Dapat Diberikan
Sebaiknya dalam mengambil keputusan apapun harus berdiskusi dengan semua pihak
yang terlibat dalam proyek GWK ini. Sehingga dengan adanya diskusi akan
menghasilkan kesepakatan yang diharapkan tidakmerugikan maupun melanggar
peraturan yang ada dimana peraturan ini merupakan sebuah awig-awig yang sudah
berlaku sejak lama. Sebaiknya hasil dari upaya sengketa ini dapat dilaksanakan dimana
diharapkan pihak mediator mampu mengantar proses mediasi menjadi lebih sederhana
dalam artian tidak berbelit-belit untuk melakukan tawaran kepentingan yang nantinya
akan disepakati.

KASUS 2:

Pelecehan Air Suci oleh Wisatawan Asing

A. Kronologi Kasus
Beredar video tidak senonoh yang dilakukan oleh dua turis asing di Bali. Dalam video
tersebut, dua pasangan turis tersebut terlihat mencipratkan air suci dari Pelinggih yang
ada di kawasan Monkey Forest Ubud, Bali. Video tersebut viral dan dianggap sebagai
pelecehan terhadap tempat suci yang ada di Bali. Kronologi peristiwa dapat dipaparkan
sebagai berikut:
1. Pakai Air Suci untuk Membasuh Area Belakang Tubuh
Kejadian pelecehan tempat suci ini berlangsung di kawasan Monkey Forest,
Ubud, Bali. Sepasang turis yang bernama Sabina Dolezalova dan Zdenek adalah

18
turis dari Rep. Ceko. Dari keterangan anggota DPR RI Arya Wedakarna yang
dilansir dari Solopos.com, diketahui bahwa keduanya memiliki masa tinggal di
Indonesia hingga 7 September 2019. Mereka datang ke kawasan Monkey
Forest, Ubud, Bali dan jalan-jalan di kawasan teduh ini. Ketika sampai di depan
Pelinggih, Zdenek dan Sabina bercanda berdua. Mereka saling berpelukan dan
kemudian Sabina membuka bagian belakang rok yang ia kenakan. Dengan
posisi Sabina menungging, Zdenek mengambil air dari tirta suci di Pelinggih
dan membasuhkannya ke bagian pantat Sabina. Semua kejadian ini direkam
oleh teman Sabina, dan kemudian diunggah oleh Sabina di akun
@sabina_dolezalova_ifbb. Hanya dalam hitungan jam, postingan ini kemudian
viral di dunia maya. Sikap keduanya pun memancing amarah masyarakat Bali
karena mereka telah melecehkan air suci di tempat yang juga suci.
2. Masyarakat Bali Geram
Video ini dengan cepat menjadi viral, tidak hanya di Bali tetapi juga di
Indonesia. Banyak sosok ternama di Bali yang mengungkapkan rasa kesal
mereka kepada Sabina dan Zdenek di dunia maya. Salah satunya adalah Jerinx
SID dan desainer Ni Luh Djelantik. Dalam postingannya di Instagram, Ni Luh
Djelantik mengungkap bahwa jika turis seperti Sabina dan Zdenek tidak
diseleksi, maka Bali akan tenggelam.
3. Penjelasan Mengenai Air Suci
Dilansir dari Detik.com, Arya Wedakrana menjelaskan mengapa air dari
Pelinggih di Monkey Forest tersebut dianggap suci. Bagi masyarakat Bali, air
seperti ini digunakan untuk bersikap suci. Jika divisualisasikan airnya mengucur
dari pelinggih itu dianggap suci sehingga terkait perbuatan seperti Sabina dan
Zdenek dianggap pelecehan, karena air-air itu digunakan untuk hal-hal yang
bersikap suci. Jadi air itu digunakan untuk upacara, diambil tirta istilahnya,
bahkan orang Bali saja untuk beberapa tempat seperti itu tidak boleh digunakan
untuk mandi, karena ada pura yang khusus diambil air sucinya dan ada yang
khusus digunakan untuk membersihkan badan.
B. Solusi yang Telah Dilakukan
Solusi yang dilakukan dalam kasus pelecehan terhadap tempat suci di Bali
tepatnya di kawasan Monkey Forest Ubud, Bali adalah dengan melakukan mediasi
antara wisatawan, pihak kepolisian, pihak imigrasi, honorary consul Republik Czech
beserta pihak dari desa adat. Dalam proses mediasi, kedua turis tersebut dikenakan
19
sanksi adat. Sanksi adat yang diberikan adalah kedua turis tersebut harus ikut terlibat
dalam upacara pura dan pembersihan pura serta meminta maaf secara adat.
Selain itu, kedua turis tersebut harus hadir pada upacara yang diadakan desa.
Mereka harus berpartisipasi dan membantu sebagian biaya upacara yang diadakan di
Pura Beji Kawasan Monkey Forest Ubud.
C. Saran yang Dapat Diberikan
Saran yang dapat diberikan agar kedepannya tidak terjadi kasus serupa adalah
dengan melakukan upaya pengawasan yang lebih ketat pada pura-pura di Bali yang
didatangi jutaan wisatawan. Walaupun penjagaan semakin ketat, namun tidak boleh
meninggalkan kesan negatif kepada para wisatawan. Selain itu, wisatawan juga harus
diedukasi melalui tur-tur guide yang seharusnya menjelaskan mengenai peraturan-
peraturan yang boleh dilakukan dan yang tidak selama di Bali.
Jika kasus seperti diatas wisatawan tidak menggunakan jasa tour guide, maka
sosialisasi dapat dilakukan melalui pembagian brosur kepada wisatawan yang datang.
Sosialisasi ini juga dapat dilakukan baik dengan jalur resmi seperti media yang
terjangkau oleh berbagai kalangan, medsos atau media lainnya. Selain itu juga,
diperlukan komunikasi untuk meminta saran mengenai apa yang dibutuhkan dan
fasilitas yang sekiranya dirasa kurang yang harus dilengkapi sehingga daerah wisata
menjadi lebih baik kedepannya.

20
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat, dan
pemerintah daerah. Sementara wisatawan adalah orang yang berwisata, pelancong, atau
turis dalam artian orang yang memasuki wilayah atau Negara lain dengan tujuan apapun
asal bukan untuk tinggal menetap atau melakukan usaha teratur, dan mengeluarkan
uangnya di negara yang dikunjungi serta tidak memperoleh uang dari Negara tersebut.
Defnisi pariwisata dan wisatawan tersebut akan mempengaruhi dan menentukan jenis-
jenis pariwisata yang dapat dikembangkan didaerah tujuan wisata sehingga menarik
wisatawan untuk mengunjunginya. Adapun jenis-jenis wisata tersebut adalah Pleasure
tourism, Recreation tourism, Cultural tourism, Sport tourism, Business shoping tourism,
dan Convention tourism.
Dari jenis-jenis usaha yang beragam tersebut akan berkembang menjadi bisnis
pariwisata, yakni kegiatan yang bertujuan menyelenggrakan jasa pariwisata atau
menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata
dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut. Oleh karena itu akan diperlukan pemasaran
pariwisata yang mempunyai peran yang sangat penting dalam industri pariwisata
khususnya untuk memberikan pencitraan daerah tujuan wisata. Dalam hal ini pelaku usaha
di bidang pariwisata dapat melakukan pemasaran usaha dengan melakukan marketing mix.
Namun meskipun pariwisata memberikan banyak hal positif tentunya juga ada dampak
negatif karena berkembangnya kepariwisataan di suatu daerah, hal tersebut dapat
menyangkut dari segi ekonomi, sosial budaya, politik maupun lingkungan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, Dodik dkk. 2018. Akuntansi Perhotelan (Pendeketan Sistem Informasi Berbasis
USALI). Pekalongan: Pt. Nasya Expanding Management

Kompas.Com. 2014. Kasus GWK Bisa Rusak Citra Pariwisata Bali. Terdapat Pada
https://amp.kompas.com/travel/read/2014/08/26/144300627/kasus-gwk-bisa-rusak-
citra-pariwisata-bali. Diakses Pada 11 Februari 2022

Kompas.Com. 2019. Dianggap Melecehkan Air Suci Bali, Dua Turis Asing Dihukum Adat.
Terdapat pada https://travel.kompas.com/read/2019/08/12/160800727/dianggap-
melecehkan-air-suci-bali-dua-turis-asing-dihukum-adat?page=all. Diakses Pada
11 Februari 2022

22

Anda mungkin juga menyukai