Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH MANAJEMEN BANK

BANK SYARIAH

Disusun Oleh:

Kelompok IV (Empat)

Ayu Fatimah (186100115)

Elvira Febriana Puteri (186100148)

Handoko Yuwangsa (186100095)

Jihan Dwi Aenuna (186100110)

Mirna Nurisma (186100102)

Siti Nurwahidah (186100097)

UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA

Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen

(Regular Sore VI A)

2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan

Semesta Alam. Atas segala karunia nikmatNya sehingga kami dapat menyusun

makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang berjudul “Bank Syariah”

disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bank.

Dalam penyusunan makalah ini melibatkan berbagai pihak. Oleh sebab itu,

kami mengucapkan banyak terimakasih atas segala kontribusinya dalam

membantu penyusunan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, namun kami sebagai manusia biasa

menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini baik

dari segi EYD, kosakata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya kami

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian

untuk kami jadikan sebagai bahan evaluasi.

Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang

menambah kekayaan intelektual bangsa.

Cianjur, 19 April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 5

B. Rumusan Masalah 7

C. Tujuan 7

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah 8

B. Fungsi dan Peran Bank Syariah 8

C. Sumber Dana Bank Syariah 9

D. Sistem Operasional Bank Syariah 11

E. Penggunaan Dana Bank 14

F. Sumber Pendapatan Bank Syariah 15

G. Instrumen Keuangan Syariah 16

H. Perbedaan Bank Konvensional dan Syaria 20

3
I. Prinsip Bank Syariah 22

J. Karakteristik Bank Syariah 22

K. Keunggulan dan Kelemahan Bank Syariah 23

L. Contoh-contoh Bank Syariah 24

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 27

B. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan Syariah merupakan suatu sistem perbankan yang

dikembangkan berdasarkan sistem syariah (hukum islam). Usaha

pembentukkan sistem ini berangkat dari larangan islam untuk memungut dan

meminjam berdasarkan bunga yang termasuk dalam riba dan investasi untuk

usaha yang dikategorikan haram, misalnya dalam makanan, minuman, dan

usaha-usaha lain yang tidak islami, yang hal tersebut tidak diatur dalam Bank

Konvensional.

Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia.

Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI)

dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia

(ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis

moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga

dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini

dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba.

Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah diatur dalam Undang-

undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7 tahun 1992

tentang Perbankan. Adanya Perbankan syariah di Indonesia bertujuan untuk

5
mewadahi penduduk di Negara Indonesia yang hampir seluruh penduduknya

beragama Islam.

Dengan adanya bank tersebut diharapkan tidak adanya kerancuan dalam

proses muamalah bagi para pemeluk agama islam, sehingga mereka terjaga

dari keharaman akibat tidak adanya suatu wadah yang melayani mereka

dalam bidang muamalah yang bersifat islami. Namun realitas yang ada, dari

80% penduduk Indonesia yang beragama Islam tidak lebih dari 10% di antara

mereka yang bertransaksi secara syar’i lebih-lebih dalam hal perbankan.

Sampai saat ini perbankan syariah di Indonesia belum mampu menunjukan

eksistensinya. Banyak masyarakat yang tidak menaruh kepercayaan terhadap

perbankkan syariah. Bahkan para ulama-ulama di negeri ini pun sebagian

besar masih menyimpan uangnya di bank konvensional. Hal tersebut terjadi

karena kurangnya pemahaman mengenai sistem operasi perbankan syariah

Sistem dalam bank syariah dianggap sama dengan sistem operasi yang ada

dalam bank konvensional.

Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap bank

syariah dan berakibat kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap bank

syariah. Hal tersebut menjadi landasan untuk menyadarkan masyarakat akan

keurgenan perbankkan islam di Negara ini khususnya bagi mereka yang

beragama islam. Upaya-upaya pensosialisaian mekanisme dan syariah di rasa

perlu, sehingga masyarakat tidak lagi terjebak dalam transaksi-transaksi yang

6
tidak islami dan masyarakat kembali manaruh kepercayaan terhadap transaksi

syariah seperti pada zaman Rosulullah dan para sahabat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini adalah:

1. Apa perbedaan antara Bank Syariah & Bank Konvensional ?

2. Bagaimana cara Bank Syariah dalam melakukan operasionalnya ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang akan dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menjelaskan perbedaan antara Bank Syariah & Bank Konvensional

2. Mengetahui cara Bank Syariah dalam melakukan operasionalnya

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Syariah

Sesuai UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah

adalah bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

atau prinsip hukum islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia

seperti prinsip keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun), kemaslahatan

(maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung gharar,

maysir, riba, zalim dan obyek yang haram.

B. Fungsi dan Peran Bank Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum dalam

pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting

and Auditing Organization for Islamic Financial Institution) adalah sebagai

berikut:

1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana nasabah

2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang dimilikinya

maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya.

3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah dapat

melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan perbankan sebagaimana

lazimnya.

8
4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada entitas

keuangan syariah, bank dalam Islam juga memiliki kewajiban untuk

mengeluarkan dan mengelola (menghimpun, mengadministrasikan, dan

mendistribusikan) zakat serta dana-dana sosial lainnya.

C. Sumber Dana Bank Syariah

Arifin (2009) menjelaskan bahwa sumber dana bank syariah terdiri dari:

a) Modal inti (core capital), adalah dana modal sendiri yaitu dana yang

berasal dari para pemegang saham, yakni pemilik bank. Pada umumnya

modal inti terdiri dari:

1. Modal yang disetor oleh pemegang saham.

2. Cadangan, yaitu sebagian laba bank yang tidak dibagi, yang disisihkan

untuk menutup timbulnya risiko kerugian di kemudian hari.

3. Laba ditahan, yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada

para pemegang saham, tetapi oleh para pemegang saham sendiri

diputuskan untuk ditanam kembali dalam bank.

b) Kuasi ekuitas (mudharabah account). Bank menghimpun dana berbagi

hasil atas dasar prinsip mudharabah, yaitu akad kerja sama antara pemilik

dana (shahibul maal) dengan pengusaha (mudharib) untuk melakukan

suatu usaha bersama, dan pemilik dana tidak boleh mencampuri

pengelolaan bisnis sehari-hari. Berdasarkan prinsip ini, bank

menyediakan jasa bagi investor berupa :

9
1. Rekening investasi umum, dimana bank menerima simpanan dari

nasabah yang mencari kesempatan investasi atas dana mereka dalam

bentuk investasi berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah

(unrestricted investment account). Dalam hal ini bank bertindak

sebagai mudharib dan nasabah bank bertindak sebagai shahibul maal,

sedangkan keduanya menyepakati pembagian laba (bila ada) yang

dihasilkan dari penanaman dana tsb dengan nisbah tertentu. Dalam hal

terjadi kerugian, nasabah menanggung kerugian tsb dan bank

kehilangan keuntungan.

2. Rekening investasi khusus, yaitu bank bertindak sebagai manajer

investasi bagi nasabah institusi (pemerintah atau lembaga keuangan

lain) atau nasabah korporasi untuk menginvestasikan dana mereka

pada unit-unit usaha atau proyek-proyek tertentu yang mereka setujui

atau mereka kehendaki.

3. Rekening tabungan mudharabah. Dalam aplikasinya bank syariah

melayani tabungan mudharabah dalam bentuk targeted saving, seperti

tabungan kurban, tabungan haji atau tabungan lain yang dimaksudkan

untuk suatu pencapaian target kebutuhan dalam jangka dan atau

jangka waktu tertentu.

c) Dana titipan (wadi'ah/non-remunerated deposit) adalah dana pihak ketiga

yang dititipkan pada bank, yang umumnya berupa giro atau tabungan.

Menurut Arifin (2009), dana titipan ini dikembangkan dalam bentuk

berikut:

10
1. Rekening giro wadi'ah, dalam hal ini bank menggunakan prinsip

wadi'ah yad dhamanah. Dengan prinsip ini bank sebagai kustodian

harus menjamin pembayaran kembali nominal simpanan wadi'ah.

Dana tersebut dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial

dan bank berhak atas pendapatan yang diperoleh dari pemanfaatan

harta titipan tersebut dalam kegiatan komersial.

2. Rekening tabungan wadi'ah. Dalam hal ini nasabah dapat menarik

sebagian atau seluruh saldo simpanannya sewaktu-waktu atau sesuai

dengan perjanjian yang disepakati. Bank menjamin pembayaran

kembali simpanan mereka. Semua keuntungan atas pemanfaatan

dana tersebut adalah milik bank, tetapi atas kehendaknya sendiri,

bank dapat memberikan imbalan keuntungan yang berasal dari

sebagian keuntungan bank. Bank menyediakan buku tabungan dan

jasa-jasa yang berkaitan dengan rekening tersebut.

D. Sistem Operasional Bank Syariah

Secara umum sistem operasional bank syariah hampir tidak memiliki

perbedaan dengan bank umum konvensional yakni menghimpun dana dari

masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang

menyalurkan dana. Hanya saja yang membedakannya adalah pada landasan

operasional dan beberapa mekanisme produk yang harus berdasarkan syariat

Islam.

11
Sigit dan Totok (2008) menjelaskan bahwa dalam sistem bank syariah

dana nasabah dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan

investasi berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito

merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja

nasabah membutuhkan bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya

dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat

dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan

pengendapan dana.

Rizal, yahya, Martawireja, Abdurahim (2009:57) dalam bukunya

menyebutkan bahwa sistem operasional bank syariah antara lain:

1. Sistem operasional bank syariah dimulai dari kegiatan penghimpunan dana

dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat dilakukan dengan skema

investasi maupun skema titipan. Dalam penghimpunan dana dengan skema

investasi dari nasabah pemilik dana (shahibul maal), bank syariah berperan

sebagai pengelola dana atau biasa disebut dengan mudharib. Adapun pada

penghimpunan dengan skema penitipan, bank syariah berperan sebagai

penerima titipan.

2. Dana yang diterima oleh bank syariah selanjutnya disalurkan kepada

berbagai pihak, antara lain mitra investasi, pengelola investasi, pembeli

barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh bank syariah.

Pada saat dana disalurkan dalam bentuk investasi, bank syariah berperan

sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam kegiatan jual beli,

12
bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat disalurkan dalam

kegiatan pengadaan obyek sewa, berperan sebagai pemberi sewa.

3. Dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah selanjutnya

menerima pendapatan berupa bagi hasil dari investasi, margin dari jual beli

dan fee dari sewa dan berbagai jenis pendapatan yang diperoleh dari

instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan.

4. Pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjutnya dibagikan

kepada nasabah pemilik dan atau penitip dana. Penyaluran dana kepada

pemilik dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil yang disepakati.

Adapun penyaluran dana kepada nasabah penitip dana bersifat sukarela

tanpa ditetapkan di muka sebelumnya dan biasa disebut dengan istilah

bonus.

5. Selain melaksanakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran, bank

syariah dalam sistem operasionalnya juga memberikan layanan jasa

keuangan seperti jasa ATM, transfer, letter of credit, bank garansi, dsb.

Oleh karena jasa tsb dilakukan tanpa menggunakan dana dari pemilik dana

maupun penitip dana, maka pendapatan yang diperoleh dari jasa tsb dapat

dimiliki sepenuhnya oleh bank syariah tanpa harus dibagi.

Selain itu, bank syariah juga diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu

dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan

mendistribusikannya. hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada

bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infaq, sedekah).

Operasional perbankan yang berdasarkan prinsip syariah ini diharapkan dapat

13
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam bermuamalah yang bebas

dari praktek yang diharamkan Islam terutama praktek riba. Praktek dan sistem

muamalah Islam diaplikasikan dalam setiap operasional dan produk-produk

perbankan. produk-produk perbankan syariah dibuat sedemikian rupa

sehingga bagi masyarakat non-muslim juga dapat menggunakan jasa

perbankan syariah.

E. Penggunaan Dana Bank

Bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai financial

intermediary sehingga setelah berhasil menghimpun dana dari pihak ketiga,

bank syariah berkewajiban untuk menyalurkan dana tsb untuk pembiayaan.

Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua

bagian penting (Muhammad, 2005), yaitu:

a) Aktiva yang menghasilkan (earning asset), adalah aset bank yang

digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Aset ini disalurkan dalam

bentuk investasi yang terdiri dari:

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah).

2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah).

3. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al-Ba'i).

4. Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah dan Ijarah wa Iqtina)

5. Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya

b) Aktiva yang tidak menghasilkan (non earning asset)

14
1. Aktiva dalam bentuk uang tunai (cash asset), terdiri dari uang tunai,

cadangan likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada bank

sentral, giro pada bank dan item-item tunai lain yang masih dalam

proses penagihan (collection).

2. Pinjaman (qard), merupakan salah satu kegiatan bank syariah dalam

mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan ajaran Islam.

3. Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premises and

equipment).

F. Sumber Pendapatan Bank Syariah

Portofolio pembiayaan pada bank komersial menempati porsi terbesar,

pada umumnya sekitar 55-60% dari total aktiva. Dari pembiayaan yang

dikeluarkan atau disalurkan bank diharapkan dapat mendapatkan hasil.

Tingkat penghasilan dari pembiayaan (yield on financing) merupakan tingkat

penghasilan tertinggi bagi bank (Muhammad, 2005). Dengan demikian

sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari:

1. Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah.

2. Keuntungan atas kontrak jual beli (Al-Ba'i)

3. Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah wa Iqtina.

4. Fee dan biaya administrasi jasa-jasa lainnya.

15
G. Instrumen Keuangan Syariah

Instrumen Keuangan Syariah dapat dikelompokkan menjadi:

a) Akad investasi yang merupakan jenis akad tijarah dengan bentuk

uncertainty contract. Kelompok ada ini adalah:

1. Mudharabah, yaitu bentuk kerja sama antar dua pihak atau lebih

dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah

modal kepada pengelola (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha

dengan nisbah bagi hasil atas keuntungan yang diperoleh menurut

kesepakatan di muka, sedangkan apabila terjadi kerugian hanya

ditanggung pemilik dana sepanjang tidak ada unsur kesengajaan atau

kelalaian oleh mudharib. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam

kontribusi 100% modal dari pemilik modal dan keahlian dari

pengelola.

2. Musyarakah adalah akad kerja sama yang terjadi antara para pemilik

modal (mitra musyarakah) untuk menggabungkan modal dan

melakukan usaha secara bersama dalam suatu kemitraan, dengan

nisbah bagi hasil sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian

ditanggung secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.

Bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana,

barang dagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship)

atau hak paten/goodwill (intangible asset), kepercayaan atau reputasi.

16
3. Sukuk (obligasi syariah), merupakan surat utang yang sesuai dengan

prinsip syariah.

4. Saham syariah produknya harus sesuai syariah. Syarat lainnya adalah:

perusahaan tersebut memiliki piutang dagang yang relatif kecil

dibandingkan total asetnya (Dow Jones Islamic: kurang dari 45%,

perusahaan tsb memiliki utang kecil dibandingkan dengan nilai

kapitalisasi pasar (Dow Jones Islamic: kurang dari 33%), dan

perusahaan memiliki pendapatan bunga kecil (Dow Jones Islamic

kurang dari 5%.

b) Akad jual beli/sewa menyewa yang merupakan jenis akad tijarah dengan

bentuk certainty contract. Kelompok akad ini antara lain:

1. Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan menyatakan

biaya perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati antara

penjual dan pembeli. Harga disepakati antara pembeli dan penjual

pada saat transaksi dan tidak boleh diubah.

2. Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan

belum ada. Barang diserahkan secara tangguh, sedangkan pembayaran

dilakukan secara tunai. Sekilas transaksi ini mirip ijon, namun dalam

transaksi ini kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang

harus ditentukan secara pasti.

3. Istishna' memiliki sistem yang mirip dengan salam, namun dalam

istishna' pembayaran dapat dilakukan di muka, cicilan dalam beberapa

kali (termin) atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.

17
Biasanya istishna' diaplikasikan pada pembayaran manufaktur dan

konstruksi dengan kontrak pembelian barang melalui pesanan (order

khusus). Pembeli menugasi produsen (Al-Sani') untuk menyediakan

barang pesanan (Al-Mashnu) sesuai spesifikasi yang disyaratkan

pembeli (Al-Mustasni') dan menjualnya dengan harga yang disepakati.

4. Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik obyek sewa dan

penyewa untuk mendapatkan manfaat atas obyek sewa yang

disewakan.

c) Akad lainnya

1. Sharf adalah perjanjian jual beli suatu valuta dengan valuta lainnya.

Transaksi jual beli mata uang asing (valuta asing) dapat dilakukan

baik dengan sesama mata uang yang sejenis (misalnya rupiah dengan

rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya rupiah dengan dolar atau

sebaliknya).

2. Wadiah adalah akad penitipan dari pihak yang mempunyai

uang/barang kepada pihak yang menerima titipan dengan catatan

kapanpun titipan diambil pihak penerima titipan wajib menyerahkan

kembali uang/barang titipan tsb. Wadiah terbagi menjadi dua, yaitu

wadiah amanah dan wadiah yadhamanah. Wadiah amanah yaitu akad

penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak

diperkenankan menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak

bertanggung jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang

bukan diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun

18
aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit box.

Sedangkan wadiah yadhamanah adalah akad penitipan barang atau

uang dimana pihak penerima titipan dengan atau tanpa izin pemilik

barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang titipan dan harus

bertanggung jawab terhadap kehilangan atau kerusakan barang/uang

titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang diperoleh dalam

penggunaan barang/uang titipan menjadi hak penerima titipan. Prinsip

ini diaplikasikan dalam produk giro dan tabungan.

3. Qardhul hasan adalah pinjaman yang tidak mempersyaratkan adanya

imbalan, waktu pengembalian pinjaman. Biaya administrasi dalam

jumlah yang terbatas diperkenankan untuk dibebankan kepada

peminjam.

4. Al-Wakalah adalah jasa pemberian kuasa dari satu pihak ke pihak

lain. Untuk jasanya itu, yang dititipkan dapat memperoleh fee sebagai

imbalan,

5. Kafalah adalah perjanjian pemberian jaminan atau penanggungan atas

pembayaran utang satu pihak kepada pihak lain.

6. Hiwalah adalah pengalihan utang atau piutang dari pihak pertama

kepada pihak lain atas dasar saling mempercayai.

7. Rahn, merupakan suatu perjanjian pinjaman dengan jaminan aset.

Berupa penahanan harta milik si peminjam sebagai jaminan atas

pinjaman yang diterimanya.

19
H. Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah

No Perbedaan Bank Konvensional Bank Syariah


1 Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss sharing
2 Resiko Anti risk Risk sharing
Beroperasi dengan

pendekatan sektor Beroperasi dengan pendekatan sektor


3 Operasional
keuangan, tidak langsung riil

terkait dengan sektor riil


Multi produk (jual beli, bagi hasil,
4 Produk Produk tunggal (kredit)
jasa)
Pendapatan yang diterima
Pendapatan yang diterima deposan
deposan tidak terkait
5 Pendapatan terkait langsung dengan pendapatan
dengan pendapatan yang
yang diperoleh bank dari pembiayaan
diperoleh bank dari kredit
6 Mengenal negative spread Tidak mengenal negative spread
Bank Indonesia dan Al Qur’an. Sunnah, fatwa ulama,
7 Dasar Hukum
Pemerintah Bank Indonesia, dan Pemerintah
Tidak berdasarkan bunga(riba),
Berdasarkan atas bunga
8 Falsafah spekulasi (maisir), dan
(riba)
ketidakjelasan(gharar)
9 Operasional           Dana Masyarakat (Dana          Dana Masyarakat (Dana Pihak

Pihak Ketiga/DPK) berupa Ketiga/DPK) berupa titipan

titipan simpanan yang ( wadi’ah) dan

harus dibayar bunganya investasi(mudharabah)yang baru

20
pada saat jatuh tempo

akan mendapat hasil jika


          Penyaluran dan pada
“diusahakan“ terlebih dahulu
sektor yang

menguntungkan, aspek          Penyaluran dana (financing) pada

halal tidak menjadi usaha yang halal dan menguntungkan

pertimbangan agama
Tidak diketahui secara Dinyatakan secara eksplisit dan tegas
10 Aspek sosial
tegas yang tertuang dalam visi dan misi
Tidak memiliki Dewan Harus memiliki Dewan Pengawas
11 Organisasi
Pengawas Syariah(DPS) Syariah(DPS)
Uang adalah komoditi
Uang bukan komoditi, tetapi
12 Uang selain sebagai alat
hanyalah alat pembayaran
pembayaran

I. Prinsip Bank Syariah

Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara

bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan

usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan syariah.

Beberapa Prinsip atau hukum yang dianut oleh system perbankan syariah

antara lain:

21
1. Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai

pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan

2. Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat

hasil usaha institusi yang meminjam dana

3. Islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari uang”. Uang hanya

merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki

nilai intrinsic

4. Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua

belah pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh

dari sebuah transaksi

5. Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan

pada Islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh

perbankan syariah.

J. Karakteristik Bank Syariah

Karakteristik Bank Syariah yaitu :

1. Berdasarkan prinsip syariah

2. Implementasi prinsip ekonomi Islam dg ciri:

a) Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya

b) Tidak mengenal konsep “time-value of money”

c) Uang sebagai alat tukar bukan komoditi yg diperdagangkan.

3. Beroperasi atas dasar bagi hasil

4. Kegiatan usaha untuk memperoleh imbalan atas jasa

22
5. Tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk memperoleh pendapatan

6. Azas utama => kemitraan, keadilan, transparansi dan universal

7. Tidak membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil (dapat

melakukan transaksi 2 sektor riil.

K. Keunggulan dan kelemahan Bank Syariah

Keunggulan Bank Syariah :

Bank syariah memiliki beberapa keunggulan yaitu sebagai berikut :

1. Bank syariah relatif lebih mudah merespons kebijaksanaan pemerintah.

2. Terhindar dari praktik money laundering.

3. Bank syariah lebih mandiri dalam penentuan kebijakan bagi hasilnya.

4. Tidak mudah dipengaruhi gejolak moneter.

5. Mekanisme bank syariah didasarkan pada prinsip efisiensi, keadilan dan

kebersamaan.

Kelemahan Bank Syariah :

Bank syariah memiliki beberapa kelemahan diantaranya sebagai berikut :

1. Jaringan kantor bank syariah belum luas.

2. SDM bank syariah masih sedikit.

3. Pemahaman masyarakat tentang bank syariah masih kurang.

23
4. Kekeliruan penilaian proyek berakibat lebih besar daripada bank

konvensional.

L. Contoh Contoh Bank Syariah

Bank umum syariah (bus)

1. PT Bank Syariah Mandiri

2. PT Bank Syariah Muamalat Indonesia

3. PT Bank Syariah BNI

4. PT Bank Syariah  BRI

5. PT Bank Syariah Mega Indonesia

6. PT Bank Jabar dan Banten

7. PT Bank Panin Syariah

8. PT Bank Syariah Bukopin

9. PT Bank Victoria Syariah

10. PT BCA Syariah

11. PT Maybank Indonesia Syariah

Dari contoh-contoh bank syariah diatas, ternyata baru-baru ini pemerintah

melakukan peresmian Bank Syariah Indonesia pada tanggal 01 februari 2021,

ini adalah hasil dari merger terhadap 3 bank syariah BUMN yaitu Bank

Syariah BNI, Bank Syariah BRI, dan Bank Syariah Mandiri menjadi Bank

24
Syariah Indonesia. Pembentukan Bank Syariah Indonesia ini dilakukan karena

pemerintah melihat pertumbuhan dari bank syariah yang ada di indonesia.

Adapun Hal yang perlu diketahui tentang Bank Syariah Indonesia yaitu:

1. Bank Syariah Indonesia resmi beroperasi pada 1 Februari 2021 sebagai

bank hasil penggabungan dari tiga bank Syariah milik BUMN, yakni PT

Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank BRIsyariah

Tbk.

2. Bank Syariah Indonesia berstatus sebagai perusahaan terbuka yang tercatat

sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia (ticker code: BRIS). Pasca merger,

Bank Syariah Indonesia adalah bank Syariah terbesar di Indonesia.

3. Total aset Bank Syariah Indonesia sampai dengan bulan Desember 2020

mencapai sekitar Rp 240 triliun, modal inti lebih dari Rp 22,60 triliun,

total Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp 210 triliun, serta total

pembiayaan Rp 157 triliun.

4. Laba terkonsolidasi Bank Syariah Indonesia per Desember 2020 mencapai

Rp 2,19 triliun. Dengan kinerja finansial tersebut, Bank Syariah Indonesia

masuk dalam daftar 10 besar bank terbesar di Indonesia dari sisi aset.

5. Bank Syariah Indonesia didukung oleh lebih dari 1.241 kantor cabang,

sekitar 2.447 jaringan ATM, serta didukung lebih dari 20.000 karyawan

yang tersebar di seluruh Nusantara.

6. Fokus untuk menumbuhkan segmen UMKM dalam ekosistem yang

terintegrasi, melayani segmen retail dan consumer, serta mengembangkan

25
segmen wholesale dengan produk yang inovatif termasuk pengembangan

bisnis global, seperti global sukuk.

7. Bank Syariah Indonesia akan dijalankan sesuai dengan prinsip Maqashid

Syariah. Selain menjalankan fungsi intermediari dan menyalurkan pajak,

Bank Syariah Indonesia juga memiliki konsep yang dapat dioptimalkan

untuk melakukan pemerataan ekonomi masyarakat melalui Zakat, Infaq,

Shadaqah, Wakaf.

8. Visi Bank Syariah Indonesia menjadi top 10 bank syariah terbesar di dunia

dari sisi kapitalisasi pasar dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.

26
BAB III

A. KESIMPULAN

Peranan perbankan syariah dalam kehidupan perekonomian

masyarakat sangatlah penting . Peranan tersebut diantaranya adalah untuk

memenuhi kehidupan masyarakat akan tempat tinggal yang layak .

Bank syariah itu adalah bank yang berlandaskan alquran dan

hadist. Artinya bank syariah itu adalah bentuk layanan keuangan beretika

dan bermoral yang prinsip dasarnya bersumber dari Syariah (ajaran islam).

Elemen penting dari Syariah adalah larangan terhadap bunga (Riba), baik

nominal, sederhana atau bunga berbunga, berbunga tetap maupun

berbunga mengambang. Elemen lainnya mencakup penekanan pada

kontrak yang adil, keterkaitan antara keuangan dengan produktivitas,

keinginan untuk membagi keuntungan dan larangan terhadap judi serta

berbagai ketidakpastian lainnya.

Walaupun bank syariah memiliki keuntungan seperti yang

disebutkan diatas, namun dalam realitasnya bank syariah masih

menghadapi beberapa kendala dan kelemahan yang memang harus diakui

perlu pembenahan dan peningkatan secara kualitas dan kuantitas antara

lain: Masalah jaringan kantor layanan, Masih terbatasnya pemahaman

masyarakat mengenai kegiatan usaha jasa keuangan syariah, dan lain-lain.

Oleh karena itu, dengan keunggulan dan kelemahan yang dimilikinya bank

27
syariah mampu sebagai solusi pengelolaan keuangan yang terjadi pada saat

ini.

B. SARAN

Bank syariah masih memiliki beberapa kekurangan yaitu seperti

masih kurangnya pemahaman masyarakat tentang bank syariah. Dan masih

banyak lagi. Tapi jangan khawatir, karena seiring dengan waktu semua

kekurangan yang dimilikinya, bank syariah akan berusaha dan berupaya

akan menutupi dan bahkan menghilangkan semua kekurangan itu. Itu

semua menjadi tugas kita bersama-sama baik itu pemerintah maupun

masyarakat luas. Walaupun Negara kita ini bukanlah 100% Islam, tapi

jangan khawatir bagi umat nonmuslim untuk menggunakan layanan bank

syariah karena bank syariah (islam) membawa rahmat untuk semua orang

tidak diperuntukkan bagi umat Islam saja, dan karena itu ekonomi Islam

bersifat inklusif.

28
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/tentang-syariah/Pages/PBS-dan-

Kelembagaan.aspx

https://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/09/pengertian-bank-syariah-

sejarah-fungsi-tujuan-ciri-jenis-produk.html

https://bloginformasiakuntansi.blogspot.com/2015/03/bank-syariah-part-

2.html

https://lifepal.co.id/media/bank-syariah/

https://m.medcom.id/tag/15022/bank-syariah-indonesia

29

Anda mungkin juga menyukai