Anda di halaman 1dari 40

TATA KELOLA PERUSAHAAN

(CORPORATE GOVERNANCE)

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Manajemen Strategik

oleh,
Putri Alifia Zahra 193403145
Ayu Susi Hartini 203403050
Anisa Miwah Permata Kj 203403079
Elza Handayani 203403081

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SILIWANGI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)”.

Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Manajemen Strategik. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah

pengetahuan para pembaca dan penulis mengenai tata kelola perusahaan

(corporate governance). Dalam makalah ini dibahas mengenai pengertian

corporate governance, ruang lingkup dan mekanisme, prinsip- prinsip, manfaat,

implementasi, dan hambatan penerapan corporate governance.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Yusuf Abdullah,

SE., MM selaku dosen pengampu Mata Kuliah Manajemen Strategik. Ucapan

terima kasih juga diucapkan kepada semua pihak yang telah membantu

penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima dengan senang

hati.

Tasikmalaya, 27 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................i

DAFTAR ISI ...............................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................2

C. Tujuan Makalah.........................................................................3

D. Kegunaan Makalah ...................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................4

A. Pengertian Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)...4

B. Ruang Lingkup dan Mekanisme Corporate Governance .........5

C. Prinsip- Prinsip Corporate governance.....................................15

D. Manfaat Corporate Governance ...............................................19

E. Implementasi Corporate Governance .......................................20

F. Hambatan dalam perwujudan Corporate Governance .............23

G. Contoh Kasus.............................................................................26

BAB III SIMPULAN...................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................34

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ruang Lingkup Corporate Governance ..................................5

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Awal mulanya, istilah corporate governance sudah muncul sejak tahun

1992 melalui laporan Cadbury. Saputra (Tanpa tahun: 1) mengatakan, “Dalam

laporan mereka yang dikenal sebagai Cadbury Report, laporan ini sebagai titik

balik yang menentukan bagi praktek corporate governance di seluruh dunia.”

Di indonesia sendiri, istilah corporate governance mulai dikenal sejak

tahun 1997. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh adanya krisis ekonomi asia yang

berimbas pada pelemahan kinerja perusahaan. Penurunan kinerja tersebut terjadi

karena pengelolaan perusahaan yang kurang baik dan tidak bertanggungjawab.

Seperti pernyataan Budiati (My, 2017) bahwa:

Di Indonesia, konsep GCG mulai dikenal sejak krisis ekonomi tahun 1997
krisis yang berkepanjangan yang dinilai karena tidak dikelolanya perusahaan-
perusahaan secara bertanggungjawab, serta mengabaikan regulasi dan sarat
dengan praktek (korupsi, kolusi, nepotisme) KKN.
Berdasarkan pernyataan tersebut, krisis yang terjadi bukan hanya

dikarenakan oleh faktor ekonomi saja. Namun, pengelolaan perusahaan yang

kurang baik juga menjadi faktor besar yang berdampak pada krisis ekonomi.

Kurang tegasnya regulasi dan tata kelola perusahaan yang buruk mengindikasi

terjadinya Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Oleh karena itulah, istilah Corporate Governance (CG) atau sering dikenal

dengan sebutan Good Corporate Governance (GCG) muncul sebagai solusi demi

terwujudnya tatanan perusahaan yang bersih dan sehat. Corporate Governance

(CG) atau tata kelola perusahaan adalah suatu konsep yang mengatur dan

1
2

mengarahkan hubungan para pemangku kepentingan (stakeholders) dengan tujuan

mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan internal dan eksternal,

serta menciptakan nilai tambah bagi stakeholders. Dengan tata kelola perusahaan

yang baik akan menghasilkan kinerja perusahaan yang baik pula.

Walaupun secara eksplisit praktik penerapan corporate governance tidak

dibahas dalam Undang- Undang Perseron Terbatas (UU PT). Namun, secara

umum telah tertuang dalam UU No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

mengenai prinsip- prinsip Good Corporate Governance (GCG). Dasar hukum

lain yang mewajibkan penerapan GCG adalah Peraturan Menteri BUMN Nomor

Per-01/M-MBU/2011 yang menyatakan BUMN wajib menerapkan GCG secara

konsisten dan berkelanjutan dengan berpedoman pada Peraturan Menteri dengan

tetap memperhatikan ketentuan.

Dengan demikian, konsep corporate governance ini sangat penting untuk

dipelajari. Oleh sebab itu, penulis menyusun makalah yang berjudul Tata Kelola

Perusahaan (Corporate Governance). Untuk memberikan pemaparan mengenai

pengertian, ruang lingkup dan mekanisme, prinsip- prinsip, manfaat, gambaran

implementasi, dan hambatan penerapan corporate governance di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan

masalah sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan tata kelola perusahaan (corporate

governance)?
3

2. Bagaimana ruang lingkup dan mekanisme corporate governance?

3. Apa saja prinsip- prinsip corporate governance?

4. Apa saja manfaat corporate governance?

5. Bagaimana implementasi corporate governance di Indonesia?

6. Apa saja hambatan dalam mewujudkan corporate governance?

C. Tujuan Makalah

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan

tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:

1. pengertian tata kelola perusahaan (corporate governance);

2. ruang lingkup dan mekanisme corporate governance;

3. prinsip- prinsip corporate governance;

4. manfaat corporate governance;

5. implementasi corporate governance;

6. hambatan dalam perwujudan corporate governance.

D. Kegunaan Makalah

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan bagi:

1. Penulis, sebagai hasil dari pendalaman materi dan memenuhi salah satu

tugas Mata Kuliah Manajemen Strategik;

2. Pembaca, sebagai bahan edukasi mauapun referensi mengenai materi tata

kelola perusahaan (corporate governance).


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)

Istilah Corporate Governance (CG) diartikan sebagai tata kelola

perusahaan. Di Indonesia sendiri, tata kelola perusahaan dikenal dengan istilah

Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan yang baik.

Terdapat banyak definisi yang menjelaskan corporate governance. Menurut

forum for corvorate governance in Indonesia (Saputra,tanpa tahun:1)

“Corvorate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur


hubungan antara para pemegang saham,pengurus,pengelola perusahaan,pihak
kreditur,pemerintah,karyawan,serta pemegang kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan ha-hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang digunakan untuk mengendalikan
perusahaan. Tujuaanya untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak
yang berkepentingan ( stakeholders ).”
Sedangkan menurut Darmawati,dkk., (Hastuti dan Achmad, 2011:2)

pengertian corporate governance adalah sebagai berikut.

“Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam


meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan
antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan
stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur
yang memfasilitasi penentuan sasaran-sasaran dari suatu perusahaan, dan
sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tata kelola perusahaan atau

good governance adalah suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan kegiatan

perusahaan.Tata kelola perusahaan mengatur pembagian tugas, hak, dan

kewajiban pihak-pihak dalam organisasi. Termasuk para pemegang saham, dewan

pengurus, manajer, dan semua anggota (stakeholders) non pemegang saham

4
5

dengan tujuan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan internal

dan eksternal.

B. Ruang Lingkup dan Mekanisme Corporate Governance

1. Ruang Lingkup Corporate Governance

Ruang Lingkup Corporate Governance (Gambar 2.1)

Berdasarkan gambar di atas ruang lingkup corporate governance

dibagi menjadi dua:

a. Corporate Governance dalam Arti Sempit

RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) komponen atau

unsur-unsur dari corporate governance harus ada rapat umum

pemegang saham, karena di dalam perusahaan yang berbentuk

Perseoran Terbatas (PT), RUPS merupakan jabatan tertinggi. RUPS

disini adalah pemangku kepentingan yang akan mengambil


6

keputusan- keputusan besar. Komisaris tugasnya yang mengawasi

dan memberikan saran atau masukan kepada direksi karena direksi

yang menjalankan perusahaan. Dibawah direksi ada manajer,

karyawan dan stakeholders lainnya.

b. Corporate Governance dalam Arti Luas

Ketika semua sudah melibatkan stakeholders perusahaan.

2. Mekanisme Corporate Governance

Mekanisme merupakan cara kerja sesuatu secara tersistem untuk

memenuhi persyaratan tertentu. Mekanisme corporate governance merupa

kan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil

keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol atau pengawasan

terhadap keputusan. Menurut Gillan (2006:385) mekanisme corporate

governance dapat dibedakan menjadi mekanisme internal dan mekanisme

eksternal.

a. Mekanisme Internal

Mekanisme internal adalah cara untuk mengendalikan

perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal

seperti rapat umum pemegang saham (RUPS), komposisi dewan

direksi, komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board

of director. Kualitas mekanisme internal secara luas berhubungan

dengan kinerja perusahaan yang lebih baik. Gillan (2006)

menjelaskan bahwa mekanisme ini berada di

dalam perusahaan, dan berasal dari dua pihak yakni dewan


7

komisaris sebagai titik tertinggi yang melakukan

sistem pengendalian internal dan manajemen yang bertindak

sebagai agen perusahaan. Penelitian ini berfokus

pada mekanisme internal perusahaan yang

terdiri dari dewan komisaris dan dewan direksi.

1) Dewan Komisaris

Dewan komisaris merupakan salah satu fungsi

kontrol yang terdapat dalam suatu perusahaan. Fungsi

kontrol yang dilakukan oleh dewan komisaris merupakan

salah satu

bentuk praktis dari teori agensi. Di dalam suatu perusahaan, 

dewan komisaris mewakili mekanisme internal utama untuk

melaksanakan fungsi pengawasan dari principal dan

mengontrol perilaku oportunis manajemen. Dewan

komisaris menjebatani kepentingan principal dan manajer

didalam perusahaan. KNKG (2006) mendefinisikan dewan

komisaris sebagai mekanisme penggendalian internal

tertinggi yang bertanggung jawab secara kolektif untuk

melakukan pengawasan dan memberi masukan kepada

direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan

Good Corporate Governance.

Sementara Forum for Corporate Governance

Indonesia (FCGI, 2009) mendefinisikan dewankomisaris


8

sebagai inti Corporate Governance yang ditugaskan untuk

menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi

manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan

terlaksananya akuntabilitas. Secara umum dewan komisaris

merupakan wakil pemilik kepentingan (shareholder) dalam

perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang memiliki

fungsi mengawasi pengelolaan perusahaan yang dilakukan

manajemen (direksi),

dan bertanggung jawab untuk menilai apakah manajemen 

memenuhi tanggung jawab mereka dalam mengelola dan

mengembangkan perusahaan, serta menyelenggarakan

pengendalian internal perusahaan.

Berikut tugas-tugas utama Dewan Komisaris yang

dijabarkan dalam Forum for Corporate Governance

Indonesia (FCGI, 2009:10)

a) Menilai dan mengarahkan strategi

perusahaan, garis-garis besar rencana

kerja,kebijakan pengendalian risiko, anggaran

tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran

kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja

perusahaan, serta memonitor penggunaan modal

perusahaan, investasi dan penjualan aset,


9

b) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat

pada posisi kunci dan penggajian manggota dewan

direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan

anggota dewandireksi yang transparan dan adil,

c) Memonitor dan mengatasi masalah benturan

kepentingan pada tingkat manajemen,anggota

dewan direksi dan anggota dewan komisaris,

termasuk penyalahgunaan asset perusahaan dan

manipulasi transaksi perusahaan,

d) Memonitor pelaksanaan Governance, dan

mengadakan perubahan dimana perlu memantau

proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi

dalam perusahaan.

Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas

Nomor 40 tahun 2007, pada pasal 108 ayat (5) dijelaskan

bahwa bagi perusahaan berbentuk perseroan terbatas, maka

wajib memiliki paling sedikitnya 2 (dua) anggota dewan

komisaris. Oleh karena itu, jumlah anggota dewan

komisaris disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan

dengan tetap memperhatikan efektivitas dalam pengambilan

keputusan. Menurut Sembiring (2003) dalam (Bukhori,

2012) semakin besar jumlah anggota dewankomisaris,

semakin mudah untuk mengendalikan Chief Executives


10

Officer (CEO)dan semakin efektif dalam memonitor

aktivitas manajemen. Ukuran dewan komisaris yang

dimaksud disini adalah banyaknya jumlah anggota

dewankomisaris dalam suatu perusahaan. Sebagai wakil

dari principal di dalam perusahaan, dewan komisaris dapat

memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola perusahaa

n agar tercipta kinerja perusahaan yang lebih baik  

Dengan fungsi pengawasan yang dimilikinya, dewa

dan komisaris dapat mengawasi pengelolaan perusahaan

yang dilakukan manajemen secara umum. sehingga

diharapkan dapat lebih memenuhi tanggung jawab mereka

dalam mengelola dan mengembangkan perusahaan.Selain

itu, sebagai penyelenggara pengendalian internal

perusahaan, dewan komisaris dapat meningkatkan standar

kinerja manajemen dalam perusahaan.

2) Dewan Direksi

Dewan direksi merupakan pihak dalam suatu entitas

perusahaan yang bertugas melakukan melaksanakan operasi

dan kepengurusan perusahaan. Anggota dewan direksi

diangkat oleh RUPS. Menurut Undang-Undang Perseroan

Terbatas, yang dapat diangkat menjadi anggota dewan

direksi adalah orang perseorangan yang mampu


11

melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah

dinyatakan menjadi anggota dewan direksi atau komisaris

yang dinyatakan bersalah menyebabkan perusahaan

dinyatakan pailit, atau orang yang pernah dihukum karena

melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara

dalam waktu lima tahun sebelum pengangkatan.Dewan

direksi bertanggung jawab penuh atas segala bentuk

operasional dan kepengurusan perusahaan dalam rangka

melaksanakan kepentingan-kepentingan

dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Dewan direksi juga bertanggung jawab terhadap uru

san perusahaan dengan pihak eksternal seperti pemasok, ko

nsumen, regulator dan pihak legal. Dengan peran yang

begitu besar dalam pengelolaan perusahaan ini, direksi pada

dasarnya memiliki hak pengendalian yang signifikan dalam

pengelolaan sumber daya perusahaan dan dana dari

investor.

Fungsi, wewenang, dan tanggung jawab direksi

secara tersurat diatur dalam UU No. 40Tahun 2007 Tentang

Perseroan Terbatas. Dalam undang-undang ini, dewan

direksi memilikitugas antara lain:

a) memimpin perusahaan dengan menerbitkan

kebijakan-kebijakan perusahaan, 
12

b) memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari

karyawan dan kepala bagian(manajer),

c) menyetujui anggaran tahunan perusahaan, 

d) menyampaikan laporan kepada pemegang

saham atas kinerja perusahaan.

Di Indonesia, tidak ada batasan jumlah dewan

direksi. Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas

yang tercantum pada bab VI (enam) mengenai direksi dan

komisaris, jumlah anggota dewan direksi minimal satu

orang. Jumlah dewan direksi sendiri disesuaikan dengan

kebutuhan operasional perusahaan. Semakin banyak dan

kompleks perusahaan, untuk menghasilkan kinerja yang

maksimal tentu memerlukan jumlah dewan direksi yang

sesuai.Apabila jumlah dewan direksi lebih dari satu, maka

peraturan mengenai pembagian tugas dan wewenang setiap

anggota dewan direksi, serta besar dan jenis penghasilannya

ditentukan oleh RUPS yang diwakili oleh dewan komisaris.

b. Mekanisme Eksternal

Mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi

perusahaan selain dengan menggunakan mekanisme internal

(Hastuti,2011). Mekanisme eksternal bisa berasal dari pasar

modal, pasar kontrol perusahaan, pasar tenaga kerja, status negara,

keputusan pengadilan, pemegang saham dan praktek dari aktifitas


13

investor (Dharmastuti, 2013).Struktur kepemilikan merupakan

jenis institusi atau perusahaan yang memegang saham terbesar

dalam suatu perusahaan. Struktur kepemilikan dapat berupa

investor individual, pemerintah, dan institusi swasta. Struktur

kepemilikan terbagi dalam beberapa kategori. 

Secara spesifik kategori struktur kepemilikan meliputi

kepemilikan oleh institusi domestik, institusi asing, pemerintah,

karyawan dan individual domestik. Struktur kepemilikan akan

memiliki motivasi yang berbeda dalam memonitor perusahaan serta

manajemen dan dewan direksinya.Struktur kepemilikan dipercaya

memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja peru

sahaan. Agency problem dapat dikurangi dengan adanya struktur

kepemilikan.

Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk

mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham

(Tamba, 2011).Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua

mekanisme corporate governance yang dapat mengendalikan

masalah keagenan. Kepemilikan institusional merupakan proporsi

kepemilikan saham oleh institusi seperti LSM, perusahaan swasta,

perusahaan efek, dana pensiun, perusahaan asuransi, bank

dan perusahaan-perusahaan investasi. Kepemilikan institusional
14

diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah lembar saham yang

dimiliki oleh institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan

yang beredar secara keseluruhan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007)

dalam Wiranata dan Nugrahanti (2013).

Menurut Wening (2009) dalam Mulyati (2011),

kepemilikan institusional merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi kinerja perusahaan.Adanya kepemilikan oleh

investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan

yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan

saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan

untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerj

amanajemen.Keberadaan investor institusional dapat menunjukkan

mekanisme corporate governance yang kuat yang dapat digunakan

untuk memonitor manajemen perusahaan.Pengaruh investor

institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat

penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan

manajemen dengan para pemegang saham.Kepemilikan institusional

yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang

lebih besar oleh pihak institusional. Sehingga dapat menghalangi per

ilaku oportunistik dari para manajer perusahaan (Kusumawardhani,

2012).Kepemilikan saham diukur dengan proporsi saham yang

dimiliki oleh institusional pada akhir tahun dibandingkan dengan

jumlah saham yang beredar pada perusahaan tersebut.


15

Kepemilikan Manajerial adalah proporsi pemegang saham

dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan

keputusan perusahaan (direktur dan komisaris) (Diyah dan Erman,

2009 dalam Permanasari, 2010). Dengan adanya kepemilikan

manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan

yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat

kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh

manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas

perusahaan. Shliefer dan Vishny(1997) menyatakan bahwa

kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki

insentif untuk memonitor.

Menurut Jensen dan Meckling (1976), ketika kepemilikan

saham oleh manajemen rendah maka ada kecenderungan akan

terjadinya perilaku opportunistic manajer yang meningkat. akan

juga, Dengan adanya kepemilikan manajerial terhadap

saham perusahaan maka dipandang dapat menyelaraskan potensi per

bedaan kepentingan antaramanajemen dan pemegang saham lainnya

sehingga permasalahan antara agen dan principal diasumsikan akan

hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang

saham.

C. Prinsip – Prinsip Corporate Governance

Menurut KNKG (Kelvianto dan Mustamu, 2018 : 2) Di dalam Good

Corporate Governance (GCG) ada lima prinsip yang harus diterapkan oleh
16

perusahaan, yaitu transparansi, akuntanbilitas, responsibilitas, independensi serta

kewajaran atau kesetaraan. Kelima prinsip ini yang akan dibangun oleh

perusahaan dalam rangka mewujudkan good corporate governance. Untuk

memudahkan mengingat disingkat menjadi TARIK, antara lain :

1. Transparansi (Transparency)

Menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan

masyarakat melalui penyediaan informasi dan menjamin kemudahan di

dalam memperoleh informasi yang akurat dan memadai.

2. Akuntanbilitas (Accountability)

Kewajiban memberikan pertanggungjawaban Kinerja kepada pihak

yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban

atau keterangan. Bank sebagai lembaga dan pejabat yang memiliki

kewenangan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan akuntabel. Untuk itu bank harus dikelola secara sehat,

terukur dan profesional dengan memperhatikan kepentingan pemegang

saham, nasabah, dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan

prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang

berkesinambungan.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus memenuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

Responsibilitas diperlukan agar dapat menjamin terpeliharanya

kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan


17

sebagai warga korporasi yang baik atau dikenal dengan corporate

governance.

4. Independensi (Independency)

Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak

stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam melaksanakan kegiatannya,

bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham,

konsumen dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran

dan kesetaraan dari masing-masing pihak yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Organization for Economic Cooperation and

Development (Nurdianty, 2008 : 16) prinsip-prinsip Good Corporate Governance

mencakup lima hal, antara lain :

1. Perlindungan terhadap hak pemegang saham

Prinsip dari Good Corporate Governance harus mampu melindungi

hak-hak yang dimiliki oleh para pemegang saham, yaitu hak untuk (a)

adanya keamanan dalam metode pendaftaran kepemilikan, (b)

mengalihkan saham yang dimiliki, (c) memperoleh informasi secara tepat

dan berkala mengenai perusahaan, (d) ikut berperan dalam memberikan


18

suara di dalam RUPS, (e) memilih anggota dewan komisaris dan direksi,

dan (f) mendapatkan pembagian keuntungan perusahaan.

2. Persamaan perlakuan terhadap pemegang saham.

Wajib menjamin adanya persamaan perlakuan terhadap para

pemegang saham, termasuk pemegang saham asing dan minoritas.

Persamaan ini juga berlaku terhadap investor, dimana memiliki hak yang

sama atas informasi mengenai hak dan perlindungan terhadap saham yang

akan dibeli.

3. Peranan stakeholder yang terkait dengan perusahaan.

Prinsip Good Corporate Governance harus memberikan pengakuan

terhadap hak hak stakeholders, seperti dalam menciptakan hubungan yang

baik diantara perusahaan dan stakeholders dalam menciptakan

kemakmuran dan lapangan kerja.

4. Pengungkapan dan transparansi.

Menurut OECD, perusahaan harus mampu menciptakan kondisi

yang transparan dimana setiap permasalahan dapat diungkap secara akurat

dan tepat waktu. Pengungkapan ini diantaranya mengenai performa

perusahaan, kepemilikan, serta pengelolaan perusahaan.

5. Akuntanbilitas dewan pengurus.

Struktur dewan pengurus di banyak negara terdiri dari dua lapis. Di

Indonesia, lapis pertama disebut Dewan Komisaris, sedangkan lapis kedua

disebut Dewan Direksi. Dewan Komisaris sendiri bertanggungjawab untuk

memberikan arahan atas jalannya operasi bisnis perusahaan dan juga


19

performa Direksi. Sedangkan, dewan Direksi bertanggung jawab untuk

mengelola harta, utang serta kegiatan bisnis perusahaan sehari-harinya.

D. Manfaat Corporate Governance

Perusahaan yang sudah menerapkan good corporate governance tentu

akan membawa manfaat tidak hanya jangka pendek tapi juga jangka panjang.

Seperti manfaat yang bisa dipetik dengan diterapkannya prinsip-prinsip Good

Corporate Governance di BUMN :

1. Dapat meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses

pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi

operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada

pemangku kepentingan.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah

dan tidak rigit (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya

meningkatkan nilai perusahaan (corporate value).

3. Khusus untuk BUMN yang telah go public, dengan diterapkannya

prinsip-prinsip Good Corporate dapat meningkatkan minat investor untuk

membeli saham BUMN tersebut.

Sedangkan menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (2013)

dengan melaksanakan Corporate Governance, ada beberapa manfaat yang

diperoleh yaitu :
20

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses

pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi

operasional perusahaan, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah

yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan

modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan

sekaligus akan meningkatkan stakeholders value dan deviden.

Dari beberapa manfaat diatas, dapat disimpulkan bahwa manfaat dari

Good Corporate Governance itu meningkatkan kinerja operasional yang ada di

perusahaan.

E. Implementasi Corporate Governance

Sebagian besar pemimpin perusahaan di Indonesia menganggap

keberadaan tata kelola perusahaan (corporate governance) sebagai hambatan yang

harus dipatuhi. Tata kelola perusahaan tidak dianggap sebagai peraturan yang

maksimal untuk mencegah risiko dan bencana, melainkan hanya suatu formalitas

yang membutuhkan biaya besar.

Dari 20 penghargaan yang diberikan oleh pemerintah, setengahnya

diperoleh bank populer yang tata kelola perusahaannya diberlakukan secara ketat.

Bank yang berhasil memperoleh penghargaan tersebut yaitu BCA, CIMB Niaga,

Mandiri, Danamon, Maybank, BRI, BTN, OCBC NISP, BNI, dan BTPN.
21

Sementara sisanya didapatkan oleh perusahaan lain di bidang komunikasi,

otomotif, dan retail yang juga dianggap sukses memberlakukan tata kelola

perusahaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsep corporate governance

belum sepenuhnya dilaksanakan oleh semua perusahaan di Indonesia.

Berdasarkan penelitian penerapan tata kelola perusahaan di Indonesia

menunjukkan bahwa praktik tata kelola perusahaan yang efektif terbukti mampu

meminimalkan modal, menurunkan risiko, dan mempengaruhi nilai kinerja

perusahaan secara positif. Namun, ada pula perusahaan yang berusaha

meminimalkan tata kelola perusahaan yang ketat dan melengkapinya dengan

peraturan yang sudah disempurnakan sesuai budaya perusahaan. Hal tersebut

bertujuan untuk menarik minat investor asing, seperti halnya yang sering

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Korea Selatan. Meskipun tidak

memberlakukan tata kelola perusahaan secara ketat, perusahaan-perusahaan Korea

Selatan terbukti mampu memikat minat investor secara maksimal.

Efektivitas praktik tata kelola perusahaan sangat bervariasi, tergantung

dari keistimewaan konstitusional dan budaya masing-masing negara. Ruang

lingkup yang mencakup bidang hukum, sistem pemerintahan, fungsi dewan

direksi, dan struktur organisasi memegang peranan penting dalam tata kelola

perusahaan Indonesia. Sehingga tata kelola perusahaan Indonesia memiliki tujuan

yang khas. Salah satunya adalah prinsip ekonomi dinamis untuk memajukan

kesejahteraan seluruh kalangan masyarakat. Penerapan tata kelola perusahaan di

tanah air diharapkan mampu memajukan taraf hidup ratusan juta masyarakat dari

berbagai kalangan ekonomi. Sehingga keuntungan yang diperoleh perusahaan


22

tidak hanya bermanfaat untuk pihak tertentu, melainkan juga berperan penting

untuk kesejahteraan hidup banyak orang yang terlibat di perusahaan tersebut.

Dalam proses penerapan atau implementasi corporate governance terdapat

beberapa tahapan yang harus dilewati, seperti pernyataan Chinn (2000) dan Shaw

(2003) dalam Kaihatu (2006) sebagai berikut.

Pada umumnya perusahaan- perusahaan yang telah berhasil menerapkan


GCG menggunakan pentahapan berikut.
1. Tahap Persiapan
Tahap ini terdiri atas 3 langkah utama yaitu awareness building,
GCG assessment, dan GCG manual building. Awareness building
merupakan Langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai
pentingnya CGC dan komitmen Bersama dalam penerapannya. GCG
Assesment merupakan upaya untuk mengukur atau lebih tepatnya
memetakan kondisi perusahaan dalam penerapan GCG saat ini. GCG
manual building adalah penyusunan manual yang mencakup kebijakan
GCG perusahaan, pedoman, roadmap, dan kerangka penerapan GCG.
2. Tahap Implementasi
Tahap implementasi terdiri dari 3 langkah utama yaitu sosialisasi
(memperkenalkan), implementasi, dan internalisasi (upaya
memperkenalkan GCG pada seluruh lini bisnis perusahaan).
3. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara teratur
dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan
GCG telah dilakukan meminta pihak independen melakukan audit
implementasi dan scoring atas pelaksanaan GCG.
Sebagai salah satu contoh implementasi corporate governance, PT Len

Industri (Persero) berkomitmen menerapkan prinsip-prinsip CGC dalam setiap

aspek bisnis dan operasional yang mengacu pada 5 prinsip dasar CGC yakni

keterbukaan, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan kesetaraan.

Perusahaan menyakini bahwa pelaksanaan GCG secara konsisten akan

memperkuat posisi Perusahaan dalam menghadapi persaingan usaha,

meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mengelola sumber daya perusahaan,

memaksimalkan nilai Perusahaan dalam jangka panjang serta meningkatkan


23

kepercayaan para stakeholders. Len Industri memiliki komitmen untuk selalu

menerapkan standar tata kelola yang baik dan berupaya keras menerapkan GCG

secara berkesinambungan lebih dari sekedar kepatuhan terhadap standar dan

peraturan perundangan, dimana dalam implementasi GCG Len mengadopsi

standar ketentuan Kementerian Negara BUMN.

Good Corporate Governance adalah struktur dan mekanisme yang

mengatur pengelolaan perusahaan sehingga menghasilkan nilai ekonomi jangka

panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun pemangku

kepentingan. Implementasi GCG di BUMN dapat dilihat dari proses rekruitment

direksi BUMN, perjanjian penunjukkan anggota direksi (statement of corporate

intent), pengelolaan aset BUMN dan Program Kemitraan Bina Lingkungan

(PKBL) BUMN yang diharapkan dapat mewujudkan diimplementasikannya

Prinsip-Prinsip GCG dengan baik di BUMN.

Implementasi Good Corporate Goernance (GCG) di Indonesia sangat

terlambat, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, mengingat masuknya

konsep di indonesia masih relatif baru, ketentuan tentang Tata Kelola perusahaan

yang baik (Good Corporate Governance)ditujukan salah satunya bagi Badan

Usaha Milik Negara (BUMN). BUMN dalam melaksanakan tugas dan fungsinya

memiliki tugas ganda sebagai perusahaan yang menjalankan program pemerintah

dan sebagai perusahaan pelaku ekonomi yang mencari laba sebagai sumber

pemasukan bagi negara.Implementasi GCG di BUMN dapat dilihat dari proses

rekruitment direksi BUMN, perjanjian penunjukkan anggota direksi (statement of

corporate intent), pengelolaan aset BUMN dan Program Kemitraan Bina


24

Lingkungan (PKBL) BUMN yang diharapkan dapat mewujudkan

diimplementasikannya Prinsip-Prinsip GCG dengan baik di BUMN. Implementasi

GCG di BUMN merupakan perwujudan konsep GCG di BUMN, Prinsip-Prinsip

GCG di BUMN. Keberhasilan GCG di BUMN sangat ditentukan oleh komitmen

dari organ utama perusahaan yaitu Manajemen Puncak (Top Management) serta

Dewan komisaris. Selain itu, tidak kalah pentingnya adalah bahwa BUMN harus

menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan masyarakat di sekitar

BUMN tersebut berdomisili sebagai wujud penerapan dari Tanggung Jawab

Pengembangan Komunitas (Community Development Responsibility).

F. Hambatan dalam Perwujudan Corporate Governance

1. Partisipasi Masyarakat

Meski pemerintah membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat

dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, tetapi belum semua

masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses penyelanggaraan

pemerintahan. Hal ini dikarenakan aktivitas masyarakat yang juga sibuk

melaksanakan tugas mereka masing-masing, baik sebagai petani, tukang,

dan pegawai (baik pegawai swasta maupun pegawai negeri).

2. Sumber Daya Manusia

Latar belakang pendidikan menentukan kompetensi yang dimiliki

oleh aparat namun kenyataannya belum semua aparat mengenyam

pendidikan yang tinggi. Contohnya aparat yang ada di pemerintahan desa.

3. Aspek Hukum
25

Di Indonesia pemegang saham minoritas dan stakeholders lainnya

hanya mempunyai sedikit celah untuk melindungi diri mereka terhadap

tindakan penyalahgunaan yang dilakukan oleh pemegang saham

mayoritas. Walaupun sudah diatur dalam hukum, namun karena masih

lemahnya penegakkan hukum tersebut maka efektivitasnya menjadi

terbatas. Contohnya dalam kepailitan, karena pengadilan memiliki

kelemahan sehingga para kreditur memiliki pengaruh yang kecil terhadap

para debitur.

4. Aspek Budaya

Dari segi budaya, banyak pemikiran yang beranggapan bahwa

penerapan Corporate Governance hanya salah satu bentuk kepatuhan atau

formalitas saja. Hal tersebut berimbas pada penerapan Corporate

Governance yang tidak efektif. Karena tidak dilaksanakan dengan sepenuh

hati. Contohnya penerimaan karyawan melalui orang dalam.

5. Asumsi Bisnis Keluarga

Perusahaan - perusahaan perseroan yang ada di Indonesia,

mayoritas dimiliki oleh sebuah keluarga. Dengan kondisi tersebut,

timbulah asumsi bahwa anggota keluarga harus ikut serta dalam

pengelolaan perusahaan. Contohnya dalam pemilihan dewan komisaris,

bisa saja anggota keluarga yang kurang kompeten pun ikut menjadi

anggota dewan. Sehingga, penerapan corporate governance yang

sesungguhnya sulit untuk diterapkan.

G. Contoh Kasus
26

Kasus Penyelundupan Sepeda Motor Harley & Sepeda Brompton

oleh Direktur Utama PT. Garuda Indonesia dalam Pesawat Baru Garuda

Airbus A330-900 Termasuk Kasus Pelanggaran Penerapan GCG di

Indonesia

Mantan Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia Ari Askhara

menjadi tersangka dalam kasus penyelundupan sepeda motor Harley dan

Sepeda Brompton. Pesawat baru Garuda tipe Airbus A330-900 Neo

disusupi sejumlah barang mewah yang tak dilaporkan, di antaranya motor

Harley-Davidson dan sepeda Brompton. Kasus ini melibatkan para direksi

GarudaIndonesia.

Menteri BUMN Erick Thohir mengambil langkah tegas dengan

memberhentikan sejumlah direksi yang terlibat. Erick secara resmi

memberhentikan sementara seluruh direktur yang terlibat dalam kasus

penyelundupan motor Harley Davidson dan sepeda Brompton di pesawat

Airbus A330-900 Neo pada 2019 lalu.

Berdasarkan manifest, ada empat direktur yang terlibat. Salah

satunya dirut PT. Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara atau Ari

Askhara. Direktur Utama PT. Garuda Indonesia ini bekerjasama dengan

anak buahnya yang berinisial SAS untuk menyelundupkan barang mewah

tersebut. Selain itu, ternyata selama ini Ari menjabat sebagai komisaris di

6 anak perusahaan BUMN. Hal tersebut melanggar aturan bahwa direktur

utama hanya boleh menjabat sebagai 2 komisaris.


27

Berdasarkan hal tersebut Ari Askhara dicopot dari jabatannya dan

dikenai vonis 1 tahun penjara serta denda 300 juta. Denda diberikan terkait

penyelundupan Harley-Davidson dan sepeda Brompton yang diangkut

menggunakan pesawat baru Garuda Indonesia dari Perancis pada tahun

2019.

Hasil Analisis :

1. Penyalahgunaan Jabatan oleh Direktur Utama PT. Garuda

Indonesia

Direktur Utama PT. Garuda Indonesia yang dilantik pada 12

September 2018 tersebut dicopot jabatannya oleh Menteri Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) pada 7 Desember 2019. Dengan

menduduki jabatan penting di perusahaan maskapai tersebut,

tentunya seorang direktur utama memiliki wewenang yang begitu

besar dalam setiap pengambilan keputusan di PT. Garuda

Indonesia. Jabatan yang tinggi membuat direktur utama tersebut

memiliki hak wewenang yang besar, sayangnya telah terjadi

penyalahgunaan terhadap jabatannya pada kasus penyelundupan

motor Harley Davidson dan dua buah sepeda Brompton. Eks Dirut

Garuda ini memanfaatkan peluang yang ada dengan tindakan cela.

2. Pelanggaran pada Good Corporate Governance

Menurut Menteri Badan Usaha Milik Negara, Direktur

Utama PT. Garuda Indonesia tersebut tidak menaati aturan Good


28

Corporate Governance yang harus diterapkan oleh setiap BUMN di

Indonesia. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sendiri telah

menyusun 5 (lima) prinsip yang harus diperhatikan oleh sebuah

perusaahan dalam Good Corporate Governance, yaitu meliputi :

- Transparansi (Transparency)

Direktur dan para jajarannya memiliki keterlibatan penting atas

segala tindakan pengambilan keputusan yang terjadi.

Setidaknya ada dua keutamaan transparansi dalam GCG.

Pertama, transparansi dapat membuat direktur dan dewan

perusahaan lainnya dapat bertanggung jawab atas setiap

keputusan dan kesalahan yang mereka telah ambil. Kedua,

transparansi dapat menguatkan kepercayaan para pemegang

saham terhadap kinerja perusahaan, baik dalam hal

pengelolaan perusahaan maupun pengembalian investasi yang

akan menjadi lebih baik. Penyelundupan Harley dan Brompton

yang dilakukan oleh Direktur Utama PT. Garuda Indonesia

telah terbukti melanggar prinsip ini. Sebagai pemegang jabatan

tinggi di dalam suatu perusahaan, sudah selayaknya penerapan

prinsip transparansi ini diterapkan dengan baik. Terlihat bahwa

Direktur Garuda melakukan penyelundupan untuk

menghindari adanya pembayaran pajak kepada negara yang

potensinya mencapai Rp 532 juta hingga Rp 1,5 miliar.

Dampak yang ditimbulkan dari pelanggaran dalam aspek


29

transparency ini akan memberi pengaruh besar kepada tingkat

kepercayaan para pemegang saham di Garuda Indonesia. Nilai

saham dari Garuda Indonesia diklaim sempat turun sebesar

2,42%

- Akuntabilitas (Accountability)

Kejelasan struktur, sistem, fungsi, serta pertanggungjawaban

merupakan sebuah hal penting dalam perusahaan. Para dewan

perusahaan serta jajaran direksi memiliki tanggung jawab yang

besar kepada seluruh pengelolaan perusahaan. Para dewan

perusahaan yang ada mempunyai pengaruh besar terhadap tata

kelola perusahaan karena mereka merupakan pusat dari ide-ide

penggerak perusahaan. Berbagai keputusan penting, seperti

penunjukan anggota pengurus, kebijakan dividen, dan

anggaran belanja perusahaan lahir dari para dewan. Keputusan

tersebut juga mewakili suara para pemegang saham

perusahaan. Meskipun begitu, tanggung jawab yang penuh

harus tetap dipegang. Dalam penerapan prinsip Good

Corporate Governance, dewan perusahaan tentunya memiliki

tanggung jawab atas setiap transaksi, aktivitas, keputusan, serta

keefektifan dari kinerja perusahaan.

- Tanggung Jawab (Responsibility)

Segala keputusan serta langkah-langkah yang telah diambil

oleh petinggi perusahaan harus dapat dipertanggung jawabkan.


30

Pengambilan keputusan yang didasari dengan tanggung jawab

merupakan salah satu bentuk kepatuhan dari perusahaan

terhadap aturan yang berlaku. Tindakan yang dilakukan oleh

Eks Dirut Garuda tersebut mencerminkan perilaku yang

kontradiktif dengan prinsip tanggung jawab dalam Good

Corporate Governance. Berdasarkan peraturan yang berlaku

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang

Kepabeanan dalam Pasal 102 disebutkan bahwa Direktur

Utama PT. Garuda Indonesia tersebut dapat dijerat pidana

karena telah melakukan penyelundupan di bidang impor

dengan pidana penjara paling singkat satu tahun, Kementerian

Perhubungan (Kemenhub) mengenakan denda sebesar Rp 100

juta kepada Direktur Utama tersebut atas tindakannya dalam

penyelundupan motor Harley Davidson dan dua buah sepeda

Brompton.

- Independensi

Pada prinsip ini dimaksudkan agar sebuah perusahaan dapat

melaksanakan seluruh prinsip Good Corporate Governance.

Perusahaan harus dapat menjalankan kegiatan-kegiatannya

secara mandiri atau independen, tanpa adanya paksaan ataupun

intervensi dan tekanan dari pihak eksternal sesuai dengan

aturan yang berlaku. Pada kasus ini, Garuda Indonesia

beroperasi secara mandiri dibawah pimpinan Direktur Utama.


31

- Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Sebuah perusahaan harus dapat dikelola dengan memberikan

perlakuan yang adil kepada semua pihak yang terlibat di dalam

perusahaan tersebut. Semua hak dari para stakeholder harus

dapat terpenuhi dengan menjunjung prinsip kesetaraan atau

seadil-adilnya. Tindakan yang dilakukan oleh Direktur Utama

PT Garuda Indonesia Tbk belum dapat dikatakan memenuhi

prinsip fairness karena hal yang dilakukan olehnya merupakan

sebuah hal diluar kewajaran dan mencemarkan nama baik

Garuda Indonesia. Penyelundupan motor Harley Davidson dan

dua buah sepeda Brampton menghilangkan norma yang

seharusnya dipegang oleh petinggi perusahaan tersebut.

Pelanggaran yang dilakukan oleh Direktur Utama PT Garuda

Indonesia tersebut termasuk ke dalam pelanggaran kode etik dan moral

yang berat. Reputasi PT Garuda Indonesia telah dicederai sebagai

perusahaan publik dan pemegang bendera (flag carrier) Indonesia atas

kasus ini. Kejadian ini juga merupakan pengkhianatan atas kepercayaan

publik kepada mereka yang seharusnya mengemban tugas secara amanah,

yaitu para pejabat BUMN. Sebagai kekayaan milik negara dan rakyat

Indonesia serta sebagai instrumen pembangunan Indonesia, BUMN

seharusnya dikelola secara profesional, jujur, kompeten, dan berintegritas,

bukan malah disalahgunakan demi kepentingan pribadi atau segelintir

orang.
32

Atas kasus ini, seluruh BUMN diharapkan untuk kedepannya dapat

lebih berhati-hati dalam pemilihan direksi perusahaan BUMN agar

berdasarkan tata kelola yang baik. Rekam jejak dan kompetensi seseorang

itu haruslah diperhatikan agar penyalahgunaan jabatan tidak terulang

kembali karena pemimpin akan menentukan nasib sebuah perusahaan di

masa yang akan datang. Persoalan etika ini harus menjadi agenda

perseroan untuk meningkatkan kinerja manajemen dan adanya transparansi

manajemen kepada publik akan membuat perusahaan pelat merah ini

menjadi dekat dengan masyarakat disertai respons perusahaan yang cepat

atas berbagai keluhan masyarakat.


BAB III

SIMPULAN

Berdasarkan penjelasan dan paparan tentang Tata Kelola Perusahaan

(Corporate Governance) diatas. Corporate Governance merupakan suatu sistem

yang mengatur dan mengendalikan kegiatan dalam perusahaan. Termasuk dalam

mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban dari para pemegang saham

terutama pemegang saham minoritas. Corporate governance bertujuan untuk

menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dan

menciptakan kondisi perusahaan yang stabil.

Manfaat Corporate Governance itu sendiri agar mendapatkan kepercayaan

dari para investor, serta pemegang saham merasa puas dengan kinerja perusahaan.

Dalam pelaksanaan di lapangan, terdapat beberapa hambatan yang berpengaruh

pada penerapan konsep corporate governance pada perusahaan- perusahaan di

Indonesia. Salah satunya banyak pemikiran yang beranggapan bahwa penerapan

Corporate Governance hanya salah satu bentuk kepatuhan atau formalitas saja.

Hal tersebut berimbas pada penerapan Corporate Governance yang tidak efektif.

33
DAFTAR PUSTAKA

Akal, Muhammad Nasrum & Akal, Andi Tenri Uleng. (2014). Corporate
Governance, (Konsep, Teori dan Perbandingan Pelaksanaan Beberapa
Negara Asia. [Online]. Tersedia:
https://www.studocu.com/id/document/universitas/padjadjaran/akuntansi/
naskah-buku-lengkap-corporate-governance/10573066 [diakses pada 27
Agustus 2022].

CRMS Indonesia. Tanpa Tahun. Implementasi Tata Kelola Perusahaan di


Indonesia. [Online]. Tersedia:
https://crmsindonesia.org/publications/implementasi-tata-kelola-
perusahaan-di-indonesia/ [diakses pada 27 Agustus 2022].

Dwiridotjahjono, Jojok. (2009). Penerapan Good Corporate Governance: Manfaat


dan Tantangan Serta Kesempatan Bagi Perusahaan Publik di Indonesia.
[Online]. Tersedia:
https://scholar.google.co.id/scholar_url?url=https://journal.unpar.ac.id/
index.php/JurnalAdministrasiBisnis/article/view/2108/1918 [diakses pada 2
September 2022].

Hastuti, Yenny Widya & Achmad Tarmizi. (2011). Pengaruh Mekanisme


Corporate Governance Secara Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja
Keuangan: Studi Kasus di Bank yang Terdaftar di BEI 2006-2009. [Online].
Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/29173/ [diakses pada 27 Agustus 2022].

Kalsum, Umi. (2011). Implementasi Good Corporate Governance (GCG) di


Badan Usaha Milik Negara (BUMN). [Online] Tersedia:
https://repository.unsri.ac.id/7005/ [diakses pada 27 Agustus 2022].
Kelvianto, Iestyn & Mustamu, Ronny H. (2018). Implementasi Prinsip- Prinsip
Good Corporate Governance untuk Keberlanjutan Usaha pada Perusahaan
yang Bergerak di Bidang Manufaktur Pengolahan Kayu. [Online]. Tersedia:
https://www.neliti.com/id/publication/287187/implementasi-prinsip-prinsip-
good-corporate-governance-untuk-keberlanjutan-usaha [diakses pada 27
Agustus 2022].

Khaitu, Thomas S. (2006).Good Corporate Governance dan Penerapannya di


Indonesia. [Online]. Tersedia:
https://jurnalmanajemen.petra.ac.id/index.php/man/article/view/16505/1649
7 [diakses pada 4 September 2022].

Maulida, Widya. (2018). Hambatan Dalam Mewujudkan Good Governance.


[Online]. Tersedia:
https://www.kompasiana.com/widiyamaulida/5c08b8c1bde57517024217
76/hambatan-dalam-mewujudkan-good-governance [diakses pada 27
Agustus 2022].

My. (2017). Good Corporate Governance (GCG). [Online]. Tersedia:


https://accounting.binus.ac.id/2017/06/20/good-corporate-governance-gcg/
#:~:text=Diindonesia%2C%20konsep%20GCG%20mulai%20dikenal,KKN
%20(budiati%2C%202012) [diakses pada 27 Agustus 2022].

Nurdianty, Putri. (2008). Analisis Hubungan Literatur. [Online]. Tersedia:


https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/123250-6107-Analisis%20hubungan-
Literatur.pdf [diakses pada 27 Agustus 2022].

Saputra Danny. Tanpa Tahun. Pengertian Corporate Governance. [Online].


Tersedia: https://id.scribd.com/document/374344391/Pengertian-Corporate-
Governance [diakses pada 27 Agustus 2022].

Anda mungkin juga menyukai