Anda di halaman 1dari 9

MANAJEMEN RESIKO PADA PT. JAPFA COMPEED INDO TBK.

POULTRY
BREEDING DIVISION.
UNIT HATCHERY PARUNGKUDA, SUKABUMI

Disusun Oleh:
M. Iksal Ilham
C.2011039

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS DJUANDA

BOGOR
2023
A. Profil Pt. Japfaa Compeed Indo Tbk
PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk merupakan salah perusahaan pakan ternak terbesar di
Indonesia yang didirikan pada tanggal 8 Maret 1978 dengan akte notaris Kartini Mulyadi
No. 85 dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). ”Japfa” merupakan
singkatan dari Java Pelletizing Factory di mana pada Tahun 1971 PT. Japfa mengawali
usahanya dari join venture 50-50 antara PT. Perusahaan Dagang & Industri Ometraco
dengan Graanhandel Thegra NV (Netherlands). Lokasi pendirian PT. Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk pertama di jalan Nilam Barat no. 7 Perak Surabaya, menempati satu gudang
di atas tanah seluas 300 m2 yaitu pada tahun 1971-1979. Pada tanggal 1 Mei 1980, PT.
Japfa Comfeed Indonesia, Tbk (PT. JCI) pindah ke jalan Raya Mangundiprojo km 3,5
Sidoarjo yang menempati tanah seluas 25 hektar sampai dengan sekarang. Adapun hingga
tahun 2013 ini telah berdiri 13 unit, salah satunya PT. Japfa Compeed Indo Tbk Unit
Hatchery Parungkuda Sukabumi. Adapun Visi Misi Pt. Japfaa Compeed Indo Tbk Cabang
Sukabumi
Visi Perusahaan : Berkembang menuju kesejahteraan bersama
Misi Perusahaan : Menjadi penyedia terkemuka dan terpercaya di bidang produk pangan
berprotein terjangkau di Indonesia, berlandaskan kerjasama dan pengalaman teruji, dalam
upaya memberikan manfaat bagi seluruh pihak terkait.
B. Analisa Resiko
Istilah risiko sudah biasa dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari, umumnya
secara intuitip kita sudah memahami apa dimaksudkan. Secara ilmiah pengertian risiko
masih tetap beragam. Ada banyak definisi tentang risiko. Risiko dapat ditafsirkan sebagai
bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya dengan
keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini. Risiko adalah
ketidakpastian yang berdampak pada sasaran perusahaan yang bersifat negatif maupun
positif, tetapi yang perlu ditindaki yaitu risiko yang berdampak negatif dikarenakan akan
menjadi hambatan untuk mencapai sebuah sasaran maupun tujuan dalam perusahaan
jangka pendek maupun jangka panjang. Risiko pada umumnya dipandang sebagai sesuatu
yang negatif, seperti kehilangan, bahaya, dan konsekuensi lainnya. Kerugian tersebut
merupakan bentuk ketidakpastian yang seharusnya dipahami dan dikelolah secara efektif
oleh organisasi sebagai bagian dari strategi sehingga dapat menjadi nilai tambah dan
mendukung pencapaian tujuan organisasi.
Manajemen Risiko merupakan sebuah pendekatan yang dilakukan terhadap risiko
yaitu dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek.
Manajemen risiko adalah sebuah proses yang mengidentifikasi, mengukur,
mengembangkan, menyeleksi dan mengatur pilihan-pilihan untuk menangani risiko-risiko
tersebut (Kerzner, 2008). Manajemen risiko yang layak yaitu manajemen risiko yang
mengaplikasikan kemungkinan kemungkinan di masa mendatang dan bersifat proaktif dari
ada reaktif. Sehingga, manajemen risiko tidak hanya mengurangi kecenderungan
terjadinya risiko namun juga dampak yang timbul. Adapun jenis-jenis resiko antara lain :
1. Resiko Kredit
Risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu perusahaan,
isntitusi, lembaga maupun pribadi dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya
secara tepat waktu baik pada saat jatuh tempo maupun sesudah jatuh tempo dan itu
semua sesuai dengan aturan dan kesepakatan yang berlaku. Dengan kata lain, resiko
kredit adalah resiko kerugian akibat kegagalan pihak lawan memenuhi
kewajibannya. Dimana berhubungan dengan pihak peminjam yang tidak mampu
memenuhi kewajiban pada bank pada saat jatuh tempo. Resiko kredit dapat
bersumber dari berbagai aktivitas fungsional bank seperti pengkreditan
(pembiayaan) aktivitas treasury (penempatan dana antar bank), membeli obligasi
korporasi), aktivitas investasi dan pembiayaan perdagangan.
Penafsiran risiko kredit menjadi lebih spesifik lagi pada saat diharapkan
pada bentuk bisnis yang dijalankan, seperti lembaga perbankan dan non perbankan.
Risiko kredit dari segi perspektif perbankan adalah risiko kerugian yang diderita
rebank, terkait dengan kemungkinan bahwa pada saat jatuh tempo, counterparty-
nya gagal memenuhi kewajiban-kewajiban kepada bank.
Ruang lingkup kinerja suatu lembaga memberi pengaruh dasar pada input
dan output yang dihasilkan. Aktivitas input dan output tersebut memberi celah
masuknya berbagai risiko, baik risiko kredit, risiko bunga, risiko operasional, risiko
pasar, dan berbagai bentuk risiko lainnya. Lebih jauh perusahaan dituntut untuk
mampu melakukan pemetaan risiko agar bisa dipahami secara mudah.
2. Resiko Operasional
Risiko operasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari
masalah internal perusahaan, dimana risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya
sistem kontrol manajemen yang dilakukan oleh pihak internal perusahaan. Contoh
risiko operasional adalah risiko pada komputer karena telah terserang virus,
kerusakan maintenance pabrik, kecelakaan kerja, kesalahan pembelian barang dan
tidak ada kesepakatan bahwa barang yang dibeli dapat ditukar kembali, dan lain
sebagainya. Risiko operasional bebrbeda dari jenis risiko lainnya, karena risiko ini
tidak berhubungan langsung untuk menghasilkan imbal hasil (return). Tetapi
keberadaan risiko itu dalam setiap kegiatan perusahaan turut berdampak pada
proses manajemen risiko. Kegagalan dalam mengelola risiko operasional secara
baik akan berakibat terhadap pengambaran profil hubungan risiko dengan imbal
hasil (risk/return prifile) yang keliru serta membuka peluang bagi perusahaan untuk
menderita rugi signifikan.
3. Resiko Pasar
Risiko pasar muncul karena harga pasar bergerak dalam arah yang
merugikan organisasi. Misal, suatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas
saham yang dibeli dengan harga Rp 1 miliar. Misalkan harga saham jatuh, sehingga
nilai pasar saham tersebut turun menjadi Rp 800 juta. Perusahaan tersebut
mengalami kerugian karena nilai portofolio sahamnya turun sebesar Rp 200 juta.
Kerugian tersebut disebabkan karena harga saham bergerak kearah yang kurang
menguntungkan. Risiko pasar adalah risiko kerugian dari posisi on dan off-balance
sheet yang ditimbulkan dari pergerakan harga pasar. Risiko ini menimbulkan
dampak pada perusahaan yang memiliki instrumen keuangan pada neracanya.
Namun, risiko ini tidak menimbulkan dampak jika perusahaan hanya bertindak
sebagai intermediaries dalam suatu transaksi. Dalam pengertian lain, risiko pasar
merupakan kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan yang disebabkan oleh
perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali perusahaan. Risiko pasar
sering disebut juga sebagai risiko yang menyeluruh, karena sifat umumnya adalah
bersifat menyeluruh dan di alami oleh seluruh perusahaan. Contohnya krisis
ekonomi dunia tahun 1930-an, krisis ekonomi Indonesia 1997 dan 1998.
4. Resiko Valuta Asing
Ada banyak definisi tentang risiko. Salahsatunya ialah risiko dapat
ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastiaan tentang suatu keadaan yang
akan terjadi nantinya. Sedangkan pengertian valuta asing ialah mata uang yang
diakui, digunakan, dipakai, dan diterima sebagai alat pembayaran oleh banyak
negara dalam perdagangan internasional. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pengertian Risiko valuta asing adalah ketidakpastian nilai mata uang suatu
negara yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam perdagangan internasional.
Hal ini, disebabkan oleh perubahan kurs valuta asing di pasaran yang tidak sesuai
lagi dengan yang diharapkan,terutama pada saat dikonversikan dengan mata uang
domestik. Contoh : Misalkan pada tanggal 10 oktober 2020 ; 1 $ USA = Rp
1.000,00. Pada tanggal 15 oktober 2020; 1$ USA = 1.150,00. Maka kenaikan 1$
USA selama 5 hari adalah Rp 150,00.
Dalam situasi era globalisasi sekarang ini aktivitas kuangan tidak lagi
mengenal batas (borderless) sehingga memungkinkan berbagai pihak bisa terlibat
dalam kondisi yang menguntungkan dan merugikan. Maka lembaga keuangan
khususnya perbankan adalah pihak yang paling signifikan menerima pengaruh dan
dampak risiko dari kondisi ini. Sebenarnya risiko valas ini juga dialami oleh banyak
perusahaan multinasional (multinasional corporational) karena disebabkan
keterlibatan mereka yang begitu dalam pada mata uang asing tersibut. Perdagangan
barang atau jasa, serta aliran modal dan dana antar negara selalu menimbulkan
pertukaran valuta asing antar negara, yang pada akhirnya akan menimbulkan
permintaan dan penawaran terhadap suatu mata uang tertentu. Pada saat permintaan
terhadap mata uang tertentu bertemu dengan penawaran terhadap mata uang yang
sama, maka akan terbentuk pasar dan harga/kurs valuta asing.
5. Resiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah suatu risiko yang mana pada suatu perusahaan atau
individu sudah tidak mampu lagi memenuhi kewajiban keuangan dalam jangka
waktu pendek karena tidak bisa mengubah asetnya menjadi uang tunai. Hal tersebut
sering kali terjadi karena asetnya tidak bisa dijual dengan harga yang wajar yang
disebabkan kurangnya daya beli dan pergerakan harga yang terlalu besar pada suatu
perusahaan. Likuiditas adalah salah satu aspek yang sangat penting di dalam
keuangan sebuah perusahaan. Perannya yang sangat penting ini pastinya akan
menentukan tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam menutupi kewajiban
lancarnya. Tapi, jika perusahaan tidak mampu melakukan pengelolaan keuangan
secara tepat, maka kemungkinan besar akan timbul risiko likuiditas di masa depan.
Jika hal ini tidak bisa segera diatasi, tentunya akan berdampak buruk untuk
perusahaan. Untuk itu, menilai risiko likuiditas sangatlah penting, sehingga
perusahaan akan sangat membutuhkan kecermatan analisis tim keuangan dalam hal
menilai risiko likuiditas. Mereka adalah tim yang memiliki tanggung jawab dalam
memahami penyebab, risiko likuiditas yang mungkin akan timbul, cara mengelola
dan hal lainnya.
C. Analisa dan Evaluasi Resiko di Pt Japfaa Compeed Indo Tbk. Cabang Sukabumi
PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk salah satu perusahaan
pertanian makanan terbesar dan terkemuka di Indonesia yang didirikan
pada tanggal 8 Maret 1978 ”Japfa” merupakan singkatan dari Java
Pelletizing Factory di mana pada Tahun 1971 PT. Japfa mengawali
usahanya dari join venture 50-50 antara PT. Perusahaan Dagang &
Industri Ometraco dengan Graanhandel Thegra NV (Netherlands).
Adapun pada tahun 2013 PT. Japfa Comfreed Indonesia, Tbk telah berdiri
13 unit, salah satunya PT. Japfa Compeed Indo Tbk Unit Hatchery
Parungkuda Sukabumi. PT. Japfa Compeed Indo Tbk, Cabang Sukabumi
merupakan salah satu perusahaan pembibtan ayam dan penetesan telur
yang didirikan di Jalan Raya Cipanggulaan Rt03/01 Desa pondokaso
landeuh Kecamatan parungkuda Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa
Barat.
Dalam berbagai pada kegiatan yang telah dilakukan oleh
perusahaan nantinya pasti akan berhubungan dengan risiko operasional.
Apabila dalam suatu perusahaan berhasil dalam mengelola risiko
operasional maka pasti akan memberi dampak positif pada naiknya
kualitas yang didapatkan dari perusahaan tersebut. Pada saat ini risiko
operasional ini semakin banyak ditemukan seiring munculnya beberapa
kasus pada perusahaan. Dalam risiko operasional terdapat beberapa
klasifikasi / kategori risiko operasional diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Risiko proses internal yang disebabkan kegagalan dari proses
maupun prosedur. Misalnya: kelalaian dalam pemasaran, pencucian
uang, kesalahan transaksi, dokumentasi tidak lengkap, kesalahan
dalam memasarkan produk, pengendalian risiko yang kurang
memadai.
2. Risiko Manusia Misalnya: Fraud internal, kurang berkualitas dalam
pelatihan, terlalu bergantung pada karyawan tertentu, pergantian
karyawan yang tinggi,
3. Risiko sistem yang disebabkan adanya penggunaan teknologi serta
sistem. Misalnya: kesalahan dalam menginput data, kesalahan pada
saat pemograman, permasalahan keamanan sistem serta teknologi.
4. Risiko eksternal Misalnya: bencana alam, kebakaran, perampokan
serta tindakan kriminal lainnya, pemadaman listrik PLN, Fraud
eksternal.
Resiko yang dialami oleh PT Japfa Compeed Indo Tbk, Cabang
Sukabumi ialah resiko manusia hal ini dapat dilihat dari target produksi
Pt. Japfaa Compeed Indo Tbk, Cabang Sukabumi.
Data Produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk.
Cabang Sukabumi Tahun 2022
No Bulan Target Realisasi Ketercapaian Keterangan
(Box) (Box) (%)
1 Januari 58.156 56.521 97% Tidak Tercapai
2 Februari 54.623 54.487 100% Tercapai
3 Maret 61.451 62.091 100% Tercapai
4 April 59.173 59.261 100% Tercapai
5 Mei 60.196 58.005 96% Tidak Tercapai
6 Juni 58.156 54.470 94% Tidak Tercapai
7 Juli 59.173 57.079 96% Tidak Tercapai
8 Agustus 61.451 62.893 100% Tercapai
9 September 60.196 61.790 100% Tercapai
10 Oktober 58.156 59.139 100% Tercapai
11 November 59.173 55.120 93% Tidak Tercapai
12 Desember 61.451 59.120 96% Tidak Tercapai
Jumlah 711.355 700.079 98% Tidak Tercapai
Rata-Rata 58.280 56.521 95% Tidak Tercapai
Berdasarkan Tabel ketercapaian PT. Japfa Comfeed Indo Tbk. Cabang Sukabumi
cenderung berfluktuatif. Rata-rata ketercapaian adalah 95% dari target ketercapaian 100%
per bulan. Ketercapaian target terjadi pada bulan Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli.
Hal ini dikarenakan pada bulan-bulan tersebut permintaan pasar meningkat
sehingga proses produksi pada PT. Japfa Comfeed Indo Tbk Cabang Sukabumi juga ikut
meningkat. Sebaliknya untuk bulan-bulan lainnya ketercapaian tidak mencapai target yang
sudah ditentukan sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan secara
menyeluruh termasuk kinerja karyawan yang diduga karena kurang pelatihan terhadap
karyawan.
D. Penanganan Resiko
Sebaiknya bagian HRD & dokter hewan perusahaan bekerjasama untuk melakukan
inovasi dalam proses produksi dengan mengadakan program pelatihan dan pengembangan
karyawan dalam bidang vaksinasi DOC, dengan tujuan agar PT. Japfa Comfeed Indo Tbk
Cabang Sukabumi mempunyai karyawan yang mempunyai keahlian khusus vaksinasi
DOC, dengan begitu perusahaan juga bisa lebih mengupayakan dalam menekan biaya
proses produksi.
Dan untuk karyawan sebaiknya ketika telah menyelesaikan semua tugas di
divisinya masing-masing dalam menunggu jam pulang kerja, penulis menyarankan kepada
karyawan selain melakukan sanitasi lingkungan, karyawan juga seharusnya menawarkan
inovasi proses produksi kepada atasannya agar karyawan dari divisi lain diberi kesempatan
untuk belajar vaksinasi DOC dan didampingi oleh dokter hewan dalam proses
pembelajarannya untuk mengisi waktu sampai jam pulang kerja karyawan.

Anda mungkin juga menyukai