MANAJEMEN PAJAK
Oleh:
NAMA : NOVITA SARI
NIM : 20140102033
AKUNTANSI
STIE KASIH BANGSA
Jl. Dr. Kasih No. 1 Kebon Jeruk Jakarta Barat
2018
ANALISIS PENGARUH SOLVABILITAS, SALES GROWTH DAN
MANAJEMEN PAJAK
Oleh:
NAMA : NOVITA SARI
NIM : 20140102033
AKUNTANSI
STIE KASIH BANGSA
Jl. Dr. Kasih No. 1 Kebon Jeruk Jakarta Barat
2018
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS AKHIR
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KASIH BANGSA
Jl. Dr. Kasih No.1 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530
Dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir yang saya buat dengan judul:
Jika terbukti saya memberikan pernyataan yang tidak benar sesuai tersebut di atas,
maka tugas akhir ini dinyatakan batal dengan sendirinya dan saya akan menerima
segala sanksi yang ditetapkan.
Jakarta,
Yang menyatakan,
Materai 6000
(Novita Sari)
NIM : 20140102033
HALAMAN PENGESAHAN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KASIH BANGSA
Jl. Dr. Kasih No.1 Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530
Jakarta,
Tim Penguji :
Penguji I, Ketua Tim Penguji
(.........................................) (.........................................)
Penguji II,
(.........................................)
** = coret yang tidak perlu.
Sebagai sivitas akademik STIE Kasih bangsa, saya yang bertanda tangan di bawah
ini :
Nama : Novita Sari
NIM : 20140102033
Program Studi : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa untuk pengembangan ilmu pengetahuan maka saya
menyetujui untuk memberikan kepada STIE Kasih Bangsa Hak Penuh atas skripsi
saya yang berjudul :
ANALISIS PENGARUH SOLVABILITAS, SALES GROWTH DAN UKURAN
PERUSAHAAN TERHADAP MANAJEMEN PAJAK (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2017)
Beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Penuh ini STIE Kasih Bangsa berhak
menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dalam keadaan sadar dan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta,
Yang menyatakan,
Materai 6000
(Novita Sari)
NIM : 20140102033
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan Rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Program Studi
Akuntansi di STIE Kasih Bangsa. Saya menyadari bahwa, skripsi ini dapat terselesaikan atas
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak dari awal perkuliahan sampai pada
penyusunan skripsi. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua, kakak dan seluruh keluarga yang selalu mendukung dan memberikan doa
selama penyusunan skripsi saya ini.
2. Bapak Dr. dr. Eka Wahyu Kasih, S.Pd, S.H, M.H, M.M, M.Pd selaku pendiri STIE Kasih
Bangsa.
3. Ibu Ruslaini S.E., M.M. selaku ketua STIE Kasih Bangsa.
4. Dr. Bambang Suryantoro, SE, M.Si. selaku Pembantu Ketua I Bidang Akademik STIE
Kasih Bangsa.
5. Ibu Grace Yulianti, S.E., M.B.A. selaku Pembantu Ketua II Bidang Administrasi dan
Keuangan STIE Kasih Bangsa.
6. Bapak Erwin Kadar Slamet, B.Sc, M.B.A, selaku Pembantu Ketua III Bidang
Kemahasiswaan STIE Kasih Bangsa.
7. Bapak Mochamad Chaidir, S.E., M.M, selaku Pembantu Ketua IV Bidang Evaluasi dan
Kerjasama STIE Kasih Bangsa.
8. Bapak Muhammad Rizal S.E., M.Ak., CA, CPAI selaku Ketua Program Studi Akuntansi
STIE Kasih Bangsa.
9. Bapak Zaenal Abidin selaku ketua BAAK STIE Kasih Bangsa.
10. Ibu Ruslaini S.E., M.M. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga
dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
11. Bapak Eri Kusnanto, S.E., M.Ak selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
12. Bapak/Ibu selaku dosen STIE Kasih Bangsa yang telah memberikan banyak ilmu kepada
saya mulai awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi.
13. Seluruh Staff/Karyawan STIE Kasih bangsa yang telah membantu proses penyelesaian
skripsi ini terutama Ka Jenris. Terima kasih atas bantuan yang telah diberikan.
14. Ibu Deasy Halimy, S.H., M.Kn., selaku atasan saya di Kantor Hukum Deasy Halimy, SH
dan Rekan serta Ka Ila selaku rekan kerja yang sudah saya anggap seperti kakak saya
sendiri yang selalu memberikan dukungan kepada saya selama penyusunan skripsi.
v
15. PT. Carefastindo. Terima kasih kepada Bapak Mosfiq Ahmad Fadli selaku General
Manager Business Development PT. Carefastindo. Rekan-rekan kerja saya yaitu Ka Dian
Novita, Ka Maya Meytha Suwu, Pak Suryo Lalang, Pak Ion, dan rekan-rekan kerja yang
lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan yang telah
kalian berikan.
16. Emilia Wati, Ina Yusnita Shalehah, Imih, Maidah, Anggita Prastiwi, Dicky Heriawan,
Rusofi, terima kasih telah menjadi teman terbaik bagi saya yang telah banyak membantu,
memberikan semangat, dukungan, motivasi, dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Saya tidak akan melupakan segala kenangan kita baik suka maupun
duka dan saya harap kita dapat menjadi teman baik selamanya meskipun nanti terpisah
oleh jarak dan waktu. Terima kasih untuk menjadi bagian terpenting dalam hidup saya.
Maafkan untuk sikap kekanak-kanakan saya selama ini .
17. Martin Abdi Siregar, Sullivia Linn, Raynaldi Hafizta, Devi Riswanti, Truli Satriyani dan
seluruh teman-teman seperjuangan Akuntansi 2014 yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu yang turut memberikan doa dan dukungan dalam menyelesaikan penyusunan
skripsi ini. Terima kasih atas bantuan yang telah kalian berikan kepada saya dan terus
memotivasi saya selama penyusunan skripsi ini. Saya tidak akan melupakan bantuan yang
telah kalian berikan selama ini.
Akhir kata saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas semua kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Jakarta,
Penulis
Novita Sari
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti solvabilitas, sales growth dan ukuran perusahaan
terhadap manajemen pajak. Adapun latar belakang dalam penelitian ini adalah karena di
dalam utang perusahaan dapat menimbulkan beban bunga. Semakin tinggi penjualan
perusahaan maka beban yang timbul akan semakin meningkat. Di dalam ukuran perusahaan
terdapat beban penyusutan atau amortisasi, yang memiliki pengaruh terhadap usaha
perusahaan untuk melakukan manajemen pajak. Sampel penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017 yang berjumlah 15 perusahaan setelah dilakukan
purposive sampling dari total 28 perusahaan dengan menggunakan metode regresi berganda
(multiple regresion analysis) yang terdapat dalam program SPSS 21.0 (Statistical Program
for Social Science). Hasil penelitian secara parsial menunjukan variabel solvabilitas tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak dikarenakan beban bunga yang
timbul dari utang perusahaan tidak memiliki pengaruh yang cukup besar untuk mengurangi
beban pajak perusahaan. Variabel sales growth tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
manajemen pajak. Untuk ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen
pajak dikarenakan beban penyusutan atau amortisasi dari aset tetap dapat mengurangi beban
pajak perusahaan. Apabila diuji secara simultan atau dengan kata lain variabel-variabel ini
diuji bersama-sama hasil penelitian menunjukan variabel penelitian solvabilitas, sales
growth dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen pajak.
Kata Kunci: Solvabilitas, Sales Growth, Ukuran Perusahaan, Manajemen Pajak.
vii
ABSTRACT
The aim of this study was to examine solvability, sales growth and firm size affects tax
management. The background of this study is due to company’s debt that have interest
expense. If the sales growth of a company has increased, so the expenses that appeared
could be increased too. In firm size, they have depreciation expense or amortisation that
have an influence on the company efforts to do tax management. The samples of this study
were manufacturing companies in consumer goods industry sector listed on Indonesia Stock
Exchange 2015 – 2017 periods as much as 15 companies after purposive sampling done
from total 28 companies with multiple regression analysis method from SPSS 21.0 program
(Statistical Program for Social Science). The result of this study partially show that the
solvability variabel has no significant effects to the tax management because interest
expense didn’t have a big impact to reduce company’s tax expense. The sales growth
variable has no significant effects to the tax management. For firm size has a significant
effects to the tax management because depreciation expense or amortisation from fixed asset
could reduce tax expense of a company. Furhtermore, simultaneously or in other words,
these variables that tested together, the result showed that solvability, sales growth and firm
size significantly influenced tax management.
Keywords: Solvability, Sales Growth, Firm Size, Tax Management.
viii
DAFTAR ISI
ix
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis ............................................................................................... 51
5.1.1 Analisis Statistik Deskriptif ................................................................ 51
5.1.2 Analisis Uji Asumsi Klasik ................................................................ 52
5.1.3 Analisis Uji Hipotesis ......................................................................... 54
5.1.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi ......................................................... 57
5.2 Pembahasan .................................................................................................. 57
5.2.1 Pengaruh Return on Assets terhadap Manajemen Pajak ..................... 60
5.2.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Manajemen Pajak................ 61
5.2.3 Pengaruh Sales Growth terhadap Manajemen Pajak........................... 62
5.2.4 Pengaruh Return on Assets, Debt to Equity Ratio, dan Sales
Growth terhadap Manajemen Pajak..................................................... 62
BAB IV SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ...................................................................................................... 64
6.2 Saran ............................................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 67
LAMPIRAN:
A-1 : Tabel Proses Pemilihan Sampel
A-2 : Tabel Hasil Pengolahan Return on Assets
A-3 : Tabel Hasil Pengolahan Debt to Equity Ratio
A-4 : Tabel Hasil Pengolahan Sales Growth
A-5 : Tabel Hasil Pengolahan Effective Tax Rate
B-1 : Tabel Uji t
B-2 : Tabel Uji F
C-1 : Tabel Perusahaan Yang Tidak Menerbitkan Laporan Keuangan Pada Periode
Pengamatan 2014-2017
C-2 : Tabel Perusahaan yang Memiliki Laba Negatif pada Periode Pengamatan
2014-2017
D-1 : Hasil Output SPSS
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Sepanjang tahun 2015 sampai dengan tahun 2017, realisasi penerimaan pajak di
Indonesia selalu tidak mencapai target yang ada. Perbedaan pencapaian antara target
dan realisasi yang ada pada penerimaan negara yang bersumber dari sektor perpajakan
dapat dipengaruhi berbagai faktor diantaranya melemahnya ekonomi yang berdampak
terhadap turunnya penghasilan yang didapat oleh para wajib pajak, sehingga pajak
yang dibayar kepada negara juga berkurang, timbulnya rasa ketidakpercayaan
masyarakat terhadap pemerintah yang mengakibatkan mereka cenderung enggan
1
untuk membayar pajak kepada negara karena masyarakat memiliki ketakutan jika
pajak yang dibayarkan kepada negara disalahgunakan oleh pejabat pemerintah untuk
kepentingan diri sendiri serta kecenderungan wajib pajak khususnya wajib pajak
badan untuk melakukan tindakan yang berkaitan dengan pajak secara legal maupun
illegal agar beban pajak yang dibayarkan kepada pemerintah berkurang karena banyak
perusahaan yang menganggap bahwa pajak adalah beban yang harus dihindari karena
dapat mengurangi laba bersih.
Banyak perusahaan yang berupaya untuk mengefisienkan beban pajak karena hampir
semua perusahaan memiliki tujuan yang sama yaitu memaksimalkan keuntungan,
sementara pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah dianggap sebagai beban
yang akan mengurangi keuntungan perusahaan. Semakin besar laba atau keuntungan
yang didapatkan perusahaan, semakin besar pula beban pajak yang harus dibayar
kepada pemerintah. Seperti yang disampaikan oleh Waluyo, dalam pelaksanaannya
terdapat kendala yang timbul akibat perbedaan kepentingan antara pemerintah dan
wajib pajak. Pemerintah berupaya untuk memaksimalkan pendapatan negara dari
sektor pajak, namun wajib pajak berusaha untuk meminimalkan beban pajaknya. Bagi
wajib pajak, khususnya wajib pajak badan, pajak merupakan salah satu beban yang
akan mengurangi laba bersih, sedangkan bagi Pemerintah pajak merupakan sumber
keuangan negara yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran
pemerintah.1
Fenomena perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan wajib pajak menjadi
alasan mengapa perusahaan harus dapat mengambil keputusan untuk menentukan
seberapa besar tarif pajak efektif yang dapat digunakan perusahaan agar laba yang
diperoleh perusahaan tetap maksimal dan pembayaran pajak kepada pemerintah tetap
dapat dilakukan dengan benar. Dari perbedaan kepentingan tersebut, timbul suatu
perlawanan pajak dari wajib pajak. Perlawanan tersebut dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Perlawanan pasif yang inisiatifnya bukan dari
wajib pajak itu sendiri tetapi karena keadaan yang ada di sekitar wajib pajak itu
sendiri, merupakan suatu upaya untuk mempersulit pemungutan pajak yang
berhubungan dengan struktur ekonomi, perkembangan intelektual, dan moral
penduduk serta teknik pemungutan pajak itu sendiri. Sedangkan perlawanan aktif
adalah perlawanan yang inisiatifnya berasal dari wajib pajak itu sendiri. Hal ini
merupakan usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dan
1
Waluyo, Perpajakan Indonesia, (2014:6)
2
bertujuan untuk menghindari pajak atau mengurangi kewajiban pajak yang seharusnya
dibayar.2 Beberapa faktor yang memotivasi wajib pajak untuk melakukan
penghematan pajak dengan cara ilegal yaitu pertama adalah jumlah pajak yang harus
dibayar. Semakin besar pajak yang harus dibayar, maka semakin besar pula
kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran. Kedua, biaya yang
dikeluarkan untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus,
semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran. Ketiga,
kemungkinan untuk ketahuan. Semakin kecil kemungkinan suatu pelanggaran
terdeteksi, semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan pelanggaran.
Dan yang terakhir adalah besar sanksi. Semakin ringan sanksi yang dikenakan
terhadap pelanggaran, semakin besar kecenderungan wajib pajak untuk melakukan
pelanggaran.3 Kewajiban perpajakan yang tidak dilakukan dengan benar akan
berujung pada kecurangan atau penggelapan pajak. Seperti contoh kasus PT. Rajawali
Nusantara Indonesia (PT. RNI) pada tahun 2015 merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang Farmasi & Alat kesehatan dan perdagangan ini melakukan peghindaran pajak
dengan cara mencatat modal sebagai pinjaman yang diberikan pemilik di Singapura,
dan ketika utang itu bunganya dibayarkan, maka bunga tersebut akan dianggap
dividen oleh pemilik. Pada Laporan keuangan PT. Rajawali Nusantara Indonesia
2014, tercatat utang sebesar Rp.20,4 miliar. Sementara, omzet perusahaan hanya
Rp.2,178 miliar. Belum lagi ada kerugian ditahan pada laporan tahun yang sama
senilai Rp.26,12 miliar. Dikarenakan modal tersebut diakui sebagai utang, maka utang
tersebut akan menguragi pajak, dan jika dalam laporan keuangan yang dilaporkan
perusahaan mengalami kerugian, maka dipastikan tidak ada pajak yang masuk ke
Negara Selain itu RNI memanfaatkan Peraturan Pemerintah 46/2013 tentang Pajak
Penghasilan khusus UMKM, dengan tarif PPh final 1%. Selanjutnya dua pemegang
saham RNI berkewarganegaraan Indonesia tidak melaporkan SPT pajak secara benar
sejak 2007-2015. Adapun dua pemegang saham, yang merupakan orang Singapura
juga tidak membayarkan pajak penghasilannya, padahal memiliki usaha di Indonesia. 4
Salah satu cara mengefisienkan beban pajak perusahaan yang masih berada dalam
peraturan perpajakan adalah dengan melakukan manajemen pajak. Manajemen pajak
2
Siti Kurnia Rahayu, Perpajakan Indonesia, (2013:143)
3
Erly Suandi, Perencanaan Pajak, (2016:2)
4
Estu Suryowati, “Terkuak, Modus Penghindaran Pajak Perusahaan Jasa Kesehatan Asal
Singapura”,https://ekonomi.kompas.com/read/2016/04/06/203829826/Terkuak.Modus.Penghindaran.
Pajak.Perusahaa n.Jasa.Kesehatan.Asal.Singapura (Tanggal akses : 15 September 2018)
3
pada dasarnya adalah strategi wajib pajak untuk meminimalkan pengeluaran
perusahaan dalam hal pembayaran pajak kepada negara. Manajemen pajak harus
dilakukan dengan baik agar tidak menjurus kepada pelanggaran norma-norma
perpajakan yang berujung pada kasus penggelapan pajak. Ada dua cara meminimalkan
beban pajak, yaitu tax evasion dan tax avoidance. Tax evasion merupakan
penghindaran pajak dengan cara ilegal dengan tidak melaporkan penghasilan atau
melaporkan penghasilan tetapi bukan nilai dari penghasilan yang sebenarnya,
sedangkan tax avoidance merupakan upaya penghindaran pajak secara legal untuk
meminimalisir pembayaran pajak dan tax avoidance ini merupakan bagian dari
manajemen pajak. Manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilihat
dari tarif pajak efektifnya. Manajemen pajak dengan tarif pajak efektif keduanya
saling berhubungan, jika perusahaan melakukan manajemen pajak dengan baik, maka
tarif pajak efektifnya cenderung rendah.
Tarif pajak efektif perusahaan (Effective Tax Rate/ETR) sering digunakan sebagai
salah satu acuan oleh para pembuat keputusan dan pihak yang berkepentingan untuk
membuat kebijakan dalam perusahaan dan sebagai dasar membuat kesimpulan sistem
perpajakan pada perusahaan, sedangkan untuk besarnya tarif pajak penghasilan wajib
pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang ditentukan oleh pemerintah
adalah berdasarkan Pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan adalah sebesar 25%
yang berlaku mulai Tahun Pajak 2010.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel solvabilitas, sales growth dan
ukuran perusahaan sebagai variabel bebas yang diduga merupakan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi tarif pajak efektif. Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajibannya. Dalam penelitian ini, solvabilitas diproksikan dengan
menggunakan rasio Debt to Equity Ratio (DER). Jika tingkat utang suatu perusahan
tinggi maka akan timbul beban bunga yang tinggi pula. Dengan beban bunga yang
tinggi maka perusahaan akan dapat mengurangi beban pajaknya. Jika sales growth
(pertumbuhan penjualan) tinggi, maka laba yang diperoleh perusahaan akan tinggi
pula. Dengan laba yang tinggi maka beban pajak perusahaan bisa menjadi besar. Oleh
karena itu, manajemen memiliki peluang untuk melakukan manajemen pajak terkait
upaya mengurangi beban pajak yang harus dibayar perusahaan dengan memanfaatkan
pos-pos yang dapat dijadikan sebagai pengurang pajak. Ukuran perusahaan tercermin
dari total aset. Jika total aset perusahaan besar maka kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dari aset yang ada juga akan semakin besar. Jika laba yang
4
diperoleh besar maka beban pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan juga akan
semakin tinggi. Untuk meminimalkan beban pajak yang harus dibayar, kita dapat
memanfaatkan pos biaya depresiasi atau amortisasi yang timbul dari aset tetap yang
dimiliki perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
mengambil judul penelitian “Analisis Pengaruh Solvabilitas, Sales Growth dan
Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Pajak (Studi Empiris Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015 – 2017)”. Industri barang konsumsi merupakan sektor
industri yang cukup menarik karena perusahaan-perusahaan di dalamnya
memproduksi berbagai macam barang kebutuhan dasar manusia dan merupakan sektor
yang tahan krisis. Dimana masyarakat pasti membutuhkan barang-barang konsumsi ini
meskipun keadaan ekonomi sedang tidak stabil, tapi industri barang konsumsi tetap
diminati oleh masyarakat karena pada dasarnya masyarakat tidak akan bisa terlepas
oleh barang-barang konsumsi ini. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang
yang harus ada dan harus dipenuhi oleh masyarakat setiap harinya.
Penelitian sejenis ini sudah pernah dilakukan oleh Mia Meisiska (2016), Rifka Siregar
dan Dini Widyawati (2016), Citra Janiencia Setiani (2016), Sinthya Estie (2017),
Shinta Meilina Purwanti dan Listya Sugiyarti (2017), Siti Nur dan Vidya Vitta (2017),
Yuda Aditya Prakoso (2018) dan Nurul Fatimah (2018).
5
3. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap Manajemen Pajak
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI
tahun 2015-2017?
4. Apakah Solvabilitas, Sales Growth dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara
simultan terhadap Manajemen Pajak pada perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di BEI tahun 2015-2017?
6
sebatas meneliti tentang solvabilitas, sales growth dan ukuran perusahaan
terhadap manajemen pajak.
3. Bagi Investor
Untuk dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan sebelum membuat keputusan
investasi yang tepat. Dimana keputusan manajemen terkait perpajakan perusahaan
tersebut juga harus dipertimbangkan sebagai dasar oleh investor untuk
berinvestasi.
4. Bagi Wajib Pajak
Untuk dapat digunakan sebagai bahan informasi mengenai perpajakan dan
manfaatnya untuk meningkatkan kesadaran dalam melakukan manajemen
perpajakan. Dimana dengan membayar pajak kepada negara maka kita sudah turut
berkontribusi dalam pembangunan negara ini.
5. Bagi Direktorat Jenderal Pajak
Untuk dapat digunakan sebagai input/masukan dalam upaya meningkatkan
kepatuhan wajib pajak agar implementasi kebijakan perpajakan dapat dilakukan
secara tegas dan konsisten serta peraturan yang ada dapat dipatuhi oleh seluruh
wajib pajak di Indonesia.
7
Bab ini menguraikan kerangka pikir, deskripsi tentang variabel-variabel
dalam penelitian secara operasional, penentuan populasi dan sampel
penelitian, sumber data yang digunakan, teknik pengambilan data serta alat
analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini menguraikan mengenai pengumpulan data pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2015-2017 serta pengolahan data untuk setiap variabel yang
digunakan.
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH
Bab ini menguraikan mengenai analisa dan pembahasan dari peneliti atas
pengumpulan serta pengolahan data yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini menguraikan secara singkat mengenai simpulan hasil penelitian
dan saran yang dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya dan pihak-
pihak terkait.
BAB II
LANDASAN TEORI
8
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan
dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.5
Pajak menurut S.I Djajadiningrat adalah suatu kewajiban menyerahkan
sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan
sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung,
untuk memelihara kesejahteraan masyarakat secara umum. 6 Dari definisi-
definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak ialah iuran dari rakyat
kepada negara untuk membiayai rumah tangga negara yang dalam
pelaksanaanya diatur dalam undang-undang serta tidak ada jasa timbal balik
secara langsung untuk memelihara kesejahteraan masyarakat umum.
2. Syarat-syarat Pemungutan Pajak
Eksistensi pajak yang dipungut oleh pemerintah bukan hanya untuk
kepentingan negara semata, tetapi juga harus dapat memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah tidak dapat
melakukan pemungutan pajak tanpa adanya syarat-syarat yang harus
dipenuhi seperti yang dikemukakan oleh Mardiasmo, yaitu: 7
a. Syarat Keadilan
Pemungutan pajak harus adil. Sesuai dengan tujuan hukum, yaitu
mencapai keadilan, undang-undang maupun pelaksanaan pemungutan
pajak harus adil. Adil dalam perundang-undangan diantaranya
mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing. Sedangkan adil dalam pelaksanaannya,
yaitu dengan memberikan hak bagi wajib pajak untuk mengajukan
keberatan, penundaan dalam pembayaran, dan mengajukan banding
kepada Pengadilan Pajak.
b. Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang. Di Indonesia,
pajak diatur dalam UUD 1945 Pasal 23 ayat 2. Hal ini memberikan
5
Mardiasmo, Perpajakan, (2018:3)
6
Adriani dalam Waluyo, Perpajakan Indonesia, (2013:3)
7
Mardiasmo, Perpajakan, (2018:4)
9
jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara maupun
warganya.
c. Syarat Ekonomis
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan
perekonomian masyarakat.
d. Syarat Finansial
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus lebih rendah dari
hasil pemungutannya.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Syarat ini telah
dipenuhi oleh undang-undang perpajakan yang baru.
8
Mardiasmo, Perpajakan, (2018 : 8)
10
hanya mengawasi. Namun, terdapat konskuensi dalam sistem
pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak memiliki wewenang
menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan, maka
wajib pajak biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak
sekecil mungkin.
c. Withholding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan). Untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri-cirinya:
wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak ketiga,
pihak selain fiskus dan wajib pajak.
4. Jenis-Jenis Pajak
Jenis-jenis pajak dibedakan menjadi : 9
a. Jenis pajak menurut golongannya :
1) Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang harus ditanggung sendiri oleh
wajib pajak dan tidak dapat dialihkan atau dibebankan ke orang lain
maupun pihak lain. Contoh pajak langsung adalah Pajak Penghasilan
(PPh).
2) Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang dapat dialihkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain. Contoh pajak tidak
langsung adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
b. Jenis pajak menurut sifatnya :
1) Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang dalam pengenaannya
memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak.
2) Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang dalam pengenaannya
memperhatikan objek yang berupa benda, keadaan, perbuatan, dan
atau peristiwa yang menyebabkan munculnya kewajiban untuk
membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak.
9
Juli Ratnawati, Dasar-Dasar Perpajakan, (2015:4)
11
c. Jenis pajak menurut lembaga pemungutnya :
1) Pajak Negara
Pajak negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai keperluan umum rumah tangga negara.
2) Pajak Daerah
Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah,
baik itu pemerintah daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun
pemerintah daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota). Pajak ini
digunakan untuk membiayai keperluan umum daerah masing-
masing.
12
2. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.
Tujuan manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak
yang terdiri atas:
1. Perencanaan pajak (tax planning)
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap
ini dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan
agar dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan.
2. Pelaksanaan kewajiban perpajakan (tax implementation)
Harus dipastikan bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi
peraturan perpajakan yang berlaku. Manajemen pajak tidak dimaksudkan
untuk melanggar peraturan dan jika dalam pelaksanaannya menyimpang dari
peraturan yang berlaku maka praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan
manajemen pajak.
3. Pengendalian pajak (tax control)
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak
telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun material.
Oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting dalam
strategi penghematan pajak, misalnya melakukan pembayaran pajak pada
saat terakhir tentu lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan
membayar lebih awal.
13
efektif adalah tarif pajak yang terjadi dan dihitung dengan membandingkan
beban pajak dengan laba komersial sebelum pajak. Apabila perusahaan
memiliki persentase tarif pajak efektif yang lebih tinggi dari tarif yang
ditetapkan maka perusahaan tersebut dapat dikatakan kurang maksimal dalam
memaksimalkan insentif perpajakan yang ada, karena dengan perusahaan
memanfaatkan insentif perpajakan yang ada maka dapat memperkecil
persentase pembayaran pajak begitupun sebaliknya.
2.1.4 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah analisis kuantitatif yang digunakan untuk
mengevaluasi berbagai aspek kinerja operasi dan keuangan perusahaan
berdasarkan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan perusahaan. Pada
umumnya analisis rasio keuangan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: 15
1. Rasio Profitabilitas
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dari pendapatan yang berhubungan dengan
penjualan, aset, dan ekuitas. Rasio profitabilitas terdiri dari net profit
margin, return on assets, return on equity, gross profit margin, return on
investment, dan return on capital employed.
2. Rasio Solvabilitas/Leverage
Merupakan rasio yang membandingkan keseluruhan beban utang perusahaan
terhadap aset atau ekuitasnya. Rasio ini mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya baik jangka pendek
maupun jangka panjang melalui aset atau ekuitas yang ada. Jenis-jenis rasio
solvabilitas atau leverage adalah debt to equity ratio, times interest earned
ratio, dan debt to total assets ratio.
3. Rasio Likuiditas
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban utang jangka pendeknya saat jatuh tempo. Perusahaan yang
mempunyai cukup kemampuan untuk membayar hutang jangka pendek
disebut perusahaan yang likuid. Contoh dari rasio likuiditas adalah current
ratio, quick ratio, dan cash ratio.
4. Rasio Aktivitas
15
Budi Sarwono Kho, Pengertian Analisis Rasio Keuangan dan Jenis-jenisnya,
www.ilmumanajemenindustri.com
14
Rasio aktivitas atau sering disebut juga rasio efisiensi adalah rasio yang
mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan aset untuk
menghasilkan pendapatan. Contoh dari rasio aktivitas adalah inventory
turnover ratio, total assets turnover ratio, dan fixed assets turnover ratio.
2.1.5 Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana
aset atau ekuitas perusahaan dibiayai dengan utang. 16 Dalam arti luas, rasio
solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh kewajibannya baik kewajiban jangka pendek maupun
kewajiban jangka panjang. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan
bahwa rasio solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aset atau ekuitas dibiayai oleh utang baik utang jangka pendek maupun
utang jangka panjang. Perusahaan dengan rasio solvabilitas yang tinggi
(memiliki utang yang besar) dapat berdampak pada timbulnya risiko keuangan
yang besar, tetapi juga memiliki peluang yang besar untuk menghasilkan laba
yang tinggi. Risiko keuangan yang timbul disebabkan karena perusahaan harus
menanggung pembayaran bunga dalam jumlah yang besar. Namun, apabila
dana hasil pinjaman dapat dipergunakan secara efektif dan efisien seperti
membeli aset berupa mesin produksi dan peralatan yang menunjang kegiatan
produksi atau untuk membiayai ekspansi bisnis perusahaan, hal ini dapat
memberikan peluang yang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan hasil
usahanya.
Manfaat dari rasio solvabilitas adalah sebagai berikut: 17
1. Pemilik perusahaan dapat menilai kemampuan manajemen dalam mengelola
dana yang telah dipercayakannya termasuk dalam hal pembiayaan.
2. Manajemen dapat memonitor dengan baik struktur modal perusahaan.
3. Memberikan informasi bagi investor sekuritas ekuitas (khususnya investor
jangka pendek) dalam hal pengembalian atas jumlah dana yang telah
disetorkannya (termasuk pembagian deviden tunai).
4. Memberikan informasi bagi kreditor sebagai bahan pertimbangan untuk
memberikan kredit atau tidak. Kreditor biasanya akan memberikan sejumlah
16
Hery, Analisis Kinerja Manajemen, (2015 : 162)
17
, hal. 165
15
pinjaman atau kredit kepada perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas
yang baik.
18
Nurul Fatimah, Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance, (2018:24)
19
Baumgartner, Hatami et al, Sales Growth: Five Proven Strategies From The World’s Sales Leaders
(2016:116)
16
2.1.7 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah suatu skala untuk mengklasifikasikan besar kecilnya
perusahaan menurut berbagai cara, antara lain dengan total aset, total penjualan,
nilai pasar saham, dan sebagainya. 20 Menurut Machfoedz, ukuran perusahaan
adalah suatu skala, dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan
menurut berbagai cara, antara lain total aset, total penjualan, market capitalized,
dan lain-lain.21 Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ukuran perusahaan adalah pengelompokkan besar kecilnya perusahaan yang
dapat diukur dari total aset, total penjualan, nilai pasar saham dan lain
sebagainya.
Menurut UU No. 20 Tahun 2008 (Pasal 6) menyebutkan 4 kriteria ukuran
perusahaan yaitu :22
a. Kriteria usaha mikro adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.
50.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,-
b. Kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
50.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,- tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp. 300.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp.
2.500.000.000,-
c. Kriteria usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp.
500.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,- tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp.
50.000.000.000,- atau kriteria sebagaimana dimaksud nilai nominalnya
dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur
dengan peraturan presiden.
d. Kriteria sebagaimana dimaksud nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan
perkembangan perekonomian yang diatur dengan peraturan presiden.
20
Hery, Kajian Riset Akuntansi, (2017:3)
21
Sherly Dwi Saptari, “Pengaruh Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Operating leverage
terhadap Struktur Modal”, (2016:17)
22
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah
17
Beberapa penelitian telah mengkaji tentang solvabilitas, sales growth dan ukuran
perusahaan terhadap manajemen pajak, diantaranya adalah Mia Meisiska (2016),
Rifka Siregar dan Dini Widyawati (2016), Sinthya Estie (2017), Nurul Fatimah
(2018), dan Shinta Meilina Purwanti dan Listya Sugiyarti (2017).
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
18
Meilina Intensitas Aset Avoidance Tetap (+) signifikan
Purwanti dan Tetap, Independen : 2. Pertumbuhan
Listya Pertumbuhan Intensitas Aset Penjualan (+)
Sugiyarti Penjualan dan Tetap, Pertumbuhan signifikan
(2017) Koneksi Politik Penjualan, Koneksi 3. Koneksi Politik
Terhadap Tax Politik tidak berpengaruh
Avoidance
6. Siti Nur dan Pengaruh Return Dependen : Tax 1. Return on Assets (-)
Vidya Vitta on Assets, Avoidance signifikan
(2017) Leverage, Independen: 2. Leverage tidak
Kepemilikan Return on Assets, berpengaruh
Institusional, dan Leverage, 3. Kepemilikan
Ukuran Kepemilikan Institusional tidak
Perusahaan Institusional, dan berpengaruh
terhadap Tax Ukuran Perusahaan 4. Ukuran Perusahaan
Avoidance tidak berpengaruh
19
negatif signifikan terhadap tarif pajak efektif. Penelitian Rifka Siregar dan Dini
Widyawati (2016) menghasilkan profitabilitas, capital intensity ratio, inventory
intenstity yang tidak berpengaruh signifikan serta leverage dan size yang berpengaruh
signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Dalam penelitian Citra
Janiencia Setiani (2016) didapati hasil berupa ROA yang berpengaruh negatif
signifikan, DAR dan financial lease yang berpengaruh positif signifikan terhadap tax
avoidance. Sinthya Estie (2017) melakukan penelitian dimana hasilnya yaitu
profitabilitas berpengaruh negatif signifikan serta leverage dan intensitas persediaan
yang tidak berpengaruh terhadap tarif pajak efektif. Shinta Meilina Purwanti dan
Listya Sugiyarti (2017) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa intensitas aset
tetap dan pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan serta koneksi politik tidak
berpengaruh terhadap tax avoidance. Dalam penelitian Siti Nur dan Vidya Vitta
(2017) yang mana ROA berpengaruh negatif signifikan, serta leverage, kepemilikan
institusional dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap tax avoidance.
Didapati hasil dari penelitian Yuda Aditya Prakoso (2018) yaitu leverage tidak
berpengaruh signifikan terhadap tarif pajak efektif. Profitabilitas dan intensitas aset
tetap berpengaruh negatif signifikan serta perputaran persediaan berpengaruh positif
signifikan terhadap tarif pajak efektif. Dalam penelitian Nurul Fatimah (2018) yang
berjudul Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax Avoidance didapati
hasil penelitian berupa kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan leverage
tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Komite audit, profitabilitas dan
pertumbuhan penjualan berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance. Dari
berbagai penelitian yang telah dilakukan, didapati hasil yang beragam. Hal ini bisa
disebabkan karena perbedaan sampel penelitian, perbedaan periode yang digunakan
dalam penelitian, sektor yang diteliti dan faktor-faktor lain yang tidak diteliti dari
penelitian-penelitian tersebut.
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN METODOLOGI PENELITIAN
20
3.1 Kerangka Pikir
3.1.1 Kerangka Pikir
Kerangka pikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis bagaimana hubungan
antara variabel-variabel yang diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan
hubungan antara variabel independen dan dependen. Kerangka pemikiran
teoritis akan menjelaskan bagaimana pengaruh solvabilitas, sales growth dan
ukuran perusahaan terhadap manajemen pajak yang digambarkan dengan bagan
berikut:
Independent Variable
Gambar 3.1
Kerangka Pikir
Keterangan:
: Pengaruh parsial
: Pengaruh simultan
21
latar belakang masalah dari penelitian-penelitian terdahulu maka hipotesis yang
dapat dirumuskan yaitu:
Ho1: Tidak terdapat pengaruh antara Solvabilitas terhadap Manajemen Pajak
secara parsial.
Ha1: Terdapat pengaruh antara Solvabilitas terhadap Manajemen Pajak
secara parsial.
Ho2: Tidak terdapat pengaruh antara Sales Growth terhadap Manajemen Pajak
secara parsial
Ha2: Terdapat pengaruh antara Sales Growth terhadap Manajemen Pajak
secara parsial
Ho3: Tidak terdapat pengaruh antara Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen
Pajak secara parsial
Ha3: Terdapat pengaruh antara Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Pajak
secara parsial
Ho4: Tidak terdapat pengaruh antara Solvabilitas, Sales Growth dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Pajak secara simultan
Ha4: Terdapat pengaruh antara Solvabilitas, Sales Growth dan Ukuran
Perusahaan terhadap Manajemen Pajak secara simultan.
Hipotesis di atas digunakan sebagai jawaban sementara terhadap hasil penelitian
yang akan dilakukan agar terdapat arah pengujian yang jelas. Dengan adanya
hipotesis, sebuah penelitian menjadi lebih jelas arah pengujiannya. Dengan kata
lain, hipotesis dapat membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di
lapangan baik sebagai objek penelitian maupun dalam pengumpulan data
penelitian.
22
Variabel dependen atau yang sering disebut sebagai variabel terikat adalah
variabel yang dipengaruhi, akibat dari adanya variabel bebas. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah manajemen pajak dengan indikator
effective tax rate untuk mengetahui bagaimana perusahaan dalam melakukan
manajemen pajaknya.
Total Utang
DER = x 100%
Total Ekuitas
b. Sales Growth
26
Robbins dalam Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah
(2016:49)
23
Sales Growth merupakan indikator yang digunakan untuk menghitung
pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun. Jika penjualan suatu
perusahaan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, dapat dikatakan
perusahaan tersebut telah berhasil melakukan strateginya. Sales Growth
dirumuskan sebagai berikut:
c. Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan adalah pengelompokkan perusahaan dari kecil,
menengah sampai dengan besar dimana tolak ukurnya berupa total aset,
total penjualan, nilai pasar saham dan lain sebagainya. Semakin tinggi
total aset perusahaaan maka kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dari aset yang dimiliki semakin besar. Rumus dari ukuran perusahaan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
27
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (2015:2)
24
yang baik akan mempengaruhi validitas dari hasil penelitian dan analisis
penelitian yang lebih transparan dan akurat. Penulis menggunakan periode
penelitian selama 3 (tiga) tahun yang dimulai dari tahun 2015 sampai dengan
tahun 2017. Penelitian ini akan mengkaji manajemen pajak dengan proksi
effective tax rate yang tercermin dari laporan keuangan data panel untuk
perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Data panel atau data longitudinal adalah data yang
digunakan untuk mengamati dua periode atau lebih diindikasikan dengan
menggunakan data line series. Untuk solvabilitas dalam penelitian ini
menggunakan proksi DER. Nilai sales growth diperoleh dari perhitungan
penjualan tahun ini dikurang penjualan tahun sebelumnya dibagi penjualan
tahun sebelumnya. Dan ukuran perusahaan tercermin dari total aset perusahaan.
Untuk lebih memudahkan dalam membaca penelitian ini, pada akhirnya peneliti
membuat kerangka penelitian. Adapun kerangka penelitian dalam penelitian ini
dimulai dari permasalahan yang ada sampai dengan penyelesaian permasalahan
tersebut. Kerangka penelitian dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
3.2.2 Kerangka Penelitian
Gambar 3.2
Kerangka Penelitian
Permasalahan umum: Manajemen pajak pada perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEI 2015 – 2017
Implementasi kasus: Laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di BEI 2015 – 2017
Data sekunder: Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI 2015
– 2017
Hipotesis
H0 = r = 0 Ha = r ≠ 0
Uji Hipotesis
Signifikansi > 0,05 = H0 Diterima Parsial : thitung > ttabel = H0 ditolak, Ha diterima 25
Signifikansi < 0,05 = Ha Diterima Simultan : Fhitung > Ftabel = H0 ditolak, Ha diterima
Koefisien Determinasi = Adjusted R Square
Uji Analisis Regresi Sederhana (Uji t ) Secara Parsial Uji Analisis Regresi Berganda
(Uji F) Secara Simultan
ROA terhadap DER terhadap Sales Growth
Manajemen Pajak Manajemen Pajak terhadap
Y = α + β1X1 + ε Y = α + β2X2 + ε Manajemen Pajak ROA, DER, dan Sales Growth
Y = α + β3X3 + ε terhadap Manajemen Pajak
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ε
Interpretasi
Tidak Signifikan
Signifikan
3.2.3 Alat Analisis yang Digunakan
1. Uji Statistik Deskriptif
Penelitian
Statistik deskriptif memberikan gambaranSelesai
atau deskripsi suatu data sehingga
menjadikan sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami.
Statistik deskriptif dapat menjelaskan variabel-variabel yang terdapat dalam
penelitian ini dengan cara melihat tabel statistik deskriptif yang
menunjukkan hasil pengukuran mean, nilai minimal dan maksimal, serta
standar deviasi semua variabel tersebut.28 Uji statistik deskriptif tersebut
dilakukan dengan menggunakan program SPSS 21.0.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian regresi linear berganda dapat dilakukan setelah model pada
penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari uji asumsi klasik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah data tersebut harus terdistribusi
secara normal, tidak mengandung multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan
autokorelasi. Untuk itu sebelum melakukan pengujian regresi linear
berganda perlu terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang
terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dibuat untuk mengetahui distribusi data dalam variabel
yang akan digunakan dalam penelitian dan umumnya data yang baik dan
28
http://www.spssindonesia.com
26
layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi
normal.29 Pada uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal, jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Untuk menguji apakah
data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak, maka
penelitian ini menggunakan analisis grafik. Pengujian normalitas melalui
analisis grafik adalah dengan cara menganalisis grafik normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, ploting, dan
residual yang akan dibandingkan dengan garis diagonal.
Data dapat dikatakan normal jika data atau titik-titik tersebar di sekitar
garis diagonal dan penyebarannya mengikuti garis diagonal. Pada
prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data
(titik) pada sumbu diagonal grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Data tersebut normal atau tidak, dapat diuraikan lebih lanjut
sebagai berikut:
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Jika data menyebar lebih jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.30
Uji normalitas yang lainnya yaitu uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) juga dapat digunakan untuk menguji
normalitas residual. Jika hasi luji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
nilai signifikan di atas 0,05 maka data residual terdistribusi dengan
normal. Sedangkan jika hasi uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan
nilai signifikan di bawah 0,05 maka data residual terdistribusi tidak
normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
29
Jubilee Enterprise, Lancar Menggunakan SPSS untuk Pemula, (2018:49)
30
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 (2013:93)
27
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak
mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang
homogen.31 Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terdapat
heteroskedastisitas. Uji ini dapat dilakukan dengan melihat gambar plot
antara nilai prediksi variabel independen (ZPRED) dengan residual
(SRESID). Apabila dalam grafik tersebut tidak terdapat pola tertentu
yang teratur dan data tersebar acak di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu y, maka diidentifikasikan tidak terdapat heteroskedastisitas.
Kaidah dari grafik scatterplot adalah sebagai berikut:
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas atau di
bawah 0 pada sumbu Y, maka hal ini tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi variabel bebas (independen) atau
tidak. Prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak
adanya gejala multikolinearitas.32 Suatu model regresi dikatakan tidak
terkena masalah multikolinearitas bila terjadi hubungan linear yang
sempurna atau mendekati sempurna di antara setiap vaiabel bebasnya.
Model regresi yang baik tidak mengalami korelasi di antara variabel
independennya. Jika terdapat korelasi antara variabel independennya
maka variabel-variabel tersebut tidak orthogonal. Variabel orthogonal
adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol. Kaidah uji multikolinearitas adalah sebagai
berikut:
31
Didi Pianda, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(2018:146)
32
Didi Pianda, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(2018:117)
28
1) Jika nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10, maka
tidak terjadi korelasi di antara variabel independen, sehingga uji
multikolinearitas terpenuhi.
2) Jika nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10, maka
telah terjadi korelasi di antara variabel independen, sehingga uji
multikolinearitas tidak terpenuhi.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara
suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana,
bahwa analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel
bebas terhadap variabel terikat, sehingga tidak boleh ada korelasi antara
observasi dengan data observasi sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas
dari satu observasi ke observasi lainnya. 33 Salah satu cara untuk
mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi yaitu dengan Uji Run Test. Uji
Run Test digunakan untuk mengukur kerandoman populasi berdasarkan
data hasil observasi melalui data sampel. Kaidah uji autokorelasi dengan
menggunakan pengujian angka Run Test adalah sebagai berikut:
1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih kecil dari 0,05 maka terdapat
gejala autokorelasi.
2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka tidak
terdapat gejala autokorelasi.
3. Uji Hipotesis
Prinsip uji hipotesis adalah melakukan perbandingan antara nilai sampel
(data hasil penelitian) dengan nilai hipotesis (nilai populasi) yang diajukan.
Peluang untuk diterima dan ditolaknya suatu hipotesis tergantung pada besar
kecilnya perbedaan antara nilai sampel dan nilai hipotesis. Jika perbedaan itu
cukup besar, peluang untuk menolak hipotesis juga cukup besar. Di lain
pihak, jika perbedaan itu kecil, maka peluang untuk menolak hipotesis juga
33
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21, (2013:94)
29
kecil. Jadi, semakin besar perbedaan antara nilai sampel dengan nilai
hipotesis, maka akan semakin besar peluang menolak hipotesis. 34
34
Eng. Yeri Sutopo dan Achmad Slamet, Statistik Inferensial , (2017:11)
35
Didi Pianda, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan Kepala Sekolah,
(2018:123)
36
Priyatno Duwi, Mandiri Belajar Spss, (2013:64)
37
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Metode Penelitian Kuantitatif Untuk
Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial, (2017:194)
38
Duwi Priyatno, Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS, (2013:82)
30
Dari hasil pengujian uji F tersebut, maka akan didapat persamaan regresi
bergandanya. Regresi berganda adalah model regresi yang variabel
terikatnya berskala data interval atau rasio. Analisis regresi berganda
digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dalam
mempengaruhi variabel tidak bebas secara bersama-sama. Data-data yang
dikumpulkan diolah dengan menggunakan bantuan komputer dengan
software Microsoft Excel 2013 dan program Statistical Product and
Service Solution (SPSS) versi 21.0. Persamaan regresi dengan linier
berganda dalam penelitian ini adalah:
4. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi yang sering disimbolkan dengan “R 2” pada prinsipnya
mengukur seberapa besar kemampuan model menjelaskan variasi variabel
independen. Jadi koefisien determinasi sebenarnya megukur besarnya
persentase pengaruh semua variabel independen dalam model regresi
terhadap variabel dependennya. Besarnya nilai koefisien determinasi
menunjukkan persentase variasi nilai variabel dependen yang dapat
dijelaskan oleh model regresi.39 Nilai Adjusted R-Square mempunyai
interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R2 ≤1). Semakin besar Adjusted R-Square
(mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan apabila
39
Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti, Metode Penelitian Kuantitatif
Untuk
Administrasi Publik dan Masalah-masalah Sosial, (2017:195)
31
semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak
dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai Adjusted R-Square yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel dalam menjelaskan variabel dependen
sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen.40
Tabel 3.1
Kriteria Penilaian Korelasi
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa semakin besar nilai Adjusted R-Square
semakin baik kemampuan model regresi tersebut menerangkan variabel
dependen. Semakin kecil nilai Adjusted R-Square maka kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas
cenderung sangat rendah.
32
menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel sehingga
tidak semua anggota populasi mendapat kesempatan untuk menjadi sampel.
Penggunaan metode ini diharapkan agar memperoleh sampel yang
representative sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Sampel dari
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang terdiri dari 5 sub sektor yaitu
sub sektor makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan barang
keperluan rumah tangga, dan peralatan rumah tangga. yang memiliki kriteria
sebagai berikut:
a. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan
laporan keuangannya per 31 Desember secara konsisten dan terdaftar
sebagai perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 – 2017.
b. Laporan keuangan pada perusahaan tercatat memiliki kelengkapan
informasi yang dibutuhkan terkait dengan indikator-indikator perhitungan
yang dijadikan variabel pada penelitian.
c. Perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada periode 2014 – 2017 dan memiliki saldo laba
positif.
33
Setelah seluruh data sudah disiapkan, langkah yang selanjutnya dilakukan
adalah mengolah data sesuai dengan alat analisis yang telah dijelaskan di awal
bab ini mulai dari uji deskriptif sampai dengan uji normalitas menggunakan
bantuan aplikasi software SPSS versi 21.0.
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel
34
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode pengamatan 2014-
2017 yang memiliki laba negatif.
4. Jumlah perusahaan sampel sebelum diolah. 21
5. Data outlier (data tidak lengkap sesuai kebutuhan variabel 8
penelitian)
6. Tahun Pengamatan 4
7. Jumlah perusahaan sampel yang digunakan. 13
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2018
Berdasarkan proses seleksi data sampel yang telah dilakukan pada tabel di atas, dari
total 43 perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode pengamatan 2014-2017 diketahui terdapat 12
perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara berturut-turut, 10
perusahaan yang memiliki laba negatif, serta 8 perusahaan yang datanya tidak lengkap
sesuai kebutuhan variabel penelitian. Sehingga diperoleh 13 perusahaan yang
digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Berikut ini merupakan daftar perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang digunakan sebagai sampel penelitian:
Tabel 4.2
Nama-nama Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian
35
12. ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, berikut ini adalah uraian sejarah dan profil dari masing-
masing perusahaan yang menjadi objek penelitian:
1. PT Akasha Wira International Tbk
PT Akasha Wira International Tbk (ADES) didirikan dengan nama PT Alfindo
Putrasetia pada tahun 1985. Nama perusahaan telah diubah beberapa kali, terakhir
pada tahun 2010, ketika nama perusahaan diubah menjadi PT Akasha Wira
International Tbk. Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan perusahaan adalah industri air minum dalam kemasan, industri
roti dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik, dan perdagangan besar. Sesuai
dengan Surat Ketua Bapepam No. S-774/PM/1994 tanggal 2 Mei 1994 mengenai
“Pemberitahuan Efektifnya Pernyataan Pendaftaran”, perusahaan telah melakukan
penawaran umum kepada masyarakat melalui pasar modal sejumlah 15.000.000
saham dengan nilai nominal Rp 1.000 (dalam angka penuh) per saham. Perusahaan
mencatatkan seluruh sahamnya sejumlah 38.000.000 saham di Bursa Efek Jakarta
pada tanggal 14 Juni 1994.43
2. PT Chitose International Tbk
PT Chitose Internasional Tbk (CINT) didirikan pada 15 Juni 1978 dan memulai
usaha dengan nama PT Chitose Indonesia Manufacturing sebagai produsen kursi
yang berkualitas tinggi. Perseroan bergerak di bidang industri dan perdagangan
furniture yang mampu memenuhi permintaan konsumen sesuai kebutuhan dan
spesifikasi terstandar untuk berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan
rumah pribadi, sekolah, fasilitas umum, perkantoran, hingga perhotelan. Sejak
tahun 1981, Chitose terus mengembangkan produk atas dasar penelitian ergonomi
mebel dan pemahaman pasar Indonesia yang mendalam. Berawal dari sebuah kursi
lipat, yang telah menjadi ikon industri mebel Indonesia, perusahaan terus tumbuh
dan kini memproduksi lebih dari 200 varian mebel dan tempat tidur rumah sakit.
Perseroan mulai mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Juni
2014 dengan penawaran awal seharga Rp330. Langkah ini merupakan salah satu
43
http://web.idx.id/
36
usaha perseroan untuk memperkokoh struktur permodalan, serta meningkatkan laju
perkembangan bisnis dan membantu rencana penambahan pabrik baru. 44
3. PT Gudang Garam Tbk
PT Gudang Garam Tbk beralamat di Jl. Jend. A. Yani No. 79 Jakarta 10510) Jl.
Semampir II/1 Kediri 64121. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) didirikan oleh
Surya Wonowidjojo di Kediri, Jawa Timur padah tahun 1958. Gudang Garam
adalah produsen rokok kretek terkemuka yang identik dengan Indonesia yang
merupakan salah satu sentra utama perdagangan rempah di dunia. Perseroan
memproduksi berbagai jenis rokok kretek, termasuk jenis rendah tar nikotin (LTn)
serta produk tradisional sigaret kretek tangan. Hingga kini, Gudang Garam sudah
terkenal luas baik di dalam negeri maupun mancanegara sebagai penghasil rokok
kretek berkualitas tinggi. Produk Gudang Garam bisa ditemukan dalam berbagai
variasi, mulai sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT),
hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM). Berdasarkan riset pasar Nielsen, pada
akhir tahun 2017 Gudang Garam memiliki pangsa pasar rokok dalam negeri
sebesar 21,4% dengan produk-produk yang sudah dikenal luas oleh masyarakat di
seluruh nusantara. Perusahaan juga memilliki 67 kantor area dengan 281 titik
distribusi di seluruh Indonesia dan armada penjualan lebih dari 7.000 kendaraan,
termasuk sepeda motor untuk melayani pasar. 45
4. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk
PT Hanjaya Mandala Sampoerna beralamat di Jalan Rungkut Industru Raya No.
18, Surabaya 60239, Indoneisa. Kantor perwakilan perusahaan berada di One
Pacific Place 18th Floor, SCBD, Jalan Jenderal Sudirman Kavling 52-53, Jakarta
12190. PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (HMSP) telah menjadi bagian
penting dari industri tembakau Indonesia selama lebih dari seratus tahun sejak
berdiri di tahun 1913, dengan produk legendaris Dji Sam Soe atau dikenal dengan
“Raja Kretek”. Perseroan adalah anak perusahaan dari PT Philip Morris Indonesia
(PMID) dan afiliasi dari Philip Morris International Inc. (PMI), perusahaan rokok
internasional terkemuka. Ruang lingkup kegiatan Perseroan meliputi, antara lain
manufaktur, perdagangan dan distribusi rokok. Pada tahun 1990, Perseroan
melakukan penawaran umum saham sebanyak 27.000.000 lembar dengan nilai
44
https://www.chitose-indonesia.com/
45
https://www.gudanggaramtbk.com/
37
nominal sebesar Rp1.000 (Rupiah penuh) per saham melalui Bursa Efek Indonesia
dengan harga penawaran sebesar Rp12.600 (rupiah penuh) per saham. 46
5. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk beralamat di Sudirman Plaza, Indofood
Tower Lt. 23, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76-78, Jakarta 12910. PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk (ICBP) didirikan 02 September 2009 dan mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 1 Oktober 2009. ICBP merupakan hasil pengalihan
kegiatan usaha Divisi Mi Instan dan Divisi Penyedap Indofood Sukses Makmur
Tbk (INDF), pemegang saham pengendali. Walaupun ICBP didirikan sebagai
entitas terpisah di tahun 2009 dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia
pada tahun 2010, berbagai kegiatan usahanya telah dijalankan oleh Grup Produk
Konsumen Bermerek dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) sejak awal
tahun delapan-puluhan. ICBP merupakan salah satu produsen produk konsumen
bermerek yang mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha yang terdiversifikasi,
antara lain mi instan, dairy , makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan
makanan khusus, serta minuman. Selain itu, ICBP juga menjalankan kegiatan
usaha kemasan yang memproduksi baik kemasan fleksibel maupun karton, untuk
mendukung kegiatan usaha intinya.47
6. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan dengan nama PT Panganjaya
Intikusuma di tahun 1990 memulai kegiatan usaha di bidang makanan ringan
melalui perusahaan patungan dengan Fritolay Netherlands Holding B.V.,
perusahaan afiliasi PepsiCo Inc. Kegiatan usaha Perseroan menurut Anggaran
Dasar bergerak di bidang industri, perdagangan, agribisnis dan jasa. Dalam dua
dekade terakhir, Indofood telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total
Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan
proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga
menjadi produk akhir yang tersedia di pasar. Kini Indofood dikenal sebagai
perusahaan yang mapan dan terkemuka di setiap kategori bisnisnya. Perseroan
meliputi antara lain, industri penggilingan gandum menjadi tepung terigu yang
terintegrasi dengan kegiatan usaha anak perusahaan di bidang industri konsumen
46
https://www.sampoerna.com/
47
http://web.idx.id/
38
bermerek, industri agribisnis yang terdiri dari perkebunan dan pengolahan kelapa
sawit dan tanaman lainnya, serta distribusi.
7. PT Kalbe Farma Tbk
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kalbe adalah perusahaan farmasi
terbuka terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, serta menaungi belasan ribu
karyawan yang tersebar di lebih dari 35 anak perusahaan. Sebagai penyedia solusi
kesehatan komprehensif, Kalbe memiliki portofolio produk dan layanan yang luas
mulai dari obat resep dan obat bebas, produk – produk minuman energi dan nutrisi,
hingga peralatan medis, termasuk layanan kesehatan. Setelah lima dekade, Kalbe
adalah perusahaan produk kesehatan publik yang terbesar di Asia Tenggara dengan
nilai kapitalisasi pasar sebesar sekitar Rp79 triliun dan omset penjualan Rp20
triliun di akhir 2017. PT Kalbe Farma Tbk beralamat di Jl Gedung KALBE
Let.Jend Suprato Kav. 4 Jakarta.
8. PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) didirikan 03 Juni 1929 dengan nama N.V.
Nederlandsch Indische Bierbrouwerijen dan mulai beroperasi secara komersial
pada tahun 1929. PT Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki riwayat yang kuat
perihal produksi bir (brewing) dan minuman non-alkohol di Indonesia, selama 86
tahun terakhir. Pada 1 Januari 1981, Perseroan mengambil alih P.T. Brasseries de
l’Indonesia, sebuah produsen bir dan minuman ringan yang berbasis di Medan.
Kemudian di tahun yang sama, pada 2 September 1981, Perseroan merelokasi
domisilinya ke Jakarta dan mengubah nama menjadi PT Multi Bintang Indonesia.
Pada tahun yang sama, Perseroan menjadi perusahaan publik, mencatatkan
sahamnya pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). Saham
Perseroan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak berlangsungnya merjer
antara BEJ dan BES pada Desember 2007. Pada 2017, Multi Bintang mendirikan
sebuah entitas anak baru, PT Tirta Prima Indonesia, untuk mempertajam fokus
pada bisnis minuman non-alkohol Perseroan.48
9. PT Nippon Indosari Corporindo Tbk
PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) (Sari Roti) didirikan 08 Maret 1995
dengan nama PT Nippon Indosari Corporation dan mulai beroperasi komersial
pada tahun 1996 dengan mengoperasikan pabrik pertama di Cikarang, Jawa Barat.
48
http://web.idx.id/
39
Pada tahun 1996, perusahaan meluncurkan produk komersial pertama dengan
merek “Sari Roti” dan di tahun 2001, perseroan meningkatkan kapasitas produksi
dengan menambahkan dua lini mesin (roti tawar dan roti manis). Perseroan
melakukan Penawaran Umum Saham Perdana pada tanggal 28 Juni 2010 di Bursa
Efek Indonesia dengan kode emiten ROTI. Sejak tahun 2015 sampai saat ini
perseroan menerapkan standar ISO 9001: 2008 (Quality Management System) dan
ISO 22000: 2005 (Food Safety Management System) pada pabrik Cibitung,
Cikarang, Cikande, Purwakarta dan Semarang.49
10. PT Sekar Bumi Tbk
PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) didirikan 12 April 1973 dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1974 yang merupakan salah satu pelopor di bidang
pengolahan udang beku di Indonesia. Sekar Bumi bergerak terutama dalam bidang
manufaktur produk makanan beku, yaitu Hasil Laut Beku Bernilai Tambah dan
Makanan Olahan Beku. Saat ini, Perseroan dan anak perusahaan, yaitu PT Bumi
Pangan Utama dan PT Bumi Pangan Sejahtera, memiliki Best Aquaculture
Practice (BAP) 4-star, dimana rantai suplai produk Perseroan, yakni dari hatchery,
pakan udang, tambak udang, hingga pabrik pengolahan telah semuanya
tersertifikasi Best Aquaculture Practice (BAP). Sepanjang tahun 2017, PT Sekar
Bumi Tbk. menerima beberapa penghargaan bergengsi, diantaranya Primaniyarta
Award untuk 5 tahun berturut-turut, kali ini untuk kategori yang sama, Eksportir
Berkinerja. Primaniyarta merupakan pengakuan dan penghargaan paling bergengsi
dari Pemerintah Republik Indonesia yang diberikan oleh Kementerian Perdagangan
kepada eksportir Indonesia paling unggul dan yang mampu menjadi teladan bagi
eksportir lainnya.
11. PT Tempo Scan Pasific Tbk
PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) dan entitas anaknya merupakan bagian dari
kelompok usaha swasta nasional Grup Tempo yang telah memulai usaha
perdagangan produk farmasi sejak tahun 1953. PT Tempo Scan Pacific Tbk
dibentuk melalui proses restrukturisasi pada tahun 1991 dan semula bernama PT
Scanchemie yang pada tahun 1970 memulai kegiatan produksi komersial produk
farmasi dalam skala besar. Seiring dengan perjalanan waktu, Perseroan melalui
entitas anaknya memproduksi produk kosmetik dan produk konsumen sejak tahun
1977. Pada tahun 1994 Perseroan menjadi perusahaan publik dan mencatatkan
49
https://www.sariroti.com/
40
saham-sahamnya sejumlah 75.000.000 lembar saham di Bursa Efek Indonesia/BEI
(dahulu Bursa Efek Jakarta/BEJ). PT Tempo Scan Pacific Tbk beralamat di Jl
Gedung Tempo Scan Tower Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 3-4 Jakarta 12950
Indonesia.
12. PT Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk
Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) didirikan tanggal 2
Nopember 1971 dan mulai beroperasi secara komersial pada awal tahun 1974.
Bermula dari usaha keluarga yang dirintis sejak tahun 1960an oleh Bapak Achmad
Prawirawidjaja (alm), PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk dari
tahun ke tahun terus berkembang, dan saat ini telah menjadi salah satu perusahaan
yang terkemuka di bidang industri makanan & minuman di Indonesia. Pada bulan
Juli 1990 perseroan melakukan penawaran perdana saham-sahamnya kepada
masyarakat (Initial Public Offering = IPO). Kegiatan usaha utama Perseroan,
berdasarkan Anggaran Dasar Perseroan yang terakhir, adalah bidang industri
makanan dan minuman, dan bidang perdagangan. Di kelompok minuman,
perseroan memproduksi rupa- rupa jenis minuman seperti minuman susu cair,
minuman teh, minuman untuk kesehatan dan minuman tradisional. Perseroan
memiliki mesin-mesin pengolahan untuk masing- masing jenis produk minuman
tersebut.
13. PT Wismilak Inti Makmur Tbk
PT Wismilak Inti Makmur Tbk didirikan pada tanggal 14 Desember 1994. Kantor
pusat beralamat di Jl. Buntaran No. 9A Kel. Manukan Wetan Kec. Tandes,
Surabaya 60185. Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) didirikan tanggal 14
Desember 1994 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1963. Jejak langkah
PT Wismilak Inti Makmur Tbk dimulai dengan didirikannya PT Gelora Djaja pada
tahun 1962 yang bergerak sebagai produsen rokok kretek premium merek Galan,
Wismilak dan Diplomat. Memasuki dasawarsa kedua pendirian PT Gelora Djaja,
pada tahun 1983 sebagai cikal bakal Perusahaan ini mendirikan PT Gawih Jaya
sebagai perusahaan distributor produk-produk kretek yang dihasilkan dalam rangka
memperluas jangkauan pasar ke seluruh wilayah di nusantara. PT Gawih Jaya
bertanggung jawab dalam mendirikan kantor-kantor area yang berfungsi untuk
menyasar toko-toko grosir, retailer dan para pedagang kretek lainnya. Dengan
didirikannya PT Wismilak Inti Makmur sebagai Perusahaan induk yang menaungi
PT Gelora Djaja dan PT Gawih Jaya, PT Wismilak Inti Makmur ditetapkan
41
memiliki kegiatan usaha berupa pemasaran dan penjualan produk rokok dan
kelengkapannya serta penyertaan pada produsen rokok kretek. Jika pada awalnya
melalui PT Gelora Djaja Wismilak hanya menghadirkan Sigaret Kretek Tangan
(SKT), Perusahaan juga mengembangkan produk rokok filter dengan beragam
jenis. Meskipun perkembangan industri rokok semakin pesat, Perseroan tetap
mempertahankan produk-produk Sigaret Kretek Tangan (SKT) dengan proses
pengerjaan dengan peralatan non-mesin disamping juga memproduksi rokok
berjenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) untuk kretek filter dan produk cerutu.
Dengan perkembangan produk rokok global, PT Wismilak Inti Makmur juga
mengadopsi beberapa teknologi yang ada serta melakukan pengembangan atas
produk-produk yang dihasilkan. Selain melakukan pengembangan secara internal,
peningkatan kapasitas dan kapabilitas usaha juga dilakukan dengan melakukan
penawaran saham di bursa efek pada 18 Desember 2012 dengan kode saham
WIIM.50
Berikut ini merupakan tabel manajemen pajak yang diproksikan dengan tarif
pajak efektif pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama empat tahun pengamatan yaitu 2014 -
2017.
Tabel 4.3
Tarif Pajak Efektif Perusahaan Sampel tahun 2014-2017
50
http://web.idx.id/
42
No. Perusahaan 2014 2015 2016 2017
Tabel 4.4
Return on Assets (ROA) Perusahaan Sampel tahun 2014-2017
43
No. Perusahaan 2014 2015 2016 2017
Total Utang
DER = x 100%
Total Ekuitas
Tabel 4.5
Debt to Equity Ratio (DER) Perusahaan Sampel tahun 2014-2017
44
Kode Debt to Equity Ratio (DER)
No. Perusahaan
2014 2015 2016 2017
3. Sales Growth
Sales growth merupakan indikator yang digunakan untuk menghitung
pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun. Rasio ini sering dijadikan
patokan dalam menilai seberapa baik kinerja perusahaan setelah
memanfaatkan aset yang ada. Sales growth dirumuskan sebagai berikut:
Tabel 4.6
Sales Growth pada Perusahaan Sampel tahun 2014-2017
45
Kode Sales Growth
No. Perusahaan
2014 2015 2016 2017
46
Tabel 4.7
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Manajemen Pajak 52 ,09 ,35 ,2556 ,03862
Return on Assets 52 ,02 ,53 ,1290 ,10696
Debt to Equity Ratio 52 ,19 3,03 ,7202 ,54593
Sales Growth 52 ,01 ,33 ,1023 ,06455
Valid N (listwise) 52
Pada tabel di atas diketahui bahwa N berjumlah 52 yang berarti jumlah sampel
perusahaan yang dipakai sebanyak 13 selama 4 tahun periode pengamatan. Nilai
minimum untuk manajemen pajak sebesar 0,09. Nilai maksimum untuk
manajemen pajak sebesar 0,35. Dan nilai rata-rata (mean) untuk manajemen
pajak sebesar 0,2556 dengan standar deviasi sebesar 0,03862.
Nilai minimum untuk return on assets (ROA) sebesar 0,02. Nilai maksimum
untuk return on assets (ROA) sebesar 0,53. Dan nilai rata-rata (mean) untuk
return on assets (ROA) 0,1290 dengan standar deviasi sebesar 0,10696.
Nilai minimum untuk debt to equity ratio (DER) sebesar 0,19. Nilai maksimum
untuk debt to equity ratio (DER) sebesar 3,03. Dan nilai rata-rata (mean) untuk
debt to equity ratio (DER) sebesar 0,7202 dengan standar deviasi sebesar
0,54593.
Nilai minimum untuk sales growth sebesar 0,01. Nilai maksimum untuk sales
growth sebesar 0,33. Dan nilai rata-rata (mean) untuk sales growth sebesar
0,1023 dengan standar deviasi sebesar 0,6455.
47
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah hasil regresi yang
dilakukan telah terbebas dari gangguan atau tidak. Uji asumsi klasik terdiri dari
uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data telah terdistribusi
normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini dilihat dengan
menggunakan grafik histogram, grafik Normal Probability Plot dan uji
Kolmogorov-Smirnov.
Pada Gambar 4.1 menampilkan hasil uji normalitas menggunakan histogram.
Dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical and Service Solution) versi
21.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Gambar 4.1
Grafik Histogram
48
Gambar 4.2
Grafik P-Plot
2. Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS (Statistical
Product and Service Solution) versi 21.0 diperoleh grafik scatterplot sebagai
berikut:
49
Gambar 4.3
Grafik Scatterplot
3. Uji Multikolinearitas
Pada Tabel 4.9 menampilkan hasil uji multikolinearitas dimana dengan
bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh
angka sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Multikolinearitas
4. Uji Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) ,289 ,009 30,740 ,000
Return on Assets -,062 ,041 -,171 -1,504 ,139 ,871 1,148
1 Debt to Equity ,026 ,009 ,367 3,046 ,004 ,774 1,293
Ratio
Sales Growth -,546 ,068 -,726 -6,355 ,000 ,862 1,146
a. Dependent Variable: Manajemen Pajak
Autokorelasi
Pada Tabel 4.10 menampilkan hasil pengolahan data uji autokorelasi
menggunakan Run Test. Dengan bantuan Statistical Product and Service
Solution (SPSS) versi 21.0 diperoleh angka sebagai berikut :
Tabel 4.11
Hasil Uji Parsial (Uji t)
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) ,289 ,009 30,740 ,000
Return on Assets -,062 ,041 -,171 -1,504 ,139 ,871 1,148
1 Debt to Equity ,026 ,009 ,367 3,046 ,004 ,774 1,293
Ratio
Sales Growth -,546 ,068 -,726 -6,355 ,000 ,862 1,146
a. Dependent Variable: Manajemen Pajak
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat diketahui bahwa nilai uji parsial (uji t)
antara return on assets dengan manajemen pajak sebesar -1,504 dengan nilai
sign 0,161. Nilai uji parsial (uji t) antara debt to equity ratio dengan
manajemen pajak sebesar 3,046 dengan nilai sign 0,004. Dan nilai uji parsial
51
(uji t) antara sales growth dengan manajemen pajak sebesar -6,355 dengan
nilai sign 0,000.
Dari tabel di atas juga dapat dirumuskan model persamaan regresi linear
berganda antara return on assets, debt to equity ratio, dan sales growth
terhadap manajemen pajak sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression ,035 3 ,012 13,664 ,000b
1 Residual ,041 48 ,001
Total ,076 51
a. Dependent Variable: Manajemen Pajak
b. Predictors: (Constant), Sales Growth, Return on Assets, Debt to Equity Ratio
Berdasarkan hasil tabel 4.12 di atas, dapat diketahui bahwa nilai uji simultan
(uji F) sebesar 13,664 dengan nilai sign sebesar 0,000.
3. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel dependen. Nilai untuk koefisien
determinasi dapat dilihat pada kolom Adjusted. R-Square.
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Square Estimate
1 ,679 a
,461 ,427 ,02924 1,448 52
a. Predictors: (Constant), Sales Growth, Return on Assets, Debt to Equity Ratio
b. Dependent Variable: Manajemen Pajak
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, dapat diketahui bahwa nilai Adjusted. R-
Square adalah sebesar 0,427 atau 42,7%.
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN MASALAH
53
3. Dari hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.7 dari 52 observasi dapat
diketahui bahwa nilai minimum dan nilai maksimum debt to equity ratio
berturut-turut sebesar 0,19 dan 3,03 dimiliki oleh PT Handjaya Mandala
Sampoerna Tbk. Dan nilai rata-rata debt to equity ratio 0,7202 dengan
standar deviasi sebesar 0,54593.
4. Dari hasil analisis statistik deskriptif pada tabel 4.7 dari 52 observasi dapat
diketahui bahwa nilai minimum sales growth sebesar 0,01 dimiliki oleh PT
Nippon Indosari Corporindo Tbk. Nilai maksimum sales growth sebesar
0,33 dimiliki oleh PT Akasha Wira International Tbk. Dan nilai rata-rata
sales growth sebesar 0,1023 dengan standar deviasi sebesar 0,06455.
5.1.2 Analisis Uji Asumsi Klasik
Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik yang dilakukan, diketahui bahwa
data yang digunakan untuk penelitian ini terbebas dari masalah asumsi klasik
dan dalam penelitian ini layak dalam model regresi linear. Berikut adalah
penjabaran dari masing-masing uji asumsi klasik:
1. Uji Normalitas
Berdasarkan gambar 4.1 dapat dilihat bahwa grafik histogram memenuhi
kurva distribusi normal. Hal tersebut dibuktikan dengan kurva yang
berbentuk lonceng, berbentuk satu dan menyatu, dapat diperluas menjadi tak
terbatas baik itu nilai positif maupun negatif dan area di bawah kurva sama
dengan satu. Kemudian uji normalitas juga dibuktikan pada gambar 4.2
dapat dilihat bahwa grafik Normal Probability Plot memberikan hasil bahwa
data memenuhi kriteria distribusi normal. Hal tersebut dapat dilihat dari
penyebaran titik-titik di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal. Selain dengan melihat pada grafik histogram dan grafik Normal
Probability Plot, dapat dilihat juga pada tabel 4.8 yaitu tabel kolmogorov-
smirnov. Hasil uji kolmogorov-smirnov menunjukkan nilai test sebesar 0,581
dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,888 yang menyatakan bahwa nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 telah memenuhi syarat distribusi normal.
Dapat disimpulkan bahwa dari hasil pengujian data telah memenuhi uji
normalitas baik grafik histogram, grafik Normal Probability Plot dan uji
kolmogorov-smirnov.
2. Uji Heteroskedastisitas
54
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam suatu
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual suatu pengamatan
ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah bila varian dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap atau homoskedastisitas. Kriteria
penentuan apakah telah terjadi heteroskedastisitas atau tidak yang berbunyi
jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa grafik scatterplot menunjukkan model
regresi yang baik sesuai dengan kaidah uji heteroskedastisitas, dimana pada
gambar tersebut tidak terjadi masalah heteroskedastisitas karena titik-titik
yang menyebar di dalam grafik membentuk pola yang tidak jelas serta
menyebar di atas dan di bawah sumbu Y.
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah pada model
regresi terdapat korelasi antar variabel independen. Kriteria penentuan
apakah telah terjadi masalah multikolinearitas atau tidak adalah jika nilai
tolerance lebih besar dari 0,01 atau sama dengan VIF lebih kecil dari 10,
maka tidak terjadi korelasi di antara variabel independen, sehingga uji
multikolinearitas terpenuhi.
Dari hasil uji multikolinearitas pada tabel 4.9 di atas diperoleh nilai
tolerance dan VIF yang menunjukkan bahwa:
a. Variabel return on assets (ROA) memiliki nilai tolerance sebesar 0,871
dengan nilai VIF sebesar 1,148.
b. Variabel debt to equity ratio (DER) memiliki nilai tolerance sebesar
0,774 dengan nilai VIF sebesar 1,293.
c. Variabel sales growth memiliki nilai tolerance sebesar 0,862 dengan
nilai VIF sebesar 1,146.
Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas terhadap variabel independen
penelitian ini, nilai tolerance dari ketiga variabel independen tersebut lebih
besar dari 0,10. Nilai Varians Inflation Factor (VIF) dari ketiga variabel
independen tersebut lebih kecil dari 10. Berdasarkan kriteria penentuan yang
telah disampaikan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah multikolinearitas di antara variabel independen, sehingga uji
multikolinearitas terpenuhi.
55
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Kriteria penentuan apakah telah terjadi gejala autokorelasi
atau tidak adalah jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka
tidak terdapat gejala autokorelasi, sehingga uji autokorelasi terpenuhi.
Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah
sebesar 0,401 lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi pada hasil penelitian ini.
Berdasarkan hasil pengujian uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas,
uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi dapat
dikatakan bahwa data sampel pada penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
analisis karena telah memenuhi asumsi normalitas dan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi.
56
ditentukan yaitu 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel return on
assets tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen pajak.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
signifikan antara return on assets terhadap manajemen pajak secara
parsial ditolak. (Ho1 diterima, Ha1 ditolak).
b. Hasil Uji Parsial Debt to Equity Ratio terhadap Manajemen Pajak
Ho2: Tidak terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap
manajemen pajak
Ha2: Terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap
manajemen
pajak
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.11 diperoleh t hitung 3,046 dengan
signifikansi 0,004. Nilai thitung tersebut lebih besar dari nilai t tabel (3,046 >
2,009) dan signifikansi yang lebih kecil dari tingkat signifikan yang telah
ditentukan yaitu 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel debt to
equity ratio memiliki pengaruh signifikan positif terhadap manajemen
pajak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh signifikan antara debt to equity ratio terhadap manajemen pajak
secara parsial diterima (Ho2 ditolak, Ha2 diterima).
c. Hasil Uji Parsial Sales Growth terhadap Manajemen Pajak
Ho3: Tidak terdapat pengaruh antara sales growth terhadap manajemen
pajak
Ha3: Terdapat pengaruh antara sales growth terhadap manajemen pajak
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 4.11 diperoleh t hitung -6,355 dengan
signifikansi 0,000. Nilai thitung tersebut lebih besar dari nilai t tabel (-6,355 >
2,009) dan signifikansi yang lebih kecil dari tingkat signifikan yang telah
ditentukan yaitu 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel sales
growth berpengaruh signifikan negatif terhadap manajemen pajak dan
hipotesis secara parsial diterima. (Ho3 ditolak, Ha3 diterima).
2. Uji Simultan
Ho4: Tidak terdapat pengaruh antara return on assets, debt to equity ratio
dan sales growth terhadap manajemen pajak
Ha4: Terdapat pengaruh antara return on assets, debt to equity ratio dan
sales growth terhadap manajemen pajak
57
Berdasarkan tabel 4.12 diketahui bahwa variabel return on assets (X1), debt
to equity ratio (X2), dan sales growth (X3) mempunyai Fhitung sebesar 13,664
sedangkan nilai Ftabel menggunakan signifikansi (α = 0,05) df 1 (jumlah
variabel – 1) = 3, dan df 2 (n-k-1) atau (52-3-1) = 48 (dimana n adalah
jumlah data pada penelitian dan k adalah jumlah variabel independen)
diperoleh hasil Ftabel sebesar 2,80 (lihat lampiran) dan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Hal ini menunjukkan F hitung 13,664 > Ftabel 2,80 dan
signifikansi 0,000 < 0,05 sehingga Ho 5 ditolak dan Ha5 diterima. Jadi secara
bersama-sama (simultan) return on assets, debt to equity ratio, dan sales
growth berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak.
3. Analisis Regresi Linear Berganda
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi linear berganda, dengan model analisis sebagai berikut:
Keterangan:
Y : Manajemen Pajak
α : Konstanta
β1 – β3 : Koefisien Regresi
X1 : ROA
X2 : DER
X3 : Sales Growth
ε : Faktor Kesalahan (error)
Berikut merupakan hasil pengujian regresi linear berganda diperoleh model
persamaan regresi linear sebagai berikut:
58
Berdasarkan model persamaan regresi linear berganda di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a. Nilai konstanta sebesar 0,289 menyatakan bahwa manajemen pajak
akan mengalami kenaikan sebesar 0,289 dengan asumsi seluruh
variabel independen tidak mengalami perubahan (konstan).
b. Nilai koefisien regresi atas X 1 sebesar -0,062 menyatakan bahwa return
on assets dimana pengaruhnya negatif (berlawanan) menyatakan setiap
penambahan 1% (satu persen) return on assets akan menurunkan nilai
manajemen pajak sebesar -0,062.
c. Nilai koefisien regresi atas X 2 sebesar 0,026 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1% (satu persen) debt to equity ratio akan menambahkan
nilai manajemen pajak sebesar 0,026.
d. Nilai koefisien regresi atas X3 sebesar -0,546 menyatakan bahwa sales
growth dimana pengaruhnya negatif (berlawanan) menyatakan setiap
penambahan 1% sales growth akan menurunkan nilai manajemen pajak
sebesar -0,546.
5.2 Pembahasan
59
Setelah dilakukan analisis statistik deskriptif dan uji asumsi klasik, maka data
penelitian sudah bisa digunakan untuk menguji hipotesis. Berdasarkan uji asumsi
klasik yang dilakukan dalam penelitian ini yang terdiri dari uji normalitas, uji
heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi menunjukkan bahwa
data penelitian telah lulus uji normalitas. Hal ini dibuktikan dengan rincian sebagai
berikut:
1. Grafik histogram yang berbentuk lonceng, simetris, berbentuk satu dan menyatu,
dapat diperluas menjadi tak terbatas dan area di bawah kurva = 1.
2. Grafik P-Plot yang menggambarkan hasil bahwa titik-titik berada di sekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonal.
3. Nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov juga berada di atas 0,05 yaitu sebesar
0,888.
4. Tidak terdapat gejala heteroskedastisitas dimana titik-titik menyebar dan tidak
membentuk pola yang jelas, titik-titik berada di atas dan di bawah angka 0 pada
sumbu Y.
5. Penelitian ini juga tidak mengalami gejala multikolinearitas dikarenakan nilai
tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10.
6. Tidak terdapat gejala autokorelasi yang dilakukan dengna uji Run Test dengan
Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 sehingga uji autokorelasi terpenuhi.
7. Uji parsial (uji t) hanya X2 dan X3 saja yang berpengaruh terhadap Y. Sedangkan
uji simultan (uji F) dalam penelitian ini menunjukkan hasil yang berpengaruh
signifikan.
Selanjutnya pembahasan mengenai hasil pengujian hipotesis dirangkum ke dalam
tabel berikut di bawah ini:
Tabel 5.1
Tabel Hasil Penelitian
60
diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal) dan
nilai kolmogorov-
smirnov harus
signifikansi di atas 0,05.
Tabel 5.2
Tabel Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu
61
Variabel Bebas
Peneliti
No. Return on Debt to Equity Sales Growth
Assets Ratio
1. Imih (2018) Tidak (+) Signifikan (-) Signifikan
Berpengaruh
2. Nurul Fatimah (2018) (+) Signifikan Tidak (+) Signifikan
Berpengaruh
62
parsial ditolak. (Ho1 diterima, Ha1 ditolak). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Septi Imelia pada tahun 2015 serta Rifka Siregar dan Dini Widyawati
pada tahun 2016. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh adanya
perbedaan sampel yang digunakan dan variabel-variabel yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa tidak adanya
pengaruh yang signifikan antara return on assets terhadap manajemen pajak
dikarenakan wajib pajak yang mengalami peningkatan profitabilitas tetap
memiliki tingkat tarif pajak efektif yang stabil, oleh karena itu wajib pajak
dalam penelitian ini tidak menerapkan manajemen pajak seiring dengan
kenaikan profit. Seperti yang tergambar pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk,
perusahaan yang memproduksi minuman berkarbonasi ini pada tahun 2017
mengalami peningkatan rasio imbal hasil atas asetnya dari 43% pada tahun
2016 menjadi 53%. Namun pada saat yang bersamaan tarif pajak efektifnya
tetap stabil seiring dengan kenaikan return on assets yaitu sebesar 25% dengan
kenaikan beban pajak penghasilan sebesar Rp. 338.000.000.000 menjadi Rp.
458.000.000.000 pada tahun 2017. Hal tersebut dikarenakan kenaikan volume
penjualan yang diiringi dengan investasi dalam kemasan yang dapat ditukar
kembali dan dimulainya penggantian fasilitas pembotolan. Perusahaan yang
memiliki profitabilitas tinggi akan lebih taat dalam melakukan pembayaran
pajak karena perusahaan memiliki perencanaan pajak yang baik sehingga
pembayaran pajaknya dapat dilakukan secara optimal. Oleh karena itu, semakin
tinggi return on assets tidak mempengaruhi usaha perusahaan dalam melakukan
manajemen pajak karena perusahaan dianggap mampu mendanai setiap
kegiatan operasional perusahaan dengan baik. Perusahaan tetap melakukan
manajemen pajak dengan baik, namun usaha untuk menghindari pembayaran
beban pajak yang semakin besar seiring kenaikan profit tidak terlalu agresif.
63
equity ratio terhadap manajemen pajak secara parsial diterima (Ho 2 ditolak, Ha2
diterima). Debt to equity ratio dalam penelitian ini memiliki pengaruh
signifikan positif. Semakin tinggi debt to equity ratio sebuah perusahaan maka
semakin tinggi pula tingkat penghematan pajak yang dilakukan perusahaan
melalui manajemen pajak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa wajib pajak dengan pembiayaan utang lebih tinggi dari
pembiayaan modal memiliki tarif pajak efektif yang lebih rendah. Hal ini
dikarenakan biaya bunga yang timbul akibat utang dapat dimasukkan menjadi
pengurang pajak sehingga mengakibatkan laba usaha dan laba fiskal menjadi
rendah dan tarif pajak efektif juga semakin rendah. Seperti yang tergambar pada
PT Indofood Sukses Makmur Tbk., perusahaan yang bergerak di bidang
industri, perdagangan, agribisnis, dan jasa ini pada tahun 2016 ini memiliki
rasio DER sebesar 0,87% dan pada tahun 2017 memiliki rasio DER sebesar
0,88%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan meningkatkan proporsi
utangnya dari tahun sebelumnya pada sisi liabilitas diketahui sebesar Rp
38.233.092.000.000 pada tahun 2016 dan sebesar Rp 41.182.764.000.000 pada
tahun 2017. Pada saat yang bersamaan di tahun 2016 tarif pajak efektif
perusahaan mengalami penurunan dari semula diketahui beban pajak
penghasilan perusahaan sebesar Rp 2.532.747.000.000 pada tahun 2016
menjadi Rp 2.513.491.000.000 pada tahun 2017. Artinya, turunnya tarif pajak
efektif dipengaruhi oleh peningkatan DER pada perusahaan. Perusahaan
memanfaatkan beban bunga yang timbul akibat adanya utang. Tarif pajak
efektif yang rendah menjadi indikasi bahwa perusahaan melakukan manajemen
pajak. Namun tetap harus diperhatikan bahwa utang perusahaan tidak boleh
melebihi modal yang dimiliki oleh perusahaan. Dimana perbandingan antara
utang dengan modal suatu perusahaan dibatasi oleh peraturan yang berlaku
dengan perbandingan 4:1. Peraturan ini diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 169/PMK. 010/2015 yang mulai berlaku
sejak Tahun Pajak 2016.
64
0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel sales growth berpengaruh
signifikan negatif terhadap manajemen pajak. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara sales growth terhadap
manajemen pajak secara parsial diterima. (Ho3 ditolak, Ha3 diterima).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa sales growth
memiliki pengaruh signifikan negatif. Yang berarti bahwa wajib pajak pada
perusahaan sampel yang mengalami peningkatan sales growth tidak
menerapkan manajemen pajak seiring dengan kenaikan tingkat penjualan.
Meningkatnya sales growth akan memungkinkan perusahaan untuk
meningkatkan kapasitas dan aktivitas operasinya. Hasil ini membuktikan bahwa
tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi mengindikasikan laba perusahaan
yang tinggi sehingga mampu memberi kontribusi agar manajemen tidak
melakukan manajemen pajak. Seperti yang tergambar pada PT Ultrajaya Milk
Industry & Trading Company Tbk., pada tahun 2017 tercata mengalami
kenaikan sales growth sebesar 4% dari tahun sebelumnya sebesar Rp
4.685.987.917.355 menjadi sebesar Rp 4.879.559.000.000 dan disaat yang
bersamaan pada sisi tarif pajak efektif mengalami peningkatan sebesar 7% dari
semula diketahui beban pajak penghasilan sebesar Rp 222.657.146.910 pada
tahun 2016 menjadi Rp 314.550.000.000 pada tahun 2017. Artinya, kenaikan
penjualan suatu perusahaan merupakan faktor yang menyebabkan manajemen
untuk tidak melakukan manajemen pajak. Hal ini disebabkan oleh kenaikan
beban-beban perusahaan seperti beban administrasi dan umum serta beban
pokok penjualan yang mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya
penjualan perusahaan sehingga menyebabkan laba perusahaan meningkat dan
beban pajak yang harus dibayarkan juga mengalami peningkatan.
5.2.4 Pengaruh Return on Assets, Debt to Equity Ratio, dan Sales Growth
terhadap Manajemen Pajak
Berdasarkan hasil analisis uji simultan return on assets (X1), debt to equity ratio
(X2), dan sales growth (X3) yang telah dilakukan pada tabel 4.12, diperoleh
Fhitung 13,664 dengan nilai signifikansi 0,000. Nilai Fhitung tersebut lebih besar dari
nilai Ftabel 2,80 (13,664 > Ftabel 2,80) dan signifikansi lebih kecil dari probablitias
(0,000 < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel-variabel independen
(return on assets, debt to equity ratio, dan sales growth) secara bersama-sama
65
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (manajemen pajak).
Variabel yang dominan dalam penelitian ini adalah variabel sales growth yang
memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap manajemen pajak dimana pada
uji t (parsial) menghasilkan thitung yang paling besar yaitu -6,355 dengan
signifikansi 0,000. Dimana sales growth merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan dari tahun ke tahun dilihat dari penjualannya,
semakin besar penjualan perusahaan maka semakin besar pula beban
administrasi dan umum serta beban pokok penjualan yang akan mempengaruhi
besar kecilnya beban pajak perusahaan. Variabel kedua yang memiliki
kekuatan besar adalah variabel debt to equity ratio yang memiliki pengaruh
signifikan terhadap manajemen pajak yang pada uji t (parsial) menghasilkan
thitung sebesar 3,046 dengan signifikansi 0,004. Dimana DER digunakan untuk
mengukur seberapa besar utang yang digunakan untuk kegiatan operasionalnya
dibandingkan dengan ekuitas perusahaan. Utang tersebut akan menimbulkan
beban bunga yang dapat dijadikan sebagai komponen pengurang laba dan dapat
mengurangi beban pajak perusahaan. Variabel-variabel dominan tersebut dapat
memberikan pengaruh terhadap variabel lain yang secara uji parsial tidak
berpengaruh terhadap manajemen pajak. Namun jika dilakukan uji simultan,
ketiga variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, jika penggunaan return on
assets, debt to equity ratio, dan sales growth dapat dikelola dengan baik dan
efisien, maka hal tersebut dapat meningkatkan laba perusahaan yang secara
tidak langsung akan berakibat pada keputusan manajemen dalam hal
manajemen pajak. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara return on assets, debt to
equity ratio, dan sales growth terhadap manajemen pajak secara simultan
diterima (Ho4 ditolak, Ha4 diterima).
BAB VI
66
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Return on assets secara parsial tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak
karena nilai thitung lebih kecil dari nilai t tabel (-1,423 < 2,011) dan signifikansi yang
lebih besar dari signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Hasil ini menunjukkan
bahwa tidak adanya pengaruh antara return on assets perusahaan terhadap
manajemen pajak. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa return on
assets berpengaruh terhadap manajemen pajak diterima (Ho 1 diterima, Ha1 ditolak).
Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa return on assets bukan penyebab
peningkatan/penurunan beban pajak yang harus dibayarkan perusahaan, namun
dikarenakan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba,
maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Oleh karena itu perusahaan akan lebih taat dalam melakukan
kegiatan perpajakannya dengan benar.
2. Debt to equity ratio secara parsial berpengaruh terhadap manajemen pajak karena
nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (3,371 > 2,011) dan signifikansi yang lebih
kecil dari tingkat signifikan yang telah ditentukan yaitu 0,05. Hasil penelitian ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat debt to equity ratio suatu perusahaan
maka semakin besar usaha manajemen pajak yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut yang ditandai dengan semakin rendahnya tarif pajak efektif perusahaan.
Peningkatan usaha manajemen pajak tersebut dilakukan dengan memanfaatkan
beban bunga yang timbul akibat adanya utang yang digunakan perusahaan. Beban
bunga dapat dijadikan sebagai komponen pengurang laba perusahaan yang diakui
juga dalam laporan keuangan fiskal sehingga kesempatan perusahaan untuk
melakukan penghindaran pajak semakin besar.
3. Sales growth secara parsial memiliki pengaruh signifikan negatif terhadap
manajemen pajak karena nilai t hitung tersebut lebih besar dari nilai t tabel (-6,104 >
2,011) dan signifikansi yang lebih kecil dari tingkat signifikan yang telah
ditentukan yaitu 0,05. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa semakin tinggi
tingkat sales growth maka usaha manajemen pajaknya semakin rendah yang
67
ditandai dengan dengan semakin tingginya tarif pajak efektif perusahaan. Tingkat
sales growth yang tinggi akan memberikan kontribusi bagi pihak manajemen untuk
tidak melakukan manajemen pajak karena perusahaan yang memiliki sales growth
yang tinggi dianggap mampu mendanai setiap kegiatan operasional perusahaan
dengan baik.
4. Return on assets, debt to equity ratio, dan sales growth secara simultan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap manajemen pajak dimana nilai Fhitung lebih besar
dari nilai Ftabel 2,80 (13,664 > 2,80) dan signifikansi lebih kecil dari probablitias
(0,000 < 0,05). Hasil ini menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara seluruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Dalam hal ini sales growth
merupakan variabel dominan yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan
dari tahun ke tahun dilihat dari penjualannya, semakin besar penjualan perusahaan
maka semakin besar pula beban administrasi dan umum serta beban pokok
penjualan yang akan mempengaruhi besar kecilnya beban pajak perusahaan.
Kemudian DER mempengaruhi manajemen pajak dikarenakan ada beban bunga
yang dapat menjadi pengurang beban pajak perusahaan. Variabel-variabel dominan
tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap variabel lain yang secara uji parsial
tidak berpengaruh terhadap manajemen pajak. Dengan demikian hipotesis yang
menyatakan bahwa return on assets, debt to equity ratio, dan sales growth
berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak diterima. (Ho 4 ditolak, Ha4
diterima). Jika dilihat dari uji parsial ada satu variabel yang tidak berpengaruh
terhadap manajemen pajak. Namun jika diuji secara bersama-sama return on
assets, debt to equity ratio, dan sales growth terdapat pengaruh signifikan terhadap
manajemen pajak.
6.2 Saran
Berdasarkan simpulan tersebut, penulis mengajukan beberapa saran yang diperoleh
dari hasil penelitian dan juga pembahasan yang sudah dilakukan sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat terus menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan
memperbanyak membaca serta mengamati kejadian nyata atau fakta di lapangan.
2. Bagi Akademisi
Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi dan memperbarui sumber-
sumber referensi yang sudah ada di perpustakaan STIE Kasih Bangsa serta dapat
68
membantu untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya. Diharapkan agar
peneliti selanjutnya menambah variabel-variabel lain yang diyakini memiliki
pengaruh terhadap manajemen pajak. Pada penelitian ini variabel independen yang
digunakan hanya menggambarkan pengaruhnya terhadap manajemen pajak sebesar
42% dengan proksi tarif pajak efektif, maka diharapkan bagi penelitian selanjutnya
dapat menggunakan proksi-proksi lain yang memungkinkan hasil yang didapatkan
akan berbeda. Pada penelitian ini penulis menggunakan perusahaan manufaktur
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014
– 2017 sebagai bahan penelitian, maka untuk penelitian selanjutnya peneliti lain
dapat memilih perusahaan yang berbeda dan menambah periode penelitian lebih
dari 4 tahun untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Penggunaan sampel yang
berbeda dan periode yang lebih panjang diharapkan dapat memberikan model
penelitian yang lebih baik lagi.
3. Bagi Investor
Diharapkan investor hendaknya mempertimbangkan aspek-aspek perusahaan yang
terkait dengan kepatuhan wajib pajak dan aspek lainnya dalam memaksimalkan
laba perusahaan sebelum melakukan kegiatan investasi. Tujuan hal ini adalah agar
di masa yang akan datang investor bisa memperoleh imbal hasil yang maksimal
dan sesuai dengan harapan investor berkat kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan kinerja yang dimiliki oleh perusahaan.
4. Bagi Wajib Pajak
Wajib pajak disarankan untuk lebih aktif dalam menggali informasi mengenai
perpajakan dan manfaatnya sehingga diharapkan mampu meningkatkan kesadaran
wajib pajak dalam melakukan manajemen perpajakan sesuai dengan Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang berlaku.
5. Bagi Direktorat Jenderal Pajak
Direktorat Jenderal Pajak dapat secara tegas dan konsisten dalam menerapkan
kebijakan perpajakan dan implementasinya agar penerimaan negara yang
bersumber dari penerimaan pajak dapat dioptimalkan sehingga wajib pajak dapat
melakukan manajemen pajak pada jalurnya sesuai dengan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku serta tidak ada lagi kecurangan ataupun penyimpangan
perpajakan yang dapat merugikan keuangan negara.
69
DAFTAR PUSTAKA
Duwi, Priyatno, 2013, Mandiri Belajar Analisis Data dengan SPSS, Mediakom, Yogyakarta.
Fatimah, Nurul, 2018, Pengaruh Kepemilikan Institusional, Komite Audit,Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap Tax
Avoidance, hal. 24.
Ghozali, Imam, 2013, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21,
UNDIP, Semarang.
Hanafi, Mamduh, 2013, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta.
Hery SE, 2018, Analisis Laporan Keuangan, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Jubilee Enterprise, 2018, Lancar Menggunakan SPSS untuk Pemula, Elex Media
Computindo, Jakarta.
Mardiasmo, 2018, Perpajakan, Andi Offset, Yogyakarta.
Meisiska, Mia, 2016, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pembayaran
Pajak Pada Wajib Pajak Badan, hal. 27
Noor, Juliansyah, 2016, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi & Karya Ilmiah,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Pianda, Didi, 2018, Kinerja Guru: Kompetensi Guru, Motivasi Kerja dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Jejak Publisher, Sukabumi.
Pohan, Chairil Anwar, 2014, Pembahasan Komprehensif Perpajakan Indonesia Teori dan
Kasus, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Pohan, Chairil Anwar, 2018, Manajemen Perpajakan, Mitra Wacana Media, Jakarta.
Purwanto, Erwan Agus dan Dyah Ratih Sulistyastuti, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif
Untuk Administrasi Publik dan Masalah-Masalah Sosial, hal. 194.
Rahayu, Siti Kurnia, 2013, Perpajakan Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta.
Suandi, Erly, 2016, Perencanaan Pajak, Salemba Empat, Jakarta.
Sugiyono, 2015, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2015, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
Supardi, 2013, Aplikasi Statistika dalam Penelitian, Change Publisher, Jakarta.
Sutopo, Yeri, 2017, Statistik Inferensial, Andi Offset, Yogyakarta.
Tampubolon, Manahan, 2013, Manajemen Keuangan, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.
Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1
ayat 1
Waluyo, 2014, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta.
Zulkarnaen, Novriansya, 2007, Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Manajemen Pajak, hal. 106
www.chitose-indonesia.com diakses pada 21 Oktober 2018
www.gudanggaramtbk.com
www.metro.tempo.co
www.ortax.org
www.pajak.go.id
www.sampoerna.com
70
www.sariroti.com
www.spssindonesia.com
www.wikipedia.org
71
SCAN DAFTAR PUSTAKA
Pembahasan Komprehensif
Perpajakan Indonesia Teori dan Perencanaan Pajak Perpajakan Indonesia
Kasus 2016 2014
2014 Erly Suandi Waluyo
Chairil Anwar Pohan
LAMPIRAN A-2
TABEL HASIL PENGOLAHAN RETURN ON ASSETS
SALES GROWTH
KODE
No. PERUSAHAAN PENJUALAN PENJUALAN TAHUN TAHUN
TAHUN INI SEBELUMNYA
LAMPIRAN B-2
Unstandardized
Residual
N 52
Mean ,0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation ,02836634
Absolute ,090
Most Extreme Differences Positive ,071
Negative -,090
Kolmogorov-Smirnov Z ,651
Asymp. Sig. (2-tailed) ,791
3. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) ,289 ,009 30,740 ,000
Return on Assets -,062 ,041 -,171 -1,504 ,139 ,871 1,148
1 Debt to Equity ,026 ,009 ,367 3,046 ,004 ,774 1,293
Ratio
Sales Growth -,546 ,068 -,726 -6,355 ,000 ,862 1,146
a. Dependent Variable: Manajemen Pajak
Hasil Uji Hipotesis
1. Uji Parsial
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
B Std. Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) ,289 ,009 30,740 ,000
Return on Assets -,062 ,041 -,171 -1,504 ,139 ,871 1,148
1 Debt to Equity ,026 ,009 ,367 3,046 ,004 ,774 1,293
Ratio
Sales Growth -,546 ,068 -,726 -6,355 ,000 ,862 1,146
a. Dependent Variable: Manajemen Pajak
2. Uji Simultan
ANOVAa
Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Regression ,035 3 ,012 13,664 ,000b
1 Residual ,041 48 ,001
Total ,076 51
a. Dependent Variable: Manajemen Pajak
b. Predictors: (Constant), Sales Growth, Return on Assets, Debt to Equity Ratio
Model Summaryb
Model R R Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson
Square Square Estimate
1 ,679a ,461 ,427 ,02924 1,448
a. Predictors: (Constant), Sales Growth, Return on Assets, Debt to Equity Ratio
b. Dependent Variable: Manajemen Pajak