Anda di halaman 1dari 56

PENGUKURAN KINERJA

SEKTOR PUBLIK
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2
KORNELIS K. BOLEN (NIM: S431708008)
RENI LISTYAWATI (NIM: S431708013)
ZAINAB MASITHA (NIM: S431708015)
Sub Pembahasan

01 PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGUKURAN


02 KINERJA

PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM PENGUKURAN


03 KINERJA

INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE FOR


04 MONEY
Sub Pembahasan

05 PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

06 PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR MONEY

LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE FOR


07 MONEY
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK

Sistem pengukuran kinerja sektor


publik adalah suatu sistem yang
bertujuan untuk membantu manajer
publik menilai pencapaian suatu
strategi melalui alat ukur finansial dan
non finansial. Sistem pengukuran
kinerja dapat dijadikan sebagai alat
pengendalian organisasi, karena
pengukuran kinerja diperkuat dengan
menetapkan reward and punishment
system.
Pentingnya pengukuran kinerja sektor
publik
digunakan untuk pengalokasian sumber
daya dan pembuatan keputusan

dimaksudkan untuk mewujudkan


dimaksudkan untuk membantu pertanggung jawaban publik dan
memperbaiki kinerja pemerintah memperbaiki komunikasi kelembagaan
Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja

01 Mengkomunikasikan strategi secara lebih baik

Mengukur kinerja finansial dan non-finansial


02 secara berimbang
Mengakomodasi pemahaman kepentingan
03 manajer level menengah dan bawah serta
memotivasi mencapai goal congruence
Untuk mencapai kepuasan berdasarkan
04 pendekatan individual & kemampuan kolektif
yang rasional
Manfaat Pengukuran Kinerja
Memberikan pemahaman mengenai
Memberikan arah untuk mencapai
ukuran yang digunakan untuk menilai
target kinerja;
kinerja manajemen;

Sebagai dasar untuk memberikan


Untuk memonitor dan mengevaluasi
penghargaan dan hukuman (reward
pencapaian kinerja dan
and punishment) secara obyektif atas
membandingkannya dengan target
pencapaian prestasi yang diukur
kinerja serta melakukan tindakan
sesuai dengan pengukuran kinerja
korektif untuk memperbaiki kinerja;
yang telah disepakati;

Sebagai alat komunikasi antara Membantu mengidentifikasi apakah


bawahan dan pimpinan; kepuasan pelanggan telah terpenuhi;

Membantu memenuhi proses kegiatan Memastikan bahwa pengambilan


instansi pemerintah; dan keputusan dilakukan secara obyektif.
INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK
PENGUKURAN KINERJA
INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK
PENGUKURAN KINERJA
Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada
01 anggaran yang telah dibuat dengan menganalisis antara kinerja
aktual dengan yang dianggarkan.

Analisis varians secara garis besar berfokus pada:


1. Varians pendapatan (revenue variance)
2. Varians pengeluaran (expenditure variance)
• Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
• Varians belanja investasi/modal (capital expenditure
variance)
INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK
PENGUKURAN KINERJA
Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolok ukur lainny
02 a. Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap
kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran y
ang komprehensif yang banyak dikembangkan oleh organisasi
dewasa ini adalah Balanced Scorecard.

Pengukuran dengan metode Balanced Scorecard melibatkan empat aspekyaitu :


1. Perspektif finansial (financial perspective)
2. Perspektif kepuasan pelanggan (customer persfective)
3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency)
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growrh persfective)
Contoh Variabel Kunci
Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci
Rumah sakit dan hotel Tingkat hunian kamar
Klinik kesehatan Jumlah pelanggan yang dilayani per hari

Perusahaan Listrik Negara KWH yang terjual

Perusahaan Telekomunikasi Jumlah pulsa yang terjual

Perusahaan air minum Jumlah debit air yang terjual

DLLAJ Jumlah alat angkutan umum


Contoh Variabel Kunci
Dinas/Unit Kerja Variabel Kunci
Pekerjaan Umum Panjang jalan yang diperbaiki
Panjang jalan yang dibersihkan
Kepolisian Jumlah kriminalitas yang tertangani

DPR/DPRD Jumlah pengaduan masyarakat yang


tertangani
Jumlah UU atau perda yang dihasilkan

Dipenda Jumlah pendapatan yang terkumpul


PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM
PENGUKURAN KINERJA
PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM
PENGUKURAN KINERJA
• Untuk melakukan pengukuran kinerja, variabel kunci yang sudah teridentifikasi tersebut
• kemudian dikembangkan menjadi indikator kinerja untuk unit kerja yang bersangkutan.
• Untuk dapat diketahui tingkat capaian kinerja, indikator tersebut kemudian dibandingkan
• dengan target kerja atau standar kerja.
• Tahap terakhir adalah evauasi kinerja yang hasilnya berupa feedback, reward, dan
punishment kepada manajer pusat pertanggungjawaban.
• Indikator kinerja digunakan sebagai indikator pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan.
• Indikator kinerja tersebut dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama organisasi
(critical success faktors) dan indikator kinerja kunci (key performance indikator).
• Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesuksesan kinerja
unit kerja organisasi.
PERANAN INDIKATOR KINERJA DALAM
PENGUKURAN KINERJA
Indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan
faktor yang dapat dianggap sebagai ukuran kinerja
kunci baik yang bersifat finansial maupun
nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan
kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan
oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor
capaian kinerja.
Pengembangan Indikator Kinerja

Penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk


mengetahui apakah suatu aktivitas atau program
telah dilakukan secara efisien dan efektif. Indikator
untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda
tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan.
Penentuan indikator kinerja perlu
mempertimbangkan komponen berikut:
• Biaya pelayanan (cost of service);
• Penggunaan (utilization);
• Kualitas dan standar pelayanan (quality
and standards);
• Cakupan pelayanan (coverage); dan
• Kepuasan (satisfaction).
INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN
VALUE FOR MONEY
INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE
FOR MONEY

Value for Money merupakan inti


pengukuran kinerja pada organisasi
pemerintah. Kinerja pemerintah tidak
dapat dinilai dari sisi output yang
dihasilkan saja, akan tetapi harus
mempertimbangkan input, output,
dan outcome secara bersama-sama.
INDIKATOR KINERJA DAN PENGUKURAN VALUE
FOR MONEY

Ukuran kinerja mengacu pada


penilaian kinerja secara langsung,
sedangkan indikator kinerja mengacu
pada penilaian kinerja secara tidak
langsung, yaitu hal-hal yang sifatnya
hanya merupakan indikasi-indikasi
kinerja.
Mekanisme untuk menentukan indikator kinerja
tersebut memerlukan hal-hal sebagai berikut:

Sistem perencanaan dan Spesifikasi teknis dan


pengendalian standardisasi

Mekanisme ekonomi dan Kompetensi teknis dan


mekanisme pasar profesionalisme

Mekanisme Sumber Daya


Manusia
Peran indikator kinerja bagi pemerintah
Untuk membantu memperjelas tujuan organisasi;

Untuk mengevaluasi target akhir (final outcome) yang dihasilkan;

Sebagai masukan untuk menentukan skema intensif manajerial;

Memungkinkan bagi pemakai jasa layanan pemerintah untuk melakukan pilihan;

Untuk menunjukkan standar kinerja;

Untuk menunjukkan efektivitas;

Untuk membantu menentukan aktivitas yang memiliki efektivitas niaya yang paling baik
untuk mencapai target sasaran; dan
Untuk menunjukkan wilayah, bagian, atau proses yang masih potensial untuk dilakukan
penghematan biaya.
Permasalahan teknis
Permasalahan teknis yang dihadapi pada saat
pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
(value for money) organisasi adalah bagaimana
membandingkan input dengan output untuk
menghasilkan ukuran efisiensi yang memuaskan
jika output yang dihasilkan tidak dapat dinilai
dengan harga pasar. Solusi praktis atas masalah
tersebut adalah dengan cara membandingkan
input finansial (biaya) dengan output nonfinansial,
misalnya biaya unit (unit cost statistics).
• Ukuran-ukuran statistik tersebut dapat digunakan oleh masyarakat
pembaca anggaran dan laporan keuangan pemerintah yang bukan
ahli di bidang manajemen keuangan publik sebagai dasar untuk
menilai kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan publik.

• Bagi pemerintah, angka-angka statistik tersebut dapat digunakan


untuk membandingkan kinerja, menilai tingkat efisiensi dan
efektivitas unit kerja serta untuk mengetahui sebab-sebab
inefisiensi dan ketidakefektivan unit kerja yang bersangkutan.

• Unit cost statistics sebagai bentuk indikator kinerja tidak saja


berfungsi sebagai benang merah untuk mengukur kinerja, akan
tetapi juga mendorong untuk dilakukannya investigasi lebih detail
atas hasil yang dicapai oleh suatu unit kerja.
PENGUKURAN VALUE FOR MONEY
PENGUKURAN VALUE FOR MONEY

• Kinerja pokok yang mendasari pelaksanaan manajemen


publik dewasa ini adalah: ekonomi, efisiensi, efektivitas,
transparansi, dan akuntabilitas publik.
• Tujuan yang dikehendaki oleh masyarakat mencakup
pertanggungjawaban mengenai pelaksanaan value for
money, yaitu ekonomis (hemat cermat) dalam pengadaan
dan alokasi sumber daya, efisien (berdaya guna) dalam
penggunaan sumber daya dalam arti penggunaannya
diminimalkan dan hasilnya dimaksimalkan (maximizing
benefits and minimizing costs), serta efektif(berhasil guna)
dalam arti mencapai tujuan dan sasaran.
PENGEMBANGAN INDIKATOR VALUE FOR
MONEY
• Peran indikator kinerja adalah untuk menyediakan
informasi sebagai pertimbangan untuk pembuatan
keputusan.
• Indikator kinerja harus dapat dimanfaatkan oleh pihak
internal maupun eksternal.
• indikator kinerja akan membantu pemerintah dalam proses
pengambilan keputusan anggaran dan dalam mengawasi
kinerja anggaran.
Tiga pokok bahasan dalam indikator value
for money

Ekonomi Efisiensi Efektifitas


Indikator Efektifitas Biaya (Cost-
Effectiveness)

Indikator efisiensi dan efektifitas harus digunakan secara bersama-sama.


Karena disatu pihak mungkin pelaksanaanya sudah dilakukan secara
ekonomis dan efisien akan tetapi output yang dihasilkan tidak sesuai target.
Sedang dipihak lain, program dikatakan efektif dalam mencapai tujuan, tetapi
tidak dicapai dengan cara ekonomis dan efisien. Jika suatu program efektif
dan efisien maka program tersebut dikatakan cost-effectivenness.
LANGKAH-LANGKAH PENGUKURAN VALUE
FOR MONEY
LANGKAH-LANGKAH
PENGUKURAN VALUE FOR
MONEY

Pengukuran Ekonomi

Pengukuran Efisiensi

Pengukuran Efektivitas

Pengukuran Outcome
Estimasi indikator kinerja

Kinerja
tahun lalu Trend

Expert Regresi
Judgement
Pertimbangan dalam membuat
indikator kinerja
• Langkah pertama dalam membuat indikator kinerja ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas adalah memahami operasi dengan menganalisis
kegiatan dan program yang akan dilaksanakan.
• Secara garis besar terdapat dua jenis tindakan kebijakan yaitu input
dan proses yang mempunyai tujuan untuk mengatur alokasi sumber
daya input untuk dikonversi menjadi output melalu satu atau beberapa
proses konversi atau operasi. Hasil kebijakan ada tiga jenis, yaitu
keluaran, akibat dan dampak dan distribusi manfaat.
• Keluaran yang diproduksi diharapkan akam memberikan sejumlah
akibat dan dampak positif terhadap tujuan program.
Contoh indikator kinerja di Perguruan Tinggi
Pertimbangan Input
Input Mahasiswa - Latar belakang sosial ekonomi
- Latar belakang budaya
Kemamapuan diri
Hambatan/kesulitan
Prestasi akademik
Tingkat ekspektasi mahasiswa dan orang tua
Sumber Daya - Jumlah dosen
- Fasilitas
Jumlah staf pendukung
Dukungan orang tua mahasiswa
Buku dan perpustakaan
Indikator Proses
Staf - Kualitas dosen
- Tingkat perpindahan dosen
- Sikap dan perilaku para staf
Perkuliahan - Frekuensi temu kelas dan konsultasi
- Rasio dosen
Kurikulum - Mata kuliah utama
- Mata kuliah pilihan
Sistem ujian
Daya Dukung Pendidikan - Forum-forum ilmiah
- Saran olahraga
Organisasi - Manajemen perguruan tinggi
- Organisasi mahasiswa
Mutually - Tingkat ekspektasi dosen
- Tingkat tanggung jawab mahasiswa
- Reward/punishment system
Indikator Output
Mahsiswa - Sikap dan perilaku masasiswa
- Tingkat kehadiran dan ketidak hadiran

Dosen - Tingkat kehadiran dan ketidakhadiran


- Keterlambatan
ARTIKEL
MENERAPKAN SISTEM PENGUKURAN
KINERJA
PEMERINTAH LOKAL INDONESIA DI BAWAH TEKANAN
IDENTIFIKASI ARTIKEL
“IMPLEMENTING PERFORMANCE MEASUREMENT
SYSTEMS :INDONESIAN LOCAL GOVERNMENT UNDER
PRESURE”

JUDUL : IMPLEMENTING PERFORMANCE MEASUREMENT SYSTEMS


INDONESIAN LOCAL GOVERNMENT UNDER PRESURE
PENELITI : RUSDI AKBAR, ROBYN ANN PILCHER, BRIAN PERRIN
JURNAL : EMERALD, VOL.12 NO. 1, 2015
Pendahuluan dan latar belakang
Di Indonesia, minat pengukuran kinerja mulai muncul
pada awal era reformasi pada tahun 1999 ketika
Presiden BJ Habibie menandatangani instruksi presiden
(Inpres No. 7/1999), yang Laporan Akuntabilitas KINERJA
Institusi Pemerintah / Laporan Akuntabilitas Kinerja Reformasi bertujuan untuk transparansi yang lebih
Aparatur Negara (dikenal sebagai LAKIP). Awalnya besar dalam transaksi pemerintah dan akuntabilitas
yang lebih jelas untuk hasil kepada publik. Dengan
didirikan sebagai laporan kinerja tahunan, LAKIP telah
obyektif mengukur kinerja tindakan pemerintah,
berkembang lebih ke sistem pengukuran kinerja dengan akuntabilitas menyediakan tingkat tertentu jaminan
mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk kepada warga bahwa setiap themandate
menggambarkan misi, visi, tujuan strategis mereka dan diberikan individu untuk bertindak atas nama
indikator kinerja utama (KPI), dan menyediakan mereka melakukan yang terbaik untuk
melaksanakan tugas-tugas ( Hughes, 2003 ). LAKIP
mekanisme untuk menghubungkan KPI dengan tujuan
dimaksudkan untuk membantu pemerintah daerah
organisasi dan anggaran ( Rhodes et al., 2012 ). mencapai akuntabilitas. Dengan berakhirnya rezim
Orde Baru pada tahun 1998, era baru dimulai
reformasi bertujuan untuk menerapkan dengan administrasi demokratis yang berbasis,
pemerintahan yang bersih, memberikan bukan pada perintah dari presiden semua-kuat,
pelayanan publik yang cepat dan responsif, tapi setelah aturan hukum dan disiplin akuntabilitas
meningkatkan program pemerintah visibilitas demokratis ( Almand Bahl, 2000 ).
dan memodernisasi semua lembaga sistem
manajemen, menggunakan pelaksanaan
LAKIP di instansi pemerintah sebagai salah
satu tonggak reformasi .
Menurut Lapsley dan Pallot (2000 , P. 215): Cheung (2011 , P.
131) mengklaim Manajemen Baru Umum (NPM) dan model
pemerintahan yang baik adalah dua “paradigma dominan”
memiliki dampak terbesar pada Asian (di mana ia termasuk
Indonesia) reformasi kelembagaan. Oleh karena itu,
pengembangan NPMwas dipandang sebagai sarana untuk
meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pemerintah, dan
ini, pada gilirannya, informasi kinerja yang diperlukan dan
sistem yang lebih sebanding, relevan dan berguna untuk
pengambilan keputusan dalam sektor publik. Bagi pemerintah
lokal Indonesia, ini berarti LAKIP.
Tinjauan Pustaka

pengukuran
NPM dan
kinerja Merancang dan
akuntabilitas Pelaksanaan NPM telah
disesuaikan untuk memenuhi (sistem) menerapkan sistem PMS yang
efektif adalah tugas yang sulit
kebutuhan pemerintahan
dan kompleks yang perlu
yang berbeda, dengan
dinamis, dan untuk
banyak entitas pemerintah di
mempertimbangkan
negara-negara maju yang
kebutuhan dan harapan dari
memiliki elemen sekarang
semua pemangku
diperkenalkan NPM
kepentingan.

Akuntabilitas di pemerintah
daerah disediakan oleh
penggunaan dan publikasi
baik indikator kinerja
keuangan dan non-
keuangan
kerangka teori
Teori institusional dalam berbagai bentuk:

Makalah ini
menggunakan teori
memanfaatkan sosiologi
institusional: kelembagaan baru untuk menjelaskan
Modell

menjelajahi perubahan organisasi


dengan penambahan kepentingan
dan kekuasaan dari berbagai
pemangku kepentingan;

memperluas kapasitas analisis


neoinstitutional oleh menunjukkan
bahwa praktek-praktek lokal mungkin
perlu bervariasi untuk melaksanakan
sistem pengendalian manajemen oleh
berbagai organisasi internasional
Institutional Isomorphism

Selama bertahun-tahun, pelaksanaan manajemen sistem


kontrol, di mana pengukuran kinerja merupakan
komponen integral, telah dipelajari dari fungsionalis,
perilaku, interpretif dan perspektif kritis. Dalam akuntansi
manajemen, penelitian penganggaran telah didominasi
oleh teori keagenan ( Williams et al., 1990 ). Namun, baru-
baru ini, penelitian yang meneliti topik akuntansi
manajemen dari keagenan.
Coercive Isomorphism

Koersif isomorphismstems pengaruh from political, dan


berasal dari kedua tekanan formal dan informal dari
organisasi lain. Dalam era desentralisasi, pemerintah pusat
biasanya memiliki kekuasaan koersif lebih besar atas
pemerintah daerah (Brignall andModell 2000 ; Modell 2001
) ketidakseimbangan kekuatan ini dikritik oleh Gilbert et al.
( 2011) sebagai penghalang untuk keberhasilan
pelaksanaan kebijakan. Dalam teori institusional,
isomorfisma koersif mungkin terjadi ketika organisasi
dipaksa untuk mengadopsi metode yang serupa (seperti
PMS) untuk mematuhi aturan dan peraturan.
Mimetic Isomorphism
 isomorfisma mimesis muncul sebagai hasil dari upaya untuk
menanggapi ketidakpastian lingkungan di lapangan. Di mana
organisasi beroperasi dalam jenis lingkungan, mereka
cenderung untuk meniru orang lain untuk mencapai legitimasi.
Dengan pemerintah daerah yang terdiri dari sejumlah besar
organisasi serupa (dalam hal fungsi, tugas, imperatif hukum,
pembiayaan dan kegiatan), ada potensi untuk organisasi tidak
hanya untuk mencerminkan lingkungan eksternal mereka,
tetapi juga untuk mencari proses isomorphismbymimetic
kelembagaan. Dengan cara ini pemerintah daerah akan
mencapai legitimasi menyerupai otoritas lokal lainnya dalam
hal orgaisasi, prosedur, dan respon terhadap inisiatif eksternal.
Hasil dan Diskusi

Institutional isomorphism
Hasil wawancara mengenai proses persiapan laporan kinerja,
mayoritas responden (62,5 persen) menunjukkan bahwa referensi
utama dalam pengembangan dan penggunaan indikator kinerja
adalah peraturan dan pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat. Sisanya 12,5 persen-25 persen berusaha memperoleh informasi
di tempat lain menggunakan laporan dari pemerintah daerah lain,
serta beberapa laporan yang lebih umum.
cont.

Inpres No. 7/1999 Coercive isomorphism


Banyak pemerintah daerah
mengklaim bahwa mereka
memiliki sedikit waktu dan Pemerintah daerah tidak
Orang yang diwawancarai
mereka juga masih berjuang memiliki pilihan lain selain
melihat tekanan koersif yang
dengan kemampuan teknis mematuhi peraturan jika
dikenakan oleh peraturan
mereka yang rendah, mereka tidak ingin
sebagai pendorong utama di
terutama dengan kualitas menghadapi konsekuensi
balik pengembangan
sumber daya manusia yang berpotensi merugikan
indikator kinerja.
mereka yang relatif rendah dalam anggaran mereka.
dan kapasitas kelembagaan
yang rendah.
Cont.

Mimetic isomorphism
Berkenaan dengan praktik manajemen, seperti
Banyak pemerintah daerah memproduksi dan menggunakan LAKIP,
pemerintah daerah tidak semua pada tahap
melihat praktik terbaik yang sama. Sebagian besar pemerintah daerah
menyalin dari organisasi masih dalam tahap implementasi yang sangat
dasar, meskipun beberapa dewan sumber daya
pemerintah lainnya sebagai yang lebih baik telah mencapai tahap yang
cara yang aman dan mudah lebih maju. Dewan dapat belajar dari satu sama
lain untuk meningkatkan kemampuan
untuk mematuhi peraturan. manajemen mereka melalui berbagai jenis
media yang difasilitasi oleh pemerintah pusat.
Cont.

Normative isomorphism
Mayoritas responden menegaskan bahwa sistem
pengukuran kinerja yang mereka adopsi dirancang
oleh konsultan eksternal terutama BPKP dan
Universitas, dengan partisipasi aktif dari tim yang
dibentuk secara internal dan terdiri dari karyawan
pemerintah daerah yang relevan.
Cont.

Peran BPKP (auditor eksternal)


Mengingat rendahnya kualitas karyawan dan pejabat
di sebagian besar pemerintah daerah, BPKP berperan
membantu pemerintah daerah dalam melaksanakan
sistem pengukuran kinerja, terutama pada tahap
awal, seperti pejabat dan karyawan lokal yang
diperlukan untuk mempelajari sistem baru.
Cont.

Peran universitas
Karyawan pemerintah daerah
Universitas lokal memberikan
memiliki kesempatan untuk
kontribusi besar dalam
berbagi pengalaman mereka
membantu pemerintah daerah
tentang pelaksanaan sistem
dengan masalah manajemen
pengukuran kinerja dengan
mereka, termasuk yang terkait
rekan-rekan mereka dari
dengan sistem pengukuran
pemerintah daerah lain di
kinerja.
seluruh bangsa.
Cont.

Akuntabilitas
Pemerintah pusat, melalui rencana Penguatan akuntabilitas keuangan
pembangunan jangka menengah diarahkan untuk meningkatkan
(RPJM) 2005-2010, menyatakan kualitas dan transparansi
bahwa penguatan akuntabilitas pengelolaan keuangan, dan diukur
dan peningkatan kinerja dengan indikator administrasi yang
merupakan prioritas program sehat, pendapat auditor, dan
reformasi birokrasi dalam lima tahun kurang KKN (korupsi, kolusi, dan
ke depan. nepotisme).
Kesimpulan
 Pengukuran kinerja telah memainkan peran penting dalam upaya
instansi pemerintah untuk memenuhi permintaan akuntabilitas.
Salah satu perubahan adalah pengenalan sistem pengukuran
kinerja yang dikenal sebagai LAKIP di pemerintah daerah.
Pemerintah pusat menggunakan LAKIP sebagai alat untuk
pendanaan berdasarkan kesesuaian pemerintah daerah dengan
persyaratan pelaporan.
 Salah satu kontribusi utama dari penelitian ini adalah untuk
memberikan gambaran konseptual mendalam dan pemahaman
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan dan
penggunaan sistem pengukuran kinerja di negara berkembang
dalam kerangka teori institusional.
Cont.
 Meskipun karyawan menganggap isomorfisma koersif sebagai
petunjuk kepatuhan pemerintah daerah dengan LAKIP, banyak
dewan masih tidak melaporkan dan mereka tidak
melakukannya dengan baik. Banyak dewan tidak memiliki
motivasi manajemen, dengan beberapa memilih untuk hanya
meniru (isomorfisma mimetik) apa yang dilakukan orang lain.
 Meskipun akuntabilitas dapat dianggap ada di Indonesia,
dengan tekanan isomorfik menciptakan masalah bagi
pemerintah lokal serta indikasi politik dan korupsi.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai