Tidak pula saya mengucapkan terima kash kepada pihak – pihak yang telah
berkontribusi baik secara materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
memenuhi kriteria Tugas Mandiri. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin masih terdapat banyak kekurangan dalam Tugas Mandiri ini, oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun.
Nur Imaniah
Bab 4
Ihwal Paragraf
A. Unsur – Unsur Pengait Paragraf
Kalimat – kalimat di dalam sebuah paragraf juga harus didukung penataannya
dengan peranti konjungsi atau kata ganti. Adapun yang dimaksud dengan konjungsi
atau kata penghubung adalah kata yang bertugas menghubungkan dan
menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam suatu kalimat dengan ide atau
pikiran pada kalimat lainnya. Konjungsi dapat dibedakan menjadi bermacam-
macam, ada yang letak antar kalimat, ada pula yang letaknya intrakalimat.
Konjungsi antarkalimat didalam sebuah paragraf bertugas untuk menghubungkan
atau menyambungkan ide antara kalimat yang satu dan lainnya. Kata penghubung
seperti ‘sebelumnya’ atau ‘setelah itu’ jelas sekali dapat digunakan dalam posisi
antarkalimat.
Konjungsi dapat dibedakan seperti berikut ini:
1. Pengait berupa Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat pada kalimat – kalimat sebuah paragraph dapat
menandai atau mengaitkan hubungan- hubungan berikut ini:
a. Hubungan aditif ( penjumlahan): dan, bersama, serta
b. Hubungan adversatif (pertentangan): tetapi, melainkan, tapi
c. Hubungan alternatif (pemilihan): atau, ataukah
d. Hubungan sebab: sebab, karena, lantaran
e. Hubungan akibat: akibatnya, hasilnya
f. Hubungan tujuan: untuk, demi
g. Hubungan syarat: asalkan, jikalau
h. Hubungan waktu: sejak, sedari, tatkala, saat
i. Hubungan konsesif: sungguhpun, biarpun
j. Hubungan cara: dengan
k. Hubungan kenyataan: bahwa
l. Hubungan alat: dengan, tidak dengan, menggunakan
m. Hubungan ekuatif (perbandingan positif, perbandingan menyamakan):
sebanyak, seluas
n. Hubungan komparatif (perbandingan negative, perbandingan membedakan):
lebih dari, kurang dari,
o. Hubungan hasil: sampai, sehingga
p. Hubungan atributif restriktif (hubungan menerangkan yang mewatasi): yang
q. Hubungan atributif tak restriktif (hubungan menerangkan yang tidak
mewatasi): yang (biasanya diawali dengan tanda koma)
r. Hubungan andaian: andaikata, seandainya,
s. Hubungan optatif (harapan): mudah-mudahan, semoga , agar
Ihwal Resensi
A. Pengertian Resensi
Resensi secara umum ialah ulasan dan penilaian terhadap sebuah karya. Memiliki
tujuan agar pembaca tertarik untuk membaca secara langsung, bukan untuk
mematikan minat pembacanya. Dengan kata lain, resensi adalah jembatan yang
menghubungkan sosok penulis dengan pembacanya.
B. Pertimbangan
Resensi yang dibuat baik, tepat, logis, taja, dan mendalam, pembaca akan terbantu
dalam mempertimbangkan keputusan yang tepat berkaitan dengan karya tersebut.
C. Prinsip Presensi
Beberapa hal berikut yang kiranya harus dipertimbangkan dalam membuat resensi:
1. Bahasa yang digunakan harus jelas, tajam dan akurat
2. Pilihan kata harus tepat.
3. Format dan isi resensi harus disesuaikan dengan pembaca.
4. Objektif
D. Unsur – Unsur Resensi
Berikut beberapa unsur- unsur resensi:
1. Estetika perwajahan karya yang diresensi
2. Latar belakang dna pengalaman penulis
3. Tema dan judul yang dikaitkan dengan minat pembacanya
4. Penyajian dan sistematika karya yang sedang diresensi
5. Deskrisi teknis karya yang sedang diresensi
6. Jenis karya yang sedang diresensi
7. Keunggulan dan kelemahan karya yang sedang diresensi
Bab 7
6. Bentuk kebahasaan yang harus hadir berpasangan karena merupakan idiom atau
bentuk senyawa: “sesuai dengan” “terkait dengan” “sehubungan dengan”
7. Bentuk kebahasaan yang tidak boleh hadir karena berkaitan dengan dimensi
kedaerahan dan kelisanan: “gimana” “mangkanya” “nyante”
8. Bentuk kebahasaan yang salah karena merupakan hasil dari analogi bentuk
kebahasaan yang salah: “asplisasi” “jatinisasi” “pompanisasi”
9. Bentuk yang keliru karena merupakan hasil dari analogi nomina dan verb yang
tidak benar: “koordinir” “dramatisir” “netralisir”
10. Bentuk kebahasaan yang salah karena ketidakcermatan dalam penulisan:
“pungkir” “kusus” “ijin”
11. Bentuk kebahasaan yang salah karena adanya anggapan yang salah ihwal
penulisan gabungan kata: “beritahu” “lipatganda”
12. Bentuk jadian yang salah akibat adanya anggapan gabungan kata yang salah:
“memberitahu” “garisbawahi”
13. Bentuk kebahasaan yang salah akibat pemahaman morfofonemik yang salah:
“memroduksi” “memroses”
16. Bentuk ‘di’ ditulis serangkai apabila kata yang mengikutinya adalah verba atau
kata kerja. “dipukul” “ditendang”
17. Bentuk ‘ke’ harus ditulis serangkai apabila kata yang mengikutinya apabila
diikuti kata bilangan: “kedua” “keempat”
18. Bentuk ‘pun’ harus ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya apabila
‘pun’ tersebut sudah merupakan satu kesatuan dengan bentuk kebahasaan yang
mendahuluinya: “meskipun” “walaupun”
19. Kata gabung yang salah satu bagiannya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata
harus dituliskan serangkai dengan bentuk kebahasaan yang mengikutinya:
“intrakulikuler” “ perikemanusiaan”
20. Kata gabung dasar yang bagian- bagiannya tidak erat hubungannya, sehingga
tidak dapat disatukan: “ tanggung jawab” “ daya guna”
21. Bentuk ‘sebagai berikut’ dalam pemakaiannya dapat diakhiri dengan tanda titik
dan dapat pula dengan tanda titik dua.