Anda di halaman 1dari 13

Daftar Isi

Daftar Isi ................................................................................................................................. 1


Kata Pengantar........................................................................................................................ 2
Bab 4 ....................................................................................................................................... 3
Ihwal Paragraf......................................................................................................................... 3
Bab 5 ....................................................................................................................................... 7
Ihwal Karya Ilmiah ................................................................................................................. 7
Bab 6 ..................................................................................................................................... 10
Ihwal Resensi ........................................................................................................................ 10
Bab 7 ..................................................................................................................................... 11
Ihwal Teknis Ejaan ............................................................................................................... 11
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Tugas Mandiri Bahasa Indonesia dapat diselesaikan dengan baik walaupun masih
terdapat banyak kekurangan.

Tidak pula saya mengucapkan terima kash kepada pihak – pihak yang telah
berkontribusi baik secara materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
memenuhi kriteria Tugas Mandiri. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin masih terdapat banyak kekurangan dalam Tugas Mandiri ini, oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Batam, 16 July 2019

Nur Imaniah
Bab 4

Ihwal Paragraf
A. Unsur – Unsur Pengait Paragraf
Kalimat – kalimat di dalam sebuah paragraf juga harus didukung penataannya
dengan peranti konjungsi atau kata ganti. Adapun yang dimaksud dengan konjungsi
atau kata penghubung adalah kata yang bertugas menghubungkan dan
menyambungkan ide atau pikiran yang ada dalam suatu kalimat dengan ide atau
pikiran pada kalimat lainnya. Konjungsi dapat dibedakan menjadi bermacam-
macam, ada yang letak antar kalimat, ada pula yang letaknya intrakalimat.
Konjungsi antarkalimat didalam sebuah paragraf bertugas untuk menghubungkan
atau menyambungkan ide antara kalimat yang satu dan lainnya. Kata penghubung
seperti ‘sebelumnya’ atau ‘setelah itu’ jelas sekali dapat digunakan dalam posisi
antarkalimat.
Konjungsi dapat dibedakan seperti berikut ini:
1. Pengait berupa Konjungsi Intrakalimat
Konjungsi intrakalimat pada kalimat – kalimat sebuah paragraph dapat
menandai atau mengaitkan hubungan- hubungan berikut ini:
a. Hubungan aditif ( penjumlahan): dan, bersama, serta
b. Hubungan adversatif (pertentangan): tetapi, melainkan, tapi
c. Hubungan alternatif (pemilihan): atau, ataukah
d. Hubungan sebab: sebab, karena, lantaran
e. Hubungan akibat: akibatnya, hasilnya
f. Hubungan tujuan: untuk, demi
g. Hubungan syarat: asalkan, jikalau
h. Hubungan waktu: sejak, sedari, tatkala, saat
i. Hubungan konsesif: sungguhpun, biarpun
j. Hubungan cara: dengan
k. Hubungan kenyataan: bahwa
l. Hubungan alat: dengan, tidak dengan, menggunakan
m. Hubungan ekuatif (perbandingan positif, perbandingan menyamakan):
sebanyak, seluas
n. Hubungan komparatif (perbandingan negative, perbandingan membedakan):
lebih dari, kurang dari,
o. Hubungan hasil: sampai, sehingga
p. Hubungan atributif restriktif (hubungan menerangkan yang mewatasi): yang
q. Hubungan atributif tak restriktif (hubungan menerangkan yang tidak
mewatasi): yang (biasanya diawali dengan tanda koma)
r. Hubungan andaian: andaikata, seandainya,
s. Hubungan optatif (harapan): mudah-mudahan, semoga , agar

2. Pengait berupa Konjungsi Antarkalimat


Konjungsi antarkalimat merupakan menghubungkan antara ide yang ada
dalam sebuah kalimat dan ide yang berada didalam kalimat yang lain.
Konjungsi tersebut dapat menandai hubungan – hubungan makna berikut
ini.
a. Hubungan makna pertentangan denga yang dinyatakan pada kalimat :
sebelumnya: biarpun begitu, sekalian begitu
b. Hubungan makna kelanjutan dari kalimat yang dinyatakan pada kalimat
sebelumnya: kemudian, sesudah itu
c. Hubungan makna bahwa terdapat peristiwa, hal, keadaan di luar dari
yang dinyatakan sebelumnya: tambahan pula, lagi pula
d. Hubungan makna kebalikan dari yang dinyatakan pada kalimat
sebelumnya: sebaliknya, berbeda dari itu
e. Hubungan makna kenyataan yang sesungguhnya: sesungguhnya,
bahwasanya
f. Hubungan makna yang menguatkan keadaan yang disampaikan
sebelumnya
g. Hubungan makna yang menyatakan keekslusifan dan keinklusifan
h. Hubungan makna yang menyatakaan konsekuensi: dengan demikian.
i. Hubungan makna yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang
dinyatakan sebelumnya
3. Pengait berupa Konjungsi Korelatif
Konjungsi korelatif terdiri atas dua unsur yang dipakai berpasangan. Bentuk
berpasangan demikian itu bersifat idiomatic, jadi tidak bias dimodifikasi dengan
begitu saja. Adapun contohnya adalah sebagai berikut: antara ….dan, dari
…hingga, demikian…sehingga.
4. Pengait berupa Preposisi
Preposisi dikatakan sebagai kelas kata dalam sebuah bahasa yang sifatnya
tertutup dikarenakan jumlahnya yang terbatas dan tidak berkembang. Preposisi
atau kata depan itu juga menandai hubungan makna antara kata atau frasa yang
mengikutinya dengan contoh sebagai berikut:
a. Hubungan makna keberadaan: di, pada, di dalam, di atas.
b. Hubungan makna asal: dari, dari dalam, dari luar.
c. Hubungan makna araah: ke, menuju, ke dalam.
d. Hubungan makna alat: dengan, tanpa dengan.
e. Hubungan makna kepesertaan: dengan, bersama.
f. Hubungan makna cara: setara, dengan.
g. Hubungan makna peruntukan: untuk, bagi.
h. Hubungan makna sebab atau alasan: karena.
i. Hubungan makna perbandingan: daripada, ketimbang.
j. Hubungan makna pelaku perbuatan atau agentif: oleh.
k. Hubungan makna batas: hingga, sampai.
l. Hubungan makna perihwalan: tentang, mengenai.
5. Pengait dengan Teknik Pengacuan
6. Pengait yang Memerantikan Kalimat
Unsur – unsur pengait tidak hanya berupa kata dan frasa. Adakalanya pula unsur
pengait berupa kalimat.
B. Prinsip Kepaduan Bentuk dan Makna Paragraf
Paragrahf yang baik adalah paragraf yang semua unsur kebahasaannya menjamin
kepaduan bentuk bagi keberadaan paragraph tersebut. Adpaun kepaduan makna
ditunjukkan dengan ide atau pikiran yang satu atau tidak adanya kalimat dan unsur
kebahasan yang sumbang, yang tidak mendukung keberadaan paragraph itu
1. Prinsip Kesatuan Pikiran
Di dalam sebuah paragraf tidak dimungkinkan terdapat lebih dari satu ide atau
pikiran dan selanjutnya dijabarkan secara terperinci hingga tuntas.
2. Prinsip Ketuntasan Pemaparan
Ide atau pikiran harus dijabarkan secara tuntas tidak ada lagi serpihan – serpihan
ide yang belum dijabarkan.
3. Prinsip Keruntutan
Kalimat – kalimat disusun secara urut, tidak melompat-lompat.
C. Jenis dan Cara Pengembangan Paragraf
1. Jenis Paragraf
a. Paragraf Pembuka
b. Paragraf Pengembang: Berisi inti atau esensi pokok dari karya tulis tersebut.
c. Paragraf Penutup: Bertugas mengakhiri sebuah tulisan atau karangan.
2. Pengembangan Paragraf
a. Pengembangan Alamiah
b. Pengembangan Deduksi – Induksi
c. Pengembangan Analogi
d. Pengembanga Klasifikasi
e. Pengembangan Komparatif dan Konstrastif
f. Pengembangan Sebab- Akibat
g. Pengembangan Klimaks- Antiklimaks
Bab 5

Ihwal Karya Ilmiah


1. Dimensi Karya Ilmiah
a. Fakta atau Data sebagai Dasar
b. Pemikiran, Analisis, dan Konklusi Logis
c. Objektif dan Tidak Berpihak
d. Akurat dan sistematis
e. Tidak emosional
2. Asas – Asas Menulis Karangan Ilmiah
a. Kejelasan
b. Ketepatan
c. Keringkasan
3. Tema Karangan
Tema karangan dapat dipahami sebagai sebuah ide sentral yang di dalamnya
mengikat keseluruhan uraian, deskripsi, penjelasan dan seluruh pembuktian di
dalam suatu karya ilmiah tersebut. Tema karangan bagi pembaca dapat berfungsi
sebagai penuntun untuk memahami keseluruhan karangan secara cepat.
4. Judul Karangan
Merumuskan judul karangan bukanlah perkara mudah, perumusan harus dilakukan
berulang – ulang sambil proses menulis itu selesai.
5. Kalimat Tesis
Kalimat tesis identik dengan tema karangan. Kalimat tesis dalam suatu karangan
atau tulisan itu ialah kalimat pokok paragraf, sedanhgkan tema karangan itu identik
dengan pokok paragraf. Nah kalimat tesis merupakan gabungan antara tema
karangan dan tujuan karangan.
6. Kerangka Karangan
Secara umum kerangka karangan dapat dianggap sebagai rencana penulisan yang
mengandung ketentuan bagaiman menulis karangan. Dengan kerangka karangan,
rangkaian ide dapat ditulis teratur, sistematis, jelas, dan terstruktur.
7. Model – Model Berpikir
a. Model DAM-D: duduk perkara, alasan, misal, duduk perkara
b. Model DSD: dahulu, sekarang, depan
c. Model PMHT: perhatian, minat, hasrat, tindakan
d. Model 5W1H: what, who, when, where, why, how
e. Model TAS: tesis, antitesis, sintesis
f. Model PIK: pendahuluan, isi, kesimpulan
8. Ihwal Latar Belakang Masalh, Rumusan Masalah
Ketentuan –ketentuannya sebagai berikut:
a. Diuraikan penalaran yang menimbulkan masalah
b. Diuraikan kegunaan praktis analisis.
c. Diungkapkan masalah utama secara jelas.
9. Ihwal Tujuan Penulisan
Ketentuan- ketentuannya sebagai berikut:
a. Diuraikan target, sasaran yang hendak dicapai.
b. Tujuan utama dapat dirinci menjadi beberapa tujuan sesuai dengan masalah
yang akan dibahas.
10. Ihwal Hipotesis
Hipotesis dapat dikatakan sebagai ‘dalil sementara’ karena belum dibuktikan
kebenarannya lewat proses penelitian. Setelah melewati proses penelitian hipotesis
akan berubah menjadi teori.
11. Ihwal Abstrak
Abstrak merupakan bentuk penyajian singkat sebuah laporan atau dokumen tanpa
menambah kritik dan tanpa melihat siapa pembuat abstrak tersebut.
12. Cara Kerja Penyusunan Karya Ilmiah
a. Data harus dianalisis.
b. Data yang telah dianalisis emngahsilkan simpulan yang kredibel.
c. Dari analisis tersebut, dapat dimunculkan saran – saran penelitian.
d. Merumuskan implikasi penelitian yang tepat.
13. Empat Langkah Penyediaan Data
a. Penentuan sumber data harus tepat
b. Inventarisasi data
c. Seleksi data
d. Klasifikasi data
14. Aspek – Aspek dalam Analisis Data
a. Persyaratan
b. Kendala
c. Asumsi
d. Tolok ukur
e. Ancangan teori
f. Simpulan
15. Berpikir Linier dalam Karangan Ilmiah
Berpikir linier ialah masukan penelitian yang berupa data yang siap dianalisis
dengan segala pertimbangan kendala dan asumsi; data itu dianalisis, diolah,
diinterpretasikan, diuraikan, dipaparkan, dengan memakai ancangan analisis dan
tolok ukur yang tepat. Berikut beberapa jenis linier dalam karangan ilmiah.
a. Linier dengan tinjauan ke belakang
b. Liner berulang
c. Linier melingkar
Bab 6

Ihwal Resensi
A. Pengertian Resensi
Resensi secara umum ialah ulasan dan penilaian terhadap sebuah karya. Memiliki
tujuan agar pembaca tertarik untuk membaca secara langsung, bukan untuk
mematikan minat pembacanya. Dengan kata lain, resensi adalah jembatan yang
menghubungkan sosok penulis dengan pembacanya.
B. Pertimbangan
Resensi yang dibuat baik, tepat, logis, taja, dan mendalam, pembaca akan terbantu
dalam mempertimbangkan keputusan yang tepat berkaitan dengan karya tersebut.
C. Prinsip Presensi
Beberapa hal berikut yang kiranya harus dipertimbangkan dalam membuat resensi:
1. Bahasa yang digunakan harus jelas, tajam dan akurat
2. Pilihan kata harus tepat.
3. Format dan isi resensi harus disesuaikan dengan pembaca.
4. Objektif
D. Unsur – Unsur Resensi
Berikut beberapa unsur- unsur resensi:
1. Estetika perwajahan karya yang diresensi
2. Latar belakang dna pengalaman penulis
3. Tema dan judul yang dikaitkan dengan minat pembacanya
4. Penyajian dan sistematika karya yang sedang diresensi
5. Deskrisi teknis karya yang sedang diresensi
6. Jenis karya yang sedang diresensi
7. Keunggulan dan kelemahan karya yang sedang diresensi
Bab 7

Ihwal Teknis Ejaan


A. Pedoman Teknis Ejaan dan Tata Tulis Baku
1. Bentuk kebahasaan yang harus diikuti tanda koma (,): ‘agaknya,’ , ‘Jadi,’ , ‘Lagi
pula,’
2. Bentuk yang didahului dengan tanda koma (,): “..., misalnya”, “..., ialah”,
“...,yakni”
3. Bentuk kebahasaan yang tidak didahului tanda koma, khususnya apabila bentuk
kebahasaan itu diikuti anak kalimat: “...bahwa...” “...maka...” “...bilamana...”
4. Bentuk kebahasaan yang didahului tanda koma, khususnya apabila bentuk
kebahasaan itu diikuti induk kalimat: “...,bahwa” “...,maka...” “...,bilamana...”

5. Bentuk kebahasaan yang harus hadir berpasangan karena merupakan konjungsi


korelatif: “baik...maupun” “bukan...melainkan” “antara...dan”

6. Bentuk kebahasaan yang harus hadir berpasangan karena merupakan idiom atau
bentuk senyawa: “sesuai dengan” “terkait dengan” “sehubungan dengan”

7. Bentuk kebahasaan yang tidak boleh hadir karena berkaitan dengan dimensi
kedaerahan dan kelisanan: “gimana” “mangkanya” “nyante”

8. Bentuk kebahasaan yang salah karena merupakan hasil dari analogi bentuk
kebahasaan yang salah: “asplisasi” “jatinisasi” “pompanisasi”

9. Bentuk yang keliru karena merupakan hasil dari analogi nomina dan verb yang
tidak benar: “koordinir” “dramatisir” “netralisir”
10. Bentuk kebahasaan yang salah karena ketidakcermatan dalam penulisan:
“pungkir” “kusus” “ijin”

11. Bentuk kebahasaan yang salah karena adanya anggapan yang salah ihwal
penulisan gabungan kata: “beritahu” “lipatganda”

12. Bentuk jadian yang salah akibat adanya anggapan gabungan kata yang salah:
“memberitahu” “garisbawahi”

13. Bentuk kebahasaan yang salah akibat pemahaman morfofonemik yang salah:
“memroduksi” “memroses”

14. Bentuk kebahasaan yang salah karena adanya kesalahpahaman: “disini”


“disana”

15. Bentuk kebahasaan yang salah akibat kegandaan konjungsi kalimat:


“jika...maka” “adalah merupakan”

16. Bentuk ‘di’ ditulis serangkai apabila kata yang mengikutinya adalah verba atau
kata kerja. “dipukul” “ditendang”

17. Bentuk ‘ke’ harus ditulis serangkai apabila kata yang mengikutinya apabila
diikuti kata bilangan: “kedua” “keempat”

18. Bentuk ‘pun’ harus ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya apabila
‘pun’ tersebut sudah merupakan satu kesatuan dengan bentuk kebahasaan yang
mendahuluinya: “meskipun” “walaupun”
19. Kata gabung yang salah satu bagiannya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata
harus dituliskan serangkai dengan bentuk kebahasaan yang mengikutinya:
“intrakulikuler” “ perikemanusiaan”

20. Kata gabung dasar yang bagian- bagiannya tidak erat hubungannya, sehingga
tidak dapat disatukan: “ tanggung jawab” “ daya guna”

21. Bentuk ‘sebagai berikut’ dalam pemakaiannya dapat diakhiri dengan tanda titik
dan dapat pula dengan tanda titik dua.

22. Ihwal bentuk ‘adalah’, ‘ialah’,dan ‘yaitu’

23. Ihwal tanda hubung dan tandai pisah

24. Ihwal bentuk ‘tiap-tiap’, ‘setiap’ dan ‘seseorang’.

25. Ihwal ‘sementara’, ‘sementara itu’.

26. Ihwal ‘seperti’, ‘misalnya’ dan ‘antara lain’.

Anda mungkin juga menyukai