Anda di halaman 1dari 7

PERAN BANK SENTRAL DALAM SISTEM MONETER ISLAM DI

INDONESIA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mandiri pada mata kuliah Ekonomi
Moneter Islam
Dosen Pengampu : Dr. Budi Solihin, M. A

Disusun Oleh :
Nurasiah Juniawati
NIM. 201912003

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SUMEDANG
2021
Peran Bank Sentral dalam Sistem Moneter Islam di Indonesia

A. Pendahuluan
Pada dasarnya Bank sentral tidak dapat diartikan sebagai “Bank” seperti
pada bank umum. Dalam hal ini bank sentral memiliki konsepsi yang berbeda.
Bank umum cenderung untuk berusaha menginvestasikan assetnya dengan tujuan
memaksimumkan profit. Disisi lain, bank sentral sebagai bank milik pemerintah,
adalah lembaga keuangan yang tidak bertujuan untuk memaksimumkan profit
melainkan untuk kegagalan yang dialami perbankan maupun bukan bank,
kestabilan timgkat harga, kesempatan kerja dan akhirnya pada pertumbuhan
ekonomi.
Di Indonesia bank yang diberi wewenang sebagai bank sentral adalah Bank
Indonesia. Bersama dengan pemerintah pusat, Bank Indonesia berfungsi sebagai
penguasa moneter. Dalam hal ini pemerintah pusat melakukan fungsi yang
terutama berhubungan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan mencari
pinjaman dari negara-negara lain, misalnya melalui Inter Governmental Group on
Indonesia (IGGI). Bersama dengan bank-bank umum, penguasa moneter
merupakan unsur-unsur sistem moneter yang ada di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Bank Sentral?
2. Bagaimana Peran Bank Sentral dalam Sistem Moneter di Indonesia?
3. Bagaimana Bank Sentral Indonesia Jika Menerapkan Ekonomi Syariah?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menjawab
pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Memaparkan Pengertian Bank Sentral.
2. Memaparkan Peran Bank Sentral dalam Sistem Moneter di Indonesia.
3. Memaparkan Bank Sentral Indonesia Jika Menerapkan Ekonomi Syariah.
D. Pengertian Bank Sentral
Pada dasarnya, pengertian bank sentral adalah sebuah instansi atau lembaga
keuangan yang memiliki tanggung jawab atas suatu kebijakan moneter dan melahirkan
tingkat aktivitas ekonomi yang stabil dalam suatu negara. Bank sentral adalah lembaga
yang dimiliki oleh pihak swasta dalam suatu pemerintah negara yang memiliki tanggung
jawab atas stabilitas nilai mata uang, stabilitas sektor perbankan, menjaga tingkat inflasi,
dan seluruh sistem keuangan dalam suatu negara.
Peran bank sentral di Indonesia sendiri diserahkan pada Bank Indonesia. sehingga,
Bank Indonesia memiliki kewenangan penuh yang independen atas peraturan dan
pengawasan berbagai kegiatan lembaga keuangan bank di Indonesia.
Bank sentral adalah bank yang ditugasi untuk mengawasi dan
memanipulasi jumlah uang yang beredar agar sesuai dengan yang diperlukan, baik
untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga maupun spekulasi, sehingga roda
perekonomian dapat berjalan lancar. Oleh karena itu Bank Sentral pada umumnya
mempunyai dua peranan, yaitu sebagai salah satu unsur penguasa moneter yang
berwenang melaksanakan kebijakan moneter, dan sebagai lembaga yang diberi
wewenang untuk mengatur, mengawasi dan mengendalikan sistem moneter yang
ada dalam satu masyarakat atau negara.
Di Indonesia bank yang diberi wewenang sebagai bank sentral adalah Bank
Indonesia (UU No.13 tahun 1968, pasal 1 ayat 1). Bersama dengan pemerintah
pusat, Bank Indonesia berfungsi sebagai penguasa moneter. Dalam hal ini
pemerintah pusat melakukan fungsi yang terutama berhubungan dengan Dana
Moneter Internasional (IMF) dan mencari pinjaman dari negara-negara lain,
misalnya melalui Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI). Bersama
dengan bank-bank umum, penguasa moneter merupakan unsur-unsur sistem
moneter yang ada di Indonesia.1
E. Peran Bank Sentral dalam Sistem Moneter di Indonesia
Sebagai otoritas moneter, perbankan dan sistem pembayaran, tugas utama
Bank Indonesia tidak saja menjaga stabilitas moneter, namun juga stabilitas sistem
keuangan (perbankan dan sistem pembayaran). Keberhasilan Bank Indonesia
dalam menjaga stabilitas moneter tanpa diikuti oleh stabilitas sistem keuangan,
tidak akan banyak artinya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Stabilitas moneter dan stabilitas keuangan ibarat dua sisi mata uang
yang tidak dapat dipisahkan. Kebijakan moneter memiliki dampak yang signifikan
terhadap stabilitas keuangan begitu pula sebaliknya, stabilitas keuangan
merupakan pilar yang mendasari efektivitas kebijakan moneter. Sistem keuangan
merupakan salah satu alur transmisi kebijakan moneter, sehingga bila terjadi
ketidakstabilan sistem keuangan maka transmisi kebijakan moneter tidak dapat
berjalan secara normal. Sebaliknya, ketidakstabilan moneter secara fundamental
akan mempengaruhi stabilitas sistem keuangan akibat tidak efektifnya fungsi
sistem keuangan. Inilah yang menjadi latar belakang mengapa stabilitas sistem
keuangan juga masih merupakan tugas dan tanggung jawab Bank Indonesia.
Pertanyaannya, bagaimana peranan Bank Indonesia dalam memelihara
stabilitas sistem keuangan? Sebagai bank sentral, Bank Indonesia memiliki lima
peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang
mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu
adalah:

1
Prathama Rahardja, Uang & Perbankan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.69.
1. Bank Sentral (Bank Indonesia) memiliki tugas untuk menjaga stabilitas
moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka.
Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara
tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki
dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter
melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat
mematikan kegiatan ekonomi. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk
menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu
kebijakan yang disebut inflation targeting framework.
2. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga
keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga
perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.
Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang
dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat
menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian.
Untuk mencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan
kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Selain itu, disiplin pasar
melalui kewenangan dalam pengawasan dan pembuat kebijakan serta
penegakan hukum (law enforcement) harus dijalankan. Bukti yang ada
menunjukkan bahwa negara-negara yang menerapkan disiplin pasar, memiliki
stabilitas sistem keuangan yang kokoh. Sementara itu, upaya penegakan
hukum (law enforcement) dimaksudkan untuk melindungi perbankan dan
stakeholder serta sekaligus mendorong kepercayaan terhadap sistem keuangan.
Untuk menciptakan stabilitas di sektor perbankan secara berkelanjutan, Bank
Indonesia telah menyusun Arsitektur Perbankan Indonesia dan rencana
implementasi Basel II.
3. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga
kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada
salah satu peserta dalam sistem sistem pembayaran, maka akan timbul risiko
potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.
Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular
(contagion risk) sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank
Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi
risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara
lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau
dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat
lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai
otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan
keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
4. Melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat
mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan.
Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat
memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi kejutan
(potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui
riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator
macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan
pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas
terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam
gangguan dalam sektor keuangan.
5. Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistim keuangan
melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi
LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam
mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan.
Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal
maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi
masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat
sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bank yang
mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan
untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank
Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu,
pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan
dalam penyediaan likuiditas tersebut.2
F. Bank Sentral Indonesia Jika Menerapkan Sistem Ekonomi Syariah
Sistem ekonomi dan keuangan syariah tidak hanya mengenai agama saja
tetapi bisa membahas aspek yang lebih luas. Hal ini terlihat dari penerapan sistem
ekonomi dan keuangan syariah tidak hanya terjadi di negara muslim. Banyak
negara non-Islam yang saat ini telah menggunakan sistem ekonomi dan keuangan
syariah ini.
Di Inggris praktek keuangan syariah sudah sangat lazim dilakukan dan
London saat ini sudah menjadi pusat bisnis dan keuangan syariah kawasan Eropa.
Bank sentral Inggris yakni Bank of England bahkan telah meluncurkan instrumen
likuiditas khusus basis syariah. Ini adalah alternatif fasilitas untuk likuiditas
perbankan di Inggris.
Jadi perbankan dan institusi keuangan syariah di Inggris bisa dapatkan
akses sesuai prinsip syariah dari bank sentral. Aset keuangan syariah global akan
terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Di mana aset keuangan syariah
global tercatat US$ 2,88 triliun di 2019 dan diperkirakan akan mencapai US$ 3,69

2
Otoritas Jasa Keuangan, perbankan Stabilitas Sistem Keuangan
triliun di 2024. Artinya, perkembangan ekonomi syariah secara global terus
meningkat.
Indonesia juga tidak kalah. Hal ini terlihat dari perkembangan pasar
keuangan syariah juga terus berkembang dan tidak hanya melalui perbankan
syariah tapi melalui pasar modal bahkan fintech syariah. Dalam hal ini, BI akan
terus mendukung perkembangannya salah satunya melalui Blue Print Sistem
Pembayaran Ekonomi dan Keuangan Syariah. Dalam hal ini akan ada tiga pilar
yang dijadikan kunci oleh BI untuk mendorong pengembangan ekonomi syariah
di Indonesia. Pertama pemberdayaan ekonomi syariah dengan pengembangan
ekosistem halal value chain. Kedua, pendalaman pasar keuangan syariah. Ketiga
penguatan riset assesment dan edukasi.3
Sebagai bentuk konsistensi Bank Indonesia untuk mengembangkan
ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia, akan berdampak positif bagi
penguatan stabilitas moneter, sistem keuangan, dan kesejahteraan masyarakat
secara umum. Bank Indonesia telah mengeluarkan Cetak Biru (Blueprint)
Ekonomi dan Keuangan Syariah sebagai panduan internal Bank Indonesia maupun
dengan pihak eksternal yang berhubungan dengan aktivitas dan pelaksanaan cetak
biru tersebut.
Dengan cetak biru ekonomi dan keuangan syariah ini, Bank Indonesia
sebagai otoritas moneter dan stabilitas sistem keuangan, tetap berperan serta dalam
pengembangan ekonomi dan keuangan syariah bersama stakeholder terkait dengan
mengacu kepada prinsip dan nilai-nilai ekonomi, keuangan syariah yang
berdimensi keadilan, transparansi, produktivitas, dan tata kelola yang baik
(governance).
Jadi, jika Bank Sentral Indonesia menerapkan sistem Ekonomi Syariah
maka akan berdampak positif pada sistem keuangan di Indonesia dan pada
kesejahteraan masyarakat.
G. Kesimpulan
Bank sentral adalah sebuah instansi atau lembaga keuangan yang memiliki
tanggung jawab atas suatu kebijakan moneter dan melahirkan tingkat aktivitas
ekonomi yang stabil dalam suatu negara.
Tugas Bank Sentral adalah untuk mengawasi dan memanipulasi jumlah
uang yang beredar agar sesuai dengan yang diperlukan, baik untuk keperluan
transaksi, berjaga-jaga maupun spekulasi, sehingga roda perekonomian dapat
berjalan lancar.
Dan jika Bank Sentral Indonesia menerapkan sistem Ekonomi Syariah
maka akan berdampak positif pada sistem keuangan di Indonesia dan pada
kesejahteraan masyarakat.

3
Lidya Julita S, Syariah CNBC Indonesia
Daftar Pustaka

Prathama Rahardja, Uang & Perbankan (Jakarta: Rineka Cipta, 1997)


Otoritas Jasa Keuangan, perbankan Stabilitas Sistem Keuangan
Lidya Julita S, Syariah CNBC Indonesia

Anda mungkin juga menyukai