Anda di halaman 1dari 27

MENGELOLA ASPEK OPERASIONAL MANAJEMEN DALAM

KOPERASI DAN UMKM


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok Mata Kuliah Manajemen
Koperasi dan UMKM

Dosen Pengampu : Edi Fitriana., S.Pd., MM


Disusun Oleh :
Kelompok :1
1. Eneng Silvia 212165506 2021
2. Gea Awaliyah 212165019 2021
3. Rian Hidayah 212165021 2021
4. Muhamad Abdul Zabar 212165023 2021
5. Lia Samrotul Aliyah 212165024 2021
6. Hasiati Lampitama Rediah 212165051 2021
7. Vani Agista Mahalia 212165057 2021
8. Ade Hidayat 212165058 2021

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Mengelola Aspek Operasional Manajemen dalam
Koperasi dan UMKM” dengan baik dan tepat waktu. Adapun maksud dan tujuan
dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Koperasi dan UMKM.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, serta Bapak Edi Fitriana.,
S.Pd., MM, yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sadar bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, namun kami telah berusaha dengan sebaik-baiknya dalam menyusun
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
senantiasa kami harapkan demi perbaikan pada tugas yang selanjutnya. Harapan
kami semoga makalah ini dapat bermanfaat khusus bagi kami dan bagi pembaca
lain pada umumnya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila dalam makalah ini
terdapat kesalahan kata atau ada kata-kata yang menyinggung dan hal-hal yang
lainnya.

Tasikmalaya, 21 April 2021


Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan Makalah ...........................................................................................2
1.4 Manfaat Makalah .........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................4
2.1 Definisi Koperasi .........................................................................................4
2.2 Definisi UMKM ...........................................................................................4
2.3 Sistem Operasional.......................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................6
3.1 Manajemen Operasioanal Koperasi dan UMKM .........................................6
3.2 Manajemen Keuangan Koperasi dan UMKM..............................................9
3.3 Manajemen Pemasaran Koperasi dan UMKM ..........................................13
3.4 Contoh Kasus Manajemen Koperasi dan UMKM .....................................17
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................22
4.1 Kesimpulan ................................................................................................22
4.2 Saran ...........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manajemen operasional merupakan salah satu proses bagian
penting dalam usaha koperasi dan UMKM. Fungsi dari operasional
manajemen sangat berhubungan dengan setiap kegiatan koperasi atau
UMKM dalam mentransformasi setiap unsur masukan/input seperti bahan,
sumber daya manusia, sumber daya alam, keuangan, dan lain sebagainya
menjadi output yaitu hasil produksi yang akan diberikan kepada custumer.
Fungsi operasional manajemen itu sendiri harus mengacu pada strategi
atau metode yang akan digunakan dalam menjalankan praktik bisnis yang
ada pada koperasi dan UMKM agar terciptanya efisiensi yang maksimal
sehingga tujuan yang sudah direncanakan yaitu untuk mensejahterakan
para anggota koperasi atau pelaku usaha UMKM dapat tercapai.
Manajemen yang merupakan seperangkat prinsip yang terdiri dari
mulai fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan,
dan pengawasan menjadi kunci utama dalam pengoptimalan pemanfaatan
sumber daya manusia, sumber daya alam, dan keuangan secara efisien dan
efektif demi tercapainya tujuan dari koperasi atau UMKM.
Dengan menerapkan fungsi-fungsi operasional manajemen maka
perusahaan akan mampu mengelola sumber daya yang ada dengan baik
dan benar tanpa terjadinya penyelewengan yang signifikan. Fungsi
manajemen sangat erat kaitannya dengan pencapaian tujuan terntentu,
maka dengan kata lain fungsi manajemen mempunyai peranan yang sangat
penting dalam suatu usaha terutama pada koperasi dan UMKM, dimana
hal ini sebagai arus input dan output dari usaha yang hendak dijalankan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka
dalam makalah ini rumusan masalah yang dapat disusun yaitu sebagai
berikut.

1
1. Bagaimana proses manajemen operasional pada usaha koperasi dan
UMKM?
2. Seperti apa sistem laporan keuangan pada usaha koperasi dan
UMKM?
3. Bagaimana alur manajemen pemasaran pada usaha koperasi dan
UMKM?
4. Apa saja contoh kasus-kasus yang terjadi di lapangan terkait
manajemen operasional yang terjadi pada usaha koperasi dan
UMKM?
1.3 Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah yang sudah diuraikan, maka dapat ditinjau
bahwa tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Untuk memahami proses manajemen operasional yang berlangsung
pada usaha koperasi dan UMKM.
2. Untuk mengetahui sistem laopran keuangan pada usaha koperasi dan
UMKM.
3. Supaya bisa memahami alur manajemen pemasaran yang terjadi pada
usaha koperasi dan UMKM.
4. Supaya bisa mengetahui kasus-kasus yang terjadi di lapangan dan
berkaitan dengan manajemen operasional yang terjadi pada usaha
koperasi dan UMKM.
1.4 Manfaat Makalah
Dengan adanya makalah ini diharapkan mampu memberikan
pemahaman dan daya guna bagi pihak-pihak yang berkaitan, yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan yang bermanfaat
bagi mahasiswa, anggota koperasi, pelaku usaha UMKM, dan
masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai
sistem manajemen operasional yang terjadi pada usaha koperasi dan
UMKM.

2
2. Untuk menambah wawasan bagi peneliti dan pembaca dalam
mengimplementasikan sistem manajemen operasional koperasi dan
UMKM yang ada dilingkungan masyarakat.

3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Koperasi
Koperasi adalah perserikatan yang bertujuan memenuhi keperluan
kebendaan anggotanya dengan cara menjual barang- barang kebutuhan
dengan harga murah (tidak bermaksud mencari untung). Mohammad Hatta
menyatakan, koperasi adalah sebuah usaha yang dilakukan secara gotong-
royong untuk membantu perekonomian setiap anggotanya.
Menurut undang-undang Nomor 25 tahun 1992 pasal 1, Koperasi
adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi sekaligus
sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan
(Rudianto,2006).
2.2 Definisi UMKM
UMKM adalah sebuah usaha produktif yang dimiliki oleh
perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai
usaha mikro. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 tahun 2008 tentang
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), ada beberapa kriteria yang
dipergunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria Usaha Mikro
Kecil dan Menengah. Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :
a. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dalam Undang-
Undang ini.

4
c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang- Undang ini
2.3 Sistem Operasional
1. Definisi Operasional
Operasional adalah konsep yang bersifat abstrak untuk
memudahkan pengukuran suatu variabel atau operasional dapat
diartikan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan ataupun
pekerjaan penelitian. Walizer & Wienir (2015) menyatakan
operasional merupakan seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa
yang harus diamati (observasi) dan bagaimana juga mengukur suatu
variabel ataupun konsep definisi operasional tersebut dan dapat
membantu kita untuk mengklasifikasi gejala di sekitar ke dalam
kategori khusus dari suatu variabel. Hermawan (2015) mengartikan
operasional adalah penjelasan bagaimana kita dapat mengukur
variabel. Operasional suatu pengelolaan yang dilakukan secara
menyeluruh terhadap unsur seperti tenaga kerja, mesin, bahan mentah,
peralatan, dan produk yang menjadikan komoditi yang nantinya akan
dijual pada konsumen.
2. Standar Operasional Prosedur
Menurut Griffin, Standar Operasional Prosedur (SOP) merupakan
suatu standar perencanaan yang menguraikan langkah-langkah yang
harus dilaksanakan pada keadaan tertentu. SOP merupakan
serangkaian panduan yang disusun secara sistematis mengenai proses,
tugas, dan peran dari masing- masing individu atau kelompok yang
dilakukan sehari-hari dalam suatu organisasi.

5
BAB III

PEMBAHASAN
3.1 Manajemen Operasional Koperasi dan UMKM
Manajemen Operasi pada koperasi dan UMKM merupakan salah
satu aspek manajemen yang lebih memfokuskan pada pengelolaan variabel
untuk menentukan efisiensi pengoptimalan kegiatan koperasi dan UMKM.
Sebagai hasilnya, manajemen ini mencakup beberapa hal, seperti kegiatan
pada lingkungan internal koperasi dan UMKM ataupun lingkungan
eksternalnya, baik itu mulai dari hal-hal yang bersifat fisik maupun sampai
pada hal-hal yang berhubungan dengan sumber daya manusia. Cakupan
manajemen operasi merupakan proses terjadinya perubahan dari mulai
masukan (input) menjadi keluaran (output), yang dimana proses produksi
inilah yang menjadi pusat pengontrolan manajemen operasi yang sesuai
dengan unsur-unsur pada proses produksi tersebut.
Misalnya pada koperasi yang bergerak dalam bidang manufaktur
memiliki beberapa bagian pada manajemen operasi, yaitu manajemen
masukan, manajemen peralatan dan sumber daya manusia, dan manajemen
keluaran.
a. Manajemen masukan
Dalam hal ini yang menjadi masukan pada koperasi dalam bidang
manufaktur adalah bahan baku yang digunakan dalam proses
produksinya. Maka yang harus dilakukan pengurus koperasi pada
tahap pertama adalah menentukan sumber pengadaan bahan baku
yang berkualitas dan memadai. Setelah itu, menentukan metode
pengangkutannya ke bagian pabrik, metode penyimpanannya, serta
pengurusan bahan baku selama berada pada tahap penyimpan.
b. Manajemen peralatan dan sumber daya manusia
Dalam bagian ini, pengurus koperasi bertindak dalam menentukan
jenis alat produksi yang akan digunakan selama pemroduksian,
serta menentukan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia yang
akan melakukan proses produksi. Pada proses pemilihan peralatan

6
pengurus harus memperhatikan harga, kapasitas, kualitas, dan
metode kerja peralatan tersebut. Sedangkan pada proses pemilihan
sumber daya manusia, pengurus harus memperhatikan kualifikasi
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh koperasi sehingga mampu
menyeimbangkan dengan metode produksi pada koperasi.
c. Manajemen keluaran
Dalam hal ini, yang menjadi keluaran pada manajemen operasi
adalah hasil produksi itu sendiri dari proses pemproduksian. Maka
yang harus dilakukan pengurus koperasi adalah menentukan
jumlah produksi yang dihasilkan dan mampu diserap oleh pasar,
lalu menentukan standar kualitas yang sesuai dengan sasaran pasar.
Kegiatan-kegiatan operasional di atas tentu bukan hanya
merupakan kegiatan koperasi yang bergerak dalam bidang manufaktur
saja, tetapi juga merupakan kegiatan koperasi dan UMKM yang bergerak
dalam bidang perdagangan dan jasa. Untuk mencapai tujuan koperasi atau
UMKM yaitu dalam meningkatkan kesejahteraan anggota atau pelaku
usahanya dan masyarakat pada umumnya diperlukan penentuan yang baik
dalam pengelolaan berbagai aspek manajemen operasionalnya sehingga
tercapainya efektivitas dan efisiensi operasi koperasi dan UMKM.
Selain itu, dalam kegiatan operasional koperasi dan UMKM
diperlukan penerapan fungsi manajemen yang dimana fungsi manajemen
ini merupakan unsur-unsur dasar yang selalu menerap dalam proses
manajemen operasional koperasi dan UMKM untuk mencapai target atau
tujuan yang diharapkan. Adapun beberapa fungsi manajemen yang
diterapkan pada proses manajemen operasional koperasi dan UMKM yaitu
sebagai berikut :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan salah satu aspek yang paling mendasar
dalam manajemen untuk menentukan tujuan dan langkah-langkah
yang harus ditempuh agar tujuan dapat tercapai dengan maksimal.
Perencanaan terdiri dari penetapan tujuan dan strategi/metode,

7
penetapan sistem, perencanaan anggaran, dan penetapan kebijakan
yang akan dibutuhkan dalam mencapai tujuan koperasi atau
UMKM.
b. Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
menciptakan struktur bagian-bagian yang terintegrasi sehingga
terwujudnya hubungan antar bagian-bagian satu sama lain dengan
dipengaruhi oleh hubungan mereka dari keadaan struktur tersebut.
Tujuan dari pengorganisasian adalah untuk mengatur setiap kerja
individu agar memiliki peranan dan tanggung jawab yang sesuai
yang akhirnya mampu meningkatkan kinerja dan kemampuan tiap
anggota koperasi atau pelaku usaha UMKM.
c. Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan merupakan suatu tindakan dalam mengusahakan agar
setiap anggota mampu berusaha untuk mencapai sasaran yang
sesuai dengan perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai.
d. Koordinasi (coordinating)
Koordinasi merupakan salah satu usaha untuk menyelaraskan
berbagai arahan atau perintah yang harus dilakukan untuk
menjadikannya satu tujuan yang sama sehingga tidak ada
penyelewengan tugas atau kekuasaan.
e. Pengawasan (controlling)
Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai
dan mengawasi jalannya operasi koperasi dan UMKM yang
mengarah demi terciptanya tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui hasil pelaksanaan, yang kemudian
pengevaluasian untuk memperbaiki dan mencegah terulangnya
kembali kesalahan yang dilakukan pada saat kegiatan operasional
koperasi dan UMKM sebelumnya.

8
3.2 Manajemen Keuangan Koperasi dan UMKM
1. Sistem Laporan Keuangan Koperasi
Sistem laporan keuangan koperasi pada saat ini biasanya sudah
menggunakan Aplikasi Sistem Pengolahan Data Transaksi Keuangan,
yang dimana aplikasi ini merupakan aplikasi yang merekam setiap
transaksi masuk dan transaksi keluar keuangan dalam suatu kegiatan
baik personal maupun perusahaan. Sistem ini ditujukan untuk
perhitungan keuangan yang ruang lingkupnya hanya sebatas masuk
dan keluar seperti contoh pembelian dan penjualan.
➢ Karakteristik Sistem Laporan Keuangan Koperasi
Adapun karakteristik Laporan Keuangan Koperasi sebagai berikut :
a. Laporan Keuangan merupakan bagian dari
pertanggungjawaban pengurus kepada para anggotanya di
dalam Rapat Anggota Tahunan (RAT).
b. Laporan keuangan biasanya meliputi neraca/laporan posisi
keuangan, laporan Sisa Hasil Usaha, dan laporan arus kas yang
penyajiannya dilakukan secara komparatif.
c. Laporan Keuangan yang disampaikan pada RAT harus
ditandatangani oleh semua anggota pengurus Koperasi (UU
No.25/1992, pasal 36, ayat 1).
d. Laporan Rugi-Laba menyajikan hasil akhir yang disebut Sisa
Hasil Usaha (SHU). SHU yang berasal dari transaksi anggota
maupun non anggota didistribusikan sesuai dengan komponen-
komponen pembagian SHU yang telah diatur dalam AD atau
ART Koperasi.
e. Laporan keuangan Koperasi bukan merupakan laporan
keuangan konsolidasi dari Koperasi-Koperasi.
f. Posisi keuangan Koperasi tercermin pada neraca, sedangkan
Sisa Hasil Usaha tercermin pada perhitungan hasil usaha.

9
g. Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh Koperasi dapat
menyajikan hak dan kewajiban anggota beserta hasil usaha dari
dan untuk anggota.
h. Alokasi pendapatan dan beban pada perhitungan hasil usaha
kepada anggota dan bukan anggota
i. Modal Koperasi dibukukan terdiri dari:
1. Simpanan-simpanan
2. Pinjaman-pinjaman
3. Penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta
sumber-sumber lainnya
4. Pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku
dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan beban-beban
dari tahun buku yang bersangkutan disebut Sisa Hasil
Usaha
j. Keanggotaan atau kepemilikan pada Koperasi tidak dapat
dipindahkan dengan dalih apapun.
➢ Standar Laporan Keuangan Koperasi
Standar Laporan keuangan koperasi mengacu pada
pedoman umum akuntansi koperasi sektor rill NOMOR
12/Per/M.KUKM/IX/2015, menyatakan bahwa Koperasi sektor riil
yang tidak memiliki akuntabilitas publik, dipersyaratkan laporan
keuangannya mengacu kepada Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP). Laporan
keuangan koperasi yang disajikan dalam Software Akuntansi
Koperasi Gplus telah menyesuaikan format laporan keuangan
koperasi dengan standar laporan keuangan SAK-ETAP.
Laporan keuangan untuk Koperasi pada dasarnya sama
dengan laporan keuangan secara umum. Namun, ada beberapa
perbedaan Laporan Keuangan secara umum dengan Laporan
Keuangan Koperasi :

10
a. Perhitungan hasil usaha pada Koperasi harus dapat
menunjukkan usaha yang berasal dari anggota dan bukan
anggota.
b. Laporan keuangan koperasi bukan merupakan laporan
keuangan konsolidasi dari koperasi-koperasi, bila terjadi
penggabungan dua atau lebih koperasi.
2. Sistem Laporan Keuangan UMKM
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan salah satu unit
usaha yang berperan penting dan memberi pengaruh besar dalam
perkembangan perekonomian Indonesia. “Jumlah pelaku UMKM
sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia.
Daya serap tenaga kerja UMKM pun berjumlah 117 juta pekerja atau
97% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha” yang artinya UMKM
dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak dari perusahaan besar
sekalipun. Ini disebabkan karena perusahaan besar lebih
memanfaatkan teknologi dibandingkan menggunakan tenaga manusia.
Dari fenomena ini terlihat bahwa UMKM merupakan usaha produktif
yang memiliki pengaruh dalam membantu pertumbuhan ekonomi di
Indonesia secara signifikan.
➢ Karakteristik Sistem Laporan Keuangan UMKM
Karakteristik kualitatif laporan keuangan sebagaimana yang
dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Ikatan
Akuntansi Indonesia, 2015) nomor satu adalah sebagai berikut:
1) Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami
oleh pemakai. Pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan
yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi,
serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan
yang wajar. Informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan
dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas

11
dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit
untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2) Relevan
Informasi agar bermanfaat harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
menegaskan, atau mengkoreksi, hasil evaluasi mereka di masa
lalu.
3) Keandalan
Informasi agar bermanfaat juga harus andal (reliable).
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian
yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar diharapkan dapat disajikan
4) Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi
kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar
perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu,
pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten
untuk perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang
sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
➢ Standar Laporan Keuangan UMKM
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik (SAK ETAP) yang diterbitkan oleh Dewan Standar

12
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) pada
2009 sebelumnya menjadi standar bagi UMKM. Namun standar ini
dianggap terlalu kompleks sehingga diperlukan standar yang lebih
sederhana untuk digunakan oleh UMKM. Karena nya, IAI
merumuskan standar untuk UMKM hingga diterbitkannya Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Menengah (SAK
EMKM) pada November 2016 dan diberlakukan efektif pada 1
Januari 2018. Dalam SAK EMKM laporan keuangan terdiri dari
laporan laba rugi, laporan posisi keuangan dan catatan atas laporan
keuangan. Harapannya SAK EMKM ini dapat dijadikan panduan
oleh para pelaku usaha UMKM untuk mempermudah penyusunan
laporan keuangan.
Dalam SAK EMKM, IAI menjelaskan bahwa “Entitas Mikro,
Kecil, dan Menengah (EMKM) adalah entitas tanpa akuntabilitas
publik yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK
ETAP), yang memenuhi kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah
sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan yang
berlaku di Indonesia, setidaknya selama dua tahun berturut-turut.”
Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa UMKM merupakan
entitas atau perusahaan yang membuat laporan keuangan bukan
untuk tujuan umum dan memenuhi kriteria yang telah diatur dalam
undang-undang.
3.3 Manajemen Pemasaran Koperasi dan UMKM
1. Manajemen Pemasaran Koperasi
Pemasaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh suatu usaha
untuk menimbulkan permintaan terhadap barang dan jasa yang
dihasilkannya. Sebagai suatu proses, maka kegiatan pemasaran dapat
dibagi atas beberapa tahap kegiatan sebagai berikut :
a. Analisis pasar
b. Identifikasi kebutuhan konsumen

13
c. Menyusun rencana Pemenuhan kebutuhan konsumen
d. Menguji rencana Pemasaran dengan menempatkan produk ke
pasar
e. Evaluasi hasil hasil pengujian rencana pemasaran
Masalah utama pemasaran adalah mengupayakan terpenuhinya
kepuasan melalui perencanaan yang cermat terhadap elemen elemen
kunci pemasaran. Elemen-elemen kunci pemasaran antara lain meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1) Perencanaan Produk
Produk adalah barang dan jasa yang memiliki kegunaan (tempat,
waktu, bentuk dan kepemilikan), yang ditawarkan oleh suatu usaha
kepada konsumennya. Agar suatu produk dapat diterima oleh para
konsumennya, maka produk tersebut harus diupayakan sedemikian
rupa agar dapat memenuhi selera para konsumen itu. Dengan
kedudukan seperti itu, berarti kegiatan perencanaan produk
memiliki arti yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu
usaha. Oleh karena itu, dari segi pemasaran, kegiatan perencanaan
produk ini ditempatkan sebagai unsur utama pemasaran.
Hal utama yang perlu diperhatikan sehubungan dengan kegiatan
perencanaan produk ini adalah masalah kesesuaian kualitas suatu
produk dengan selera konsumennya. Agar kualitas suatu produk
dapat diandalkan, maka ia harus lahir dari hasil riset dan
perencanaan yang seksama. Keputusan mengenai ukuran fisik
produk, bentuk, pemberian nama (merek dagang) pembungkusan
dan lain sebagainya, memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
citra kualitas produk tersebut.
2) Distribusi Produk
Masalah pemasaran berikutnya adalah masalah penempatan atau
distribusi produk. Masalah ini berkaitan dengan masalah penentuan
pasar dan pemilihan saluran distribusi yang paling efisien bagi
suatu produk. Sehubungan dengan itu, maka masalah penentuan

14
metode pendistribusian juga perlu mendapat perhatian.
Sebagaimana diketahui, bila pemasaran suatu produk memerlukan
rantai distribusi yang panjang, maka harga jualnya ketika sampai
di tangan konsumen akan cenderung sangat tinggi. Hal itu dapat
mempengaruhi tingkat kompetitif produk yang bersangkutan.
Karena itu, dalam melakukan pemasaran, koperasi harus senantiasa
berusaha untuk memperpendek rantai distribusi agar produk cepat
sampai ketangan konsumen akhir. Selain itu, perlu diperhatikan
pula pengaruh distribusi terhadap risiko kerusakan produk.
Semakin lama produk berada dalam perjalanan maka biasanya akan
semakin besar risiko kerusakannya. Hal ini tentu akan
mempengaruhi harga jual akhirnya.
3) Penetapan Harga Jual
Masalah utama penetapan harga adalah masalah penentuan tingkat
harga jual yang paling optimal. Yaitu tingkat harga yang
memperhitungkan seluruh ongkos produksi, kondisi persaingan dan
daya saing produk, serta sumbangannya terhadap sisa hasil usaha
koperasi dalam jangka panjang. Untuk mendapat tingkat harga
yang optimal ini, maka penetapan harga harus dilakukan secara
terencana dengan memperhatikan berbagai faktor.
4) Pelayanan Purna Jual/Pemasaran Produk
Akhirnya diberikannya pelayanan kepada konsumen setelah suatu
produk berpindah menjadi hak miliknya, juga memerlukan
perhatian dalam melakukan pemasaran. Kegiatan pemasaran yang
disebut sebagai pelayanan purna jual ini, sangat besar pengaruhnya
terhadap tingkat kepuasan konsumen. Sesuai dengan tujuan utama
pemasaran, yaitu memberikan kepuasan kepada konsumen,
2. Manajemen Pemasaran UMKM
Pada umumnya, pemasaran selalu berkaitan dengan aktivitas bismis
yang melayani konsumen atau pelanggan. Dapar diartikan pula jika
pemasaran tidak selalu melibatkan pertukaran secara ekonomi antara

15
dua pihak tetapi lebih luas lagi yaitu berupa pertukaran sosial.
Pemasaran tidak hanya satu departemen saja, pemasaran adalah pusat
dari keseluruhan pikiran keberadaan suatu organsasi dan hubungannya
denga pasar dan pelanggannya. Sebagai usaha kecil kita harus
memahami tentang urgensi manajemen pemasaran sehingga produk
yang dihasilkan dapat bersaing di pasaran. Berikut ini elemen-elemen
penting dalam proses pemasaran produksi UMKM :
1) Perencanaan Produk
Saat ini UMKM sedang banyak digeluti dan terus berkembang dari
tahun ke tahun. Oleh karena itu para pelaku UMKM harus mampu
berpikir kritis dan kreatif agar dapat mengembangkan usahannya
dn berhasil di pasaran. Dalam perencanaan produk penting juga
kesadaran akan adanya peluan dan kesempatan bisnis dan terus
melakuakn inovasi terhadap produk yang digeluti untuk
menghasilkan produk yang tidak hanya memiliki keunikan
tersendiri, tetapi juga diminati oleh masyarakat.
2) Distribusi Produk
Untuk sistem distribusi produk UMKM bisa melalui sistem
distribusi langsung. Ada beberapa bentuk sistem distribusi
langsung pertama ada tenaga penjualan, artinya bentuk distribusi
dengan menyediakan tenaga penjualan untuk memasarkan barang
dan jasa yang akan ditawarkan kepada konsumen. Yang kedua ada
memanfaatkan gerai atau toko, dengan membuka toko dan menjual
produk terebut maka kita bisa menjajakan produk yang dimiliki.
Ketiga, website karena para konsumen merasa lebih aman dan
nyaman untuk membeli produk di website resmi produk tersebut
dan yang terakhir ada media sosia. Seperti yang kita ketahui jika
saat ini penggunaan media sosial sangat tinggi yang
memungkinkan pendistribusian produk menjadi lebih efektif dan
meminimaisir biaya.
3) Penetapan Harga Jual

16
Dalam menetapkan harga jual harus melalui beberapa tahapan
terlebih dahulu. Pertama, mengatehui berapa harga yang bersedia
dibayarkan oleh pelanggan. Hal tersebut bisa diketahui melalui
survey ke beberapa orang. Kedua, mengetahui harga yang
ditetapkan oleh pesaing. Ketiga, harus mengetahui HPP. HPP
sendiri meliputi biaya produksi siap jual dan semua proses harus
diperhitungkan. Keempat, USP(Unique Selling Proposition) adalah
keunikan produk. Semakin tinggi USP semakin tinggi juga
hargnya.
4) Pelayanan Purna Jual/Pemasaran Produk
Strategi pemasaran merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan memperkenalkan produk ke pasaran luas. Pada dasarnya,
strategi pemasaran dibuat untuk bisa mempromosikan produk dan
mendapat keuntungan. Contoh strategi pemasaran adalabh dengan
membuat produk yang unik sehingga banyak yang tertarik, harus
memiliki jaringan yang luas dan sifat optimis dalam menjalankan
bisnisnya dan membuat promo yang menarik yang akan menarik
minat pelanggan dan banyak orang untuk membeli produk yang
sedang promosi tersebut.
3.4 Contoh Kasus yang Terjadi di Lapangan terkait Koperasi dan
UMKM
1. Kasus dalam UMKM
Manajemen operasional merupakan elemen yang sangat
penting karena berfungsi untuk mengelola semua hal yang berkaitan
dengan operasional perusahaan, termasuk UMKM Pangan.
Manajemen operasional merupakan kegiatan untuk mengolah sumber
daya yang tersedia secara optimal dalam suatu proses transformasi,
sehingga menjadi output yang memiliki manfaat lebih dari
sebelumnya.
Tujuan dari manajemen operasional adalah: 1). Mengarahkan
UMKM pangan agar dapat menghasilkan keluaran secara efisien. 2).

17
Mengarahkan UMKM pangan agar mampu menghasilkan nilai
tambah atau manfaat dan keuntungan yang besar, dan 3) Mengarahkan
UMKM pangan agar output yang dihasilkan semakin diminati
konsumen dan masyarakat.
Namun saat ini, pandemi COVID-19 ini telah berimbas luas
kepada sektor ekonomi, khususnya terkait dengan operasional UMKM
Pangan. Hal ini menjadi tantangan bagi para Pelaku UMKM Pangan,
karena menghadapi penjualan yang menurun, sulit memperoleh bahan
baku, serta distribusi yang menjadi terhambat. Untuk itu, menjalankan
usaha di tengah pandemi COVID-19 bukan perkara mudah, butuh
strategi yang tepat agar UMKM pangan tetap beroperasi di tengah
krisis yang terjadi akibat COVID-19.
Strategi-strategi manajemen operasional bagi pelaku usaha
khususnya UMKM pangan agar dapat tetap beroperasi di masa
pandemi ini adalah sebagai berikut: 1) cost minimazation yaitu
mewujudkan efisiensi ekonomi dalam proses produksi, 2) high quality
artinya membuat produk dengan kualitas yang tinggi sehingga dapat
berdaya saing, 3) speed of delivery yaitu produk dapat diserahkan ke
pasar dalam waktu yang cepat, dan 4) flexibility yakni peralatan
produksi dapat segera dialihkan untuk mengerjakan produk lainnya
yang diminati konsumen.
Pelaku UMKM Pangan dituntut agar meningkatkan
kreatifitas dan keterampilan terkait pemasaran produk dengan
memanfaatkan media online, antara lain :
1) memiliki manajemen stock produk yang terintegrasi dengan
pembelian dan penjualan, sehingga mampu memantau
persediaan barang dengan cepat dan tepat.
2) mengintegrasikan pengiriman barang dagangannya, baik itu
dalam kota, antar kota, sampai antar negara.
3) mengintegrasikan dengan sistem komunikasi yang cepat
kepada pelanggan, meskipun tidak dapat bertatap muka

18
langsung dengan pelanggan, misalnya melalui media sosial
Facebook, Instagram, Whatsapp, Line, dan sebagainya.
4) mengintegrasikan sistem pembayaran dengan sistem transfer
bank, e-wallet dan juga cash on delivery (COD).

Untuk menjalankan strategi tersebut UMKM Pangan dapat


bergabung dengan marketplace. Dengan menyesuaikan metode
penjualan menjadi tidak konvensional lagi, diharapkan UMKM
mampu bertahan ditengah situasi pandemi ini.
2. Kasus dalam Koperasi
Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang
signifikan terhadap operasional dari badan usaha seperti BMT
(Baitul Maal Wat Tamwil). Sebagai salah satu badan keuangan
yang berada di bawah pengawasan Kementerian Koperasi dan
UKM, yaitu Koperasi/Unit Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah
(KSPPS/USPPS), BMT termasuk koperasi yang terdampak
akibat kebijakan pemerintah selama masa pandemi COVID-19.
- Pertama, dampak yang umum terjadi sebagai akibat
kebijakan pemerintah untuk melakukan social
distancing dan juga work at home membuat BMT kesulitan
untuk mengumpulkan anggota.
- Kedua, dampak yang dirasakan oleh BMT dengan adanya
kebijakan pemerintah untuk social distancing (jaga jarak)
serta work from home (WFH) atau bekerja dari rumah
membuat anggota BMT banyak yang melakukan penarikan
uang untuk kebutuhan sehari-hari.
- Ketiga, pembatasan operasional pada karyawan BMT dan
penerapan WFH (work from home) sehingga pendapatan
yang diterima oleh BMT juga menurun.
Kondisi inilah yang menjadikan permasalahan
operasional di BMT itu sendiri sehingga BMT membuat

19
kebijakan-kebijakan agar operasional dapat berjalan dengan
lancar. Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
BMT untuk menjaga keberlangsungan BMT selama masa
pandemi COVID-19.
1. Selama masa WFH dan juga untuk memutus mata rantai
virus Corona ini, maka BMT melakukan penyelenggaraan
rapat anggota tahunan secara daring atau online dan BMT
tidak melaksanakan secara fisik.
2. Setelah mendapatkan laporan keuangan tahun buku, maka
anggota dapat memberikan tanggapan secara tertulis dan
dilaporkan ke koperasi BMT.
3. Selama masa pandemi COVID-19, maka pengurus BMT
memberikan kebijakan dalam pembagian SHU (sisa hasil
usaha) yang langsung dimasukkan ke dalam rekening
anggota.
4. Laporan pertanggungjawaban pengurus disampaikan
melalui daring dan cetak yang dikirim ke rumah anggota.
Pengurus membuat laporan yang selanjutnya dikirim secara
daring melalui surat elektronik (e-mail) yang dikirimkan ke
anggota BMT.
5. Dalam upaya perekrutan anggota baru BMT, maka ada
beberapa cara yang dilakukan oleh BMT. Langkah yang
dilakukan adalah dengan membuat broadcast di media
sosial untuk menginformasikan bahwa BMT membuka
anggota baru dan memberikan informasi terkait dengan
BMT tersebut serta syarat apa saja yang dibutuhkan untuk
menjadi anggota BMT.
6. Dalam upaya memberikan pelayanan terhadap anggota
selama masa pandemi ini maka pengurus dapat melakukan
kerja secara shift atau bergantian sehingga anggota dapat
terlayani dengan baik.

20
7. Selama masa pandemi ini, pengurus juga menyediakan
layanan berbasis online sehingga memudahkan anggota
untuk melakukan transaksi. Baik yang ingin mengamb il
uang maupun yang ingin memberikan setoran atau
membayar zakat dan sodaqoh. Pelayanan melalui media
online sebaiknya dipermudah dengan menggunakan
layanan whatssapp (WA) maupun surat elektronik dan
pengurus harus selalu aktif memberikan pelayanan secara
online sehingga anggota dapat terlayani dengan baik dan
operasional BMT berjalan dengan lancar.

21
BAB IV

PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Pengoptimalan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan keuangan
sangatlah diperlukan dalam menjalankan suatu usaha khususnya usaha
koperasi dan UMKM. Untuk mengoptimalkan hal tersebut perlu
dijalankannya manajemen operasional, manajemen keuangan, dan manajemen
pemasaran dengan efektif dan efisien. Karena pada dasarnya penerapan
manajemen pada usaha koperasi dan UMKM sangat diperlukan, yang dimana
dalam manajemen operasioanl terdapat beberapa fungsi manajemen yang
harus dijalankan oleh pelaku usaha koperasi atau UMKM, yakni fungsi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengkoordinasian, dan
pengawasan/pengendalian sumber daya yang dimiliki oleh koperasi dan
UMKM dimana tujuannya hanya untuk mencapai target/tujuan dari koperasi
dan UMKM itu sendiri, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota
atau pelaku usahanya.
Dalam menjalankan manajemen keuangan hal yang perlu diperhatikan
adalah pengelolalaan pada setiap aspek keuangan usaha yang dijalankan
karena hal ini berkaitan dengan kelangsungan hidup koperasi dan UMKM.
Dalam hal ini, biasanya untuk menentukan berbagai kemungkinan perolehan
sumber dana, dan penggunaannya untuk membiayai jalannya usaha dengan
apa yang telah ditentukan.
Selain itu, dalam manajemen pemasaran yang menjadi perhatian
khususnya yaitu dalam penentuan pemasaran hasil produksi mulai dari
penentuan jumlah produksi, penentuan harga, sampai pengevaluasian strategi
promosi dan pendistribusian barantg.
Maka dari itu, pelaku usaha koperasi dan UMKM harus memahami
pentingnya setiap peranan fungsi manajemen yakni manajemen operasional,
manajemen keuangan, dan manajemen pemasaran. Karena hal tersebut dapat
menentukan keberhasilan pelaku usaha dalam menjalankan usahanya.

22
4.2 Saran
Dalam menjalankan suatu usaha khususnya dalam bidang koperasi atau
UMKM kita harus memperhatikan fungsi manajemen operasional yang akan
dijalankan dengan baik dan benar, karena hal tersebut yang menentukan
ketercapaian kita dalam menjalankan usaha tersebut. Jika fungsi manajemen
operasioanl yang dijalankan sudah berjalan dengan baik maka proses
menjalankan usaha tersebut akan lebih mudah dan mampu memberikan hasil
yang maksimal. Selain itu, kita harus memperhatikan pada bagian manajemen
keuangan dan manajemen pemasaran, karena kedua hal tersebut akan
menentukan ketercapaian tujuan dari usaha yang kita jalankan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Hendra, H., Arfandi, S. N., Sudarso, A., Candra, V., Handiman, U. T., Simarmata,
H. M. P., ...& Sugiarto, M. (2021). Manajemen Koperasi. Yayasan Kita
Menulis.

Sumantri, B. A., & Erwin, P. P. (2017). Manajemen Koperasi dan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM). Kediri: Fakultas Ekonomi Universitas
Nusantara PGRI Kediri.

Ajimat. (2020). Manajemen Operasional Pada Koperasi BMT (Baitul Maal Wat
Tamwil) Di Masa Pandemi Covid 19. (Online).
(https://lppm.unpam.ac.id/2020/05/03/manajemen-operasional-pada-
koperasi-bmt-baitul-maal-wat-tamwil-di-masa-pandemi-covid-19/. Diakses
pada 25 April 2020 pukul 20.45 WIB)
Hamming, Murdifin., & Mahfudz Nurnajamuddin. 2007. Manajemen Produksi
Modern “Operasi Manufaktur dan Jasa”. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Rusdiana. 2014. Manajemen Operasi. Bandung: CV Pustaka Setia. (Online).
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4971718/strategi-kelola-
operasional-umkm-selama-corona.

24

Anda mungkin juga menyukai