Anda di halaman 1dari 21

BAB I

LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata “Resiko” dan sudah biasa dipakai dalam
percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun
organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko terkena
banjir di musim hujan dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut
tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kita pahami dan sepakati bersama bahwa
tujuan berwirausaha adalah membangun dan memperluas keuntungan kompetitif dalam organisasi.
Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari aktivitas mengelola
resiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya berhadapan dengan resiko usaha dan resiko non
usaha. Imam Ghazali dalam Kasidy, Manajemen Resiko (2010) menyatakan bahwa, resiko usaha adalah resiko
yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi
pemegang saham. Sedangkan resiko non usaha adalah resiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau tidak tersedianya cukup
informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau
merugikan. Menurut Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan dikenal dengan
istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan
istilah resiko (risk). Dalam beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret menunjukkan pentingnya manajemen
resiko dalam bisnis pada masa kini.
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan di mana
terdapat kemungkinan yang merugikan. Bagaimana jika kemungkinan yang dihadapi dapat memberikan
keuntungan yang sangat besar, dan walaupun mengalami kerugian sangat kecil sekali. Misalnya membeli lotere.
Jika beruntung maka akan mendapat hadiah yang sangat besar, tetapi jika tidak beruntung uang yang digunakan
membeli lotere relatif kecil. Apakah ini juga tergolong resiko? Jawabannya adalah hal ini juga tergolong resiko.
Selama mengalami kerugian walau sekecil apapun hal itu dianggap resiko.
Mengapa resiko harus dikelola? Jawabannya tidak sulit ditebak, yaitu karena resiko mengandung biaya yang tidak
sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian
langsung dari peristiwa tersebut adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material,
sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siap untuk dijual). Namun juga dilihat kerugian tidak langsungnya,
seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama beberapa bulan sehingga menghentikan arus kas. Akibat
lainnya adalah macetnya pembayaran hutang kepada supplier dan kreditor karena terhentinya arus kas yang
akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen resiko. Peran dari manajemen resiko
diharapkan dapat mengantisipasi lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance,
mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan asset yang dimiliki organisasi, dan
mengurangi reactive decision making dari manajemen puncak.

BAB II
KERANGKA TEORI

Ada banyak defisini tentang risiko (risk). Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk keadaan ketidakpastian
tentang suatu keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai
pertimbangan pada saat ini. Menurut Ricky W. Griffin dan Ronal J. Ebert (dalam Irham Fahmi, 2018:2), risiko
adalah uncertainty about future events.
David K. Eiteman, Arthur I. Stonehill dan Michael H.Moffett (dalam Irham Fahmi, 2018:2), mengatakan
bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and liabilities.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa risiko adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia, ada pepatah
mengatakan tak ada hidup tanpa risiko. Risiko dapat ditafsirkan sebagai bentuk ketidakpastian tentang suatu
keadaan yang akan terjadi nantinya (future) dengan keputusan yang diambil berdasarkan berbagai pertimbangan
pada saat ini.
Pada dasarnya risiko tidak dapat dihindari dari aktivitas bisnis perusahaan, sehingga diperlukan manajemen
risiko untuk mengatasi permasalahan ini. Manfaat perusahaan mengimplementasikan manajemen risiko antara lain
memberikan peran dalam pengelolaan risiko kepada manajer perusahaan, mengingat manajer perusahaan memiliki
akses penuh terhadap informasi dan dukungan dari para professional manajemen risiko.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resiko adalah akibat yang kurang menyenangkan
(merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Resiko dalam Webster’s Desk Dictionary resiko
didefinisikan sebagai suatu potensi adanya kehilangan (Iban Sofyan, 2004)
Manajemen resiko merupakan desain prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola suatu resiko
usaha. Manajemen resiko merupakan antisipasi atas semakin kompleksnya aktivitas badan usaha atau perusahaan
yang dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi (Kasidi, 2010).
Definisi lain yang menjelaskan tentang pengertian resiko adalah kemungkinan terjadinya penyimpangan dari
harapan yang dapat menimbulkan kerugian. Resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya peristiwa menyimpang
dari apa yang diharapkan, namun penyimpangan ini baru terlihat bila sudah berbentuk kerugian (Kasidy, 2010).
Pendapat lain juga diutarakan oleh Abbas Salim dalam Kasidy (2010) Resiko adalah ketidakpastian yang
mungkin melahirkan kerugian (loss). Sehingga dari beberapa definisi yang telah diutarakan, dapat diambil
kesimpulan bahwa resiko adalah sesuatu yang belum pasti namun apabila tidak ditangani dengan tepat akan
menimbulkan kerugian bagi usaha tersebut.

Risiko adalah dampak dari ketidakpastian untuk mencapai tujuan perusahaan (ISO 31000 :2018). Setiap
proses bisnis perusahaan mengandung risiko sehingga dalam setiap kegiatan perusahaan selalu terdapat risiko,
baik berupa ancaman (threat) maupun peluang (opportunity). Risiko berupa ancaman dapat merugikan
perusahaan apabila tidak dilakukan strategi risiko. Strategi risiko dilakukan dengan mitigasi risiko (tindakan untuk
meminimalkan risiko) agar tujuan atau target perusahaan dapat tercapai. Perusahaan harus dapat mengelola risiko
yang timbul dengan mengidentifikasi, menganalisis dan kemudian melakukan evaluasi apakah risiko tersebut
harus dilakukan penanganan risiko dalam rangka memenuhi kriteria risiko.
1. Tipe-tipe Risiko
Menurut Irham Fahmi (2018:5), risiko dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe risiko:
a. Risiko Murni (Pure Risk)
Risiko murni dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) tipe risiko yaitu:
i. Risiko aset fisik
Merupakan risiko yang beakibat timbulnya kerugian pada asset fisik suatu
perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa tsunami, gunung Meletus, dll.
ii. Risiko Karyawan
Merupakan risiko karena apa yang dialami oleh karyawan yang bekerja di
perusahaan/organisasi tersebut. Contoh: kecelakaan kerja sehingga aktivitas perusahaan
terganggu.
iii. Risiko Legal
Merupakan risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak berjalan sesuai
dengan rencana. Contoh: perselisihan dengan perusahaan lain sehingga adanya persoalan
seperti ganti kerugian.
b. Risiko Spekulatif (Speculative Risk)
Risiko Spekulatif ini dapat dikelompokkan kepada 4 (empat) tipe risiko yaitu:
i. Risiko Pasar
Merupakan risiko yang terjadi dari pergerakan harga di pasar. Contoh: harga saham mengalami
penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
ii. Risiko Kredit
Merupakan risiko yang terjadi karena counterparty gagal dalam memenuhi kewajibannya
kepada perusahaan. Contoh: timbulnya kredit macet, persentase piutang meningkat.
iii. Risiko Likuiditas
Merupakan risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh: kepemilikan kas
menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang secara tepat, menyebabkan perusahaan
harus menjual asset yang dimilikinya.
iv. Risiko Operasional
Merupakan risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional yang tidak berjalan dengan
lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada computer karena berbagai hal termasuk terkena virus.
Disamping kategori murni dan spekulatif, risiko juga dibedakan antara Risiko Statis dan Risiko Dinamis.
a. Risiko Statis muncul dari kondisi keseimbangan tertentu. Karakteristik risiko ini tidak berubah dari
waktu ke waktu.
Contoh: Risiko tersambar petir
b. Risiko Dinamis muncul dari perubahan kondisi tertentu.
Contoh: Perubahan kondisi masyarakat, perubahan teknologi
Risiko bisa bersifat Subjektif dan Objektif
a. Risiko Subjektif berkaitan terhadap persepsi seseorang terhadap risiko. Kondisi mental seseorang akan
menentukan kesimpulan tinggi rendahnya risiko tertentu.
b. Risiko objektif adalah risiko yang didasarkan pada observasi parameter yang objektif.
Contoh: Fluktuasi harga atau tingkat keuntungan investasi di pasar modal bisa diukur melalui standar
deviasi, misal standar deviasi return saham adalah 25% pertahun

Dalam Irham Fahmi (2018) terdapat beberapa jenis risiko pada suatu perusahaan, yaitu:
a. Risiko Suku Bunga
Risiko suku bunga adalah risiko yang dialami akibat dari perubahan suku bunga yang terjadi di
pasaran yang mampu memberi pengaruh bagi pendapatan perusahaan. Menurut Mashud Ali (dalam
Irham fahmi, 2018:39), risiko suku bunga terjadi akibat mismatched atas marturities pada interest rate
related products di sisi aktiva dan pasiva neraca bank.
Menurut Mamduh M. Hanafi (dalam Irham Fahmi, 2018:44), perubahan tingkat bunga bisa
menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko yaitu:
i. Risiko perubahan pendapatan: pendapatan bersih (hasil investasi dikurangi biaya) berubah
yaitu berkurang dari yang diharapkan.
ii. Risiko perubahan nilai pasar berubah karena perubahan tingkat bunga yaitu berubah karena
lebih kecil (penurunan nilai).
b. Risiko Valuta Asing
Risiko valuta asing (valas) merupakan risiko yang disebabkan oleh perubahaan kurs valuta asing di
pasaran yang tidak sesuai lagi dengan yang diharapkan, terutama pada saat dikonversikan dengan
mata uang domestik.
Salah satu cara yang juga sering dipakai dalam mengantisipasi risiko yaitu dengan menerapkan future
and option, atau yang biasa disebut foreign currency future dan foreign currency option.
c. Risiko Perbankan
Risiko Perbankan adalah risiko yang dialami oleh sector bisnis perbankan sebagai bentuk dari
berbagai keputusan yang dilakukan dalam berbagai bidang seperti keputusan penyaluran kredit,
penerbitan kartu kredit, valuta asing, inkaso dan berbagai bentuk keputusan financial lainnya, dimana
itu telah menimbulkan kerugian

bagi perbankan tersebut, dan kerugian terbesar adalah dalam bentuk financial.
d. Risiko Fraud
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K.Shim (dalam Irham Fahmi, 2018:153), fraud (kecurangan)
merupakan Tindakan yang disengaja oleh perorangan atau kesatuan untuk menipu orang lain yang
menyebabkan kerugian. Khususnya terjadi misrepresentation (penyajian yang keliru) untuk merusak,
atau dengan maksud menahan data bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan keputusan yang
terdahulu.
Risiko fraud adalah risiko yang dialami oleh perusahaan atau institusi karena faktor terjadinya
Tindakan fraud atau kecurangan yang disengaja, baik kerugian yang bersifat materi maupun non
materi, dimana kerugian materi diukur dari segi nilai finansial dengan mengacu pada mata uang yang
dipakai (rupiah, dollar, ringgit, yen, euro dan sebagainya) dan kerugian non material menyangkut
dengan kerugian yang bersifat non keuangan seperti menurunnya kepercayaan publik pada
perusahaan.
e. Risiko Lingkungan
Risiko lingkungan (environment risk) adalh risiko yang terjadi pada lingkungan akibat dari tindakan
yang disengaja atau tidak disengaja, dan telah menimbulkan kerusakan atau kehancuran pada
lingkungan.
Dampak penghancuran lingkungan yang dilakukan disengaja terjadi akibat ekspansi suatu perusahaan.
Ekspansi tersebut dapat terjadi dalam berbagai bentuk seperti penambahan produk, penciptaan produk
baru, eksplorasi tambang, dan lain sebagainya. Dimana semua itu telah menimbulkan kerugian pada
lingkungan. Kerugian tersebut dapat diukur dalam bentuk financial atau nonfinancial.
Berdasarkan kecenderungan peluang terjadinya risiko (likehood) dan konsekuensi yang diakibatkan
(consequences), risiko dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu:
a. Unacceptable Risk, adalah risiko yang tidak dapat diterima dan harus dihilangkan atau bila mungkin
ditransfer kepada pihak lain.
b. Undesirable Risk, adalah risiko yang memerlukan penanganan/ mitigasi risiko sampai pada tingkat
yang dapat diterima. 
c. Acceptable Risk, adalah risiko yang dapat diterima karena tidak mempunyai dampak yang besar dan
masih dalam batas yang dapat diterima. 
d. Negligible Risk, adalah risiko yang dampaknya sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

Aktivitas suatu badan usaha atau perusahaan pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari aktivitas mengelola
risiko. Operasi suatu badan usaha atau perusahaan biasanya berhadapan dengan risiko usaha dan risiko non usaha.
Menurut Iman Ghazali (dalam Biller Panjaitan, 2018:1), menjelaskan bahwa risiko usaha adalah risiko yang
berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing dan memberikan nilai bagi
pemegang saham. Sedangkan risiko non usaha adalah risiko lainnya yang tidak dapat dikendalikan oleh
perusahaan. Dalam mengelola risiko pemahaman tentang manajemen risiko yang diuraikan sebagai berikut.
Menurut Biller Panjaitan, (2018:1), Manajemen risiko adalah suatu sistem pengawasan risiko dan
perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya
kerugian karena adanya suatu risiko.
Menurut Kasidi (dalam Biller Panjaitan, 2018:2), menjelaskan bahwa manajemen risiko merupakan desain
prosedur serta implementasi prosedur untuk mengelola suatu risiko usaha. Manajemen risiko merupakan
antisipasi atas semakin kompleknya aktivitas badan usaha atau perusahaan yang dipicu oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan kemajuan teknologi.
Menurut Irham Fahmi (2018:2) menjelaskan bahwa manajemen risiko adalah suatu bidang ilmu yang
membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapkan ukuran dalam memetakan berbagai permasalahan
yang ada dengan menempatkan berbagai pendekatan manajemen secara komperhensif dan sistematis Menurut
Djojosoedarso (dalam Biller Panjaitan, 2018:1), menjelaskan bahwa manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-
fungsi manajemen risiko dalam penanggulangan risiko.
Menurut Bank Indonesia (dalam Biller Panjaitan, 2018:1), menjelaskan bahwa manajemen risiko sebagai
serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan
mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.
Manajemen risiko merupakan bagian penting dari strategi manajemen semua perusahaan. Proses di mana
suatu organisasi yang sesuai metodenya dapat menunjukkan risiko yang terjadi pada suatu aktivitas menuju
keberhasilan di dalam masing-masing aktivitas dari semua aktivitas. Fokus dari manajemen risiko yang baik
adalah identifikasi dan cara mengatasi risiko.
Manajemen risiko meningkatkan kemungkinan sukses, mengurangi kemungkinan kegagalan dan ketidak
pastian dalam memimpin keseluruhan sasaran organisasi. Manajemen risiko seharusnya bersifat berkelanjutan dan
mengembangkan proses yang bekerja dalam keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam
mengimplementasikan. Manajemen risiko seharusnya ditujukan untuk menanggulangi suatu permasalahan sesuai
dengan metode yang digunakan dalam melaksanakan aktivitas dalam suatu organisasi di masa lalu, masa kini dan
masa depan. Manajemen risiko harus diintegrasikan dalam budaya organisasi dengan kebijaksanaan yang efektif
dan deprogram untuk dipimpin beberapa manajemen senior. Manajemen risiko harus diterjemahkan sebagai suatu
strategi dalam teknis dan sasaran operasional, pemberian tugas dan tanggung jawab serta kemampuan merespon
secara menyeluruh pada suatu organisasi, di mama setiap manajer dan pekerja memandang manajemen risiko
sebagai bagian dari deskripsi kerja.
A. TUJUAN MANAJEMEN RISIKO
Tujuan dari analisis dan manajemen risiko adalah membantu menghindari kegagalan dan memberikan
gambaran tentang apa yang terjadi bila pembangunan yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan rencana.
Menurut Irham Fahmi (2018:3), tujuan penerapan manajemen risiko di suatu perusahaan adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan memiliki ukuran kuat sebagai pijakan dalam mengambil setiap keputusan, sehingga para
manajer menjadi lebih berhati-hati (prudent) dan selalu menempatkan ukuran-ukuran dalam berbagai
keputusan.
2. Mampu memberi arah bagi suatu perusahaan dalam melihat pengaruh-pengaruh yang mungkin timbul baik
secara jangka pendek dan jangka Panjang.
3. Mendorong para manajer dalam mengambil keputusan untuk selalu menghindari risiko dan menghindari
dari pengaruh terjadinya kerugian khususnya kerugian dari segi finansial.
4. Memungkinkan perusahaan memperoleh risiko kerugian yang minimum.
5. Dengan adanya konsep manajemen risiko (risk management concept) yang dirancang secara detail maka
artinya perusahaan telah membangun arah dan mekanisme secara suistainable (berkelanjutan.
B. KATEGORI RESIKO
Resiko dapat dibagi menjadi dua kelompok yakni :
1.Resiko nonsistematis, yakni resiko yang dapat dihilangkan atau dikurangi melalui suatu diversifikasi
atau tindakan pencegahan dan penanggulangan resiko.
2.Resiko sistematis, resiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi melalui diversifikasi, biasanya
berhubungan dengan pasar atau kejadian yang dapat secara sistematis akan mempengaruhi posisi pasar
(Iban Sofyan, 2004)
Selain itu, Kasidy (2010) membagi jenis resiko menjadi dua yakni :
1. Resiko spekulatif
Resiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan keuntungan
dan juga dapat memberikan kerugian. Resiko spekulatif kadang-kadang dikenal dengan istilah resiko
bisnis (business risk). Seseorang yang menginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua
kemungkinan. Kemungkinan pertama investasinya menguntungkan atau malah investasinya merugikan.
Resiko yang dihadapi seperti ini adalah resiko spekulatif.
2. Resiko murni
Resiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa
dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu contoh adalah kebakaran, apabila perusahaan menderita
kebakaran, maka perusahaan tersebut akan menderita kerugian. Kemungkinan yang lain adalah tidak
terjadi kebakaran. Dengan demikian kebakaran hanya menimbulkan kerugian, bukan menimbulkan
keuntungan kecuali ada kesengajaan untuk membakar dengan maksud-maksud tertentu. Resiko murni
adalah sesuatu yang hanya dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin
menguntungkan. Salah satu cara menghindarkan resiko murni adalah dengan asuransi. Dengan demikian
besarnya kerugian dapat diminimalkan. itu sebabnya resiko murni kadang dikenal dengan istilah resiko
yang dapat diasuransikan ( insurable risk ). Perbedaan utama antara resiko spekulatif dengan resiko murni
adalah kemungkinan untung ada atau tidak, untuk resiko spekulatif masih terdapat kemungkinan untung
sedangkan untuk resiko murni tidak dapat kemungkinan untung.
Kejadian sesungguhnya terkadang menyimpang dari perkiraan. Artinya ada kemungkinan penyimpangan
yang menguntungkan maupun merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka dikatakan resiko itu
bersifat spekulatif. Sebaliknya, lawan dari risiko spekulatif adalah resiko murni, yaitu hanya ada
kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan keuntungan. Manajer resiko tugas utamanya
menangani risiko murni dan tidak menangani risiko spekulatif, kecuali jika adanya resiko spekulatif
memaksanya untuk menghadapi resiko murni tersebut.
Menentukan sumber resiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya. Sumber resiko
dapat diklasifikasikan sebagai resiko sosial, resiko fisik, dan resiko ekonomi.
Biaya-biaya yang ditimbulkan karena menanggung resiko atau ketidakpastian dapat dibagi sebagai
berikut:
1. Biaya-biaya dari kerugian yang tidak diharapkan
2. Biaya-biaya dari ketidakpastian itu sendiri

C. TAHAP-TAHAP MANAJEMEN RISIKO


Menurut Irham Fahmi (2018:3), untuk mengimplementasikan manajemen risiko secara komperhensif ada
beberapa tahap yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan, yaitu:
1. Identifikasi Risiko
Menurut Biller Panjaitan (2018:41), menjelaskan bahwa identifikasi risiko adalah proses pemahaman
apakah sebuah kejadian berpotensi menghambat atau menggagalkan tujuan/sasaran proyek. Identifikasi
merupakan tahapan awal dari manajemen risiko. Tahapan ini berkenaan dengan penemuan risiko yang
mungkin terjadi pada suatu proyek.
Pada tahap ini pihak manajemen perusahaan melakukan tindakan berupa mengidentifikasi setiap bentuk
risiko yang dialami perusahaan, termasuk bentuk-bentuk risiko yang mungkin akan dialami oleh
perusahaan. Identifikasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua informasi yang berkaitan dengan
kegiatan usaha. Kemudian menganalisisnya untuk menemukan setiap eksposur risiko yang dimungkinkan
dapat menjelma menjadi bentuk kerugian.
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2016:5), tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk
mengidentifikasi seluruh jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang berpotensi
merugikan bank. Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain:
a. Bersifat proaktif (anticipative) dan bukan reaktif.
b. Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional).
c. Menggabungkan dan menganalisis informasi risiko dari seluruh sumber informasi yang tersedia.
d. Menganalisis probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensi yang timbul.
Proses identifikasi dilakukan dengan cara melakukan analisis kepada stokeholders seperti pemegang
saham, manajemen, karyawan, kreditur, pemasok, pemerintah dan pihak lainnya yang terkait. Metode
yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko adalah dengan checklist item risiko yang dibagi menurut
ukuran produk dan pengaruh bisnis, Teknik teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara
lain brainstorming (Curah Pendapat), analisis internal, lokakarya atau wawancara, pembuatan daftar rinci
peristiwa-peristiwa potensial/ penggunaan checklist, analisis arus proses, self assessment, kuesioner,
pengamatan dan survei, analisis data historis, pengacuan/benchmarking.
IDENTIFIKASI RESIKO
Pengidentifikasian resiko merupakan proses analisa untuk menemukan secara sistematis dan
berkesinambungan atas resiko (kerugian yang potensial) yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu,
diperlukan checklist untuk pendekatan yang sistematis dalam menentukan kerugian potensial. Salah satu
alternatif sistem pengklasifikasian kerugian dalam suatu checklist adalah; kerugian hak milik (property
losses), kewajiban mengganti kerugian orang lain (liability losses) dan kerugian personalia (personnel
losses). Checklist yang dibangun sebelumnya untuk menemukan resiko dan menjelaskan jenis-jenis
kerugian yang dihadapi oleh suatu perusahaan.
Perusahaan yang sifat operasinya kompleks, berdiversifikasi dan dinamis, maka diperlukan metode yang
lebih sistematis untuk mengeksplorasi semua segi. Metode yang dianjurkan adalah sebagai berikut:
1. Questioner analisis resiko (risk analysis questionnaire)
2. Metode laporan Keuangan (financial statement method)
3. Metode peta aliran (flow-chart)
4. Inspeksi langsung pada objek
5. Interaksi yang terencana dengan bagian-bagian perusahaan
6. Catatan statistik dari kerugian masa lalu
7. Analisis lingkungan

2. Analisis Risiko
Setelah identifikasi resiko tahap berikutnya adalah menganalisa risiko, dengan cara melihat faktor-
faktor timbulnya risiko, ciri-ciri risiko serta potensial terjadinya seberapa besar severity kerusakan &
probabilitas terjadinya risiko.
Penentuan probabilitas terjadinya suatu event sangatlah subyektif & berdasarkan nalar/ pengalaman.
Beberapa risiko memang mudah untuk diukur namun sangatlah sulit untuk memastikan probabilitas suatu
kejadian yang sangat jarang terjadi.
penting untuk menentukan dugaan yg terbaik agar nantinya kita dapat memprioritaskan dengan baik
dalam implementasi perencanaan manajemen resiko
Pada tahap ini, pihak manajemen perusahaan juga sudah mulai mengumpulkan dan menerima
berbagai data-data baik bersifat kualitatif dan kuantitatif.
3. Pengukuran Risiko
Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2016:7), pengukuran risiko dilakukan untuk mengukur profil risiko
dan selanjutnya digunakan untuk memperoleh gambaran efektivitas penerapan manajemen risiko.
Prosedur pengukuran risiko secara umum adalah sebagai berikut:
a. Menetapkan eksposur risiko secara keseluruhan (aggregate).
b. Menetapkan faktor risiko (risk factors) untuk setiap posisi yang ada pada portofolio perusahaan.
c. Sensivitas nilai pasar produk/posisi terhadap perubahan satu satuan faktor pasar yang
mempengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun kondisi stress.
d. Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan volatilitas perubahan yang terjadi
di masa lalu dengan memperhitungkan faktor korelasi.
Untuk mengukur bobot risiko kita dapat menggunakan skala dari 1-5, yaitu :
4. Pengelolaan Risiko
Menurut Irham Fahmi (2018:6-7), pada dasarnya risiko itu dapat dikelola dengan 4 (empat) cara, yaitu:
a. Memperkecil risiko
Keputusan untuk memperkecil risiko adalah dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan yang
mengandung risiko yang tinggi tetapi membatasinya bahkan meminimalisirnya agar risiko tersebut
tidak bertambah besar di luar control pihak manajemen perusahaan. Karena mengambil keputusan
di luar dari pemahaman manajemen perusahaan maka itu sama artinya dengan melakukan
keputusan yang bersifat spekulasi.
b. Mengalihkan risiko
Keputusan mengalihkan risiko adalah dengan cara risiko yang diterima tersebut dialihkan ke
tempat lain Sebagian, seperti dengan keputusan mengansuransikan bisnis guna menghindari
terjadinya risiko yang sifatnya tidak diketahui kapan waktunya.
c. Mengontrol risiko
Keputusan mengontrol risiko adalah dengan cara melakukan kebijakan antisipasi terhadap
timbulnya risiko sebelum risiko itu terjadi. Kebijakan seperti ini biasanya dilakukan dengan
memasangkan alat pengaman atau pihak penjaga keamanan pada tempat-tempat yang dianggap
vital. Seperti memasang alarm pengamanan pada mobil, alarm kebakaran pada rumah dan
menempatkan satpam pada siang atau malam hari.
d. Pendanaan risiko
Keputusan pendanaan risiko adalah menyangkut penyediaan sejumlah dana sebagai cadangan
(reserve) guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari seperti perubahan nilai tukar
dolar terhadap mata uang domestic di pasaran. Maka kebijakan sebuah perusahaan adalah harus
memiliki cadangan dalam bentuk mata uang dolar sehingga sejumlah perkiraan akan terjadi
kenaikan atau perubahan tersebut.
Menurut AS/ANZ 4360, pengelolaan risiko dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
a. Risk avoidance: memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung resiko sama
sekali. Dalam memutuskan untuk melakukannya maka harus dipertimbangkan potensial
keuntungan dan potensial kerugian yang dihasilkan oleh suatu aktivitas
b. Risk reduction: disebut juga risk mitigation merupakan metode mengurangi kemungkinan
terjadinya suatu risiko ataupun mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu risiko
c. Risk transfer: memindahkan resiko kepada pihak lain, umumnya melalui suatu kontrak asuransi
maupun hedging
d. Risk deferred: Dampak suatu resiko tidak selalu konstan. Risk deferred meliputi menunda aspek
suatu proyek hingga saat dimana probabilitas terjadinya resiko tersebut kecil
e. Risk retention: Walaupun risiko tertentu dapat dihilangkan dengan cara mengurangi maupun
mentransfernya namun beberapa resiko harus tetap diterima sebagai bagian penting dari aktivitas
5. Implementasi Manajemen risiko
Memilih respon yg ada digunakan untuk menangani risiko, mengimplementasi metode yg telah
direncanakan. Perusahaan harus mengimplementasikan kerangka manajemen risiko dengan:
a. Mengembangkan rencana yang sesuai termasuk waktu dan sumber daya.
b. Mengidentifikasi dimana, kapan dan bagaimana berbagai jenis keputusan dibuat di seluruh
perusahaan dan oleh siapa
c. Memodifikasi poses pengambilan keputusan yang berlaku bila perlu.
d. Memastikan bahwa pengaturan perusahaan untuk mengelola risiko dipahami dan dipraktikkan
dengan jelas.
6. Monitoring Risiko
Proses manajemen risiko harus dimonitor yaitu dinilai keberadaan dan berfungsi efektifnya untuk setiap
komponen yang ada didalamnya secara terus menerus dan melekat dalam aktivitas rutin manajemen.
Model yang digunakan adalah melalui pemantauan kegiatan secara terus menerus, penilaian terpisah atau
kombinasi dari keduanya. Ruang lingkup dan frekuensi penilaian terpisah tergantung terutama pada hasil
penilaian risiko dan efektivitas prosedur monitoring yang terus menerus

Contoh Kasus / Implementasi Manajemen Risiko :


Program Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RSU AMIRA
PURWAKARTA
Manajemen risiko di rumah sakit meliputi manajemen risiko yang berhubungan dengan pasien safety,
keselamatan petugas medis, keselamatan petugas non medis, keselamatan terkait sarana dan prasarana serta
lingkungan rumah sakit, risiko terhadap keuangan, aset rumah sakit, serta risiko lainnya. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI no 66 tahun 2016 tentang K3RS, Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (Unit
K3RS) merupakan salah satu satuan kerja yang bertugas untuk mengelola resiko yang berhubungan dengan area
berisiko tinggi dan proses kerja berisiko tinggi.
Unit K3 secara berkesinambungan melakukan kegiatan identifikasi dan evaluasi untuk mengurangi risiko
cedera dan kerugian pada pasien, karyawan, peserta didik, pengunjung dan rumah sakit. Selanjutnya, Unit K3RS
berkoordinasi dengan satuan kerja terkait meminimalkan bahaya terhadap pasien, menciptakan lingkungan yang
aman bagi karyawan, peserta didik, pasien dan pengunjung. Secara umum, upaya pengendalian risiko dengan
eliminasi, substitusi, rekayasa teknik, pemantauan lingkungan, administratif (SPO, Warning Sign, edukasi dan
sosialisasi serta simulasi) dan penggunaan APD bagi pekerja yang harus berhadapan langsung dengan risiko
bahaya. Dari segi implementasi kesehatan kerja, karyawan yang bekerja pada area risiko tertentu diberikan upaya
promotif, preventif serta pemeriksaan kesehatan berkala spesifik sesuai tingkat dan jenis risiko yang dihadapi.

Unit K3RS senantiasa melakukan update pengetahuan agar dapat memetakkan area berisiko di RS secara
obyektif. Dalam penentuan area berisiko, salah satu referensi yang digunakan adalah dari American Society of
Healthcare Risk Managers (ASHRM) American Hospital Association (AHA). Ada 12 kondisi dari satuan kerja
yang semakin banyak ditemukan dalam satuan kerja maka risikonya akan semakin tinggi. Adapun 12 kondisi
tersebut meliputi merawat pasien tidak stabil, area kompleks, menggunakan teknologi canggih, dipersyaratkan
ketrampilan tinggi / spesialis, memerlukan perhatian khusus, potensi cedera tinggi, bila terjadi cedera dampaknya
berat, volume pekerjaan tinggi, volume pekerjaan tidak dapat dikontrol, handover beberapa kali (oleh beberapa
profesi atau orang), level stress tinggi untuk pasien dan provider, serta catatan kejadian kecelakaan/klaim (dampak
dan frekuensi insiden).
Salah satu tugas yang dilakukan Unit K3RS adalah untuk meminimalisir resiko bahaya, dimana salah satunya
adalah risiko bahaya kebakaran. Adapun beberapa pengukuran yang dilakukan untuk melihat seberapa tinggi
tingkat resiko bahaya kebakaran menggunakan hal-hal  sebagai berikut:
1. Adakah sumber penyalaan api ? (kompor, peralatan listrik dengan daya besar, penggunaan kabel tambahan
dan roll kabel yang tidak dikendalikan, peletakan kabel listrik pada lokasi mudah terjepit dan dekat dengan air,
adakah pekerjaan yang menimbulkan panas, dll)
2. Bagaimana penyimpanan bahan-bahan mudah terbakar dilakukan ? (dokumen/kertas, BBM, alkohol, bahan
oksidator (tabung oksigen dan oksigen sentral),
3. Adakah penghuni yang berisiko saat terjadi kebakaran (pasien, anak-anak, lansia, dll)
4. Adakah alat dan prosedur evakuasi yang baku serta pernah disimulasikan ?
5. Apakah tersedia sistem kompartemen tahan api dan asap ?
6. Apakah gedung memiliki sistem peringatan dini saat terjadi kebakaran ?
7. Apakah penempatan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) mudah terlihat dan mudah diakses ?
8. Untuk gedung dengan type dan peruntukan tertentu, apakah memiliki sistem penanggulangan kebakaran
seperti hidran, sprinkler dll?
9. Apakah jalur evakuasi senantiasa dalam keadaan siap pakai ? (kesiapan jalur evakuasi meliputi pintu yang
mudah dibuka dan dapat ditutup kembali dengan rapat, jalur yang bebas dari hambatan, pencahayaan darurat dan
rambu petunjuk arah evakuasi yang jelas sampai ke assembly point.)
Melalui jawaban dari beberapa pertanyaan untuk kondisi tersebut, kita dapat menilai tingkat risiko dari satuan
kerja kita dari risiko bahaya kebakaran.

Secara umum, Unit K3RS mendapatkan daftar risiko / register risiko secara proaktif dan reaktif. Proaktif dilakukan
dengan melakukan identifikasi, menganalisa hasil pengukuran lingkungan fisik, assesment pengendalian infeksi,
hasil temuan facility tour bersama pimpinan RS dan daftar risiko dari rumah sakit lain yang mungkin terdapat di
rumah sakit kita. Dari hasil identifikasi ini, risko bahaya dikelompokkan menjadi risiko bahaya, yaitu fisik yang
meliputi benda tajam, panas, terpeleset, terjatuh, listrik, suhu ruangan, kelembaban, kebisingan, pencahayaan dan
bahaya radiasi; biologi meliputi risko bahaya infeksi (blood borne dan airborne dissease, serangga dan binatang
pengganggu; kimia berupa bahan berbahaya dan beracun (B3) meliputi : Reagen, Obat Citotoksis, Gas Medis,
Desinfectan, Insectisida, Radio Isotop dan bahan medis habis pakai serta bahan-bahan rumah tangga dengan
kategori B3); ergonomi meliputi kegiatan angkat, angkut dan kesesuaian alat kerja dengan tubuh pekerja; serta
psikososial yang merupakan hubungan antar manusia baik sesama pekerja maupun antara pekerja dengan
pimpinan RS.
Dengan mengidentifikasi faktor resiko bahaya yang ada di masing-masing area kerja, diharapkan dapat
meminimalisir  terjadinya kecelakaan kerja sehingga karyawan dapat bekerja dengan aman, nyaman dan terjamin
keselamatannya yang berdampak pada peningkatan produktivitas kerja.
Contoh Kasus / Implementasi Identifikasi Risiko :

A. Identifikasi Risiko dan Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Dalam hal ini, risiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial (dengan pendekatan pro-aktif) dan
insiden yang sudah terjadi (dengan pendekatan reaktif / responsif).
Risiko potensial dapat diidentifikasi dari berbagai macam sumber, misalnya:
a. Informasi internal (rapat bagian / koordinasi, audit, incident report, klaim, komplain)
b. Informasi eksternal (pedoman dari pemerintah, organisasi profesi, lembaga penelitian)
c. Pemeriksaan atau audit eksternal
Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya (grading) dengan
memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)

Pengukuran kualitatif frekuensi /kemungkinan (likehood)

Tingkat Deskripsi Nilai

Jarang Terjadi pada keadaan khusus 1

Kadang-kadang Dapat terjadi sewaktu-waktu 2


(unlikely)
Mungkin (Possible) Mungkin terjadi sewaktu-waktu 3

Mungkin sekali Mungkin terjadi pada banyak keadaan tapi tidak menetap 4
(likely)
Hampir pasti Dapat terjadi pada tiap keadaan dan menetap 5
(Almost
certain)

Pengukuran kualitatif konsekuensi / dampak

Tingkat Deskriptor Contoh Deskriptor


1 Tidak bermakna Tidak ada cedera, kerugian keuangan kecil
2 Rendah Pertolongan pertama dapat diatasi, kerugian
keuangan sedang
3 Menengah Memerlukan pengobatan medis, kerugian
keuaangan besar
4 Berat Cedera luas, kehilangan kemampuan produksi,
kerugian keuangan besar
5 Katastropik Kematian, kerugian keuangan sangat besar.
Identifikasi dampak

Dampak
Kemungkinan Sangat Renda Sedan Besa Ekstrim/
rendah h g r
(likelihood) Catarastopi
k
Jarang 1 2 3 4 5
Kadang-kadang 2 4 6 8 10
Mungkin 3 6 9 12 15
Mungkin sekali 4 8 12 16 20
Hampir pasti 5 10 15 20 25

Nilai

1–3 4–6 8 – 12 15 – 25
Rendah Sedan Bermakn Tinggi
g a

Contoh risiko potensial berdasarkan area pelayanan :

NO. AREA
RISIKO
Akses Pasien:
1 1. Proses pemulangan pasien lama
2. Pasien pulang paksa
3. Kegagalan merujuk pasien
4. Ketidaktersediaan tempat tidur
5. Proses transfer pasien yang tidak baik
Kecelakaan:
2 1. Tersengat listrik
2. Terpapar dengan bahan berbahaya
3. Tertimpa benda jatuh
4. Tersiram air panas
5. Terpeleset
Asesmen dan Terapi
3 1. Kesalahan identifikasi pasien
2. Reaksi transfusi darah
3. Kesalahan pelabelan spesimen laboratorium
4. Kegagalan konsultasi interdisiplin pasien
5. Code blue
4 Masalah administrasi keuangan pasien
1. Kesalahan estimasi biaya
2. Pengenaan tagihan yang sama 2 x
3. Kesalahan input data tagihan
4. Perbedaan tarif dan tagihan
5. Transaksi tidak terinput
5 Kejadian Infeksi
1. Kegagalan / kontaminasi alat medis
2. Infeksi luka operasi
3. Needlestick injury
4. Kesalahan pembuangan limbah medis
5. Infeksi nosokomial
6 Rekam medik
1. Kegagalan memperoleh informed consent
2. Kesalahan pelabelan rekam medik
3. Kebocoran informasi rekam medik
4. Ketidaklengkapan catatan dalam rekam medik
5. Kehilangan / kesalahan penyimpanan rekam medic
7 Obat
1. Penulisan resep yang tidak baik
2. Riwayat alergi obat tidak teridentifikasi
3. Kesalahan dosis obat
4. Obat rusak / expired
5. Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
6. Kegagalan memonitor efek samping obat
8 Keamanan
1. Pencurian
2. Pasien hilang
3. Lingkungan yang tidak aman

20
DAFTAR PUSTAKA

Biller Panjaitan. 2018. Manajemen Risiko. Bandung: Lekkas


Hanafi, Mamduh M. 2016. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Ikatan Bankir Indonesia. 2016. Manajemen Risiko. Jakarta Pusat: Gramedia
Irham Fahmi. 2018. Manajemen Risiko. Bandung: Alfabeta
Susilo J., Leo, Kaho, Victor Riwu. 2014. Manajemen Risiko Berbasis ISO 3100 untuk
Industri Nonperbankan. Jakarta: Gramedia.
Masyhud Ali, 2006).

21

Anda mungkin juga menyukai