Anda di halaman 1dari 10

Risiko Nilai Tukar

Resiko nilai tukar merupakan potensi penyimpangan pada hasil atau eksposur yang
diharapkan karena fluktuasi nilai tukar. Biasanya nilai tukar dikaitkan dengan potensi penyimpangan
pada transaksi atau arus kas, lab akuntansi, dan penyimpangan nilai perusahaan atau kekayaan
pemegang saham.
Dampak nilai tukar mirip dengan seperti dampak suku bunga. Nilai tukar dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan dari sisi arus kas, aset, maupun kewajiban. Perusahaan mengalami
kerugian pada sisi aset dan arus kas masuk bila mata uang asing melemah terhadap Rupiah.
Sebaliknya perusahaan mengalami keuntungan pada sisi aset dan arus kas masuk bila mata uang asing
menguat terhadap Rupiah.
Risiko nilai tukar terdiri dari tiga jenis risiko, yaitu risiko transaksi, risiko akuntansi dan
risiko ekonomi.
1. Risiko Transaksi merupakan potensi naik turunnya arus kas akibat perubahan nilai tukar.
2. Risiko akuntansi merupakan potensi fluktuasi laba perusahaan. Perusahaan yang biasa terkena
risiko akuntasi ada dua macam yaitu perusahaan yang memiliki pinjaman atau aset dalam
mata uang asing dan perusahaan yang memiliki cabang atau anak perusahaan di luar negri.
3. Risiko ekonomi merupakan potensi fluktuasi nilai perusahaan atau kekayaan pemegang
saham akibat perubahan nilai tukar. Risiko ekonomi berkaitan dengan potensi fluktuasi pada
eksposur korporat.
Tindakan perusahaan terhadap ketiga jenis risiko yang termasuk dalam risiko nilai tukar ini,
perusahaan dapat menerapkan berbagai alternatif tindakan yaitu penghindaran risiko, pengurangan
risiko, pengalihan risiko, atau penahanan risiko. Cara yang banyak diterapkan dengan menggunakan
alternatif ke dua yaitu pengurangan risiko. Perusahaan dapat mengurangi risiko secara ekstrim dengan
melakukan tindakan pengimbangan. Untuk menghindari risiko transaksi perusahaan harus membuat
supaya volume dan masa jatuh tempo arus kas keluar sama persis dengan volume dan masa jatuh
tempo arus kas masuk.
Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah ketidakpastian atau kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi
kewajiban pembayaran jangka pendek atau pengeluaran tak terduga.

Sekalipun risiko likuiditas berkaitan dengan jangka pendek, kondisi tidak likuid yang ekstrem
dapat menyebabkan kebangkrutan.

Likuiditas Dana
Risiko likuiditas berkaitan dengan kekurangan dana. Hal tersebut bisa terjadi karena

perusahaan tidak mengelola kas dengan baik. Besarnya dan saat jatuh tempo uang masuk dan keluar
tidak mendapat perhatian secara intensif. Hal yang perlu diperhatikan manajemen adalah dalam hal
manajemen kas dan penyesuaian kas agar risikonya bisa diperkecil. Hal manajemen kas memiliki tiga
fungsi yaitu fungsi transaksi, fungsi jaga-jaga, fungsi spekulasi. Dalam penyesuaian kas manajamen
perlu mengatur supaya besar dan jatuh tempo keluarnya uang diimbangi dengan besar jatuh tempo
uang masuk.

Likuiditas Aset
Likuiditas aset berkaitan dengan mudah tidaknya suatu aset diperjual-belikan. Termasuk

kedalam aset antara lain valuta asing, surat berharga, mesin, teknologi,dll.
Risiko Kredit
Risiko kredit merupakan risiko bahwa debitur atau pembeli secara kredit tidak dapat
membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti terutang dalam kesepakatan, atau turunnya kualitas
debitur atau pembeli sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal bayar semakin tinggi. Oleh
karena itu mengukur risiko kredit selalu dikaitkan dengan nilai nominal risiko dan kualitas dari risiko.

Risiko Permodalan

Pada dasarnya ada empat variabel yang perlu mendapat perhatian manajemen berkaitan
dengan risiko permodalan, jumlah modal, jenis modal, sumber modal, dan struktur modal.

Jumlah modal : komisaris dan manajemen perlu memastikan bahwa pencarian modal tidak sia
sia untuk dibuat menganggur. Sumber informasi mengenai besarnya kebutuhan modal
berupa strategi dan rencana jangka panjang perusahaan. Kebutuhan modal bisa bersumber
dari rencana pengembangan usaha, perluasan kapasitas operasi, maupun ekspansi dengan cara
diversifikaasi.

Jenis modal
Ada beberapa jenis modal yang perlu mendapat perhatian manajemen untuk memenuhi
kebutuhan modal. Dibagi jadi dua kelompok besar yaitu ekuitas dan pinjaman.
Ekuitas adalah dana perusahaan yang bersumber dari pemilik perusahaan atau pemegang
saham. Sumber ekuitas yang biasanya menjadi target pertama adalah laba ditahan.

Pinjaman adalah dana yang didapat perusahaan dari kreditur atau investor dengan
kesepakatan bahwa perusahaan berkewajiban mengembalikan dana tersebut kepada kreditur
atau investor sebesar nilai nominal dana plus beban atau bunga pinjaman. Secara garis besar
ada tiga jenis pinjaman yaitu kredit, penempatan langsung, dan obligasi. Kredit berasal dari
dunia perbankan atau lembaga perantara. Penempatan langsung merupakan dana pinjaman
untuk investasi yang bersumber dari lembaga keuangan nonbank. Obligasi merupakan dana
pinjaman yang diterima langsung dari investor atau pemilik dana melalui mekanisme jual-beli
sertifikat obligasi.

Risiko Sumber Daya Manusia


1. Keberhasilan Pengelolaan SDM
Ada 5 indikator keberhasilan pengelolaan SDM:
-

Tingkat produktivitas
Semakin tinggi tingkat produktivitas semakin baik tingkat keberhasilan pengelolaan SDM.
Tingkat produktivitas yang baik perlu dilihat dengan menggunakan patokan atau benchmark
terhadap perusahaan lain dan dengan melihat pertumbuhan tingkat produktivitasnya.

Tingkat perputaran karyawan


Semakin rendah perputaran karyawan(turnover) berarti pengelolaan SDM semakin baik.
Terlalu seringnya karyawan mengundurkan diri dari perusahaan mengindikasikan
ketidakmampuan perusahaan dan karyawan memenuhi masing-masing keinginan mereka.

Tingkat mangkir
Semakin tinggi mangkir (absentism) berarti semakin rendah kualitas pengelolaan SDM.

Tingkat kepuasan
Setiap karyawan, dalam membuat transaksi pertukaran dengan perusahaan, memiliki
ekspektasi tertentu.

Tingkat kewargaan karyawan


Kewargaan karyawan(employee citizenship) merupakan ukuran seberapa jauh seorang
karyawan menunjukkan sikap dan perilakunya sebagai warga perusahaan yang baik.
Persyaratan warga yang baik adalah memenuhi transaksi pertukaran sebaik mungkin.
Pencapaian kelima indicator di atas bisa mengalami hambatan karena adanya risiko yang

dihadapi oleh karyawan. Semakin tinggi tingkat eksposur karyawan terhadap risiko, semakin sulit
pencapaian tingkat pengelolaan SDM yang baik. Semakin tinggi tingkat risiko, semakin besar diskon
yang dilakukan SDM terhadap setiap hasil, baik tingkat produktivitas, perputaran karyawan, mangkir,
kepuasan, dan kewargaan karyawan.
2. Kepentingan Manajemen
Ada beberapa kepentingan manajemen dalam mengelola risiko yang terkait dengan SDM,
yaitu

Efisiensi biaya

Tanggung jawab perusahaan

Masalah legal

Imej korporat

3. Pengukuran Eksposur SDM


Ukuran eksposur SDM terdiri dari dua dimensi :
-

Kemungkinan atau probabilitas kejadian risiko, terdiri dari beberapa jenis : kondisi SDM
yang bersangkutan, kondisi sistem dan sarana, dan kondisi pasar tenaga kerja.

Dampak terhadap eksposur bisa diukur berdasarkan dimensi : potensi kerugian, tambahan
biaya, dan pemenuhan kebutuhan.

Kemungkinan kejadian risiko yang berkaitan dengan kondisi SDM terdiri dari : kemungkinan
rendahnya tingkat kesehatan, kemungkinan tingkat kematian, dan pengaruh usia.

4. Dampak risiko
Ada 5 ukuran keberhasilan pengelolaan SDM : tingkat produktivitas, tingkat perputaran
karyawan, tingkat mangkir, tingkat kepuasan, dan tingkat kewargaan karyawan. Perusahaan
sebenarnya dapat menggunakan kelima hal tersebut sebagai eksposur. Dengan eksposur ini,
perusahaan perlu menetapkan ukuran eksposur dari setiap eksposur tersebut sehingga perusahaan
dapat mengukur besarnya dampak bila risiko benar-benar terjadi. Namun, kadang-kadang
perusahaan lebih suka menggunakan ukuran eksposur dalam bentuk rupiah selama bisa
dirupiahkan. Oleh karena itu, sebagai alternatif, ada tiga pendekatan dalam merupiahkan risiko.
a. Perusahaan dapat menggunakan ukuran besarnya kehilangan pendapatan bila suatu risiko
terjadi.
b. Perusahaan dapat menggunakan ukuran biaya yang harus dikeluarkan untuk mengembalikan
kondisi akibat risiko
c. Perusahaan dapat menggunakan premi asuransi sebagai ukuran.

Risiko Aset Berwujud


Pada dasarnya asset dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu aset berwujud
(tangible assets) dan aset tidak berwujud (intangible assets). Aset berwujud merupakan aset atau harta
perusahaan yang secara fisik ada dan dapat dilihat, antara lain gedung, mobil, pabrik, gudang,
persediaan, dan sebagainya. Aset tidak berwujud merupakan aset atau harta yang tidak ada secara
fisik, tetapi memiliki nilai bagi perusahaan. Nilai tersebut tercermin pada kemampuannya member
nilai tambah bagi perusahaan.
1. Karakter Risiko Aset
Berkaitan dengan risiko, aset dapat dikelompokkan berdasarkan empat cara pandang, yaitu :
-

Kelas Aset

Aset terdiri dari dua kelompok, yaitu aset tidak bergerak dan aset bergerak. Aset tidak
bergerak adalah tanah dan aset lain yang tertanam dan melekat di tanah sehingga tidak dapat
bergerak atau berpindah tempat. Aset bergerak merupakan aset atau kekayaan perusahaan
yang tidak melekat atau tertanam di tanah sehingga dapat berpindah-pindah.
-

Penyebab eksposur
Ada beberpa jenis penyebab suatu aset menghadapi risiko.
a. Fisik, berkaitan dengan hal-hal atau kejadian-kejadian yang secara langsung terkait
dengan keadaan fisik. Misal : gempa bumi, kebakaran.
b. Sosial, kerugian terjadi karena tindakan atau ulah seseorang atau sekelompok orang.
Misal : pencurian, perampokan, kelalaian, kecerobohan.

2. Dampak akibat
Suatu risiko bisa menyebabkan dampak langsung, tidak langsung, dan dampak waktu. Dampak
langsung berarti suatu kejadian dapat secara langsung berpengaruh pada kerugian nilai suatu aset.
Dampak tidak langsung contohnya rusaknya kendaraan menyebabkan perusahaan harus
menggunakan taksi yang menyebabkan kenaikan biaya. Dampak elemen waktu yaitu dampak
masa datang akibat terjadinya risiko.
Yang membedakan keduanya adalah dampak elemen waktu berkaitan dengan akibat jangka
panjang, sedangkan dampak tidak langsung berkaitan dengan akibat jangka pendek.
3. Penilaian Risiko Aset Berwujud
Ada beberapa cara menilai eksposur aset, yaitu :
-

Nilai buku, merupakan nilai aset sesuai dengan yang tercantum dalam laporan keuangan.

Nilai pasar, untuk mengoreksi ketidakakuratan penggunaan nilai buku, perusahaan dapat
menggunakan nilai pasar. Nilai ini mencerminkan kekayaan yang sesungguhnya. Artinya,
kalau perusahaan menjual aset yang bersangkutan saat ini, sejumlah nilai tersebutlah uang
yang akan diterima oleh perusahaan. Namun data pasar terbatas. Nilai pasar akan tersedia di
pasar kalau harta yang bersangkutan pernah diperdagangkan dalam waktu yang belum terlalu
lama.

Nilai penggantian baru, perusahaan dapat menghitung berapa harga dari aset yang
bersangkutan bila dibuat saat ini dengan spesifikasi aset saat ini.

Nilai penggantian baru dengan penyesuaian, perusahaan menghitung biaya pengadaan aset
yang bersangkutan dengan menggunakan harga saat ini kemudian disesuaikan.

4. Identifikasi risiko
Ada bebrapa cara mengidentifikasi risiko aset. Cara yang banyak digunakan adalah dengan
menggunakan checklist. Ada beberapa checklist yang bisa digunakan yaitu sumber risiko dan
factor risiko.
a. Daftar periksa sumber risiko :

Lingkungan fisik, berkaitan dengan kejadian-kejadian yang secara langsung berkaitan


dengan masalah fisik, seperti gempa bumi, banjir, topan, dll.

Lingkungan operasional, berkaitan dengan kondisi yang terjadi dalam operasi perusahaan
yang bisa memunculkan risiko.

Lingkungan sosial, berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut manusia, baik manusia
internal maupun eksternal perusahaan.

Lingkungan kenegaraan, lingkungan politik diindikasikan oleh kestabilan politik suatu


negara.

Lingkungan ekonomi, berkaitan dengan gejolak ekonomi dan faktor-faktornya, antara lain
pertumbuhan pendapatan, inflasi, tingkat pengangguran, dan sebagainya.

b. Daftar periksa faktor risiko


-

Laporan keuangan

mengetahui transaksi, aset, dan kewajiban perusahaan

berdasarkan neraca, laporan laba/rugi, dan arus kas.

Proses

Berdasarkan aliran kerja

Pergerakan aset dan informasi

Inspeksi lapangan

Langsung identifikasi kondisi di lokasi aset

Analisis kontrak

Berdasarkan kesepakatan dalam kontrak

Analisis statistic

Berdasarkan data statistic

Risiko Reputasi
Risiko reputasi berkaitan dengan potensi

hancurnya nama baik perusahaan karena

ketidakmampuan perusahaan mengelola kinerja dan komunikasi dengan pihak eksternal, khususnya
mereka yang berkepentingan dengan kinerja perusahaan.
Ada dua factor utama yang dapat menyeret reputasi perusahaan. Factor pertama berupa
ketidakmampuan perusahaan mengelola kinerja. Factor kedua berupa ketidakmampuan perusahaan
mengomunikasikan kinerja perusahaan.
Kadang-kadang, ada kejadian di perusahaan yang bersifat material, tetapi beritanya tidak
pernah keluar dari perusahaan. Informasi yang terus berada dalam laci perusahaan, atau yang dikenal
dengan informasi dalam (inside information) sering merupakan kesengajaan manajemen. Terutama
bila informasi tersebut bersifat negatif yang berdampak pada turunnya reputasi perusahaan. Berbeda

dengan informasi positif. Perusahaan berlomba untuk memberi informasi ke investor, komisaris, dan
pihak lainnya untuk mendongkrak reputasi. Saying sekali kalau ada perusahaan yang tidak mampu
mengidentifikasi informasi material untuk dijadikan konsumsi public.
Masalahnya adalah sulitnya mengetahui beberapa panjang satu periode bagi pelaku pasar
belajar kebenaran dari suatu berita. Bagi masyarakat yang telah maju, sumber informasi berlaku
dengan ketat, dan masyarakat yang dewasa, peride pembelajaran terhadapberita relatif pendek. Tetapi
bagi masyarakat dengan aliran informasi yang tidak efisien, satu periode bias berhari-hari, bermingguminggu, bahkan bias lebih dari satu tahun.
Bagaimana Mengukurnya ?
Pola reputasi risiko dengan konsumen dapat sangat beragam. Risiko berkaitan dengan dua
faktor: probabilitas kejadian atau frekuensi faktor penyebab risiki, dan besarnya dampak kalau risiko
tersebut menjadi kenyataan. Banyak faktor risiko yang cenderung sering terjadi, tetapi dampaknya
kecil.
Demikian juga bila perusahaan bermasalah dengan pihak pemerintahan, baik penegak hukum,
pemerintah, maupun legislatif. Urusan dengan pihak hukum bias dengan cepat menyeret perusahaan
masuk ke daftar hitam.
Demikian juga dengan pengukuran reputasi terhadap komunikasi yang salah. Selama berita
perusahaan bagus untuk berita media massa, perusahaan bias menjadi bulan-bulanan pers. Kalau ini
sudah terjadi, biasanya dampaknya cukup besar.

Bagaimana Sikap Perusahaan?


Kehumasan
Langkah pencegahan yang paling umum dilakukan adalah dengan mendayagunakan
kehumasan.
Peran pertama, menyampaikan informasi ke masyarakat mengenai hal-hal yang terjadi di perusahaan.
Peran kedua berupa tindakan penjelasan terhadap berita negatif, baik berita negatif yang hanya
sekedar gossip maupun yang benar-benar ada dukungan data atau fakta tentang kejadian tersebut.
Prosedur dan budaya kerja
Prosedur dan sistem operasional sangat membantu dalam membenahi reputasi perusahaan.
Karena reputasi berkaitan dengan produk dan layanan maka prosedur dan sistem juga berkaitan
dengan cara-cara memastikan pemenuhan kualitas tersebut.
Yang termasuk ke dalam pengertian kualitas adalah:
-

Kesesuaian produk dengan spesifikasi standar,

Kesesuaian produk dengan tuntutan konsumen atau pemakai,

Harga yang sesuai, atau konsumen menganggap bernilai mengeluarkan uang untuk produk
Anda (value for money),

Ketepatan dan kecepatan penyerahan produk,

Keamanan penggunaan produk,

Produk sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan konsumen.

Untuk memastikan kualitas produk dan terjaganya reputasi, perusahaan dapat mengevaluasi setiap
tahapan dalam proses bisnis. Salah satu pendekatan analisisnya adalah menggunakan konsep rantai
nilai(value chain). Dalam konsep rantai nilai, perusahaan dapat menghasilkan produk yang berkualitas
dan sampai ke konsumen asalkan mampu mengelola aktivitas inti (core activities) dan aktivitas
pendukung (supporting activities) dengan baik.
Yang termasuk ke dalam aktivitas inti adalah:
-

Pengadaan bahan baku dan masukan lainnya,

Proses kreasi, inovasi, dan produksi,

Proses penanganan produk,

Proses pemasaran, sampai

Proses pelayanan peurnajual

Yang termasuk aktivitas pendukung antara lain:


-

Pengelolaan sumber daya manusia,

Pengelolaan dan pengembangan organisasi,

Pengolaan sarana dan prasarana.

Risiko Hukum
Risiko hukum berkaitan dengan kemungkinan munculnya upaya hukum oleh pihak tertentu
kepada perusahaan yang dapat mengancam kesehatan, bahkan kelangsungan perusahaan.
Penyebab risiko hukum

Kelemahan Yuridis
Peraturan itu sendiri tidak kuat

Perubahan hukum
Kontrak memproteksi salah satu pihak terhadap hukum

Kesalahan yang menyebabkan kontrak tidak sesuai dengan hukum


Kesalahan otorisasi atau dieksekusi dalam kontrak

Kegagalan dokumentasi
Kesalahan penulisan
Kelengkapan dokumen

Kegagalan berupa kebangkrutan


Perlakuan yang berbeda oleh pengadilan pada perusahaan yang terhadap pihak rekanan

Perubahan politik
Akibat perubahan kondisi politik dan pemerintahan

Bagaimana Menghindari ?

Format dokumen
Banyak kontrak dan perjanjian memiliki format yang baku. Penyimpangan dari format
tersebut berarti cacat secara hukum. Kalaupun tidak dalam bentuk yang baku, yang perlu mendapat
penekanan adalah pemenuhan pada persyaratan yang baku atau persyaratan minimum.

Klausul perlindungan
Manajemen atau pembuat kontrak perlu mamastikan adanya klausula yang memuat
perlindungan. Umumnya perlindungan diberikan kepada kedua pihak. Yang dimaksud perlindungan
adalah batasan bagi yang bersangkutan untuk tidak terkena akibat negative bila suatu keadaan atau
variabel bergerak secara ekstrim. Termasuk kedalam pertimbangan perlindungan adalah adanya
klausul seandainya terjadi perselisihan antara perusahaan dengan rekanan dalam kontrak. Termasuk
dalam klausal tersebut adalah pemilihan lembaga untuk penyelesaian perselisihan dan wilayah
yuridiksi (yang tentunya sesuai dengan domisilisi dari pihak yang berkepentingan atau sesuai
kesepakatan) untuk penyelesaian perselisihan.

Netting
Mungkin saja terjadi, perusahaan anda membuat kontrak dengan anak perusahaan dari suatu
korporat. Perjanjian bisa menjebak karena kebangkrutan yang dialami oleh anak perusahaan tersebut
menyebabkan piutang yang dialami oleh anak perusahaan tersebut menyebabkan piutang Anda bias
menjadi macet total. Bagaimana mengatasinya? Salah satunya adalah dengan melakukan netting
antarcabang atau netting

dengan perusahaan induk (holding) dari anak perusahaan yang

bersangkutan. Tindakan ini mengamankan posisi perusahaan Anda dari tindakan satu pihak oleh
rekanan dalam perjanjian.Namun, tentu saja pengamanan tersebut tentunya juga dituntut oleh lawan
bisnis dari perusahaan Anda.

Status hukum
Status hukum menjadi penting khususnya untuk produk drivatif. Dunia keuangan banyak
mengenal produk drivatif, seperti forward, option, swap, dan sejenisnya. Beberapa produk derivative
telah diperdagangkan di Indonesia. Bursa Berjangka Jakarta menjual beberapa produk derivatif dari
komoditas.
Namun, jumlah dan jenis kontran derivatif masih sangat terbatas. Perusahaan bias saja memanfaatkan
produk derivatif yang diperdagangkan di luar negeri. Namun perusahaan perlu waspada karena
perundangan di Indonesia mengenai perdagangan derivatif luar negeri masih belum siap. Tindakan
tersebut bias mengarah ke tindakan illegal.

Anda mungkin juga menyukai