Anda di halaman 1dari 27

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN

“SUPPLY CHAIN MANAGEMENT”

DISUSUN OLEH:

SALWA TAHTA AUNIA SUDIRMAN (221350089)

ANANDA PUTRI (221350026)

NURHAYATI (229350038)

ANDI MUH. AGUNG ANUGRAH (219350068)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PARE-PARE
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis, dengan judul
“SUPPLY CHAIN MANAGEMENT” yang dibina oleh Bapak Firmansyah, SE., MM. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan pihak yang
dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan.

Pare-Pare, 14 Mei 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................................4
Latar Belakang......................................................................................................................4
Rumusan Masalah................................................................................................................5
Tujuan..................................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
PEMBAHASAN..........................................................................................................................7
A. Konsep Dasar Supply Chain Management....................................................................7
B. Permasalahan Dalam Rantai Pasokan Global.............................................................10
C. Etika Dalam Supply Chain Management.....................................................................11
D. Manajemen Risiko dalam Supply Chain......................................................................12
E. Manajemen Kualitas dalam Supply Chain..................................................................14
F. Pengelolaan Persediaan dalam Supply Chain.............................................................16
G. Transportasi dan Distribusi dalam Supply Chain........................................................18
H. Teknologi Informasi dalam Supply Chain...................................................................20
BAB III.....................................................................................................................................24
Studi Kasus.............................................................................................................................24
Keberhasilan Implementasi Supply Chain Management....................................................24
BAB IV....................................................................................................................................26
PENUTUP................................................................................................................................26
Kesimpulan.........................................................................................................................26
Saran..................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompleks, global, dan berubah dengan cepat
telah mendorong kebutuhan akan pendekatan yang lebih terintegrasi dan strategis dalam
mengelola rantai pasokan. Sebelum adanya konsep Supply Chain Management (SCM),
banyak perusahaan hanya fokus pada upaya internal mereka, seperti pengendalian biaya
produksi, meningkatkan efisiensi operasional, atau pemasaran produk mereka.

Namun, dengan semakin kompleksnya rantai pasokan modern yang melibatkan berbagai
mitra bisnis di berbagai lokasi geografis, pendekatan tradisional tersebut tidak lagi efektif.
Terjadi kebutuhan untuk berkolaborasi dengan pemasok, produsen, distributor, dan
pengecer untuk memastikan kelancaran aliran material, informasi, dan nilai tambah dari
awal hingga akhir.

Munculnya konsep Supply Chain Management sebagai pendekatan strategis dan terintegrasi
untuk mengelola seluruh rantai pasokan berasal dari pengakuan bahwa efisiensi dan
keunggulan kompetitif perusahaan tidak dapat dicapai secara terisolasi. Pengambilan
keputusan yang efektif, koordinasi yang baik, dan integrasi proses bisnis yang solid
diperlukan untuk mengoptimalkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan.

Selain itu, perubahan teknologi informasi yang pesat juga telah berkontribusi pada
pengembangan SCM. Kemampuan untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis
data secara real-time memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan visibilitas yang lebih
baik terhadap seluruh rantai pasokan mereka. Teknologi juga memfasilitasi komunikasi dan
kolaborasi yang lebih efektif antara mitra bisnis dalam rantai pasokan.

Dalam konteks globalisasi dan persaingan yang meningkat, SCM menjadi kunci penting
dalam mencapai keunggulan kompetitif. Perusahaan yang berhasil menerapkan SCM

4
mampu mengoptimalkan kinerja rantai pasokan mereka, mengurangi biaya, meningkatkan
responsibilitas terhadap permintaan pelanggan, meningkatkan kualitas produk, dan
memberikan kepuasan pelanggan yang lebih baik.

Dengan demikian, latar belakang SCM adalah hasil dari kebutuhan akan pendekatan yang
terintegrasi, strategis, dan berkolaborasi dalam mengelola rantai pasokan modern yang
kompleks. Konsep ini terus berkembang seiring dengan perubahan lingkungan bisnis dan
teknologi, memberikan manfaat yang signifikan bagi perusahaan yang menerapkannya
dengan baik.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana manajemen risiko dapat diintegrasikan dalam Supply Chain


Management (SCM) untuk menghadapi tantangan yang muncul dalam rantai
pasokan?
2. Bagaimana manajemen kualitas dapat diterapkan dalam SCM untuk meningkatkan
kualitas produk atau layanan serta memenuhi ekspektasi pelanggan?
3. Bagaimana pengelolaan persediaan dapat dioptimalkan dalam SCM untuk
mengurangi biaya, meminimalkan risiko kekurangan atau kelebihan persediaan,
serta meningkatkan efisiensi operasional?
4. Bagaimana transportasi dan distribusi dapat dikelola dengan baik dalam SCM untuk
memastikan pengiriman yang tepat waktu, efisien, dan meminimalkan biaya
logistik?
5. Bagaimana penerapan teknologi informasi dalam SCM dapat meningkatkan
visibilitas, kolaborasi, dan efisiensi di seluruh rantai pasokan?
6. Bagaimana studi kasus atau contoh implementasi SCM dapat memberikan
pemahaman praktis tentang penerapan konsep SCM dalam konteks bisnis yang
nyata?

5
Tujuan

1. Menganalisis peran manajemen risiko dalam SCM dan mengidentifikasi risiko-risiko


yang ada dalam rantai pasokan.
2. Menjelaskan konsep dan prinsip-prinsip manajemen kualitas dalam SCM serta
mengidentifikasi metode dan alat yang digunakan untuk meningkatkan kualitas
produk atau layanan.
3. Mengeksplorasi strategi dan teknik pengelolaan persediaan dalam SCM untuk
mengoptimalkan kinerja persediaan dan mengurangi biaya.
4. Memahami peran transportasi dalam SCM, mempelajari berbagai mode
transportasi, dan mempelajari strategi pengelolaan rute dan jaringan distribusi.
5. Menganalisis peran teknologi informasi dalam SCM, mengidentifikasi sistem
manajemen rantai pasok berbasis teknologi informasi yang relevan, dan
mengevaluasi manfaatnya dalam meningkatkan visibilitas dan kolaborasi.
6. Mempelajari studi kasus atau contoh implementasi SCM untuk memahami
tantangan yang dihadapi, solusi yang diterapkan, dan manfaat yang dicapai dalam
konteks bisnis yang nyata.

Dengan rumusan masalah dan tujuan tersebut, makalah ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman mendalam tentang konsep dan penerapan Supply Chain Management (SCM)
serta memberikan wawasan praktis tentang bagaimana SCM dapat diterapkan dalam
lingkungan bisnis untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Supply Chain Management

 Definisi Supply Chain Management (SCM)

Supply Chain Management (SCM) adalah pendekatan terintegrasi yang melibatkan


perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pengawasan seluruh aliran barang,
informasi, dan layanan dari tahap awal hingga tahap akhir dalam rangka memenuhi
kebutuhan pelanggan dengan efektif dan efisien. SCM melibatkan koordinasi yang
ketat antara berbagai mitra bisnis yang terlibat dalam rantai pasok, seperti
pemasok, produsen, distributor, dan pengecer, dengan tujuan mengoptimalkan
kinerja keseluruhan rantai pasok, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mencapai
keunggulan kompetitif.

Dalam SCM, fokusnya bukan hanya pada aliran fisik barang, tetapi juga pada
pertukaran informasi yang akurat dan waktu yang tepat antara semua pihak yang
terlibat. SCM melibatkan strategi perencanaan dan pengambilan keputusan yang
berkaitan dengan persediaan, transportasi, produksi, distribusi, pengadaan, serta
pengelolaan risiko dan ketidakpastian dalam rantai pasok.

Penerapan SCM memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan efisiensi


operasional, mengurangi biaya, meminimalkan persediaan yang tidak perlu,
meningkatkan waktu respons, meningkatkan mutu produk dan layanan, serta
meningkatkan kolaborasi antara mitra bisnis dalam rantai pasok. Tujuan utama SCM
adalah mencapai pengiriman produk yang tepat waktu, tepat jumlah, dengan biaya
yang minimal, dan memenuhi ekspektasi pelanggan.

7
 Pentingnya Supply Chain Management (SCM)

1. Meningkatkan Efisiensi Operasional: SCM membantu perusahaan


mengoptimalkan aliran barang, informasi, dan layanan dalam rantai pasok.
Dengan mengelola persediaan, produksi, dan distribusi dengan baik,
perusahaan dapat mengurangi waktu dan biaya yang terbuang, meningkatkan
penggunaan sumber daya, dan mencapai efisiensi operasional yang lebih tinggi.
2. Meminimalkan Biaya: SCM membantu mengidentifikasi dan mengurangi biaya
yang terkait dengan rantai pasok, seperti biaya persediaan yang berlebihan,
biaya transportasi yang tinggi, biaya pergudangan yang tidak efisien, atau biaya
proses produksi yang tidak perlu. Dengan mengoptimalkan proses dan
mengelola risiko dengan baik, perusahaan dapat menghemat biaya yang
signifikan.
3. Meningkatkan Pelayanan Pelanggan: SCM memungkinkan perusahaan untuk
menghadirkan produk dengan tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat mutu
kepada pelanggan. Dengan memperbaiki visibilitas dan koordinasi dalam rantai
pasok, perusahaan dapat meningkatkan respons terhadap permintaan
pelanggan, mengurangi keterlambatan pengiriman, dan meningkatkan
kepuasan pelanggan.
4. Mengurangi Risiko dan Ketidakpastian: SCM membantu perusahaan mengelola
risiko yang terkait dengan rantai pasok, seperti perubahan permintaan pasar,
keterbatasan pasokan, perubahan kebijakan regulasi, atau bencana alam.
Dengan mengembangkan strategi pengelolaan risiko yang efektif, perusahaan
dapat mengurangi dampak negatif dari ketidakpastian dan menjaga kelancaran
operasional.
5. Meningkatkan Kolaborasi dan Hubungan Bisnis: SCM mendorong kolaborasi
yang erat antara mitra bisnis dalam rantai pasok, termasuk pemasok, produsen,
distributor, dan pengecer. Dengan berbagi informasi secara real-time, saling

8
berkoordinasi, dan saling mendukung, perusahaan dapat memperkuat
hubungan bisnis, membangun kepercayaan, dan menciptakan sinergi yang
saling menguntungkan.
6. Meningkatkan Keunggulan Kompetitif: SCM dapat menjadi sumber keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Dengan mengoptimalkan rantai pasok, perusahaan
dapat menawarkan produk yang lebih baik, memenuhi kebutuhan pelanggan
dengan lebih baik, dan memberikan layanan yang lebih unggul dibandingkan
pesaing. SCM juga memungkinkan perusahaan untuk berinovasi, merespons
perubahan pasar dengan cepat, dan mencapai diferensiasi yang signifikan.

 Manfaat Supply Chain Management (SCM)

1. Peningkatan Efisiensi Operasional: SCM membantu meningkatkan efisiensi


dalam seluruh rantai pasok dengan mengoptimalkan aliran barang, informasi,
dan layanan. Hal ini mengurangi pemborosan, mempercepat waktu respons,
dan meningkatkan penggunaan sumber daya, sehingga meningkatkan efisiensi
operasional secara keseluruhan.
2. Pengurangan Biaya: SCM membantu mengidentifikasi dan mengurangi biaya
yang terkait dengan proses rantai pasok. Dengan mengoptimalkan persediaan,
produksi, distribusi, dan transportasi, perusahaan dapat mengurangi biaya
persediaan yang berlebihan, biaya pergudangan, biaya transportasi yang tinggi,
serta biaya yang terkait dengan kegiatan yang tidak bernilai tambah.
3. Peningkatan Pelayanan Pelanggan: SCM memungkinkan perusahaan untuk
meningkatkan pelayanan pelanggan dengan memenuhi kebutuhan pelanggan
secara lebih baik. Dengan memperbaiki koordinasi dan visibilitas dalam rantai
pasok, perusahaan dapat mengurangi waktu tunggu pelanggan, meningkatkan
ketersediaan produk, dan meningkatkan kepuasan pelanggan.
4. Responsibilitas Lingkungan yang Lebih Baik: SCM memungkinkan perusahaan
untuk mengelola dampak lingkungan dari kegiatan rantai pasok. Dengan
mempertimbangkan faktor-faktor seperti efisiensi energi, emisi gas rumah kaca,

9
dan penggunaan bahan-bahan yang ramah lingkungan, perusahaan dapat
mengurangi dampak negatif pada lingkungan dan meningkatkan tanggung
jawab sosial perusahaan.
5. Inovasi dan Keunggulan Kompetitif: SCM mendorong inovasi dan membantu
perusahaan menciptakan keunggulan kompetitif. Dengan berkolaborasi dengan
mitra bisnis, berbagi informasi, dan memanfaatkan teknologi terkini,
perusahaan dapat mengembangkan solusi kreatif, mempercepat pengenalan
produk baru ke pasar, dan mencapai diferensiasi yang signifikan dari pesaing.
6. Pengelolaan Risiko yang Lebih Baik: SCM membantu perusahaan mengelola
risiko yang terkait dengan rantai pasok. Dengan meningkatkan visibilitas dan
pengendalian, perusahaan dapat merespons perubahan pasar, mengatasi
gangguan operasional, dan mengurangi ketidakpastian yang dapat
mempengaruhi kinerja rantai pasok.
7. Peningkatan Hubungan Bisnis: SCM mendorong kolaborasi dan hubungan yang
lebih erat antara perusahaan dan mitra bisnis dalam rantai pasok. Melalui
hubungan yang kuat, perusahaan dapat membangun kepercayaan, memperluas
jaringan, dan memperoleh manfaat jangka panjang dari kerja sama yang saling
menguntungkan.

Dengan menerapkan SCM secara efektif, perusahaan dapat memperoleh manfaat


kompetitif yang signifikan, seperti peningkatan efisiensi, pengurangan biaya,
peningkatan pelayanan pelanggan, keunggulan inovasi, dan pengelolaan risiko yang
lebih baik.

B. Manajemen Risiko dalam Supply Chain

 Definisi risiko dalam SCM

10
Risiko dalam Supply Chain Management (SCM) merujuk pada kemungkinan
terjadinya gangguan, ketidakpastian, atau perubahan yang dapat mempengaruhi
kinerja dan kelancaran operasional rantai pasokan. Risiko-risiko ini dapat berasal
dari berbagai sumber, termasuk perubahan pasar, kegagalan pemasok, perubahan
permintaan pelanggan, bencana alam, gangguan transportasi, atau perubahan
kebijakan regulasi.

 Identifikasi risiko dalam SCM

Identifikasi risiko adalah proses mengidentifikasi dan menganalisis kemungkinan


risiko yang dapat mempengaruhi rantai pasokan. Beberapa contoh risiko dalam SCM
meliputi:

1. Risiko pasokan: kegagalan pemasok, keterlambatan pengiriman, perubahan


kualitas bahan baku.
2. Risiko permintaan: fluktuasi permintaan pelanggan, perubahan tren pasar.
3. Risiko operasional: gangguan produksi, kegagalan peralatan, kesalahan
manusia.
4. Risiko transportasi: gangguan logistik, kecelakaan atau kerusakan pada
kendaraan.
5. Risiko keuangan: fluktuasi harga, ketidakstabilan mata uang,
ketidakmampuan membayar pemasok.

 Evaluasi dan prioritisasi risiko

Setelah identifikasi risiko, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi dan


prioritisasi risiko. Hal ini melibatkan analisis dampak potensial dan probabilitas
terjadinya risiko. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode seperti
analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) atau analisis risiko
kuantitatif dan kualitatif. Setelah itu, risiko-risiko dievaluasi berdasarkan urgensi dan
dampaknya terhadap operasional rantai pasokan.

11
 Strategi mitigasi risiko

Strategi mitigasi risiko dalam SCM dirancang untuk mengurangi atau menghilangkan
dampak negatif risiko terhadap rantai pasokan. Beberapa strategi mitigasi risiko
yang umum meliputi:

1. Diversifikasi pemasok: Mempunyai beberapa pemasok yang dapat


mengurangi risiko terkait ketergantungan pada satu pemasok.
2. Pengembangan hubungan yang kuat dengan pemasok: Membangun
kolaborasi dan komunikasi yang baik dengan pemasok untuk meminimalkan
risiko terkait kualitas, keterlambatan, atau perubahan harga.
3. Penggunaan teknologi dan sistem informasi: Menerapkan sistem SCM yang
terintegrasi dan teknologi informasi untuk meningkatkan visibilitas dan
pemantauan real-time dalam rantai pasokan.
4. Perencanaan persediaan yang efektif: Menggunakan teknik peramalan yang
akurat dan mengelola persediaan dengan tepat guna untuk menghindari
kekurangan atau kelebihan persediaan.
5. Manajemen risiko asuransi: Mengasuransikan risiko tertentu yang signifikan
yang dapat mempengaruhi rantai pasokan.
6. Pengembangan rencana darurat: Menyiapkan rencana darurat untuk
menghadapi situasi darurat atau gangguan yang mungkin terjadi dalam
rantai pasokan.

Dengan menerapkan strategi mitigasi risiko yang tepat, perusahaan dapat


meningkatkan ketahanan dan responsibilitasnya terhadap perubahan,
meminimalkan kerugian, serta menjaga kelancaran operasional rantai pasokan
dalam menghadapi risiko yang ada

12
C. Manajemen Kualitas dalam Supply Chain

 Pentingnya manajemen kualitas dalam SCM

Manajemen kualitas dalam Supply Chain Management (SCM) menjadi sangat


penting untuk memastikan bahwa produk atau layanan yang disediakan dalam
rantai pasokan memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Manajemen kualitas
yang efektif membantu meningkatkan kepuasan pelanggan, memperkuat reputasi
perusahaan, mengurangi biaya dan pemborosan, serta memperbaiki efisiensi
operasional.

 Prinsip-prinsip manajemen kualitas

Prinsip-prinsip manajemen kualitas dalam SCM meliputi:

1. Fokus pada pelanggan: Memahami dan memenuhi kebutuhan serta harapan


pelanggan untuk mencapai kepuasan pelanggan yang tinggi.
2. Keterlibatan manajemen: Melibatkan manajemen puncak dalam
mengembangkan dan menerapkan kebijakan dan strategi manajemen
kualitas.
3. Pendekatan berbasis bukti: Mengambil keputusan berdasarkan data dan
fakta yang terukur untuk meningkatkan kualitas produk atau layanan.
4. Manajemen proses: Mengelola dan memperbaiki proses bisnis dalam rantai
pasokan untuk mencapai hasil yang konsisten dan berkualitas.
5. Kontinu improvement: Mendorong perbaikan berkelanjutan dengan
menerapkan siklus PDCA (Plan-Do-Check-Act) untuk mengidentifikasi dan
mengatasi masalah serta meningkatkan kinerja secara terus-menerus.

 Metode pengukuran kualitas dalam SCM

13
Ada beberapa metode pengukuran kualitas yang dapat digunakan dalam SCM,
termasuk:

1. Pengukuran kualitas produk: Melibatkan penggunaan indikator kualitas,


pengujian produk, dan evaluasi terhadap spesifikasi yang ditetapkan.
2. Pengukuran kualitas proses: Menggunakan metrik dan KPI (Key Performance
Indicators) untuk mengukur efektivitas dan efisiensi proses dalam rantai
pasokan.
3. Survei pelanggan: Melakukan survei atau umpan balik dari pelanggan untuk
mengukur tingkat kepuasan pelanggan dan mendapatkan wawasan tentang
perbaikan yang mungkin diperlukan.

 Alat dan teknik untuk memperbaiki kualitas dalam SCM

Beberapa alat dan teknik yang dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas dalam
SCM meliputi:

1. Six Sigma: Metodologi yang fokus pada menghilangkan cacat dan


mengurangi variasi dalam proses bisnis.
2. Total Quality Management (TQM): Pendekatan sistematis untuk
meningkatkan kualitas dan produktivitas melalui partisipasi semua anggota
organisasi.
3. Pengendalian kualitas statistik: Menggunakan teknik statistik untuk
memonitor dan mengendalikan kualitas produk atau proses.
4. Diagram Pareto: Mengidentifikasi dan memprioritaskan masalah berdasarkan
prinsip 80/20, di mana 80% masalah disebabkan oleh 20% penyebab utama.
5. Failure Mode and Effects Analysis (FMEA): Metode sistematis untuk
mengidentifikasi dan mengurangi risiko kegagalan dalam proses atau produk.

14
Dengan menerapkan manajemen kualitas yang efektif, perusahaan dapat meningkatkan
kepuasan pelanggan, meminimalkan cacat atau kegagalan, dan mencapai kinerja yang lebih
baik dalam rantai pasokan.

D. Pengelolaan Persediaan dalam Supply Chain

 Pentingnya pengelolaan persediaan

Pengelolaan persediaan memainkan peran penting dalam Supply Chain


Management (SCM) karena persediaan yang efisien dan efektif dapat
mengoptimalkan kinerja rantai pasokan. Pentingnya pengelolaan persediaan dalam
SCM meliputi:

1. Ketersediaan produk: Memastikan ketersediaan barang atau bahan baku


yang tepat pada waktu yang tepat untuk memenuhi permintaan pelanggan.
2. Menghindari kekurangan persediaan: Mencegah kekurangan persediaan
yang dapat menyebabkan kehilangan penjualan, kekecewaan pelanggan,
atau peluang bisnis yang terlewatkan.
3. Mengurangi biaya persediaan: Mengoptimalkan tingkat persediaan untuk
menghindari biaya penyimpanan yang tinggi atau keterbuangan barang
yang kedaluwarsa.
4. Efisiensi operasional: Meningkatkan efisiensi operasional dengan
mengurangi waktu tunggu, mempercepat waktu siklus, dan mengurangi
biaya pengiriman.

 Model persediaan dalam SCM

Ada beberapa model persediaan yang digunakan dalam SCM, termasuk:

15
1. Model EOQ (Economic Order Quantity): Menghitung jumlah pesanan
optimal untuk mengurangi biaya persediaan dengan mempertimbangkan
biaya pesanan dan biaya penyimpanan.
2. Model JIT (Just-in-Time): Menerapkan pendekatan persediaan minimum
dengan mengirimkan barang pada saat yang tepat untuk menghindari
kelebihan persediaan.
3. Model MRP (Material Requirements Planning): Menggunakan peramalan
permintaan dan waktu pengiriman untuk mengelola persediaan dengan
tepat guna dan menghindari kekurangan persediaan.

 Teknik perencanaan persediaan

Teknik perencanaan persediaan dalam SCM meliputi:

1. Peramalan permintaan: Menggunakan data historis dan faktor-faktor pasar


untuk meramalkan permintaan masa depan dan mengoptimalkan
persediaan yang diperlukan.
2. Metode reorder point: Menentukan titik pesanan ulang berdasarkan waktu
pengiriman dan tingkat konsumsi untuk memastikan persediaan tidak habis
sebelum pesanan baru tiba.
3. Sistem klasifikasi persediaan: Mengelompokkan persediaan berdasarkan
nilai, tingkat permintaan, atau karakteristik untuk mengalokasikan sumber
daya secara efisien.

 Strategi pengurangan persediaan

Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi persediaan dalam SCM
meliputi:

16
1. Collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment (CPFR): Kolaborasi
antara pemasok dan pengecer untuk merencanakan dan mengoptimalkan
persediaan secara bersama-sama.
2. Vendor-Managed Inventory (VMI): Pemasok mengelola persediaan langsung
di lokasi pelanggan, memantau dan mengisi ulang persediaan secara
proaktif.
3. Lean Supply Chain: Menerapkan prinsip-prinsip Lean untuk menghilangkan
pemborosan dan meningkatkan aliran persediaan yang efisien.
4. Cross-Docking: Mengirim barang langsung dari pemasok ke pelanggan tanpa
penyimpanan di pusat distribusi, mengurangi persediaan yang perlu
disimpan.
5. Penggunaan teknologi dan sistem informasi: Menerapkan sistem
manajemen persediaan otomatis dan terintegrasi untuk meningkatkan
visibilitas dan akurasi persediaan.

Dengan mengadopsi pengelolaan persediaan yang efektif dan strategi


pengurangan persediaan yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan
persediaan, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi biaya dalam rantai pasokan.

E. Transportasi dan Distribusi dalam Supply Chain

 Peran transportasi dalam SCM

Transportasi memainkan peran krusial dalam Supply Chain Management (SCM)


karena merupakan elemen penting dalam pergerakan barang dari pemasok ke
pelanggan. Peran transportasi dalam SCM meliputi:

1. Memfasilitasi aliran barang: Transportasi memungkinkan pergerakan fisik


barang dari titik asal ke titik tujuan dalam rantai pasokan.

17
2. Pengiriman tepat waktu: Transportasi yang efisien memastikan pengiriman
barang secara tepat waktu, memenuhi kebutuhan pelanggan dan menjaga
kelancaran operasional.
3. Meningkatkan responsifitas: Dengan transportasi yang efektif, perusahaan
dapat merespon perubahan permintaan atau kebutuhan pelanggan dengan
cepat.
4. Mengurangi biaya: Pengelolaan transportasi yang baik dapat mengurangi
biaya pengiriman, penyimpanan persediaan, dan pemborosan dalam rantai
pasokan.

 Mode transportasi yang umum digunakan

Beberapa mode transportasi yang umum digunakan dalam SCM meliputi:

1. Darat: Menggunakan truk, kereta api, atau kendaraan komersial untuk


transportasi dalam negeri.
2. Laut: Menggunakan kapal-kapal kargo untuk transportasi internasional atau
jarak yang jauh antar benua.
3. Udara: Menggunakan pesawat terbang untuk pengiriman yang cepat atau
barang dengan jarak yang jauh.
4. Pipa: Menggunakan jalur pipa untuk transportasi cairan atau gas seperti
minyak, gas alam, atau bahan kimia.

 Pengelolaan rute dan jaringan distribusi

Pengelolaan rute dan jaringan distribusi penting untuk memastikan efisiensi dan
kelancaran transportasi dalam SCM. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pengelolaan rute dan jaringan distribusi meliputi:

1. Optimisasi rute: Mencari rute terpendek, termurah, atau dengan waktu


pengiriman tercepat untuk mengoptimalkan pengiriman.

18
2. Konsolidasi dan desolidasi: Menggabungkan muatan dari berbagai pemasok
atau pelanggan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi
transportasi.
3. Pemilihan pusat distribusi: Menentukan lokasi yang strategis untuk pusat
distribusi agar dapat melayani pelanggan dengan efisien.
4. Sistem manajemen transportasi (TMS): Menggunakan sistem otomatis
untuk mengelola rute, pelacakan pengiriman, dan manajemen dokumen
terkait transportasi.

 Pengukuran kinerja transportasi dalam SCM

Pengukuran kinerja transportasi dalam SCM penting untuk mengevaluasi efektivitas


dan efisiensi operasional. Beberapa metrik pengukuran kinerja transportasi yang
umum meliputi:

1. Waktu pengiriman: Mengukur waktu yang diperlukan untuk barang tiba dari
titik asal ke tujuan.
2. Keterlambatan pengiriman: Menghitung frekuensi atau durasi
keterlambatan pengiriman barang.
3. Kualitas layanan: Mengukur kepatuhan terhadap kebutuhan pelanggan,
seperti tingkat kerusakan atau cacat barang selama transportasi.
4. Biaya pengiriman: Memonitor biaya transportasi dan membandingkannya
dengan anggaran atau standar yang ditetapkan.

Dengan mengelola transportasi dengan efisien dan memantau kinerja transportasi


secara teratur, perusahaan dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, mengurangi
biaya, dan memastikan kelancaran operasional dalam rantai pasokan.

F. Teknologi Informasi dalam Supply Chain

 Peran teknologi informasi dalam SCM

19
Teknologi informasi memainkan peran krusial dalam Supply Chain Management
(SCM) dengan memberikan alat dan sistem untuk mengelola informasi,
mengkoordinasikan aktivitas, dan meningkatkan efisiensi dalam rantai pasokan.
Peran teknologi informasi dalam SCM meliputi:

1. Pengumpulan dan pengolahan data: Mengumpulkan dan mengolah data


dari berbagai sumber untuk mendapatkan informasi yang relevan dan
akurat mengenai persediaan, permintaan, produksi, dan distribusi.
2. Koordinasi dan komunikasi: Membantu dalam koordinasi aktivitas antara
pemasok, produsen, distributor, dan pelanggan dengan memfasilitasi
komunikasi yang efisien dan berbagi informasi secara real-time.
3. Pengoptimalan operasional: Menggunakan teknologi untuk
mengoptimalkan perencanaan, penjadwalan, pengelolaan persediaan,
pengiriman, dan proses lainnya dalam rantai pasokan.
4. Peningkatan visibilitas: Meningkatkan visibilitas end-to-end dalam rantai
pasokan, sehingga memungkinkan pemantauan yang lebih baik dan
pengambilan keputusan yang lebih cepat.

 Sistem manajemen rantai pasok berbasis teknologi informasi

Sistem manajemen rantai pasok berbasis teknologi informasi adalah solusi


perangkat lunak yang dirancang khusus untuk mendukung aktivitas SCM. Beberapa
sistem manajemen rantai pasok yang umum digunakan meliputi:

1. Sistem Perencanaan Persediaan (Inventory Planning System): Membantu


dalam merencanakan persediaan dengan menggunakan peramalan
permintaan, data persediaan, dan algoritma perencanaan.
2. Sistem Manajemen Persediaan (Inventory Management System):
Mengelola dan memantau persediaan secara real-time, termasuk

20
penghitungan persediaan, pengaturan level reorder, dan pemantauan
aliran persediaan.
3. Sistem Manajemen Gudang (Warehouse Management System):
Mengoptimalkan operasi gudang, termasuk penerimaan barang,
penyimpanan, pengambilan, dan pengiriman barang dengan menggunakan
teknologi seperti barcode atau RFID.
4. Sistem Manajemen Transportasi (Transportation Management System):
Mengelola operasi transportasi, termasuk perencanaan rute, penjadwalan
pengiriman, pelacakan pengiriman, dan manajemen dokumen terkait
transportasi.

 Penggunaan teknologi informasi untuk meningkatkan visibilitas SCM

Penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan visibilitas SCM dengan cara


berikut:

1. Sistem pelacakan dan pelaporan real-time: Menggunakan teknologi seperti


barcode, RFID, atau sensor IoT untuk melacak dan memantau pergerakan
barang secara real-time dalam rantai pasokan.
2. Sistem manajemen data dan analitik: Mengumpulkan, menyimpan, dan
menganalisis data rantai pasokan untuk memberikan wawasan yang lebih
baik tentang kinerja, tren, dan perubahan yang terjadi.
3. Kolaborasi dan berbagi informasi: Menggunakan platform berbasis cloud
atau portal kolaboratif untuk berbagi informasi dengan pemasok, mitra
bisnis, dan pelanggan guna meningkatkan koordinasi dan responsifitas.

 Tantangan dan keuntungan penggunaan teknologi informasi dalam SCM

Tantangan yang dapat dihadapi dalam penggunaan teknologi informasi dalam SCM
meliputi:

21
1. Biaya dan kompleksitas implementasi: Implementasi teknologi informasi
dalam SCM memerlukan investasi finansial dan sumber daya manusia yang
signifikan.
2. Keamanan dan privasi data: Perlindungan terhadap kebocoran data dan
serangan siber menjadi perhatian penting dalam penggunaan teknologi
informasi dalam SCM.

Namun, penggunaan teknologi informasi dalam SCM juga memberikan keuntungan yang
signifikan, antara lain:

1. Peningkatan efisiensi dan produktivitas: Automatisasi proses dan integrasi data


membantu mengurangi kesalahan manusia, mempercepat waktu operasional, dan
meningkatkan produktivitas.
2. Peningkatan visibilitas dan transparansi: Menghasilkan visibilitas real-time yang
lebih baik atas aktivitas dan kinerja rantai pasokan, sehingga memungkinkan
pengambilan keputusan yang lebih cepat dan akurat.
3. Peningkatan responsifitas: Teknologi informasi memungkinkan tanggapan yang
lebih cepat terhadap perubahan permintaan, perubahan kondisi pasar, atau
kejadian tak terduga dalam rantai pasokan.
4. Peningkatan kolaborasi dan keterhubungan: Teknologi informasi memfasilitasi
kolaborasi dan berbagi informasi antara mitra bisnis dalam rantai pasokan,
memperkuat sinergi dan kerjasama yang lebih baik.

Dengan memahami tantangan dan keuntungan penggunaan teknologi informasi dalam SCM,
perusahaan dapat mengambil langkah yang tepat dalam menerapkan solusi teknologi
informasi yang sesuai untuk meningkatkan kinerja rantai pasokan mereka.

22
BAB III

Studi Kasus

Keberhasilan Implementasi Supply Chain Management

PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Tbk (TMMIN) adalah perusahaan manufaktur
otomotif terkemuka yang berbasis di Indonesia. Perusahaan ini telah mengimplementasikan
berbagai teknologi informasi dalam rantai pasokannya untuk meningkatkan efisiensi dan
kualitas operasional. Salah satu kasus yang menarik terkait dengan penerapan teknologi
informasi dalam SCM di TMMIN adalah penggunaan Sistem Manajemen Rantai Pasok
Terintegrasi.

TMMIN mengadopsi sistem manajemen rantai pasok terintegrasi yang mencakup modul
perencanaan persediaan, manajemen persediaan, manajemen produksi, dan manajemen
distribusi. Melalui sistem ini, TMMIN berhasil meningkatkan koordinasi dan kolaborasi
antara berbagai departemen dan mitra bisnis dalam rantai pasokannya. Beberapa aspek
penting dari kasus ini adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan Persediaan yang Terintegrasi: TMMIN menggunakan sistem


perencanaan persediaan yang terintegrasi untuk menghasilkan peramalan
permintaan yang lebih akurat. Sistem ini mempertimbangkan faktor-faktor seperti
data penjualan historis, tren pasar, dan permintaan pelanggan untuk
mengoptimalkan tingkat persediaan yang diperlukan.
2. Manajemen Persediaan yang Efisien: Dengan bantuan sistem manajemen
persediaan, TMMIN dapat memantau dan mengelola persediaan secara real-time.

23
Informasi tentang persediaan barang, tingkat reorder, dan lead time pemasok
tersedia dalam sistem, memungkinkan TMMIN mengoptimalkan persediaan dan
menghindari kekurangan atau kelebihan persediaan yang tidak perlu.
3. Koordinasi Produksi yang Terintegrasi: Sistem manajemen rantai pasok terintegrasi
memungkinkan TMMIN mengkoordinasikan kegiatan produksi dengan pelanggan
dan pemasok. Informasi permintaan dari pelanggan dapat diakses secara real-time,
sehingga TMMIN dapat merespon dengan cepat dan mengatur jadwal produksi
sesuai kebutuhan.
4. Manajemen Distribusi yang Efektif: TMMIN menggunakan sistem manajemen
distribusi yang terintegrasi untuk mengoptimalkan pengiriman produk ke dealer dan
pelanggan. Informasi tentang status pengiriman, rute pengiriman, dan waktu
pengiriman tersedia dalam sistem, memastikan pengiriman tepat waktu dan akurat.

Dampak dari penerapan teknologi informasi dalam SCM di TMMIN adalah peningkatan
efisiensi, penurunan biaya operasional, dan peningkatan kepuasan pelanggan. Dengan
visibilitas yang lebih baik atas aktivitas dan informasi yang akurat, TMMIN dapat mengambil
keputusan yang lebih baik dan lebih cepat dalam perencanaan, produksi, dan distribusi.

Kasus ini menunjukkan betapa pentingnya penerapan teknologi informasi dalam SCM untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dan mencapai keunggulan kompetitif. PT. Toyota Motor
Manufacturing Indonesia, Tbk telah mengambil langkah maju dengan mengadopsi sistem
manajemen rantai pasok terintegrasi, dan kesuksesan implementasi ini menjadi contoh
inspiratif bagi perusahaan lain dalam industri otomotif dan sektor manufaktur secara
umum.

24
BAB IV

PENUTUP
Kesimpulan

Dalam makalah ini, telah dibahas beberapa aspek penting dalam Supply Chain Management
(SCM), yaitu manajemen risiko, manajemen kualitas, pengelolaan persediaan, transportasi
dan distribusi, serta teknologi informasi. PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, Tbk
(TMMIN) menjadi contoh kasus yang mengilustrasikan penerapan konsep SCM dalam
operasional perusahaan otomotif.

Dalam menghadapi tantangan dan persaingan yang semakin kompleks, perusahaan perlu
memahami dan menerapkan prinsip-prinsip SCM untuk mencapai keunggulan kompetitif.
Manajemen risiko membantu perusahaan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengelola
risiko yang dapat mempengaruhi kinerja SCM. Manajemen kualitas penting untuk
memastikan produk atau layanan yang memenuhi standar yang ditetapkan, sehingga
membangun kepercayaan pelanggan.

Pengelolaan persediaan memainkan peran krusial dalam mengoptimalkan ketersediaan


barang dan menghindari biaya penyimpanan yang berlebihan. Transportasi dan distribusi
memungkinkan perusahaan untuk mengirimkan produk ke pelanggan dengan tepat waktu
dan biaya yang efisien. Penggunaan teknologi informasi dalam SCM memberikan
keuntungan berupa peningkatan visibilitas, kolaborasi, dan efisiensi operasional.

25
Saran

Berikut beberapa saran yang dapat diambil dari makalah ini:

1. Perusahaan perlu mengenali pentingnya manajemen risiko dalam SCM dan


mengadopsi pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan
mengelola risiko yang mungkin mempengaruhi rantai pasokan. Hal ini akan
membantu perusahaan mengurangi dampak risiko yang tidak diinginkan.
2. Manajemen kualitas harus menjadi fokus utama perusahaan dalam SCM.
Perusahaan perlu mengadopsi prinsip-prinsip manajemen kualitas dan melibatkan
seluruh tim dalam upaya kontinu perbaikan kualitas.
3. Pengelolaan persediaan harus dilakukan dengan cermat dan menggunakan metode
perencanaan yang tepat. Perusahaan perlu mempertimbangkan faktor permintaan
pelanggan, waktu siklus, dan biaya penyimpanan untuk mengoptimalkan
persediaan.
4. Dalam transportasi dan distribusi, perusahaan perlu melakukan pengelolaan rute
dan jaringan distribusi yang efisien, serta memantau kinerja transportasi secara
teratur. Penggunaan teknologi seperti pelacakan real-time dan analitik dapat
membantu perusahaan meningkatkan kinerja transportasi.
5. Perusahaan harus mempertimbangkan penerapan teknologi informasi yang tepat
untuk mendukung operasional SCM. Investasi dalam sistem manajemen rantai
pasok berbasis teknologi informasi dan teknologi pelacakan real-time dapat
meningkatkan visibilitas, kolaborasi, dan efisiensi operasional.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip SCM dan mengadopsi saran-saran tersebut, perusahaan


dapat meningkatkan kinerja SCM, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mencapai
keunggulan kompetitif dalam lingkungan bisnis yang semakin kompleks.

26
DAFTAR PUSTAKA

Chopra, S., & Meindl, P. (2016). Supply Chain Management: Strategy, Planning, and
Operation. Pearson.

Handfield, R. B., & Nichols, E. L. (2002). Introduction to Supply Chain Management.


Prentice Hall.

Mentzer, J. T., Stank, T. P., & Esper, T. L. (2008). Supply chain management and its
relationship to logistics, marketing, production, and operations management.
Journal of Business Logistics, 29(1), 31-46.

Monczka, R. M., Handfield, R. B., Giunipero, L. C., & Patterson, J. L. (2015).


Purchasing and Supply Chain Management. Cengage Learning.

27

Anda mungkin juga menyukai