Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ Overview Ekonomi Makro Syariah”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Ekonomi Makro Syariah

DOSEN PENGAMPUH:

Febby Irfayunita, S.Sy.,M.E

Oleh : Kelompok 1

Hafizah Sakinah 3419022

Nani Astuti 3419031

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

TP. 2020/2021

1
OVERVIEW EKONOMI MAKRO SYARIAH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Masalah ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Ia berkaitan dengan berbagai macam kebutuhan, seperti kebutuhan
pangan, sandang dan papan, serta kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup, sudah seharusnya manusia bekerja dengan mengolah
segala yang telah disediakan di alam semesta ini, dan dari hasil kebutuhan
tersebut kebutuhan manusia dapat terpenuhi.
Dalam memenuhi kebutuhan hidup, manusia juga mempunyai hak
dan kewajiban yang sama antara satu dengan yang lainnya, seseorang tidak
melecehkan hak dan kewajiban orang lain dengan hawa nafsu, ketamakan,
dan keserakahan. Bentuk-bentuk pelecehan tersebut antara lain seperti
adanya riba, penimbunan harta, memanipulasi harga, dan monopoli.
Dalam kebijakan Islam, bahwasannya kebijkan ekonomi berarti
suatu sistem pengaturan yang sanggup mengembangkan kehidupan
ekonomi masyarakat yang wajar dan adil.
Kebijakan ekonomi dalam Islam harus mensejahterakan kehidupan
masyarakat, melalui perangkat-perangkat mekanisme yang lengkap, dan
dapat dibedakan dari perekonomian sistem lainnya, yang sudah kita kenal
di dunia pada saat sekarang ini yakni kapitalisme dan sosialisme, yang
masing-masing bersaing untuk berusaha menguasai perekonomian dunia
dan merupakan rujukan dalam penyelesaian masalah ekonomi.
Sebenarnya Islam telah menawarkan dan merealisasikan konsep
sistem pemeliharaan dan pengaturan urusan rakyat, cara pemenuhan
kebutuhan pokok bagi warga masyarakat, cara penanganan kemiskinan,
perwujudan kesejahteraan hidup, dan lain sebagainya.
Dewasa ini telah berkembang berbagai macam mode transaksi jual
beli, seperti halnya jual beli dengan penetapan harga secara sepihak tanpa
adanya proses tawar menawar, jual beli via internet yang samar akan
wujud suatu barang maupun uangnya, jual beli yang mana pihak penjual

2
dapat membeli kembali barang yang telah dijualnya (kepada pembeli)
tersebut dengan harga yang lebih murah. Jual beli degan penerapan dua
harga (atau lebih) pada suatu barang, dan jual beli barang piutang. Dari
berbagai macam mode tersebut terdapat suatu kecacatan transaksi jual beli
menurut hukum Islam. Oleh karen itu sudah seharusnya umat Islam dapat
kembali kepada konsep ekonomi yang utuh, bergerak dari idealism yang
luhur dan mencakup seluruh kehidupan.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian tentang ekonomi makro syariah?
b. Bagaimana perkembangan teori makro ekonomi?
c. Apa ruang lingkung ekonomi makro?
d. Apa saja perbedaan ekonomi makro syariah dan konvensional?

3. Tujuan Penulisan
a. Menjelaskan pengertian tentang ekonomi makro syariah
b. Menjelaskan bagaimana perkembangan teori makro ekonomi
c. Menjelaskan apa ruang lingkup ekonomi makro
d. Menjelaskan perbedaan ekonomi makro syariah dan konvensional

B. Pembahasan
1. Pengertian Ekonomi Makro Syariah
Ekonomi berasal dari negara Yunani dalam bahasa Greek yaitu
Oikos Nomos, yang berarti tata laksana rumah tangga. Sesudah melalui
masa yang sangat panjang, barulah ilmu ekonomi mendapatkan bentuk
serta takrif (defenisi) yang mantap seperti sekarang ini. Di dalam takrif itu
ternyata bahwa masalah utama dari setiap persoalan ekonomi adalah
problem of choice (masalah pemilihan) diantara berbagai altenatif
penggunaan suatu barang.

3
Dalam kamus ekonomi, defenisi ilmu ekonomi adalah kajian
tentang produksi, distribusi dan konsumsi kekayaan di dalam masyarakat
dunia. Defenisi lain ilmu ekonomi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang
berdaya upaya untuk memberikan pengetahuan dan pengertian tentang
gejala-gejalan masyarakat yang timbul karena perbuatan manusia dalam
usaha untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai kemakmuran.
Jadi jika dikaitkan dengan defenisi ilmu ekonomi makro adalah
cabang dari ilmu ekonomi, yang membahas permasalahan kebijakan
makro, yakni berupa pengelolaan dan pengendalian umum perekonomian
secara nasional, sehingga bisa tumbuh secara seimbang dan terhindar dari
keadaan-keadaan yang mengganggu keseimbangan tersebut.
Ekonomi Makro Islam adalah ilmu yang membahas permasalahan
kebijakan ekonomi secara makro, berupa pengelolaan dan pengendalian,
sesuai dengan ajaran Islam.1
Beberapa pengertian tentang ekonomi Islam yang dikemukakan
oleh para ahli ekonomi Islam:
a) M. Akram Khan
Ilmu ekonomi makro Islam bertujuan untuk melakukan
kajian tentang kebahagiaan hidup manusia yang dicapai dengan
mengorganisasikan sumber daya alam atas dasar bekerja sama
dan partisipasi.
b) Muhammad Abdul Manan
Ilmu ekonomi makro Islam adalah ilmu pengetahuan sosial
yang mempelajari masalah-masalah ekonomi masyarakat yang
diilhami oleh niali-nilai sosial.
c) M. Umar Chapra
Ekonomi makro Islam adalah sebuah pengetahuan yang
membantu upaya realisasi kebahagiaan manusia melalui alokasi
dan distribusi sumber daya yang terbatas yang berada dalam

1
Muhammad Syahbudi, Ekonomi Makro Perspektif Islam, (Medan, 2018), h. 14

4
koridor yang mengacu pada pengajaran Islam tanpa
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro-
ekonomi yang berkeseimbangan dan tanpa ketidakseimbangan
dari lingkungan.

Menurut Chapra, ekonomi Islam jangan terjebak oleh pendekatan


positif dan normative. Karena sesungguhnya pendekatan itu saling
melengkapi dan bukan saling menafikan.

Sedangkan Manan mengatakan bahwa, ilmu ekonomi makro Islam


adalah ilmu ekonomi positif dan norrmatif. Jika ada kecendrungan
beberapa ekonomi yang sangat mementingkan positivesme dan sama
sekali tidak mengajukan pendekatan normative atau sebaliknya.2

2. Perkembangan Teori Makro Ekonomi


Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu
perekonomian. Pengukuran akan kemajuan sebuah perekonomian
memerlukan alat ukur yang tepat, berupa alat pengukur pertumbuhan
ekonomi antara lain yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yaitu
jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam
jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar.

a) Teori Inflansi (Teori Kuantitas, Teori Keynesia, Teori


Strukturalis, Mark-up Model)

Teori kuantitas berasal dari pandangan ahli-ahli ekonomi klasik.


Teori ini menyatakan bahwa perubahan-perubahan dalam penawaran uang
akan meyebabkan kenaikan harga yang sama besarnya dengan kenaikan
tingkat penawaran uang. Teori kuantitas uang dinyatakan dengan
penawaran:

2
Ibid. h. 15

5
MV = PT

Dimana :

M = penawaran uang.

V = laju uang beredar.

P = tingakat harga.

T = jumlah transaksi.

Inti dari teori kuantitas adalah inflansi terjadi kalau ada


penambahan volume uang beredar baik uang kartal maupun uang giral.
Dan laju infalansi ditentukan oleh laju pertumbuhan jumlah uang beredar
dan oleh harapan masyarakat mengenai kenaikan-kenaikan harga di masa
mendatang.

Teori ini merupakan teori tertua yang memnahas tentang infalnsi,


tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan oleh
para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga dikenal
sebagai model kaum menetaris. Teori ini menekankan pada peranan
jumlah uang beredar dan harapan (ekspetasi) masyarakat mengenai
kenaikan harga terhadap timbulnya inflansi.

Teori kuantitas (MV = PY) didasarkan pada fungsi permintaan


uang sederhana yang mengasumsikan bahwa permintaan terhadap
keseimbangan uang rill proporsinal terhadap permintaan.3

Teori keynesia menyatakan bahwa inflasi terjadi karena


masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Permintaan
akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
sehingga timbul apa yang disebut dengan inflationary gap (celah inflasi).
Teori keynesia menerangkan peranan distribusi pendapatan dalam proses

3
Nirmala Baini’, Fitri Rahmawati, Teori Ekonomi Makro Dalam Literatur Islam Klasik,
Jurnal Ekonomi Syariah; Volume 07, Nomor 01, April 2020. h. 14

6
inflasi dan mengarankan hubungan antara inflasi dan faktor-faktor
nonekonomis.

Teori strukturalis merupakan teori yang memberi tekanan pada


ketegaran (inflexibilties) dari struktur negara berkembang. Karena inflasi
dikaitkan dengan faktor-faktor structural dan perekonomian, antara lain
ketidakelastisan penerimaan ekspor dan ketidakelastisan suplai atau
produksi bahan makanan dalam negri. Teori strukturalis adalah teori
inflasi jangka panjang karena menyoroti sebab-sebab inflasi dan kekauan
struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplai bahan makanan dan
barang-barang ekspor, karena sebab-sebab structural pertambahan
kebutuhannya, sehingga harga bagan makanan naik dan terjadi kelangkaan
yang selanjutnya menaikkan harga-harga lain.4

Mark-up model merupakan dasar pemikiran inflasi yang ditentukan


oleh dua komponen yaitu cost of production (biaya produksi) dan profit
margin (margin keuntungan). Relasi antara perubahan kedua komponen ini
dengan perubahan harga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Price = cost + (a% x cost)

Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga [ada komponen-


komponen yang menyusun cost of production atau kenaikan pada profit
margin akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga pada harga jual
komoditi pasar.

b) Uang (Teori Permintaan dan Penawaran Uang)

Teori permintaan uang dalam ekonomi konvensional terbagi


kedalam tiga kelompok yaitu teori permintaan uang sebelum Keynes, teori
permintaan uang menurut Keynes dan teori permintaan uang sesudah
Keynes.

4
Ibid. h.16

7
Teori permintaan uang sebelum Keynes sering disebut sebagai
teori permintaan uang klasik, yaitu perekonomian selalu dalam keadaan
seimbang teori permintaan uang sebelum Keynes diantaranya teori
permintaan uang Irving Fisher dan teori permintaan uang Cambridge.
Menurut Fisher uang merupakan alat pertukaran, Fisher merumuskan teori
kuantitas uang dengan sederhana, teori ini didasarkan kepada falsafah
hukum yaitu bahwa perekonomian selalu dalam keadaan full employment.

Teori permintaan menurut Keynes, dalam bukunya ThebGeneral


Theory of Emplayment, interest and money, menyatakan bahwa
mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menjamin adanya full
employment dalam perekonomian perlu adanya campur tangan pemerintah
dalam hal ini. Teori keuangan yang dikemukakan Keynes pada umunya
menerangkan tiga hal utama, yaitu tujuan-tujuan masyarakat untuk
meminta (menggunakan uang), faktor-faktor yang menentukan tingkat
bunga, dan efek perubahan penawaran uang terhadap kegiatan ekonomi
negara.5

Teori pemintaan setelah Keynes yaitu teori permintaan untuk


tujuan transaksi oleh Baumol, teori permintaan uang untuk spekulasi oleh
Tobin, dan tori permintaan uang menurut Fridmen. Menurut Baumol,
adanya lembaga keuangan yang memberikan bunga menyebabkan orang
yang memegang uang tunai mengalami kerugian yang disebut opportunity
cost, dimana ia kehilangan kesempatan memperoleh bunga makan akan
semakin tinggi pula biaya yang harus ditanggung seseorang dalam
memegang uang tunai.

Sedangkan menurut Tobin mengkritik Keynes yang menyatakan


bahwa seseorang yang memegang uang atau kekayaannya hanya memiliki
dua pilihan yaitu seluruhnya dalam bentuk surat berharga. Hal ini
dianggap tidak memuaskan oleh Tobin karena tidak memperhitungkan

5
Ibid. h. 19

8
seseorang yang memegang uang atau kekayaanya dengan posisi yang
berbeda-beda dan Keynes tidak memperhitungkan unsur kepastiannya.

Sedangkan teori penawaran uang dalam pendekatan ekonomi


konvesional merupakan suatu yang menjadi kewenangan dari bank sentral
suatu negara. Instrumen yang digunakan bank sentral untuk mengatur
jumlah uang yang beredar yaitu dengan cara operasi pasar terbuka (open
market operation) yaitu kebijakan bank sentral ingin mengurangi jumlah
uang yang beredar maka bank sentral menjual surat berharga pasar uang
(SBPU), sebaliknya jika menambah jumlah uang beredar bank sentral
membeli SBPU.6

3. Ruang Lingkup Ekonomi Makro

Kajian fiqih ekonomi makro merupakan kajian yang didasarkan


atas teori dan sumber-sumber hukum fiqih mu’amalah dalam memberi
patokan atau rules kepada manusia dalam bermu’amalah. Dalam hal ini,
kajian fiqih ekonomi makro hanya dibatasi dalam fiqih riba dan fiqih
zakat.
a) Fiqih Riba
Riba secara etimologi adalah zada yang berarti tambahan
(addition), pertumbuhan (growth), naik (rise), membengkak
(sweel) dan bertambah (increase). Secara terminologi, riba
diartikan sebagai proses transaksi baik tukar menukar sejenis atau
proses hutang piutang yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih, di
mana dalam transaksi tersebut diharuskan atau dipersyaratkan
adanya margin, fee, atau return oleh salah satu pihak. Kata riba di
dalam bahasa inggris lebih populer dengan istilah Usury yang
mengandung dua dimensi, yaitu (1) tindakan atau praktek
peminjaman uang dengan tingkat suku bunga yang berlebihan dan

6
Muchtolifah, Ekonomi Mikro, (Unesa University Press, 2018), h 18

9
tidak sesuai hukum dan (2) suku bunga (interest rate) yang tinggi.
Sejak abad klasik sampai era modern, konsep tersebut dipakai oleh
lembaga keuangan modern, terutama oleh perbankan konvensional
selama berabad-abad. 7
Bila ditinjau dari sudut fiqh, menurut Qardhawi (2001),
bunga bank sama dengan riba yang hukumnya jelas-jelas haram.
Atas pendapat sebagian kalangan yang menghalalkan bunga
komersial (bunga dalam rangka usaha) dan mengharamkan bunga
konsumtif (bunga dalam rangka memenuhi kebutuhan sehari-hari).
Qardhawi menyatakan bahwa baik bunga komersil dan bunga
konsumtif, keduanya haram.
Allah menurunkan risalah larangan praktek riba melalui
Qs. Ali-Imran : 130
َٰٓ ََٰٰٓٓ‫لسبَٰٓىَٰٓآَْٰأضَٰٓعَٰٓفَٰٓآَٰ ُّمضَٰٓعفةََٰٰٓٓوَٰٓٱتَّقُىآَْٰٱ ََّّللَٰٓلعلَّ ُكم‬
ّ ِ ‫يَٰٓأيُّهآَٰٱلَّرِيهَٰٓءامنُىآََْٰلَٰٓتأَٰٓ ُكلُىآَْٰٱ‬
َٰٓ ََٰٰٓٓ‫تُفَٰٓ ِل ُحىن‬
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu
kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.”

Beberapa Hadis Nabi yang berkaitan dengan riba, antara


lain:
1) Dari Ibnu Abbas dari Nabi Saw, beliau bersabda: jika
telah muncul wabah zina dan riba disuatu negeri, mka
berarti mereka telah siap menanti kedatangan azab
Allah Swt.
2) Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah Aw
bersabda: “Tuhan sesungguhnya berlaku adil karena
tidak membenarkan empat golongan memasuki
surganya atau tidak mendapat petuunjuk yakni
peminum arak, pemakan riba, pemakan harta anak
yatim dan mereka menelantarkan ibu/bapaknya”.
7
Veritia, Teori Ekonomi Makro, ( Banten,UNPAM PRESS, 2019), h. 16

10
3) Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Nabi
SAW bersabda: “riba itu mempunyai 73 tingkatan,
yang paling rendah (dosanya) sama dengan seseorang
melakukan zina dengan ibunya”.

Sedangkan dalam perspektif fiqih islam praktek semacam


itu tidak diperbolehkan (haram) dengan jelas tanpa pengecualian.
Setidaknya pendapat inilah yang lebih masyhur dan normatif
diantara khilafiyah para ulama’ yang mengacu pada konsep fiqih
klasik bahwa “kullu qardlin jarran manfa’atan fahuwa riba”,
artinya setiap hutang yang mendatangkan keuntungan berupa
manfa’at adalah riba.
Riba dilarang dalam agama Islam karena tidak sesuai
dengan prinsip keadilan dan keseimbangan. Dimana, terdapat pihak
yang menanggung beban lebih berat akibat bunga (interest) yang
diberlakukan, sedangkan di pihak lain mengalami pertambahan
keuntungan yang sangat signifikan. Pada dasarnya, dalam praktek
riba tidak ada prinsip keseimbangan dan tolong menolong antar
sesama.8

b) Fiqih Zakat
Zakat secara etimologi (lughat) zakat memiliki beberapa
makna, diantaranya adalah suci, “sesungguhnya beruntunglah
orang yang menyucikan jiwa itu” (asySyams:9).Selain itu, zakat
dapat bermakna tumbuh dan berkah. Secara syar’i zakat adalah
sedekah tertentu yang diwajibkan dalam syariah terhadap harta
orang kaya dan diberikan kepada orang yang berhak menerimanya.
Zakat merupakan pilar penting bagi tata kehidupan sosial-
religi umat islam. Dimana si kaya (yang telah memenuhi syarat)

8
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis, (Jakarta, KENCANA, 2008),
h. 13

11
diwajibkan memberikan sebagian harta mereka (sesuai aturan)
untuk diberikan kepada umat yang membutuhkan (8 Ashnaf).
Zakat merupakan pilar agama islam dalam tata perokonomian
umat. Zakat adalah jawaban yang tepat untuk menghadirkan
pendapatan dan kesejahteraan yang merata dalam masyarakat dan
menghapus kesenjangan yang tidak diharapkan oleh sebagian besar
orang. Zakat akan memberikan dampak positif bagi orang yang
membutuhkan, setidaknya akan mengurangi beban mereka, akan
tetapi zakat juga memberikan dampak yang positif pula bagi yang
mereka mengeluarkannya.
Firman Allah Qs. Al-Baqarah : 2-3

ِ َٰٓ‫بََٰٓلَٰٓزَٰٓيَٰٓبََٰٰٓٓ ِفي َِٰٓهَٰٓ ُهدَٰٓي َِٰٓلّلَٰٓ ُمت َّ ِقيهَٰٓٱلَّرِيهَٰٓيُؤَٰٓ ِمنُىنََِٰٰٓٓبٱلَٰٓغي‬


َٰٓ َٰٓ‫بَٰٓويُ ِقي ُمىن‬ ُ َٰٓ‫ذَٰٓ ِلكَٰٓٱلَٰٓ ِكت‬
َٰٓ ََٰٰٓٓ‫صلىَٰٓةَٰٓو ِم َّمآَٰزشقَٰٓنَٰٓ ُهمََٰٰٓٓيُن ِفقُىن‬
َّ ‫ٱل‬
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman
kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan
sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”

Dewasa ini, pengelolaan zakat yang dilakukan secara


profesional menekankan adanya pemberdayaan ekonomi umat agar
mereka lebih produktif untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Pengelolaan zakat yang profesional, tidak serta merta memberikan
harta zakat kepada mustahiq untuk dikonsumsi dan jauh dari
pragmatism zakat sebelumnya. Selanjutnya dapat dilihat dampak
ekonomis aplikasi zakat, dalam implementasinya zakat mempunyai
zakat dominan dalam kehidupan masyarakat. Diantara dampaknya
adalah:9

a. Produksi
Dengan adanya zakat akan menimbulkan new demander
potensial sehingga akan meningkatkan permintaan secara
9
Ibid, h. 16

12
agregat yang pada akhirnya akan mendorong produsen untuk
meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan.
b. Investasi
Dampaknya lain yang dimunculkan dari peningkatan produksi
diatass maka akan mendorong perusahaan (firms) untuk
meningkatkan investasi.
c. Lapangan kerja
Karena adanya peningkatan investasi mendorong perluasan
produksi yang lebih besar yang pada akhirnya akan membuka
kesempatan kerja.
d. Pertumbuhan ekonomi
Karena peningkatan konsumsi secara agregate dan
meningkatnya investasi hal itu akan mendorong laju
bertumbuhan ekonomi.
e. Kesenjangan social
Zakat juga berperan dalam mendistribusikan pendapatan
khususnya dalam mengurangi kesenjangan pendapatan yang
pada akhirnya akan mengurangi kesenjangan sosial.10

4. Perbedaan Ekonomi Makro Syariah dan Konvensional


Dalam teori makro, kita menggolongkan orang-orang atau
lembaga-lembaga yang melakukan kegiatan ekonomi menjadi lima
kelompok besar:
a) Rumah Tangga.
b) Produsen.
c) Pemerintah.
d) Lembaga-lembaga Keuangan.
e) Negara-negara Lain

10
Ibid, h. 18

13
Kegiatan dari kelima kelompok pelaku ini serta kaitannya dengan
keempat pasar di atas akan dijelaskna perbedaan makro islam dengan
makro konvenmsional :
a) Kegiatan Kelompok Rumah Tangga (Household)
Kelompok rumah tangga melakukan kegiatan-kegiatan pokok
berupa:
1) Menerima penghasilan dari para produsen dari
“penjualan” tenaga kerja merka (upah), deviden, dan
dari menyewakan tanah hak milik mereka. Dalam
ekonomi Islam, belanja (konsumsi) terikat dengan
kehalalan jenis “pekerjaan yang dijual”.
2) Menerima penghasilan dari lembaga keuangan berupa
bunga atas simpanan-simpanan mereka. (teori
konvensional/non syari’ah). Dalam sistem ekonomi
syariah mereka mendapat bagi hasil (profit
sharing).
3) Membelanjakan penghasilan tersebut di pasar
barang/jasa(sebagai konsumen). Dalam ekonomi
Islam, belanja (konsumsi) terikat dengan kehalalan
barang/jasa yang akan dibeli.11
4) Menyisihkan sisa dari penghasilan tersebut untuk
ditabung pada lembaga-lembaga keuangan. Dalam
masyarakat Muslim, penghasilan juga disisihkan
untuk zakat, infak dan sedekah (ZIS).
5) Membayar pajak kepada pemerintah.
6) Masuk dalam pasar uang sebagai “peminta”
(demanders) karena kebutuhan mereka akan uang tunai
untuk misalnya transaksi sehari-hari.
b) Kegiatan Kelompok Perusahaan (Firm)

11
Muhammad Syahbudi, Ekonomi Makro Perspektif Islam, (Medan, 2018), h. 11

14
Kelompok produsen melakukan kegiatan-kegiatan pokok
berupa:
1) Memproduksi dan menjual barang-barang/jasa-jasa
(yaitu sebagai supplier di pasar barang). Dalam
ekonomi islam, memproduksi dan menjual
barang/jasa harus berupa barang/jasa yang halal.
2) Menyewa/menggunakan faktor-faktor produksi yang
dimiliki oleh kelompok rumah tangga untuk proses
produksi.
3) Menentukan pembelian barang-barang modal dan stok
barang-barang lain (selaku investor masuk dalam pasar
barang sebagai peminta atau demander).
4) Meminta kredit dari lembaga keuangan untuk
membiayai investasi mereka (sebagai demander di pasar
uang). Dalam ekonomi Islam, berupa pembiayaan
yang sesuai syariah (mudhorobah/muyarakah) dan
sistem bagi hasil.
5) Membayar pajak. Dalam ekonomi Islam, selain pajak,
perusahaan juga dikenai pembayaran zakat
perusahaan.

c) Kegiatan Kelompok Pemerintah (Government)


Pemerintah (termasuk di dalamnya Bank sentral) melakukan
kegiatan berupa:
1) Menarik pajak langsung dan tak langsung.
2) Membelanjakan penerimaan negara untuk membeli
barang-barang kebutuhan pemerintah (sebagai
demander di pasar barang).
3) Meminjam uang dari luar negeri. Dalam ekonomi
Islam, pinjaman adalah pembiayaan yang sesuai
dengan syari’ah dan bebas riba.

15
4) Menyewa tenaga kerja (sebagai demander di pasar
tenaga kerja).
5) Menyediakan kebutuhan uang (kartal) bagi masyarakat
(sebagai supplier di pasar uang).

d) Kegiatan Kelompok Negara-Negara Lain (Ekspor-Impor).


1) Menyediakan kebutuhan barang impor (sebagai supplier
di pasar barang). Dalam ekonomi islam, barang
impor terikat dengan status kehalalannya.
2) Membeli hasil-hasil ekspor kita (sebagai demander di
pasar barang).
3) Menyediakan kredit untuk pemerintah dan swasta
dalam negeri. Dalam ekonomi islam berupa
pembiayaan secara syariah dan bebas
interst/bunga/riba.
4) Membeli dari pasar barang untuk kebutuhan cabang
perusahaannya di Indonesia. Masuk dalam pasar uang
dalam negeri sebagai penyalur uang (devisa) dari luar
negeri (sebagai supplier dana) dan sebagai peminta
kredit dan uang kartal rupiah untuk kebutuhan cabang-
cabang perusahaan mereka di Indonesia (demander
akan dana). Singkatnya sebagai penghubung pasar uang
dalam negeri dengan pasar12 uang luar negeri). Dalam
ekonomi Islam, sistem jual beli forex (foreign
exchange) harus sesuai dengan syari’ah dan bebas
riba serta gharar

e) Kegiatan Kelompok Lembaga Keuangan

12
Ibid, h. 12

16
Kelompok lembaga Keuangan mencakup semua bank-bank dan
lembaga-lembaga keuangan lainnya kecuali bank Central
(Bank Indonesia). Kegiatan mereka berupa:
1) Menerima simpanan/deposito dari rumah tangga.
2) Menyediakan kredit dan uang giral (sebagai supplier
dalam pasar uang). Dalam ekonomi islam, kredit
disini berarti pembiayaan secara syari’ah dan bebas
bunga/interest.13

C. Penutup
1. Kesimpulan.
Ekonomi Makro Islam adalah ilmu yang membahas permasalahan
kebijakan ekonomi secara makro, berupa pengelolaan dan
pengendalian, sesuai dengan ajaran Islam.
Ilmu ekonomi makro adalah cabang dari ilmu ekonomi, yang
membahas permasalahan kebijakan makro, yakni berupa pengelolaan
dan pengendalian umum perekonomian secara nasional, sehingga bisa
tumbuh secara seimbang dan terhindar dari keadaan-keadaan yang
mengganggu keseimbangan tersebut.
Perkembangan Teori Ekonomi Makro : Teori Inflansi (Teori
Kuantitas, Teori Keynesia, Teori Strukturalis, Mark-up Model), Uang
(Teori Permintaan dan Penawaran Uang).
Perbedaan Ekonomi Makro Syariah dan Konvensional. Dalam teori
makro, kita menggolongkan orang-orang atau lembaga-lembaga yang
melakukan kegiatan ekonomi menjadi lima kelompok besar: Rumah
Tangga, Produsen, Pemerintah, Lembaga-lembaga Keuangan, Negara-
negara Lain.

2. Saran

13
Ibid, h. 13

17
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan dan sumber yang didapat, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya
makalah ini jauh lebih sempurna.

18
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Syahbudi Muhammad. Medan 2018. Ekonomi Makro Perspektif Islam.

Baini’ Nirmala. Rahmawati Fitri. April 2020. Teori Ekonomi Makro


Dalam Literatur Islam Klasik. Jurnal Ekonomi Syariah. Volume 07. Nomor 01

Muchtolifah. 2018. Ekonomi Mikro. Unesa University Press

Veritia. 2019. Teori Ekonomi Makro. Banten. UNPAM PRESS. 2019

Huda Nurul. 2008. Ekonomi Makro Islam : Pendekatan Teoritis. Jakarta,


KENCANA. 2008

19

Anda mungkin juga menyukai