Anda di halaman 1dari 28

REGULATOR DAN SUPERVISOR LEMBAGA

KEUANGAN SYARI’AH DI INDONESIA

“BANK INDONESIA”

Dosen Pengampu :
Ibu Yuliana.SE.M.Si

Oleh :
Intan Aisa Salsabila 21120041

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH
Jl. Teuku Iskandar, Lampoh Keude, Ulee Kareng, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Indonesia.
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah limpahkan kepada junjungan kami Nabi Muhammad SAW, para sahabat
serta pengikutnya hingga akhir zaman. Alhamdulillahirobbil’alamiin, tiada kata yang dapat kami
sampaikan selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan ridho-Nya lah kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah mata kuliah Ekonomi Moneter yang berjudul “Bank
Indonesia” yang di bimbing oleh Ibu Yuliana,SE.M.Si

Walaupun makalah ini mungkin kurang sempurna, tapi, makalah ini memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya, terimakasih.

Aceh Besar, November 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................
1.2 Batasan Masalah.......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Bank Indonesia............................................................................................
2.2 Status dan kedudukan Bank Indonesia.....................................................................
2.3 Visi dan Misi Bank Indonesia..................................................................................
2.4 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia...........................................................................
2.5 Organisasi...............................................................................................................
2.6 Kebijakan Moneter.................................................................................................
2.7 Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan.................................................
2.8 Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran .................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bank sentral di suatu negara, pada umumnya adalah sebuah instansi yang
bertanggung jawab atas kebijakan moneter di wilayah negara tersebut. Bank Sentral berusaha
untuk menjaga stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, dan sistem finansial
secara keseluruhan. Keberadaan Bank Sentral yang independen di Indonesia merupakan
suatu prasyarat untuk dapat dilakukannya pengendalian moneter yang efektif dan efisien.
Bank Sentral adalah suatu institusi yang bertanggung jawab untuk menjaga stabilitas
harga yang dalam hal ini dikenal dengan istilah inflasi. Bank Sentral menjaga agar tingkat
inflasi terkendali, dengan mengontrol keseimbangan jumlah uang dan barang. Apabila
jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka Bank Sentral dengan menggunakan instrumen
antara lain namun tidak terbatas pada base money, suku bunga, giro wajib minimum
mencoba menyesuaikan jumlah uang beredar sehingga tidak berlebihan dan cukup untuk
menggerakkan roda perekonomian (low/zero inflation), dengan mengontrol keseimbangan
jumlah uang dan barang. Apabila jumlah uang yang beredar terlalu banyak maka bank sentral
dengan menggunakan instrumen dan otoritas yang dimilikinya.
Di Indonesia, fungsi Bank Sentral diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Sebagai
lembaga independen, Bank Indonesia memiliki otonomi penuh dalam pelaksanaan tugasnya.
Untuk menjamin indepedensi tersebut, kedudukan Bank Indonesia berada diluar Pemerintah.
Undang-Undang Dasar 1945 hasil amandemen telah menempatkan kedudukan Bank Sentral
sebagai suatu lembaga Negara yang keberadaan dan independensi Bank Indonesia tersebut
dibentuk dengan Undang- undang. Keberadaan ini membuktikan bahwa Negara sangat
membutuhkan suatu Bank Sentral yang eksistensinya diatur dalam suatu konstitusi,
sedangkan susunan, kedudukan, kewenangan, tanggungjawab, dan independensinya diatur
dengan undang-undang.
Sebagai mahasiswa Ekonomi Manajemen, perlu kiranya untuk dapat mengetahui
seluk beluk Bank Indonesia sebagai bank sentral di negara indonesia “BANK
INDONESIA” Peranan dan tugasnya sebagai bank sentral di negara Indonesia.
1.2 Batasan Masalah
Batasan masalah pada makalah ini merujuk pada:
1. Sejarah Bank Indonesia
2. Status dan kedudukan Bank Indonesia
3. Visi dan misi Bank Indonesia
4. Tujuan dan tugas Bank Indonesia
5. Susunan Organisasi
6. Kebijakan moneter
7. Peran Bank Indonesia dalam stabilitas keuangan
8. Peran Bank Indonesia dalam sistem pembayaran
9. Akuntabilitas Bank Indonesia
10. Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Lain
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Bank Indonesia


Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank
sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Tahun 1953, Undang-Undang
Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De
Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan,
dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam
hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan
oleh DJB sebelumnya.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur kedudukan
dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan
fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas
membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan
pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan
UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada
aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia,
termasuk penguatan governance. Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas
Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya
menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan
ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses
perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.
Tahun 2009, Perpu nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-
Undang nomor 23 Tahun 1999 tentang bank Indonesia.ditetapkan sebagai Undang-Undang
bank indonesia. dengan demikian, terhitung sejak 13 januari 2009, berlaku Undang-Undang
nomor 6 Tahun 2009 yang merupakan perubahan kedua atas Undang- Undang nomor 23
Tahun 1999 tentang bank indonesia.
Terhitung sejak 31 desember 2013, bank indonesia mengalihkan tugas pengawasan
dan pengaturan kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan ke OJK. dengan pengalihan tugas
tersebut, bank indonesia melaksanakan tugas pengawasan dan pengaturan makroprudensial,
sementara OJK melaksanakan tugas pengawasan dan pengaturan mikroprudensial.
Tahun 2014 merupakan tahun awal bagi bank indonesia menjalankan peran baru
sebagai otoritas makroprudensial. dengan peran tersebut, bank indonesia memperkuat
stabilitas sistem keuangan dan sistem pembayaran. Kebijakan makroprudensial oleh Bank
Indonesia untuk mencegah dan mengurangi risiko sistemik dan mendorong fungsi
intermediasi yang seimbang bagi sektor perekonomian. Kebijakan makroprudensial juga
untuk meningkatkan akses dan efisiensi sistem keuangan dalam rangka menjaga stabilitas
sistem keuangan, serta mendukung stabilitas moneter dan stabilitas sistem pembayaran.

2.2 Status dan Kedudukan Bank Indonesia


2.2.1 Sebagai Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang
baru, yaitu UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17
Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No.
6/2009. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu lembaga
negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari
campur tangan Pemerintah dan/atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas
diatur dalam undang-undang ini.
Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan
melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-
undang tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank
Indonesia, dan Bank Indonesia juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan
intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun juga.
Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat
melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan
efisien.

2.2.2 Sebagai Badan Hukum


Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum
perdata ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia
berwenang menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari
undang-undang yang mengikat seluruh masyarakat luas sesuai dengan tugas dan
wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat bertindak untuk dan
atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.

2.3 Visi dan Misi Bank Indonesia


2.3.1 Visi
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui
penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai
tukar yang stabil

2.3.2 Misi
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung
tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola
(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yg diamanatkan UU
2.3.3 Nilai-Nilai Strategis
Trust and Integrity – Professionalism – Excellence – Public Interest – Coordination and
Teamwork
2.3.4 Sasaran Strategis
Untuk mewujudkan Visi, Misi dan Nilai-nilai Strategis tersebut, Bank Indonesia
menetapkan sasaran strategis jangka menengah panjang, yaitu :
1. Memperkuat pengendalian inflasi dari sisi permintaan dan penawaran
2. Menjaga stabilitas nilai tukar
3. Mendorong pasar keuangan yang dalam dan efisien Menjaga SSK yang didukung
dengan penguatan surveillance SP
4. Mewujudkan keuangan inklusif yang terarah, efisien, dan sinergis
5. Memelihara SP yang aman, efisien, dan lancar
6. Memperkuat pengelolaan keuangan BI yang akuntabel
7. Mewujudkan proses kerja efektif dan efisien dengan dukungan SI, kultur, dan
governance
8. Mempercepat ketersediaan SDM yang kompeten
9. Memperkuat aliansi strategis dan meningkatkan persepsi positif BI
10. Memantapkan kelancaran transisi pengalihan fungsi pengawasan bank ke OJK

2.4 Tujuan dan Tugas Bank Indonesia


2.4.1 Tujuan Utama
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan
tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah
ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa,
serta kestabilan terhadap mata uang negara lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua
tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.
Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus
dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan demikian, tercapai
atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur dengan mudah.
2.4.2 Tiga Pilar Tunggal
Dalam rangka mencapai tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan 3 bidang utama tugas
Bank Indonesia yaitu :
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter,
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran,
3. Mengatur dan mengawasi bank.
Agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah tersebut dapat
dicapai secara efektif dan efisien, maka ketiga tugas tersebut harus diintegrasikan.

2.4.3 Memahami Tugas Bank Indonesia Pasca Terbentuknya OJK


Tidak ada yang tetap, kecuali perubahan (Heraclitus, filsuf Yunani). Begitu pula
yang terjadi dengan organisasi Bank Indonesia (BI). Resmi sejak tanggal 31 Desember
2013, sesuai amanat UU No 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK), OJK
secara resmi mengawasi kinerja seluruh bank yang ada di Indonesia, mengambil alih
tugas perbankan yang selama ini dilakukan BI.
“Pasca terbentuknya OJK, tugas BI sebagai bank sentral tidak lagi mencakup
tugas pengaturan dan pengawasan perbankan. Ke depan, BI akan bertugas mengawal
stabilitas moneter, stabilitas sistem pembayaran, dan stabilitas sistem keuangan,” kata
Direktur Eksekutif Departemen Penyelesaian Aset – BI M. Zaeni Aboe Amin dalam
sambutannya. Zaeni mengharapkan, agar informasi mengenai peran dan fungsi BI pasca
OJK dapat diteruskan kepada masyarakat umum.
a. Latar Belakang Pengalihan Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Perbanka
Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang
terselenggara secara teratur, adil, transparan dan akuntabel serta mampu mewujudkan
sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi
kepentingan konsumen dan masyarakat, sehingga diperlukan OJK yang memiliki fungsi,
tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan secara terpadu, independen dan akuntabel.
Sejak tanggal 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan
pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya beralih dari Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan - Kementerian Keuangan ke OJK.Sejak
31 Desember 2013 fungsi, tugas dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan
jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari BI ke OJK.Pengaturan dan pengawasan
mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank
merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan
wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential
merupakan tugas dan wewenang BI. Dalam rangka pengaturan dan pengawasan
macroprudential, OJK berkoordinasi dengan BI untuk melakukan himbauan moral (moral
suasion) kepada Perbankan.
b. Kerjasama dan Koordinasi dalam rangka Pelaksanaan Tugas BI dan OJK
Keputusan Bersama BI dan OJKKerjasama dan koordinasi dalam rangka
pelaksanaan tugas BI dan OJK guna mewujudkan sistem keuangan yang stabil dan
berkesinambungan tertuang dalam Keputusan Bersama tanggal 18 Oktober 2013 dengan
prinsip dasar bersifat kolaboratif, meningkatkan efisiensi danefektifitas, menghindari
duplikasi, melengkapi pengaturan sektor keuangan, dan memastikan kelancaran
pelaksanaan tugas BI dan OJK.
Ruang lingkup bentuk kerjasama dan koordinasi dalam rangka mendukung
pelaksanaan tugas dan wewenang BI dan OJK yang sejalan dengan UU BI dan UU OJK,
meliputi:
1. Bekerjasama dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan masing-
masing.
2. Pertukaran informasi Lembaga Jasa Keuangan serta pengelolaan sistem pelaporan
bank dan perusahaan pembiayaan oleh BI dan OJK;.
3. Penggunaan kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan BI oleh OJK,
dan
4. Pengelolaan pejabat dan pegawai BI yang dialihkan atau dipekerjakan pada OJK.
c. Pembentukan Tim Transisi Dewan Komisioner OJK membentuk Tim Transisi
Berkoordinasi dengan Menteri Keuangan dan Gubernur BI. Tim Transisi tersebut
bertugas membantu kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Komisioner dengan wewenang
untuk mengidentifikasi dan memverifikasi kekayaan, infrastruktur, informasi, dokumen
dan hal lain yang terkait dengan pengaturan dan pengawasan Lembaga Jasa Keuangan
dan mempersiapkan pengalihan penggunaannya ke OJK.
d. Pengawasan Terintegrasi
Perkembangan sektor keuangan yang terintegrasi menuntut OJK untuk melakukan
pengawasan secara terintegrasi dengan tujuan meningkatkan efektivitas pengawasan atas
lembaga jasa keuangan secara terintegrasi antar sub sektor keuangan. Pelaksanaan
pengawasan terintegrasi diharapkan dapat menurunkan potensi risiko sistemik kelompok
jasa keuangan, mengurangi potensi moral hazard, mengoptimalkan perlindungan
konsumen jasa keuangan dan mewujudkan stabilitas sistem keuangan.
Road map pengembangan sistem pengawasan terintegrasi mencakup hal-hal
sebagai berikut :
1. Menyusun metodologi pengawasan konglomerasiyang mencakup siklus pengawasan,
metodologi perhitungan permodalan, dan metode rating terhadap konglomerasi;
2. Menyusun peraturan internal OJK untuk mendukung implementasi pengawasan
terintegrasi. Ketentuan tersebut terdiri dari ketentuan mengenai sistem pengawasan
terintegrasi, forum komunikasi dan koordinasi pengawasan terintegrasi, dan
mekanisme koordinasi pengawasan terintegrasi;
3. Menyiapkan organisasi dan SDM;
4. Menyiapkan sistem informasi dan pelaporan.OJK selaku otoritas pengaturan dan
pengawasan sektor jasa keuangan berupaya agar pelaksanaan tugas dan fungsinya
dapat membawa sektor jasa keuangan berjalan teratur, kredibel dan tumbuh
berkelanjutan.
2.5 Organisasi
Dalam menjalankan tugasnya Bank Indonesia juga memiliki pimpinan. Sesuai denga
UU No. 23 Tahun 1999 pimpinan Bank Indonesia disebut dengan Dewan Gubernur. Dewan
Gubernur ini terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-
kurangnya 4 (empat) dan sebanyak banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi Gubernur. Masa
jabatan Gubernur dan Deputi Gubernur selama-lamanya lima tahun, dan mereka hanya dapat
dipilih untuk sebanyak-banyaknya dua kali masa tugas. Yang menarik di sini adalah sesuai
dengan independensi yang dimiliknya, maka Bank Indonesia tidak lagi memberikan laporan
pertanggungjawabannya kepada Presiden sebagaimana undang-undang terdahulu, melainkan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Dan Gubernur Bank Indonesia bukan anggota kabinet.
Gubernur dan Deputi Gubernur Senior diusulkan dan diangkat oleh Presiden dengan
persetujuan DPR. Sementara Deputi Gubernur diusulkan oleh Gubernur dan diangkat oleh
Presiden dengan persetujuan DPR. Anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia tidak dapat
diberhentikan oleh Presiden, kecuali bila mengundurkan diri, berhalangan tetap, atau
melakukan tindak pidana kejahatan.
Orang-orang yang terpilih sebagai Gubernur BI, sebagai berikut:
 1953 – 1958 : Mr. Sjafruddin Prawiranegara
 1958 – 1959 : Mr. Loekman Hakim
 1959 – 1960 : Mr. Soetikno Slamet
 1960 – 1963 : Mr. Soemarno
 1963 – 1966 : T. Jusuf Muda Dalam
 1966 – 1973 : Radius Prawiro
 1973 – 1983 : Rachmat Saleh
 1983 – 1988 : Arifin Siregar
 1988 – 1993 : Adrianus Mooy
 1993 – 1998 : Sudrajad Djiwandono
 1998 – 2003 : Syahril Sabirin
 2003 – 2008 : Burhanuddin Abdullah
 2008 – 2009 : Boediono
 2009 : Miranda Gultom (Pelaksana tugas)
 2009 – 2010 : Darmin Nasution (Pelaksana tugas)
 2010 – 2013 : Darmin Nasution
 2013 – sekarang : Agus Martowardojo

Berikut struktur organisasi Bank Indonesia


2.6 Kebijakan Moneter
2.6.1 Otoritas moneter Otoritas moneter
adalah suatu entitas yang memiliki wewenang untuk mengendalikan jumlah uang
yang beredar pada suatu negara dan memiliki hak untuk menetapkan suku bunga dan
parameter lainnya yang menentukan biaya dan persediaan uang. Umumnya otoritas
moneter adalah bank sentral, meskipun kadang kala lembaga eksekutif pemerintah
mempunyai hak tertinggi untuk menetapkan kebijakan moneter dengan cara
mengendalikan bank sentral. Ada berbagai jenis otoritas moneter lainnya, seperti
dibentuknya satu bank sentral untuk beberapa negara, terdapatnya suatu dewan yang
mengontrol jumlah uang yang beredar terhadap mata uang lain, dan juga
diperbolehkannya beberapa entitas untuk mencetak uang kertas ataupun uang logam.
2.6.2 Jenis-jenis Kebijakan Moneter
Pengaturan jumlah uang yang beredar pada masyarakat diatur dengan cara
menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
 Kebijakan moneter ekspansif (Monetary expansive policy) Adalah suatu kebijakan
dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan untuk
mengatasi pengangguran dan meningkatkan daya beli masyarakat (permintaan
masyarakat) pada saat perekonomian mengalami resesi atau depresi. Kebijakan ini
disebut juga kebijakan moneter longgar (easy money policy)
 Kebijakan Moneter Kontraktif (Monetary contractive policy) Adalah suatu kebijakan
dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada
saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga dengan kebijakan uang ketat
(tight money policy)
2.6.3 Instrumen Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan
moneter, yaitu antara lain :
 Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin menambah
jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga pemerintah. Namun, bila
ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka pemerintah akan menjual surat berharga
pemerintah kepada masyarakat. Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah
SBI atau singkatan dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat
Berharga Pasar Uang.
 Fasilitas Diskonto (Discount Rate)
Fasilitas diskonto adalah pengaturan jumlah uang yang beredar dengan memainkan
tingkat bunga bank sentral pada bank umum. Bank umum kadang-kadang mengalami
kekurangan uang sehingga harus meminjam ke bank sentral. Untuk membuat jumlah
uang bertambah, pemerintah menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya
menaikkan tingkat bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
 Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio)
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk
menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib. Untuk
menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
 Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Himbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan
jalan memberi imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau
perbankan pemberi kredit untuk berhati- hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam uang lebih ke
bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada perekonomian.
2.6.4 Tujuan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang
Bank Indonesia.
Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter
dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework)
dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan
nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh
karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi
volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada level
tertentu.
Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan
kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau
suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah. Secara operasional, pengendalian sasaran-sasaran moneter tersebut
menggunakan instrumen-instrumen, antara lain operasi pasar terbuka di pasar uang baik
rupiah maupun valuta asing, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib
minimum, dan pengaturan kredit atau pembiayaan. Bank Indonesia juga dapat melakukan
cara-cara pengendalian moneter berdasarkan Prinsip Syariah.

2.7 Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas Keuangan


Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
(perbankan dan sistem pembayaran). Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan
terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan merupakan pilar
yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan merupakan salah satu alur
transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi ketidakstabilan sistem keuangan maka
transmisi kebijakan moneter tidak dapat berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan
moneter secara fundamental akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak
efektifnya fungsi sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas
sistem keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem
keuangan, yaitu:
1. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk
mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat
gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek
ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan
cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena
itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu
kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
2. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang
sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan
melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor
perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu,
kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu
perekonomian. Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan
kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar melalui
kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta penegakan hukum (law
enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada menunjukkan bahwa negara-negara yang
menerapkan disiplin pasar, memiliki stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara
itu, upaya penegakan hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi
perbankan dan stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem
keuangan. Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana implementasi
Basel II.
3. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam
sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan
mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Kegagalan tersebut dapat menimbulkan
risiko yang bersifat menular (contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang
bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk
mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara
lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan
nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan
keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran,
Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial
dalam sistem pembayaran.
4. Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses
informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan
secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan
dan mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem
keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator
macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan
pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam
mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor
keuangan.
5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui fungsi
bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran
tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna
menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup
penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan
kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya
krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada
bank yang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan
untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank
Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan
risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas
tersebut.

2.8 Peran Bank Indonesia dalam Sistem Pembayaran


Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah adalah tujuan Bank Indonesia sebagaimana
diamanatkan Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Untuk menjaga
stabilitas rupiah itu perlu disokong pengaturan dan pengelolaan akan kelancaran Sistem
Pembayaran Nasional (SPN). Kelancaran SPN ini juga perlu didukung oleh infrastruktur
yang handal (robust). Jadi, semakin lancar dan hadal SPN, maka akan semakin lancar pula
transmisi kebijakan moneter yang bersifat time critical. Bila kebijakan moneter berjalan
lancar maka muaranya adalah stabilitas nilai tukar.
BI adalah lembaga yang mengatur dan menjaga kelancaran SPN. Sebagai otoritas
moneter, bank sentral berhak menetapkan dan memberlakukan kebijakan SPN. Selain itu, BI
juga memiliki kewenangan memeberikan persetujuan dan perizinan serta melakukan
pengawasan (oversight) atas SPN. Menyadari kelancaran SPN yang bersifat penting secara
sistem (systemically important), bank sentral memandang perlu menyelenggarakan sistem
settlement antar bank melalui infrastruktur BI-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
Selain itu masih ada tugas BI dalam SPN, misalnya, peran sebagai penyelenggara
sistem kliring antarbank untuk jenis alat-alat pembayaran tertentu. Bank sentral juga adalah
satu-satunya lembaga yang berhak mengeluarkan dan mengedarkan alat pembayaran tunai
seperti uang rupiah. BI juga berhak mencabut, menarik hingga memusnahkan uang rupiah
yang sudah tak berlaku dari peredaran.
Berbekal kewenangan itu, BI pun menetapkan sejumlah kebijakan dari komponen
SPN ini. Misalnya, alat pembayaran apa yang boleh dipergunakan di Indonesia. BI juga
menentukan standar alat-alat pembayaran tadi serta pihak-pihak yang dapat menerbitkan
dan/atau memproses alat-alat pembayaran tersebut. BI juga berhak menetapkan lembaga-
lembaga yang dapat menyelenggarakan sistem pembayaran. Ambil contoh, sistem kliring
atau transfer dana, baik suatu sistem utuh atau hanya bagian dari sistem saja. Bank sentral
juga memiliki kewenangan menunjuk lembaga yang bisa menyelenggarakan sistem
settlement. Pada akhirnya BI juga mesti menetapkan kebijakan terkait pengendalian resiko,
efisiensi serta tata kelola (governance) SPN.
Di sisi alat pembayaran tunai, Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang
berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang Rupiah serta mencabut, menarik dan
memusnahkan uang dari peredaran. Terkait dengan peran BI dalam mengeluarkan dan
mengedarkan uang, Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan
uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat
waktu, dan dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Untuk mewujudkan clean
money policy tersebut, pengelolaan pengedaran uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia
dilakukan mulai dari pengeluaran uang, pengedaran uang, pencabutan dan penarikan uang
sampai dengan pemusnahan uang.
Sebelum melakukan pengeluaran uang Rupiah, terlebih dahulu dilakukan
perencanaan agar uang yang dikeluarkan memiliki kualitas yang baik sehingga kepercayaan
masyarakat tetap terjaga. Perencanaan yang dilakukan Bank Indonesia meliputi perencanaan
pengeluaran emisi baru dengan mempertimbangkan tingkat pemalsuan, nilai intrinsik serta
masa edar uang. Selain itu dilakukan pula perencanaan terhadap jumlah serta komposisi
pecahan uang yang akan dicetak selama satu tahun kedepan. Berdasarkan perencanaan
tersebut kemudian dilakukan pengadaan uang baik untuk pengeluaran uang emisi baru
maupun pencetakan rutin terhadap uang emisi lama yang telah dikeluarkan.
Uang Rupiah yang telah dikeluarkan tadi kemudian didistribusikan atau diedarkan di
seluruh wilayah melalui Kantor Bank Indonesia. Kebutuhan uang Rupiah di setiap kantor
Bank Indonesia didasarkan pada jumlah persediaan, keperluan pembayaran, penukaran dan
penggantian uang selama jangka waktu tertentu. Kegitan distribusi dilakukan melalui sarana
angkutan darat, laut dan udara. Untuk menjamin keamanan jalur distribusi senantiasa
dilakukan baik melalui pengawalan yang memadai maupun dengan peningkatan sarana
sistem monitoring.
Kegiatan pengedaran uang juga dilakukan melalui pelayanan kas kepada bank umum
maupun masyarakat umum. Layanan kas kepada bank umum dilakukan melalui penerimaan
setoran dan pembayaran uang Rupiah. Sedangkan kepada masyarakat dilakukan melalui
penukaran secara langsung melalui loket-loket penukaran di seluruh kantor Bank Indonesia
atau melalui kerjasama dengan perusahaan yang menyediakan jasa penukaran uang kecil.
Lebih lanjut, kegiatan pengelolaan uang Rupiah yang dilakukan Bank Indonesia
adalah pencabutan uang terhadap suatu pecahan dengan tahun emisi tertentu yang tidak lagi
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pencabutan uang dari peredaran dimaksudkan
untuk mencegah dan meminimalisasi peredaran uang palsu serta menyederhanakan
komposisi dan emisi pecahan. Uang Rupiah yang dicabut tersebut dapat ditarik dengan cara
menukarkan ke Bank Indonesia atau pihak lain yang telah ditunjuk oleh Bank Indonesia.
Sementara itu untuk menjaga menjaga kualitas uang Rupiah dalam kondisi yang
layak edar di masyarakat, Bank Indonesia melakukan kegiatan pemusnahan uang. Uang yang
dimusnahkan tersebut adalah uang yang sudah dicabut dan ditarik dari peredaran, uang hasil
cetak kurang sempurna dan uang yang sudah tidak layak edar. Kegiatan pemusnahan uang
diatur melalui prosedur dan dilaksanakan oleh jasa pihak ketiga yang dengan pengawasan
oleh tim Bank Indonesia (BI)

2.9 Akuntabilitas
Undang-Undang Bank Indonesia No. 23/1999 menuntut adanya akuntabilitas dan
transparansi dalam setiap pelaksanaan tugas, wewenang dan anggaran Bank Indonesia.
Akuntabilitas dan transparansi yang dituntut dari Bank Indonesia tersebut dimaksudkan agar
semua pihak yang berkepentingan dapat ikut melakukan pengawasan terhadap setiap langkah
kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia.
Dari segi pelaksanaan tugas dan wewenang, prinsip akutabilitas dan transparansi
diterapkan dengan cara menyampaikan informasi kepada masyarakat luas secara terbuka
melalui media massa, pada setiap awal tahun, mengenai evaluasi pelaksanaan kebijakan
moneter pada tahun sebelumnya, serta rencan kebijakan moneter dan penetapan sasaran-
sasaran moneter untuk tahun yang akan datang. Informasi tersebut juga disampaikan secara
tertulis kepada Presiden dan DPR.
Sejalan dengan fungsi pengawasan yang diemban oleh DPR, Bank Indonesia juga
diwajibkan untuk menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan tugas dan
wewenangnya kepada DPR setiap triwulan atau sewaktu- waktu bila diminta oleh DPR.
Demi tercapainya transparansi di bidang anggaran, Bank Indonesia berkewajiban
menyampaikan anggaran tahunannya kepada DPR. Disamping itu, Laporan Keuangan
Tahunan Bank Indonesia juga disampaikan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk
diteliti dan diumumkan kepada masyarakat melalui media massa.
Bank Indonesia juga diwajibkan menyusun neraca singkat mingguan yang
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia. Masih merupakan bagian dari
transparansi, Bank Indonesia secara berkala menerbitkan berbagai publikasi seperti Laporan
Mingguan, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia Bulanan, Tinjauan Kebijakan Moneter
Bulanan, Perkembangan Ekonomi dan Moneter Triwulanan, Laporan Triwulanan
Perkembangan Kebijakan Moneter, dan Laporan Tahunan.
Disamping itu, Bank Indonesia juga telah mempunyai homepage sendiri
(http://www.bi.go.id) yang dapat diakses oleh siapa saja yang ingin memperoleh informasi
mengenai Bank Indonesia.

2.10 Hubungan Bank Indonesia dengan Lembaga Lain


Dalam strukur ketatanegaraan Indonesia, hubungan Bank Indonesia dengan lembaga lain
adalah sebagai berikut :
1. Hubungan Dengan Pemerintah
Hubungan Bank Indonesia dengan Pemerintah seperti yang dituangkan dalam Undang-
undang Nomor 23 Tahun 1999 adalah sebagai berikut :
a. Bertindak sebagai pemegang kas pemerintah
b. Untuk dan atas nama Pemerintah Bank Indonesia dapat menerima pinjaman luar
negeri, menatausahakan serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan
pemerintah terhadap pihak luar negeri.
c. Pemerintah wajib meminta pendapat Bank Indonesia atau mengundang Bank
Indonesia dalam sidang cabinet yang membahas masalah ekonomi, perbankan dan
keuangan yang berkaitan dengan tugas Bank Indonesia atau kewenangan Bank
Indonesia.
d. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah mengenai Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta kebijakan lain yang berkaitan dengan
tugas dan wewenang Bank Indonesia.
e. Dalam hal pemerintah menerbitkan surat-sirat hutang Negara , Pemerintah wajib
terlebih dahulu berkonsultasi dengan Bank Indonesia dan Pemerintah juga wajib
terlebih dahulu berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat.
f. Bank Indonesia dapat membantu penerbitan surat-surat hutang Negara yang
diterbitkan Pemerintah.
g. Bank Indonesia dilarang memberikan kredit kepada Pemerintah.
h. Hubungan dengan kantor Menteri Sekretaris Negara untuk pemuatan PBI dalam
Lembaran Negara RI.
2. Hubungan dengan Dunia Internasional Dalam hal hubungan Bank Indonesia dengan Dunia
Internasiaonal, maka Bank Indonesia:
a. Dapat melakukan kerja sama dengan:
a) Bank Sentral Negara lain.
b) Organisasi dan Lembaga Internasional.
b. Dalam hal dipersyaratkan bahwa anggota Internasional atau lembaga multilateral adalah
Negara maka Bank Indonesia dapt bertindak untuk dan atas nama Negara Republik
Indonesia sebagai anggota.
3. Hubungan dengan Presiden sebagai Kepala Negara, Presiden berwenang:
a. Mengusulkan dan mengangkat Gubernur & Deputi Senior.
b. Mengangkat Deputi Gubernur.
c. Mengusulkan calon Gubernur & Deputi Senior kepada DPR.
d. DPR menyampaikan hasil persetujuannya kepada Presiden untuk diangkat.
e. Memberikan persetujuan tertulis jika anggota Dewan Gubernur akan menjalani proses
hukum.
4. Hubungan dengan Mahkamah Agung
Mahkamah Agung bertugas mengambil sumpah atau janji anggota dewan gubernur.
Hubungan dengan Badan Pemeriksa Keuangan :
a. Menerima dan melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan tahunan BI.
b. Melakukan pemeriksaan khusus terhadap BI apabila diminta oleh DPR.
c. BPK menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada DPR.
5. Hubungan dengan Bea & Cukai dalam hal larangan membawa uang rupiah keluar atau ke
dalam wilayah pabean RI :
a. BI mengelola cadangan devisa milik Negara.
b. Pemerintah dapat hadir dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulanan untuk
menetapkan kebijakan umum di bidang moneter dengan hak bicara tanpa hak suara.
c. BI sebagai pemegang kas pemerintah.
d. Untuk dan atas Pemerintah dapat menerima pinjaman luar negeri, menatausahakan,
serta menyelesaikan tagihan dan kewajiban keuangan Pemerintah terhadap pihak luar
negeri.
e. Pemerintah wajib meminta pendapat atau mengundang BI dalam siding cabinet yang
membahas masalah ekonomi, perbankan & keuangan, atau masalah lain yang berkaitan
tugas dan wewenang BI.
f. Pemerintah wajib konsultasi dengan BI & DPR dalam penerbitan surat- surat utang
Negara.
g. BI dapat membantu Pemerintah dalam penerbitan surat-surat utang Negara.
h. Menerima sisa surplus hasil kegiatan BI.
i. Pemerintah denga persetujuan DPR wajib menutup kekurangan dalam hal modal BI
menjadi kurang dari Rp 2 triliun.
6. Hubungan dengan Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan yang Independen yang akan
datang.
Dalam melaksanakan tugasnya, Lembaga Pengawasan Jasa Keuangan yang akan datang
mempunyai kewajiban melakukan koordinasi & kerja sama dengan Bank Indonesia
sebagai bank sentral. Kerja sama tersebut akan diatur dalamUU Lembaga Pengawasan
Jasa Keuangan atau Organisasi Jasa Keuangan yang akan datang, sebagaimana
diamanatkan oleh Pasal 34 UUBI.
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu UU No. 23/1999
tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 6/ 2009.
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank
Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan
terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi.
Kewenangan Bank Indonesia dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran diatur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 23 UU-BI. Dalam rangka mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, Bank Indonesia berwenang untuk melaksanakan
dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran,
mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan
kegiatannya serta menetapkan penggunaan alat pembayaran.
Pengaturan dan Pengawasan Bank merupakan salah satu tugas Bank Indonesia
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 8 UU‐BI. Dalam rangka melaksanakan tugas ini, Bank
Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan
kegiatan usaha tertentu bank, melaksanakan pengawasan bank, serta mengenakan sanksi
terhadap bank (Pasal. 24). Selain itu, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan‐
ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati‐hatian (Pasal. 25).
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama Bank
Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem keuangan
(perbankan dan sistem pembayaran).
DAFTAR PUSTAKA

http://www.bi.go.id/
http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/bi-dan-publik/kebanksentralan/Documents/
4be5b38ff75b4cb2b4107fd20f047e0bBIApaSiapad
anBagaimana.pdf
Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai