Anda di halaman 1dari 9

TAMBAHAN TEORI DAN KASUS CROSS – CULTURAL COMMUNICATION AND NEGOTIATION

TEORI

Teori Komunikasi

Sumber teori :
http://m.beritajatim.com/kabaranda/1143/Komunikasi_lintas_budaya_dalam_dunia_bisnis.html

Melakukan komunikasi secara efektif dengan orang yang berbeda kebudayaan dalam lingkungan kerja
merupakan sebuah tantangan. Terutama karena budaya merupakan faktor penting dalam melakukan
komunikasi. Kesulitan berkomunikasi dengan orang lain, khususnya yang berbeda budaya, bukan saja
merupakan kesulitan memahami bahasa yang tidak kita kuasai, melainkan juga sistem nilai mereka dan
bahasa nonverbal mereka (dalam Mulyana, 2005:25). Hambatan dalam komunikasi antarbudaya di
lingkungan kerja yang dapat terjadi adalah kegelisahan, peran dan norma, kepercayaan dan nilai,
stereotip dan juga etnosentris (dalam Mulyana dan Rahmat, 2010:50). Hambatan-hambatan tersebut
menyebabkan adanya konflik internal dalam suatu kelompok organisasi atau perusahaan yang memiliki
karyawan dengan kebudayaan berbeda.

Pertumbuhan komunikasi antar budaya dalam dunia bisnis memiliki tempat yang utama, terutama
perusahaan – perusahaan yang melakukan ekspansi pasar ke luar negaranya notabene negara – negara
yang ditujunya memiliki aneka ragam budaya.

Jandt (2004: 4) mengatakan komunikasi antar budaya tidak hanya komunkasi antar individu tapi juga di
antara “kelompok – kelompok dengan identifikasi budaya yang tersebar’. Ringkasnya, komunikasi antar
budaya menjelaskan interaksi antar individu dan kelompok – kelompok yang memiliki persepsi yang
berbeda dalam perilaku komunikasi dan perbedaan dalam interpretasi. Beberapa studi mengenai
komunikasi antar budaya menguji apa yang terjadi dalam kontak dan interaksi antar budaya ketika
proses komunikasi mencakup orang – orang yang secara budaya tersebar (Samovar & Porter 1997).

Dalam segi bisnis, perkembangan teknologi dan komunikasi memungkinkan manusia untuk melakukan
kegiatan ekspansi dalam wilayah yang lebih luas, contohnya dengan membuka pabrik baru, memasarkan
produk ke negara lain, melakukan merger dengan perusahaan asing, melakukan outsourcing dalam
proses perekrutan tenaga kerja, dan masih banyak lagi.

Dalam proses komunikasi terdapat medium yang dapat dipergunakan atau dipilih agar komunikasi
berjalan efektif, contohnya penggunaan email atau sambungan telepon dalam penyampaian pesan
tersebut kepada penerima pesan. Komunikasi antar-budaya merupakan proses komunikasi yang terjadi
antara dua pihak atau individu yang berbeda latar belakang baik budaya, etnis, latar belakang, atau pun
bahasa.

Teori Negosiasi
Identifikasi perbedaan taktik negosiasi dihubungkan dengan perbedaan budaya antar negara.

Negosiasi cross-culture biasanya hanya terjadi dalam negosiasi internasional karena perbedaan budaya
seringkali terdapat di antara negara-negara yang berbeda. Perbedaan budaya ini bahkan mungkin terjadi
di dalam suatu negara di antara komunitas-komunitasnya meski seringnya terdapat dalam negosiasi
internasional. Budaya dalam hal ini dikaitkan dengan nilai-nilai bersama (shared values) dan
kepercayaan yang ada di dalam satu komunitas tertentu. Budaya diartikan sebagai suatu internalisasi
nilai dan norma (values), kepercayaan (beliefs), dan perilaku (behaviors) yang disosialisasikan dan
ditransfer kepada generasi selanjutnya. Suatu negara dapat memiliki lebih dari satu budaya yang
menyebar melewati batas-batas nasional. Negosiasi antarnegara harus memperhatikan aspek budaya ini
demi kelancaran proses negosiasi.

Negosiasi internasional berbeda dengan negosiasi pada umumnya karena terdapat perbedaan
kebudayaan antarpihak yang terlibat. Dua konteks penting yang diungkapkan oleh (Phatak dan Habit)
adalah environmental context dan immediate context. Konteks lingkungan berisikan tekanan-tekanan
lingkungan seperti pluralitas politik, fluktuasi mata uang, dan kontrol pemerintah dan birokrasi yang
dikontrol dalam negosiasi. Immediate context merupakan faktor-faktor dinamis seperti keinginan
negosiator yang selalu berbeda, tingkat konflik yang mungkin terjadi, dan relasi antarnegosiator yang
harus dikontrol untuk meminimalisasi hambatan dan konflik dalam negosiasi.

Dampak perbedaan toleransi terhadap resiko dan presentasi konsesi dalam negosiasi lintas budaya

Dampak perbedaan toleransi resiko yaitu toleransi risiko adalah ukuran yang lebih spesifik dari tingkat
ketidakpastian yang investor bersedia menerima sehubungan perubahan negatif terhadap bisnis atau
aset, sebagai lawan risk appetite menjadi tingkat berbasis luas. (Generic) Tingkat diterima variasi relatif
terhadap pencapaian tujuan. Dalam menetapkan toleransi risiko tertentu, manajemen
mempertimbangkan kepentingan relatif dari tujuan terkait dan sejalan toleransi risiko dengan risk
appetite-nya.

KASUS

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MASYARAKAT MULTIKULTUR (Studi Kasus pada Karyawan Warga
Negara Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia)

Sumber kasus : Jurnal Lugas Vol. 3, No. 1, Juni 2019, pp. 33 – 44 (file:///C:/Users/hp/Downloads/414-
755-1-SM.pdf)

PT.Tokyu Land Indonesia adalah anak perusahaan Tokyu Fudosan Holdings, perwakilan pengembang
realestate yang komprehensif dari Jepang. Ikatan antara Indonesia dan Tokyu Land Corporation kembali
tahun 1975 di Bandung. Pada tahun 1981, Tokyu Land Corporation memperluas bisnis ke Jakarta. Hingga
saat ini, Tokyu Land Corporation telah menciptakan rekam jejak membuat 4.500 unit rumah hunian di
Jakarta.

PT. Tokyu Land Indonesia didirikan pada tahun 2012 dengan tujuan memanfaatkan keterampilan dan
kepercayaan yang telah dibangun lebih dari 40 tahun. PT.Tokyu Land Indonesia juga bertujuan untuk
mengatasi tantangan leasing dan manajemen bisnis ke depan.Ini adalah keinginan PT.Tokyu Land
Indonesia untuk memberikan sesuatu yang lebih untuk Indonesia dengan menciptakan nilai baru melalui
penggabungan kebutuhan pelanggan Indonesia dengan kualitas tinggi yang ditawarkan oleh Jepang.
PT.Tokyu Land memiliki karyawan warga negara Jepang 20 orang dan 133 orang Indonesia (2019).
Komunikasi yang terjadi antara karyawan warganegara Jepang dan Indonesia menggunakan 3 bahasa,
yaitu bahasa Inggris, bahasa Indonesia, dan bahasa Jepang.

Komunikasi Antarbudaya antara Karyawan Warga negara Jepang dan Indonesia di PT.Tokyu Land
Indonesia

Karyawan Indonesia yang bekerja di PT Tokyu Land ada yang bersuku Batak, Jawa dan Sunda. Karyawan
Jepang berasal dari Tokyo, Osaka, dan Fukuoka yang memiliki budaya yang berbeda pula dalam konteks
aksen dan gaya berbicara. Komunikasi antarbudaya antara karyawan warganegara Jepang dengan
Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia berupa pertukaran informasi, saling menyampaikan pesan,
pendapat, usulan dalam pertemuan/rapat, berdiskusi untuk menyelesaikan suatu masalah atau konflik,
melakukan negosiasi bisnis, dan lain-lain. Aktivitas komunikasi tersebut dilakukan baik secara verbal
maupun non-verbal. Berdasarkan pengamatan peneliti, karyawan Jepang dan Indonesia pada umumnya
relatif dapat berkomunikasi antarbudaya dengan baik. Karyawan Indonesia lebih memilih “aman”. Jika
karyawan Indonesia diminta untuk mengerjakan suatu tugas oleh orang Jepang, karyawan Indonesia
selalu berusaha siap melakukannya. Jika karyawan Indonesia kurang atau bahkan tidak paham
permintaan atau perintah orang Jepang, karyawan Indonesia kadang-kadang memilih bertanya pada
sesama karyawan Indonesia. Karyawan Jepang dalam banyak kesempatan pada umumnya akan
bertanya terlebih dahulu kepada karyawan Indonesia apakah karyawan Indonesia sibuk untuk
melakukan perintahnya. Hal ini dilakukan orang Jepang seperti “basa-basi” karena walaupun karyawan
Indonesia sibuk, orang Jepang tersebut berharap karyawan Indonesia dapat melakukan
perintah/pekerjaannya. Orang Jepang seperti apa yang dikatakan Hall merupakan masyarakat dengan
high context cultural/communication. Mereka melakukan basa-basi dan jika menyampaikan pesan
secara tidak langsung atau tidak to the point. Dalam konteks aktivitas komunikasi antarbudaya di
lingkungan kerja, karyawan Jepang secara cultural dan socio cultural dikenal sebagai orang yang
memelihara kolektivisme. Berdasarkan pengamatan peneliti, karyawan Jepang memerlukan waktu yang
cukup lama untuk membuat keputusan akan suatu penyelesaian masalah. Orang Jepang sangat
menjunjung tinggi terciptanya keharmonisan dalam hubungan kerja. Agar keputusan dapat diambil
dengan meminimalisir konsekuensi yang kurang baik pada anggota kelompok, orang Jepang tersebut
mendiskusikannya dengan atasannya. Keputusan yang dibuat karyawan Jepang seringkali dinilai oleh
karyawan Indonesia terlalu lama.

Kesimpulan

1. Komunikasi antarbudaya antara karyawan Jepang dan Indonesia di PT. Tokyu Land Indonesia relatif
berjalan baik.

2. Hambatan yang terjadi dalam komunikasi antarbudaya karena masalah perbedaan dan pemahaman
bahasa, kebiasaan, penghargaan terhadap waktu (Jepang monokronik sementara Indonesia polikronik),
dan adanya stereotype dari masing-masing bangsa. Bahasa merupakan faktor utama yang sering
menyebabkan hambatan komunikasi antarbudaya. PT. Tokyu Land Indonesia mengunakan bahasa ke-
tiga yaitu bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi sehari hari. Karyawan Jepang yang menggunakan
aksen atau logat bahasa ibu yang dibawa ke dalam bahasa Inggris mengakibatkan karyawan Indonesia
terkadang sulit untuk memahami apa yang diucapkan atau diutarakan oleh karyawan Jepang. Penjelasan
yang kurang jelas menjadi faktor terjadinya kesalapahaman. Karyawan Indonesia juga bila mendapat
penjelasan yang kurang jelas tidak menayakan kembali untuk memastikan agar tidak terjadi
kesalapahaman.

3. Cara mengatasi hambatan tersebut dengan lebih mempelajari budaya Jepang bagi karyawan
Indonesia, dan budaya Indonesia bagi karyawan Jepang, keterbukaan untuk mengkonfirmasi
pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, saling menghormati, dan saling memaafkan jika terjadi
kesalahpahaman.

Negosiasi Internasional dan Budaya Bisnis : Studi Kasus Perusahaan Teknologi Raksasa Google dengan
Indonesia

Sumber kasus : Jurnal Administrasi dan Kesekretarisan ; Volume 3 - Nomor 2 – September 2018
(file:///C:/Users/hp/Downloads/150-373-1-PB.pdf)

Salah satu raksasa teknologi yang berkembang pesat akibat globalisasi yakni, Google. Sepak terjang
Google telah mengglobal bagai gurita ke seluruh dunia. Dari markas besarnya di California, Amerika
Serikat, perusahaan Google telah berhasil mengendalikan kantor-kantor perwakilannya di hampir
seluruh dunia yang menggunakan jasa pencari data Google. Google memiliki produk sekitar 106 aplikasi,
dari google map hingga google translate, dari google mail hingga google arts and culture. Selain itu,
Google juga memiliki tautan pada hampir semua aplikasi media sosial termasuk facebook, twitter, line
atau instagram. Sebagai perusahaan raksasa teknologi yang sudah menyebar luas ke seluruh dunia,
Google berhasil memudahkan dan menyederhanakan akses setiap pelaku internet untuk menjelajahi
dunia setiap saat tanpa putus. Google merupakan mesin pencari data yang terbesar selain Amazon, Bing
atau Yahoo. Google dapat diakses di mana saja secara mudah dan memiliki sumber data yang luar biasa
besarnya. Kantor perwakilan Google di Jakarta merupakan kepanjangan tangan kantor Google di
Singapura sebagai perwakilan wilayah Asia Pasifik.

Keberadaan Google sebagai anak perusahaan dari Alphabet di sejumlah negara tentunya menjadi
permasalahan tersendiri, ketika ketentuan hukum setempat mempunyai aturan main yang jelas dalam
hal perpajakan. Google menerima pesanan iklan dalam jumlah yang sangat besar, sehingga keuntungan
bersih Google mencapai rata-rata sekitar US$9,401 miliar/tahun setelah dikurangi biaya operasional
untuk 900.000 server yang tersebar di 15 lokasi pusat data di tiga benua, Amerika, Asia dan Eropa.
Google disinyalir selalu membuka kantor perwakilannya di negara-negara dengan tarif pajak rendah dan
banyak memberikan fasilitas pajak atau yang disebut dengan tax planning dengan skema double irish
dutch sandwich. Skema tersebut memungkinkan Google memanfaatkan sistem perpajakan negara lain.
Tax planning biasanya dilakukan dengan cara-cara lihai supaya tidak membayar pajak, menghindari
pajak, jika harus bayar pajak dikenakan dengan sangat rendah. Google menjual produk Information
Technology (IT) sebagai intelectual property ke luar Amerika Serikat dengan harga sangat tinggi dan
mendapatkan keuntungan besar, tetapi jika dijual di Amerika maka Google harus dikenakan tarif pajak
sebesar 35 persen. Google keberatan dengan besarnya tarif pajak tersebut, maka produk IT tersebut
dijual ke luar Amerika Serikat, sehingga Google hanya cukup membayar tarif pajak sebesar 2,2 persen
saja dan bisa hemat 32,8 persen.

Pembahasan
Kasus Negoisasi Lintas Budaya ini adalah permasalahan pihak Google yang telah membuka kantor
perwakilan di Indonesia dan menjalankan usahanya sejak tahun 2011, tetapi mereka berkeberatan
untuk membayar pajak pendapatan dan pajak penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan
perpajakan di Indonesia. Konteks yang dijadikan sebagai bahan analisis adalah proses negosiasi yang
menunjukkan langkah-langkah yang ditempuh pemerintah Indonesia dan pihak perusahaan Google
melalui teks-teks yang diambil secara acak melalui laman Google yakni, bbc.com, cnnindonesia.com,
detik.com, kompas.com, liputan6.com, mediaindonesia.com, okezone.com, tirto.id dan tribunnews.com.
Dalam analisis ini terdapat kronologi peristiwa demi peristiwa berdasarkan kumpulan teks sebagai
sumber data dalam penelitian ini.

Tabel 1

No Waktu Pemerintah Indonesia Google


Pemerintah Indonesia menuntut Tidak merespons
pihak Google melalui surat tertulis
1 April 2016
resmi untuk membayar pajak sesuai
ketentuan hukum pajak di Indonesia
Google dinyatakan sebagai Badan Menolak untuk diperiksa dan menolak
Usaha dinyatakan sebagai BUT.
2 Sept 2016 Tetap (BUT) untuk dilakukan
pemeriksaan keuangannya dan
kewajibannya untuk bayar pajak
Batas pembayaran pajak ditetapkan Manajemen Google dari Singapura
3
akhir September 2016. datang ke kantor pajak Indonesia.
Mencoba mempelajari cara Inggris
agar Google mau bayar pajak karena
4
Inggris telah berhasil menekan
Google sebagai wajib pajak .
Berkonsultasi ke DPR tentang
5
penerbitan pajak baru
Beberapa penyidik beberapa kali Respons Google melalui email
mendatangi kantor Google di Tanah menyatakan bahwa Google sudah
Abang untuk mengumpulkan data membayar pajak dan bersikap
Oktober dan melakukan pertemuan dengan kooperatif dengan pemerintah
6 pejabat berwenang perusahaan
2016 Indonesia. Selama ini
tersebut. Google telah membayar pajak
karyawannya, tetapi bukan
perusahaannya.
Pihak Google bersedia bayar pajak
dengan beberapa persyaratan
7 berkaitan dengan tinjauan ulang
terhadap sejumlah aturan, masalah
hukum Indonesia, rate tarif pajak.
Persoalan pajak Google dan jaringan
teknologi raksasa Amerika lainnya
dibawa ke forum IMF-Bank Dunia
8
dengan maksud agar dibangun sistem
pajak internasional yang adil terhadap
jaringan teknologi raksasa tersebut.
Google terancam penegakan hukum Google masih belum mau bayar pajak
9
Indonesia hingga hukuman pidana.
Peraturan pajak perusahaan berbasis Pihak Google bersedia diperiksa sesuai
10 internet asing atau Over The Top aturan yang berlaku.
(OTT) sedang diproses.
Google menulis surat permintaan
11 maaf ke pemerintah Indonesia dan
bersedia membayar tunggakan pajak.
Eksekutif senior perusahaan induk
Google, Alphabet, dari Amerika
12 Serikat menemui pejabat tinggi
Kementerian Keuangan Indonesia
untuk bernegosiasi.
November Aturan pemungutan pajak diupayakan
13
2016 lebih sederhana dan mudah.
Pemeriksaan terhadap pajak Google Google masih bersikeras untuk tidak
masih dilakukan dengan target akhir mau membayar pajak dan bersikeras
tahun 2016 kantornya di Indonesia hanya sebagai
14
kantor perwakilan bukan Badan
Usaha Tetap yang memiliki kewajiban
pajak.
Ancaman akan menutup portal Google Dalam negosiasi Google
15 di Indonesia. menyodorkan nilai tawaran
pembayaran pajak sangat rendah.
Telah bersikap lunak dengan Data elektronik keuangan pun tidak
16 membuka pintu negosiasi jumlah diberikan ke pemerintah Indonesia
besaran pajak Google. selama berbulan-bulan.
Ancaman jika data elektronik tidak Google berusaha menutupi laporan
diserahkan Google akan didenda keuangannya berupa pendapatan
17
400% dari utang pajak dan akan usahanya
‘diseret’ ke penjara.
Google bersikukuh memiliki versi
18 perhitungan pajak yang berbeda
dengan versi pemerintah Indonesia.
Berusaha untuk mendekati lagi guna
Januari membahas masalah perpajakan
19 sambil merencanakan kasus dengan
2017
Google dibawa ke ranah hukum dan
rencana pemblokiran terhadap
Google.
Pemerintah melakukan studi banding Google menyerahkan laporan
tentang kasus Google ke Inggris keuangannya dalam bentuk file
20 Maret 2017 karena Inggris baru saja elektronik
menyelesaikan kasus yang sama dan
berhasil.
Pemerintah memberikan perhitungan Google mempelajari perhitungan dari
pajak Google termasuk tunggakannya pemerintah dan menyesuaikan sendiri
21 April 2017 dan memberi batas waktu dengan melakukan self-assessment
pembayaran terakhir pada akhir April kewajiban pajaknya.
2017.
Google menyetujui untuk
22 Juni 2017
membayar pajak
Pemerintah menerima pembayaran Google membayar penuh kewajiban
November pajak Google dari Amerika Serikat pajaknya sejak 2015 berupa Pajak
23
2017 melalui kantor cabangnya di Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Singapura. Penghasilan (PPh)

Tabel di atas menggambarkan negosiasi antara pemerintah Indonesia dan pihak perusahaan
teknologi raksasa Google milik Amerika
Hasil Penelitian

1. Negosiasi antara pemerintah Indonesia dan perusahaan swasta Google Amerika merupakan
negosiasi antara dua negara dan dua budaya, walaupun tempat atau lokasi permasalahan
terletak di Indonesia. Dalam negosiasi di atas tampak bahwa pihak Indonesia di satu sisi,
mempunyai power lebih kuat karena berada di posisi dengan peraturan pajak yang harus
diikuti pihak asing, tetapi pihak Google juga merasa lebih berkuasa karena kebutuhan akan
jasa Google di dunia sangat besar. Hingga saat ini hanya negara China yang berhasil tidak
tunduk kepada Google sebagai mesin pencari data terbesar karena China punya vendor jasa
internet lainnya yang ternyata lebih disukai penduduk China daripada Google.

2. Negosiasi bisnis antara Pemerintah Indonesia dan Google tersebut di atas dalam analisis
menunjukkan bahwa negosiasi yang dibutuhkan bukan hanya taktik dan tawar-menawar saja,
melainkan juga referensi dan relasi sosial yang bisa mendukung kelancaran keberhasilan
negosiasi seperti halnya yang dilakukan pihak Indonesia, ketika membawa permasalahan
Google ke pertemuan internasional di IMF-Bank Dunia dan studi banding ke Inggris. Dalam
hal ini, Indonesia memerlukan dukungan secara internasional karena Google adalah
perusahaan swasta asing yang mendirikan kantornya di Indonesia. Berangkat dari pandangan
tersebut, perbedaan budaya dalam negosiasi antara Indonesia dan Google sebagai
representasi Amerika tidak memainkan peranan penting.
3. Seperti yang disampaikan oleh Hill (1997) bahwa negosiasi adalah seni berkomunikasi,
demikian juga, negosiasi yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan pihak Google
menunjukkan bahwa kedua belah pihak menampilkan kepiawaian komunikasi yang membuat
pihak-pihak lainnya berusaha keras untuk ‘memenangkan’ tujuan dan keuntungannya. Pihak
Indonesia bertujuan agar Google membayar pajak hasil dari usahanya di Indonesia,
sedangkan Google bertujuan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya melalui
pembayaran pajak yang dapat dimanipulasi atau pembayaran pajak yang sangat rendah.

4. Dari kasus Google yang terjadi antara pemerintah Indonesia dan pihak swasta Google dari
Amerika ditunjukkan bahwa negosiasi bisnis yang berlangsung satu tahun lebih ala budaya
Amerika yang secara stereotipe bersikap objektif, cepat mengambil keputusan, tidak bertele-
tele, tepat waktu dan segera menuntaskan transaksi, ternyata dalam negosiasi dengan
Pemerintah Indonesia untuk permasalahan pajak tersebut semua karakter tersebut tidak
sesuai. Yang lebih tampak dalam negosiasi adalah pihak Google Amerika mengulur waktu,
tidak tepat waktu, bertele-tele, tidak profesional dan bersikap subjektif, bahkan pihak Google
tidak malu untuk melakukan tawar-menawar nilai besaran pajak hingga serendah-rendahnya
yang tidak sesuai dengan perhitungan nilai besaran pajak yang telah dilakukan oleh pihak
pemerintah Indonesia, seperti halnya Google telah melakukan cara-cara lihai penghindaran
pajak di Amerika yang seharusnya membayar 35% menjadi hanya 2,2%. Proses pembayaran
pajak kepada pemerintah Indonesia dilakukan Google selama satu tahun; hal ini
menunjukkan bahwa kekuasaan Google yang sangat besar tidak diimbangi dengan sikap
professional.

5. Indonesia telah melakukan tindakan yang tegas antara lain, ancaman yang akan membawa
persoalan Google ke pengadilan ternasuk juga ancaman untuk menutup akses Google di
Indonesia. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia tidak bisa
diremehkan Google dan peraturan pajak di Indonesia tidak bisa dimanipulasi.

Kesimpulan

Dari uraian analisis tentang negosiasi antara pemerintah Indonesia dan perusahaan
teknologi raksasa Amerika Google dalam permasalahan tuntutan pajak terungkap bahwa
negosiasi yang berlangsung lebih dari satu tahun tersebut mengungkapkan bahwa pihak
Indonesia berada dalam posisi diuntungkan karena negosiasi berada di wilayah bumi Indonesia,
sementara perwakilan Google dari Singapura dan Eksekutif Senior Google dari Amerika Serikat
harus datang ke Indonesia untuk menyelesaikan kewajibannya. Proses negosiasi terjadi seperti
layaknya peristiwa transaksi pembeli dan penjual di pasar karena tawar-menawar yang
dilakukan pemerintah Indonesia dan Google merupakan tawar-menawar jumlah besaran angka
pajak yang seharusnya dibayar Google.

Dalam negosiasi internasional antara pemerintah Indonesia dan perusahaan Google peran
budaya tidak memainkan peran penting karena bisnis pajak yang dilakukan Google mencapai
jumlah milyaran dolar atau trilyunan rupiah, yang diperjuangkan agar pajak pertambahan nilai
dan pajak penghasilan tidak perlu dibayarkan. Dalam hal ini kekuasaan dan uang memainkan
peran penting daripada budaya. Tujuan Google adalah kekuasaannya untuk unggul menjadi
vendor akses internet yang paling besar di dunia, tetapi membayar pajak sedikit. Dengan
demikian, perusahaan Google dapat dikatakan melakukan kelihaiannya melalui segala cara agar
‘sukses’ tidak membayar pajak dan jika membayar serendah-rendahnya.

Anda mungkin juga menyukai