Anda di halaman 1dari 30

NILAI BUDAYA & PERILAKU BISNIS BARAT

DAN PERILAKU BISNIS JEPANG DI ERA


GLOBALISASI

Dosen Pembimbing:
Dr. H. DENNY ADITYA D, S.E, M.AP

Disusun oleh:
Ayu Fatimah
Elvira Febriana Puteri
Gianti Citraresmi
Handoko Yuwangsa
Mirna Nurisma
Tinjauan Pustaka
Kajian Pustaka
Nilai Budaya Prinsip-prinsip etika dan perilaku bisnis
Nilai-nilai budaya atau Zimmer (1996 : 27-28) dikutip dari Michael Josephson (1998)
kultural adalah nilai yang secara universal, ada 10 prinsip, yaitu:
disepakati oleh semua ◦Kejujuran
anggota msyarakat, suku atau
bangsa. ◦Integritas
◦Memelihara janji
◦Kesetiaan
Perilaku Bisnis
◦Kewajaran/keadilan
Etika bisnis adalah perilaku
etis atau tidak etis yang ◦Suka membantu orang lain
dilakukan oleh pimpinan, ◦Hormat pada orang lain
manajer, karyawan, agen, atau ◦Warga negara yang bertanggung jawab
perwakilan suatu perusahaan.
◦Mengejar keunggulan
◦Dapat dipertanggungjawabkan
2
Kerangka Berpikir

Budaya bisnis adalah model Budaya bisnis merupakan


atau gaya dari operasional pedoman agar setiap negara
bisnis di dalam perusahaan bisa terus konsisten dalam
menjalankan bisnisnya

Jepang menjadi negara


Budaya mengilustrasikan norma pilihan ketika membuat
norma dan nilai nilai yang diterima
dan perilaku tradisional dari suatu
perbandingan dengan negara
kelompok dan memiliki lain, karena ekonominya
kepercayaan, nilai nilai dan jepang tetap kuat di banyak
aktivitas sendiri. sektor usaha

3
Hipotesis/Proposisi
Perbedaan budaya dan perilaku bisnis Barat dan Jepang

Perbedaan budaya bisnis Perbedaan perilaku bisnis


Budaya Bisnis Jepang Budaya Bisnis Barat Perilaku Bisnis Perilaku Bisnis Barat
Jepang
Keselarasan Informalitas
Kebanyakan manajer suka berbicara, tidak
Hormat Keterbukaan Jepang bersifat sensitif, impulsif, suka
pendiam, tenang, memerintah dan
mendengarkan Langsung
berjarak, introspektif, berorientasi individu
Tidak emosional Berorientasi pada dan berorientasi lain
tindakan semua orang sama
derajat, sangat
individualis,
monochromic dan
universal

4
Metodelogi Penelitian

Jenis Penulisan Penulisan makalah ini bersifat deskriptif analisis

Fokus Obyek permasalahan adalah nilai budaya dan perilaku bisnis barat
Penulisan dan perilaku bisnis jepang di era globalisasi

Sumber data Data dari buku Manajemen Lintas Budaya, Dr. Edi Purwanto, MM dan
media internet.

Teknik Melalui study literal (studi kepustakaan)


Pengumpulan
Data
Analisis data dilakukan setelah seluruh data terkumpul, dilakukan
dengan cara membaca, mempelajari, menelaah dan membandingkan
Analisis Data berbagai sumber pustaka serta menginterpretasikan hasil analisis
sehingga dapat menjawab semua permasalahan 5
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Barat
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Amerika

•Analitis
para manajer Amerika lebih berorientasi pada kode kode dan standar standar universal dari
pada keterhubungan tertentu dan jauh lebih siap untuk menganalisis dan mereduksi

“ ketimbang mengintegrasi atau mngontruksi (Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:47)


•Individualisme
Individualisme Amerika berakar dari etika Puritan, khususnya kepercayaan mereka bahwa
setiap individu yang dipilih Tuhan sebagai “Orang Suci” memiliki kapasitas pribadi tanpa
perlunya perantara untuk menghampiri Tuhan, membentuk perjanjian dengan Dia dan
melayani kerajaannya di bumi dengan membangun kerajaan sorgawi di tanah Amerika
(Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:49).

6
•Pencapaian
Motivasi untuk berprestasi orang Amerika sangat tinggi sehingga tingkat persaingan setiap
individu di dalam perusahaan juga sangat tinggi dan tidak pernah berakhir. Mereka tidak
pernah menyerah atau berhenti untuk memaksimalkan potensinya sendiri atau
meningkatkan potensi yang ia miliki. Sehingga menurut Hampden-Turner dan Trompenaars
(1993:87)
•Arah Internal
Para manajer Amerika Serikat lebih inner-directed (arah internal), misalnya mereka
meletakkan sumber tujuan dan arah organisasi ke dalam keyakinan batin para karyawan
mereka (Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:47).
•Kesetaraan
Tipe hirarki Amerika tidak sama dengan tipe hirarki Jepang. Hubungan antar aras hirarkis
jepang secara emosional sangat dekat dan intip dan tipe hirarki ini appositional. Hubungan
antara aras hirarkis bersifat impersonal, rasional, utilitarian dan dingin. Oleh sebab itu
hirarki dan kesetaraan tidak memiliki konotasi yang sama dijepang, namun tidak demikian
halnya dalam budaya Anglo-Saxon (Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:99).

7
• Waktu berurutan
Pandangan orang Amerika terhadap waktu sebagian besar adalah waktu sebagai
sequential atau waktu sebagai chromos. Tidak mengherankan jika Amerika Serikat yang
pertama memiliki budaya bisnis yang mengharuskan para pekerja maupun manajer
untuk berkejar-kejaran melawan waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas mereka secepat
mungkin (Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:74)

8
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Barat
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Inggris
•Universalisme
Sama seperti Amerika Serikat dan Jerman, Inggris memiliki budaya Universalisme. Menurut
Hampden-Turner dan Trompenaars (1993:22)
•Analitis
Sama seperti amerika, Belanda dan Swedia, Inggris memiliki budaya lebih analitis. Hampden-
turner dan trompenaars (1993:32) menyimpulkan bahwa budaya orang inggris lebih bersifat
analitis ketimbang integrative (Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:32).

“ •Individualisme
Sama Seperti Amerika, Belanda, dan Swedia, Inggris memiliki budaya individualism. Dua pilihan
pernyataan survey diajukan untuk melihat tingkat individualism.
•Arah Internal
Sama seperti Amerika dan Jerman, Inggris memiliki budaya inner-direction. Presentasi rata-rata
dari para manajer yang menunjukkan dukungan terhadap arah internal diantaranya ialah Amerika
Serikat (skor 68), Jerman (skor 65), Perancis (skor 60), Belanda (skor 55) dan Inggris (skor
51).skor tersebut menunjukkan bahwa Inggris memiliki dimensi budaya arah internal (Hampden-
Turner dan Trompenaars, 1993:65)
9
• Pencapaian
Sama seperti Amerika Serikat, Swedia, Jerman, Belanda dan Jepang, Inggris memiliki
budaya Pengejaran Pencapaian. Skor persetujuan pada pernyataan bahwa persaingan
menjadi pencegah terjadinya kolusi disetujui oleh para manajer Inggris dengan aras tinggi,
yaitu skor 65. Skor tersebut menunjukkan budaya kerja orang Inggris yang lebih
menghargai pencapaian ketimbang status yang ditentukan oleh kedudukan atau latar
belakang pendidikan dan keluarga (Hampden-Turner dan Trompernaars, 1993:71).
•Kesetaraan
Sama seperti Amerika Serikat dan Jerman, Swedia dan Belanda, Inggris menjunjung
budaya kesetaraan.
•Waktu Berurutan
Sama seperti Jerman dan Inggris lebih memandang waktu sebagai synchronized. Artinya
bagi orang Inggris penyelesaian pekerjaan bisa dilakukan secara parallel dan tidak fokus
pada tahapan-tahapan. Fokus utama dalam penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu
yang ditetapkan.

10
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Barat
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Jerman
•Universalisme
Sama seperti Amerika Serikat, Jerman memiliki budaya universalisme, mereka melihat
prinsip bersama lebih penting ketimbang persahabatan (Hampden-Turner dan Trompenaars,
1933: 21-22).
•Integrasi
Sama seperti Perancis, Jerman memiliki budaya lebih integrative, hasil survei membuktikan

“ bahwa budaya orang Jerman lebih bercirikan budaya integrative ketimbang analisis.
•Komunitarianisme
Sama seperti Perancis, Jerman memiliki budaya lebih komunitarian., hasil survei tersebut
menunjukkan bahwa orang Jerman lebih berbudaya komunitarian ketimbang individualism.
•Arah Internal
Sam seperti Amerika dan Perancis, Jerman memiliki budaya inner direction. Skor survey
tersebut menunjukkan bahwa Jerman memiliki dimensi budaya arah internal (Hampden-
turner dan Tompenaars, 1993: 65).

11
•Arah Internal
Sama seperti Amerika dan Perancis, Jerman memiliki budaya inner direction. Skor survey
tersebut menunjukkan bahwa Jerman memiliki dimensi budaya arah internal (Hampden-
turner dan Tompenaars, 1993: 65).
•Pencapaian
Sama seperti Amerika Serikat dan Swedia, Jerman memiliki budaya Pengejaran
pencapaian. Hasil survey tingkat persetujuan para manajer terhadap pernyataan bahwa
status diperoleh karena pencapaian (achievement)
•Kesetaraan
Sama seperti Amerika Serikat dan Swedia, Jerman menjunjung budaya kesetaraan. tingkat
persetujuan manajer Jerman adalah 29 persen (Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:
361). Nilai survey tersebut menunjukkan bahwa orang Jerman lebih mempertahan budaya
kesetaraan ketimbang hirarki
•Waktu Sinkron
Sama seperti Jepang dan Perancis, Jerman lebih memandang waktu sebagai synchrinized.
pandangan ini melihat penyelesaian pekerjaan sesuatu dengan target lebih utama ketimbsng
perkembangan (progress) yang ditunjukkan selama pengerjaan.

12
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Barat
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Swedia
•Universalisme
Sama seperti Amerika Serikat dan Jerman, Swedia memiliki budaya universialisme. untuk
skor jawaban tidak benar bagi orang Swedia sangat tinggi, yaitu 91. Skor tersebut
menunjukkan bahwa orang Swedia lebih universalistic ketimbang partikularistik, karena
mereka lebih melihat prinsip bersama lebih penting ketimbang persahabatan (Hampden-
Turner dan Trompenaars. 1993: 21-22).

“ •Integrasi
Sama seperti Amerika serikat, Swedia memiliki buaya Analitis, Skor survey orang Swedia
relatif lebih tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa orang Swedia lebih bercirikan
budaya analitis ketimbang integrative (hampden-Turner dan Trompenaars, 1993: 32).
•Individualism
survey pertama Swedia menunjukkan individualism yang tinggi, dimana mereka menjawab
bahwa orang itu harus bertanggung jawab untuk memperbaiki tokonya sendiri ketimbang
meminta bantuan dari keluarga

13
•Arah Internal
Sama seperti Jepang, Swedia memiliki budaya outer direction atau arah eksternal, skor
survey menunjukkan bahwa budaya Swedia kurang ke arah internal, tetapi lebih ke arah
eksternal (Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:65).
•Pencapaian
Sama seperti Amerika Serikat dan Jerman, Swedia memiliki budaya Pengejaran
Pencapaian. Hasil survei tingkat persetujuan para manajer terhadap pernyataan bahwa
status diperoleh karena pencapaian (achievement)
•Kesetaraan
Sama seperti Amerika Serikat dan Jerman, Swedia menjunjung budaya Kesetaraan.
Kesetaraan, paling tidak dalam konteks budaya Barat, memiliki keunggulan tertentu,
terutama budaya memperlakukan orang seakan mereka memiliki kesetaraan untuk memiliki
kontribusi penyelesaian masalah dan penyelesaian tugas kerja pada umumnya.
•Waktu Berurutan
Sama seperti Amerika Serikat, Swedia memandang waktu sebagai berurutan (sequence).
Jadi Swedia memiliki enam dari tujuh dimensi yang memiliki kesamaan dengan Amerika
Serikat. Sama seperti Amerika Serikat, Swedia adalah negara yang sangat dipengaruhi oleh
Protestan dengan tingkat universalisme, analitis, dan individualisme yang tinggi.

14
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Barat
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Perancis
•Partikularisme
Sama seperti Jepang, Perancis lebih memiliki budaya Partikulerisme, skor tersebut
menunjukkan bahwa Perancis lebih partikularistik ketimbang universalistik, karena mereka
lebih melihat persahabatan lebih penting daripada prinsip bersama (Hampden-Turner dan
Trompenaars, 1993:21-22).
•Integrasi

“ Sama seperti Jepang dan Jerman, Perancis lebih memiliki budaya integrasi. Hasil survei
menunjukkan skor yang relatif rendah untuk orang Perancis, Hal tersebut membuktikan
bahwa budaya orang Perancis lebih bercirikan budaya integratif ketimbang analitis.
•Komutarianisme
Sama seperti Jepang dan Jerman, Perancis memiliki Komunitarianisme, Skor Perancis
untuk persetujuan atas pernyataan pertama adalah 45.1 yang menunjukkan orientasi pada
budaya komunitarian daripada individualisme (Harmpden-Turner dan Trompenaars,
1993:334).

15
•Arah Internal
Sama seperti Amerika dan Jerman Perancis lebih memiliki budaya Inner-direction, skor
survey tersebut menunjukkan bahwa Perancis memiliki dimensi budaya arah internal
(Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:65).
•Status Karena Anggapan
Sama seperti Jepang, Perancis memandang status dari anggapan ketimbang pencapaian,
skor survey menunjukkan bahwa status di dalam masyarakat bagi orang Perancis
ditentukan oleh kekuasaan pada profesinya ketimbang pencapaian atau apa yang mereka
telah capai (Hampden-Turner dan Trompensars, 1993:361).
•Hierarki
Sama seperti Jepang, Perancis menganut budaya hirarkis, Indikasi-indikasi peringkat
persentase survei tersebut menunjukkan bahwa Perancis lebih menunjukkan budaya hirarki
yang tinggi ketimbang budaya kesetaraan.
•Waktu Sinkron
Sama seperti Jepang dan Jerman, Perancis memandang waktu sebagai synchronized.
Menyelesaikan pekerjaan tepat waktu sesuai yang diharapkan lebih diutamakan ketimbang
tahapan tahapan penyelesaiannya.

16
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Barat
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Belanda
•Universalisme
Para manajer Belanda lebih universalistik ketimbang partikualirisme, Skor survey
menunjukkan bahwa Belanda lebih universalistik ketimbang partikularistik, karena mereka
lebih melihat prinsip bersama lebih penting daripada persahabatan (Hampden-Turner dan
Trompenaars, 1993:21-22).
•Atomistik/spesifik

“ Para manajer Belanda lebih atomistik/spesifik ketimbang holistik/diffusi atau analitis


ketimbang integratif. Hasil survei menunjukkan skor yang relatif tinggi untuk orang
Belanda (61) atas pilihan pada pernyataan pertama (Hampden-Turner dan Trompenaars,
1993:32). Hal tersebut membuktikan bahwa budaya orang Belanda lebih bercirikan budaya
analitis ketimbang integratif.
•Individualistik
Para manajer Belanda lebih individualistis ketimbang komunitarian. Mereka lebih
menekankan persaingan, kemandirian, pengembangan potensi diri ketimbang kepentingan
bersama, kepedulian dan warisan sosial.

17
•Arah Internal
Pernyataan survei untuk mengukur arah internal (inner-direction), skor survey
menunjukkan bahwa Belanda memiliki dimensi budaya arah internal (Hampden-Turner dan
Trompenaars, 1993:65).
•Pencapaian
Para manajer Belanda lebih berorientasi pencapaian ketimbang anggapan, survey
menunjukkan bahwa bagi orang Belanda status seseorang ditentukan dari apa yang telah ia
capai (Hampden-Turner dan Trompenaars, 1993:90).
•Egalitarian
Para manajer Belanda lebih egalitarian ketimbang hirarkis, nilai survei menunjukkan bahwa
Belanda lebih mempertahankan budaya kesetaraan ketimbang hirarki.
•Waktu Berurutan
Para manajer Belanda lebih memandang waktu sequential ketimbang synchronous. Artinya
perkembangan dari suatu pekerjaan secara bertahap harus ditunjukkan demi menghindari
tidak tuntasnya pekerjaan ketika waktu penyelesaian telah habis.

18
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Jepang
Masyarakat Jepang
• Ketekunan
Konfusianisme yang menyebar di seluruh Jepang pada zaman feudal juga mempengaruhi etos kerja
mereka. Kemudian faktor-faktor tersebut lebih diperkuat lagi setelah Restorasi Meiji, ketika
penghapusan perbudakan dari sistem kelas feudal memberikan kebebasan individu untuk
meningkatkan Kemampuan dan usaha pribadi mereka (Ohashi et. al., 1990:155).
• Sistem senioritas

“ Secara tradisional pada perusahaan-perusahaan Jepang, promosi dan kenaikan gaji didasarkan pada
lamanya waktu kerja karyawan. Sistem tersebut sesuai dengan masyarakat jepang yang sangat
menjunjung tinggi rasa hormat kepada para senior, pendidikan yang lebih tinggi, egalitarianisme, dan
pemeliharaan sistem berbasis kelompok.
• Kesadaran Kelompok
Para ksatria samurai Jepang secara tradisional mempertahan budaya yang kuat tentang tugas dan
tanggung jawab diantara klan feudal juga mempengaruhi kesadaran kelompok masyarakat Jepang.
Kemudian nilai-nilai kesadaran sosial tersebut diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya (Ohashi
et. al., 1990:156)

19
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Jepang
Pertumbuhan Ekonomi Jepang

• Tahapan pertama (Agustus 1945-1952). Kebijakan Amerika untuk membantu Jepang sebagaimana
disimbolkan oleh Dodge Plan dan pecahnya Perang korea memampukan Jepang memperbaiki
ekonomi mereka ke arah sebelum perang
• Tahapan kedua (1953-1973). Ketika Amerika Serikat dan negara-negara maju dari Eropa memiliki
rata-rata tingkat pertumbuhan ekonomi riil mereka 3 sampai 5 persen pada periode ini, ekonomi

“ Jepang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, yaitu sekitar 10 persen
• Tahapan ketiga (1974-sekarang). Ini adalah periode pertumbuhan yang lambat setelah krisis
minyak (oil shocks). Ekonomi Jepang bangkit dengan cepat dari dua krisis lainnya, namun
demikian krisis tersebut juga mempengaruhi melambatnya pertumbuhan ekonomi Jepang. Namun
dibandingkan negara Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya di Eropa, Jepang telah
mencapai performa ekonomi yang lebih baik (Ohashi et. al., 1990:167)

20
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Jepang
Shintiosme, Budhisme, Konfusianisme Pada Era Tokugawa
Sebagai Basis Budaya

Ajaran tentang reinkarnasi atau siklus kehidupan dalam Shintoisme dan Budhisme Jepang sepertinya
mempengaruhi orang Jepang dalam memandang waktu. Kedua orientasi waktu tersebut memiliki
dampak pada kemakmuran ekonomi dengan cara yang berbeda dalam struktur hirarkis yang
ditemukan dan perusahaan-perusahaan Jepang dan Amerika Serikat. Pendangan waktu synchonized


Sendiri memiliki kontribusi pada pembangunan ekonomi Jepang yang luar biasa (Turner
Trompenaars, 1993)
Konfusianisme memiliki dasar pemikiran kemanunggalan ekonomi dan negara, dan pengaruhnya pada
era Tokugawa atas keizai atau dalam pemakaian modern diterjemahkan sebagai ekonomi, berarti
"memerintah kekaisaran dan membantu rakyat.“

21
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Jepang
MODEL HOFSTEDE

Ryh-song Yeh (1988) meringkas karakteristik budaya Jepang menurut model Hofstese seperti berikut :
• jarak kekuasaan di Jepang tinggi
• tingkat penghindaran ketidakpastian tinggi bagi orang Jepang


• individualisme dalam masyarakat Jepang rendah
• Jepang adalah negara yang memiliki nilai maskulinitas tertinggi, namun Jepang tidak mendukung
konsep itu
• Jepang adalah masyarakat yang berorientasi waktu jangka panjang.

22
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Jepang
MODEL HAMPDEN-TURNER AND TROMPENAARS
Menurut Hampeden-Turner dan Trompenaars model budaya Jepang dapat jelaskan seperti berikut ini:
• Orang Jepang sama seperti orang Perancis lebih prinsip partikularisme ketimbang universalisme
• Orang Jepang sama seperti orang Perancis dan Jerman lebih mengutamakan integrasi ketimbang
analisis
• orang Jepang sama seperti orang Perancis dan Jerman lebih cenderung menjadi masyarakat
komunitarianisme ketimbang individualisme

“ • Orang Jepang sama seperti orang Swedia di karakteristik outer-direction ketimbang inner-direction
• Orang Jepang sama seperti orang Perancis yang memandang bahwa status dapat dicapai melalui
anggapan (ascription) ketimbang pencapaian (achievement)
• Orang Jepang sama seperti orang Perancis yang dikarakteristik oleh masyarakat hirarkis ketimbang
kesetaraan
• Orang Jepang memandang waktu sebagai synchronized ketimbang sequence (Turner and
Trompenaars, 1993).

23
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Jepang
Berorientasi Jangka Panjang

"Salah satu keunggulan kompetitif yang mencirikan orang Jepang adalah strategi jangka panjang
mereka," demikianlah dikatakan oleh Charles Hampden Turner and Fons Trompenaars dalam bukunya
the seven culture of capitalism (1993) usaha konsisten perusahaan-perusahaan mereka adalah lebih
mengejar pertumbuhan ketimbang keuntungan, berusaha untuk memenangkan pangsa pasar sampai
para pesaing lainnya menyerah atau mundur. Menurut laporan survei institute for management
development di lausanne, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Jepang memiliki perspektif

“ jangka panjang pada peringkat pertama.

24
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Jepang
Strategi “Tarik” Dan “Dorong”
Dalam penelitian tentang usaha patungan orang Jepang dan orang Amerika, menurut Hampeden-
Turner dan Trompenaars (1993:141) orang Jepang lebih suka menerapkan "strategi tarik" sementara
orang Amerika lebih memilih "strategi dorong".

• "Strategi Tarik" memandang penyelesaian pekerjaan tidak mengikuti tahapan-tahapan, namun


memandang waktu sebagai Kairos, synchronized.
• Strategi tersebut bertolak belakang dari "strategi dorong". Tahapan tahapan atau proses
penyelesaian tugas atau pekerjaan sudah ditentukan sebelumnya, dan semua orang yang terlibat
harus mengerjakan sesuai dengan tahapan tahapan dan waktu yang dijadwalkan untuk setiap
tahapan tersebut sampai terselesaikannya hasil yang telah ditargetkan.

25
Nilai Budaya & Perilaku Bisnis Jepang
Manajemen Middle Top-Down
Teori manajemen Amerika mempertentangkan manajemen top-down dengan partisipasi bottom-up,
orang Jepang justru mensinkronkan keduanya. Hal tersebut tentu memiliki kedekatan dengan
bagaimana orang Jepang memandang waktu sebagai synchronized. Profesor Ikujiro Nonaka
menyebutnya dengan istilah "middle top-down management“

“ • Menurut Tadashi kume manajemen atas (top managemen) tidak mengetahui apa yang sedang
dilakukan oleh manajemen bawah (bottom management). Maka manajemen menengah (middle
management) yang akan mampu mengintegrasikan dua sudut pandang yang muncul baik dari atas
maupun bawah (Turner dan Trompenaars, 1993).
• Menurut Nonaka, para manajer tengah dapat memediasi antara induksi (dari bawah) dan deduksi
(dari atas), atau informasi Bottom-up yang didasarkan pada pengalaman dan nilai-nilai abstrak dan
kebijakan top-down yang datang dari manajemen atas.

26
Gaya Dan Keunggulan Manajemen Jepang
Dan Barat Era Globalisasi
Jepang Era Globalisasi Amerika Serikat Era
◦\orang jepang terkenal dengan kerja kerasnya Globalisasi
◦Jepang menghubungkan etika kerja dengan ◦Dikenal sebagai negara paling demokratis
kepercayaan agamanya didunia

◦Manajemen jepang memberi tekanan kepada para ◦Kebijakan untuk berhubungan langsung
pekerja sebagai modal utama dan terpenting dalam dengan top management tersedia dan
perusahaan terbuka, namun terbatas

◦Karakteristik industry jepang yang menyolok dan ◦Keunggulan manajemennya yaitu


merupakan pelajaran yang berharga zdalah harmonisnya sosialitas, efesien dan efektivitas dan
hubungan antara para pekerja dan manajemen profibilitas dalam menjalankan
organisasinya
◦Keselarasan dan kesatuan adalah kerakteristik
◦Menggunakan sistem ekonomi kapitalis
masyarakat jepang secara menyeluruh
kolektif

27
Keunggulan gaya manajemen Jepang dan Amerika

Jepang Amerika
Solidaritas tinggi Efesiensi dan efektif
Dedikasi Disiplin
Kesetiaan Sadar waktu
Disiplin diri Penghormatan terhadap inisiatif
individu
Nasionalisme yang tinggi Menghormati buruh
Penghormatan terhadap yang lebih profibilitas
senior

28
Keunggulan gaya manajemen Jepang dan Amerika

Perbedaan Budaya (Prioritas Nilai nilai)


Jepang Amerika
Hubungan Kebersamaan
Keselarasan Kebebasan kelompok
Keamanan keluarga Keterbukaan
Kebebasan Mandiri
Kerjasama Kerjasama
Kesepakatan kelompok Keamanan keluarga
Prestasi kelompok Hubungan

29
Thanks!
ANY QUESTIONS?

30

Anda mungkin juga menyukai