Anda di halaman 1dari 21

Tugas : Akuntansi Perbankan

Dosen : Dr. Sylvia Sjarlis, S.E., M. Si., Akuntan

KASUS BANK DANAMON & PT. ESA KERTAS NUSANTARA

Oleh :
Kelompok 1

1. Vicky Kusmawardhani (2016222062)


2. A. Musdalifah Amanah (2016222096)
3. Emy Febri Indriani (2016222077)
4. Humairah Tahir (2017222245)
5. Almutmainnah Djalil (2016222060)

JURUSAN/PROGRAM STUDI AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NOBEL INDONESIA
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

i
Segala puji bagi Allah Swt. Kita memuji-Nya, meminta pertolongan,
ampun dan kita memohon perlindungan kepada-Nya dari kejelekan dan keburukan
amalan-amalan kita. Barang siapa diberi petunjuk oleh Allah Swt maka kita tidak
ada yang mampu menyesatkannya dan barang siapa yang telah Ia sesatkan maka
tidak ada yang mampu memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang haqkecuali Allah Swt, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya.
Makalah ini berjudul Kasus Bank Danamon & PT. Esa Kertas Nusantara.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi prosedur perkuliahan Akutansi Perbankan
Jurusan/Program Studi Akuntansi STIE NOBEL INDONESIA MAKASSAR.
Banyak rintangan yang penyusun hadapi dalam menyelesaikan makalah
ini, maka tidak ada yang menyurutkan semangat penyusun untuk terus berusaha
dan berdoa. Makalah ini terselesaikan bukanlah semata-mata hasil kerja penyusun
semata, namun tidak lepas dari dukungan dan doa orang-orang yang ingin melihat
penyusun menjadi seseorang yang berguna untuk masyarakat.
Dengan penuh kesadaran diri dan segala kerendahan hati, penyusun
menyadari bahwa hanya Allah-lah yang memiliki segala kesempurnaan, sehingga
apa yang penyusun sajikan dalam makalah ini tentu saja masih jauh dari
kesempurnaan. Hal ini tentunya disebabkan karena keterbatasan penyusun dalam
pengalaman dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, saran kritikan yang
konstruktif sangatlah penyusun harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna
sebagai ilmu yang bermanfaat.

Makassar, Mei 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis...................................................................................... 3
B. Contoh Kasus PT. Bank Danamon VS PT. Esa Kertas Nusantara
(EKN) ............................................................................................ 13
C. Analisis Kasus PT. Bank Danamon VS PT. Esa Kertas Nusantara
(EKN) ............................................................................................ 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................... 16
B. Saran ...............................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang
berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan
akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan
pada masa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Ini
adalah kebalikan dari divestasi pada aset yang lama.
Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga.
Definisi efek adalah suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah
tangankan dalam bentuk surat berharga, saham/obligasi, bukti hutang (Promissory
Notes), bunga atau partisipasi dalam suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak
untuk membeli suatu saham (Rights), garansi untuk membeli saham pada masa
mendatang atau instrumen yang dapat diperjual belikan.
Bank investasi membantu perusahaan dan pemerintah serta lembaga-
lembaga pemerintahan dalam menggalang perolehan dana dengan cara penerbitan
dan penjualan efek di pasar modal. Bank investasi ini berperan dalam memberikan
nasihat-nasihat strategis untuk melakukan penggabungan usaha (merger) dan
akuisisi serta berbagai jenis transaksi keuangan lainnya. Bank investasi ini juga
berperan sebagai pialang bisnis dalam mewakili nasabahnya melakukan transaksi
perdagangan. Namun dalam beberapa tahun garis pemisah antara kedua jenis
struktur ini telah kabur terutama karena bank komersial juga menawarkan jasa
bank investasi.
Selain dapat menambah penghasilan seseorang, investasi juga membawa
risiko keuangan jika investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh
banyak hal, diantaranya adalah faktor keamanan (baik dari bencana alam atau
diakibatkan faktor manusia), atau ketertiban hukum. Sebagai contoh kasus
kegagalan investasi adalah kasus investasi derivative pada Bank Danamon & PT.
Esa Kertas Nusantara. Produk investasi derivative itu sendiri merupakan
instrument investasi yang nilainya ditentukan atau diturunkan dari produk lain

1
yang menjadi acuan (underlying), seperti saham atau obligasi, serta menyatakan
klaim terhadap aset acuan tersebut atau terhadap nilai aset riil, seperti emas atau
komoditas di masa yang akan datang.
PT. Bank Danamon Indonesia yang digugat oleh PT. Esa Kertas Nusantara
(EKN) pada tahun 2009 atas kontrak derivatif yang dilakukan antara kedua belah
pihak. EKN adalah perusahaan nasional yang memproduksi coated and uncoated
paper untuk tujuan ekspor dengan jumlah karyawan sekitar 1.200 orang dan
berlokasi di Karawang dan Jakarta.

B.
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penulisan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Investasi Derivatif
Produk investasi derivatif merupakan instrument investasi yang
nilainya ditentukan atau diturunkan dari produk lain yang menjadi acuan
(underlying), seperti saham atau obligasi, serta menyatakan klaim terhadap
aset acuan tersebut atau terhadap nilai aset riil, seperti emas atau
komoditas di masa yang akan datang. Derivatif adalah sebuah kontrak
bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan
atau berasal dari produk yang menjadi acuan pokok atau juga disebut
produk turunan (underlying products); daripada memperdagangkan atau
menukarkan secara fisik suatu aset, perilaku pasar membuat suatu
perjanjian untuk saling menukarkan uang, aset, atau suatu nilai disuatu
masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan
pokok.
Para pelaku derivatif biasanya adalah pihak manajemen investasi,
perusahaan asuransi, lembaga keuangan, atau investor perorangan. Mereka
mengelola portofolio agar terhindar dari risiko pergerakan harga saham
dan komoditas, tanpa mempengaruhi posisi fisik produk yang menjadi
acuannya. Macam-macam sekuritas derivatif yang umumnya
ditransaksikan dalam suatu pasar modal, yaitu:
a. Futures adalah sebuah kontrak berjangka yang bersifat mengikat
(obligation) bagi kedua belah pihak untuk membeli (long position)
atau menjual (short position) suatu underlying assets (aset finansial
atau non-finansial) tertentu yang penyerahannya dilakukan secara cash
settlement di masa yang akan datang (expiration date) dengan harga
yang ditetapkan sekarang.
b. Options (opsi) adalah suatu kontrak yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk membeli (call options) atau menjual (put options)

3
underlying assets pada harga tertentu yang ditetapkan sekarang, untuk
penyerahan pada waktu tertentu di masa yang akan datang.
c. Forward serupa dengan future. Yang membedakan adalah future
mempunyai kekuatan hukum yang lebih kuat dibandingkan dengan
forward, karena diperdagangkan secara resmi di bursa efek dan
kontrak yang telah terstandardisasi. Sementara forward
diperdagangkan melalui over the counter market sehingga kontrak
dapat diformulasikan sesuai kebutuhan kedua belah pihak.
d. Swaps adalah kesepakatan antara dua pihak (perusahaan) untuk saling
mempertukarkan arus kas di masa tertentu (selama kurun waktu
tertentu) yang akan datang.

2. Kegunaan dari Transaksi Derivatif


a. Sebagai aksi lindung nilai (hedging), yaitu suatu bentuk perlindungan
agar nilai produk portofolio tidak sensitive dengan pergerakan harga.
Pelaku hedging memiliki hak untuk menjual (put) atau membeli (call)
pada harga dan periode kontrak tertentu.
b. Spekulasi. Cara investor berinvestasi dengan mencari keuntungan dari
selisih harga. Jadi, tujuan dari spekulasi adalah apresiasi harga. Kunci
dari spekulasi adalah market timing, jual produk pada saat harga tinggi
atau beli produk pada saat harga murah, atau bisa mengkombinasikan
keduanya. Keuntungan spekulasi bisa lebih besar daripada hedging,
namun tingkat risikonya juga jelas lebih besar.
c. Arbitrage, yaitu aktivitas membeli dan sekaligus menjual produk di
dua pasar yang berbeda, atau bisa juga membelli dua produk yang
berbeda kemudian dijual di pasar yang sama. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan keuntungan tanpa risiko.

3. Instrument Derivatif
Derivatif saham memiliki beberapa bentuk produk investasi, yaitu
sebagai berikut:

a. Derivatif Saham
1) Waran

4
Adalah hak untuk membeli sebuah saham pada harga dan waktu
yang telah ditetapkan. Perusahaan yang menerbitkan waran harus
telah mencatatkan sahamnya di bursa karena nanti akan dikonversi
oleh pemegang waran. Waran biasanya dijual bersamaan dengan
sekuritas lain, seperti saham atau obligasi, dengan periode
perdagangan sekitar 3-5 tahun. BEI mengatur bahwa waran yang
diperdagangkan di bursa adalah waran yang pada saat mulai
diperdagangkan sekurang-kurangnya 3 tahun dan pelaksanaan haknya
tidak dapat dilakukan lebih cepat dari 6 bulan terhitung sejak waran
diterbitkan.
2) Right
Adalah hak untuk membeli saham pada harga dan waktu yang
telah ditetapkan, namun diperuntukkan bagi pemegang saham lama
yang berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang
dikeluarkan perusahaan pada saat secondary offering. Right
diterbitkan melalui penawaran umum terbatas (right issues) dengan
periode waktu perdagangan yang sangat singkat, dalam hitungan hari
atau minggu.
3) Reksadana Saham
Merupakan cara paling sederhana untuk melakukan diversifikasi
(penyebaran) risiko. Reksadana merupakan kumpulan uang dari
banyak investor yang diinvestasikan pada berbagai instrumen
investasi di bawah pengelolaan fund manager dari suatu perusahaan
sekuritas di mana reksadana tersebut diterbitkan. setiap investor
memiliki hak secara proporsional pada reksadana saham berdasarkan
jumlah unit pernyataan yang dimilikinya.

b. Opsi

5
Opsi adalah suatu perjanjian yang memberi pemiliknya hak,
tetapi bukan kewajiban untuk membeli atau menjual suatu aset
tertentu (tergantung pada jenis opsi) pada harga tertentu selama waktu
tertentu. Adapaun jenis-jenis opsi, yaitu:
1) Opsi Membeli (Call Option)
Pemilik call option mempunyai hak untuk membeli aset induk
atau aset acuan (underlying asset) pada harga tetap selama waktu
tertentu, di mana bagi penjual adalah wajib untuk menjual aset
tersebut.
2) Opsi Menjual (Put Option)
Pemilik put option mempunyai hak untuk menjual aset induk
pada harga tetap selama waktu tertentu, di mana penjual kontrak wajib
membeli saham tersebut.
Harga tetap pada aset induk yang dapat dibeli atau dijual
dengan sebuah kontrak opsi disebut harga pelaksanaan (strike price
atau exercise price). Menggunakan opsi untuk membeli atau menjual
suatu aset disebut melaksanakan opsi. Hari terakhir opsi dapat
dilaksanakan adalah pada tanggal berakhir (expiration date) suatu
kontrak opsi. Selama masa jatuh tempo kontrak opsi belum berakhir,
pembeli bebas melaksanakan hak call option atau put option sesuai
kontrak, atau menunggu sampai jatuh tempo.
Opsi saham (stock option) adalah opsi untuk membeli atau
menjual saham. Opsi saham yang diperdagangkan di BEI disebut
Kontrak Opsi Saham (KOS) atau Single Stock Option. Besarnya harga
KOS sudah ditentukan oleh otoritas bursa dan tergantung pada jumlah
saham acuan serta jumlah saham yang beredar. Sebagaimana halnya
sekuritas lain, KOS juga diperdagangkan dengan melibatkan pembeli
kontrak opsi (taker) dan penjual kontrak opsi (writer). Jatuh tempo
atau hari berakhirnya setiap seri KOS pada setiap bulan adalah hari
bursa terakhir pada bulan bersangkutan.

6
Tidak semua saham yang tercatat di BEI menjadi saham acuan
(underlying asset) KOS, hanya saham yang memiliki tingkat frekuensi
perdagangan dan volantilas (fluktuasi) harga yang tinggi, serta nilai
kapitalisasi pasar yang cukup besar.

4. Kontrak Berjangka Komoditas


Kontrak berjangka komoditas (commodity futures) adalah kontrak
yang menggunakan underlying assets (aset acuan) aset riil berupa barang-
barang pertanian (misalnya kopi, gula, kentang) dan sumber daya alam
(misalnya emas dan minyak). Derivatif komoditas merupakan produk
investasi turunan dari perdagangan komoditas tersebut. Transaksi kontrak
ini dapat dilakukan di Bursa Berjangka Jakarta. Di kontrak berjangka
komoditas ini, investor dapat memilih:
a. Posisi beli (long). Jika investor merasa yakin harga komoditas yang
diinginkan bakal naik, ia dapat memasang posisi long.
b. Posisi jual (short). Jika diramalkan harga komoditas tersebut di waktu
yang akan datang bakal turun, ia dapat memasang posisi short.
Dalam perdagangan kontrak berjangka komoditas, ada du acara
penyelesaian transaksi, yaitu:
a. Penyerahan fisik (physical settlement). Dengan cara ini, investor akan
menerima komoditas yang diperdagangkan dalam bentuk fisik.
Misalnya, investor tersebut memasang posisi jual/beli untuk kontrak
berjangka CPO, maka dia akan menyerahkan/menerima CPO sejumlah
yang dijual/dibeli.
b. Penyerahan tunai (cash settlement). Dengan cara ini, kontrak
dibatalkan dengan membeli posisi untuk menutupi kewajiban yang
timbul, yaitu dengan membeli kontrak untuk membatalkan kewajiban
pada penjualan kontrak terdahulu (menutupi posisi short), atau
sebaliknya, yaitu menjual kontrak untuk melikuidasi pembelian
kontrak sebelumnya (menutupi posisi long).

5. Derivatif Indeks Saham

7
Produk derivatif kontrak indeks adalah produk derivatif (turunan)
kontrak berjangka atas sebuah indeks saham. Produk derivatif ini ada di
bawah naungan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan Bursa Efek Indonesia
(BEI). Acuannya adalah indeks bursa Asia serta bursa Indonesia. Di Bursa
Berjangka Jakarta (BBJ), ada tiga jenis kontrak indeks yang cukup
popular, yang mengacu pada indeks bursa Asia, yaitu:
a. Nikkei 225.
Indeks ini terbentuk dari pergerakan 225 saham pilihan di Osaka
Stock Exchange (OSE). Pergerakan Nikkei banyak dipengaruhi oleh
pergerakan saham-saham perbankan, otomotif, telekomunikasi, dan
teknologi di Jepang. Nikkei punya batas pergerakan yang terbilang lebar,
di mana rata-rata dalam sehari bisa bergerak antara 200 hingga 300 poin.
b. Kospi
Dibentuk dari pergerakan harga 200 saham unggulan di Korea
Selatan dan merupakan salah satu indeks terbesar di Asia. Saham-saham
yang menjadi barometer Kospi adalah saham-saham telekomunikasi. Rata-
rata dalam sehari indeks Kospi bisa bergerak antara 300-500 poin.
c. Hangseng
Mencakup pergerakan harga 33 saham utama yang diperdagangkan
di Hongkong Stock Exchange (HSE). Pergerakan indeks Hangseng sangat
ditentukan oleh pergerakan saham HSBC dan saham-saham
telekomunikasi, seperti China Mobile dan China Unicom. Hangseng
terkenal sebagai indeks yang sangat fluktuatif, di mana dalam sehari rata-
rata bisa bergerak naik turun antara 500 hingga 1.000 poin.

6. Empat Prinsip dalam Mengelola Perbankan


a. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Principle)
Bank di dalam menghimpun dan mengelola dana masyarakat harus
didasarkan atas prinsip kepercayaan. Nasabah bank mempercayakan
dananya untuk disimpan di bank dalam suatu portofolio dan dikelola
dengan aman dan jujur, yang sewaktu-waktu diminta kembali, dan bank
tersebut mampu untuk menyediakannya.
Untuk menjamin pelaksanaan prinsip kepercayaan, antara lain bank
harus memberi saran kepada nasabah tentang risiko yang mungkin terjadi

8
dalam penyimpanan dananya di bank dan bank dalam melaksanakan
transaksi untuk kepentingan nasabah harus melakukannya dengan hati-
hati. Hal tersebut termuat tegas dalam Pasal 29 Ayat (4) Undang-undang
Perbankan, yakni: “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan
informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan
dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.”
b. Prinsip Kerahasiaan (Confidential Principle)
Prinsip kerahasiaan bank menjadi sangat penting dijaga dalam
industri perbankan karena hal tersebut adalah jiwa dari industri perbankan.
Tujuan utama bank menerapkan prinsip kehati-hatian adalah agar nasabah
memperoleh tingkat perlindungan dan penjaminan hukum yang memadai
atas kepercayaan nasabah yang diberikan kepada bank untuk mengelola
dana yang disimpannya tersebut.
Secara normatif, prinsip ini diakomodir dalam Pasal 40 Ayat (1)
UU Perbankan, yakni: “Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai
nasabah penyimpan dan simpanannya, kecuali dalam hal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 41A, Pasal 42, Pasal 43, Pasal 44, dan
Pasal 44A.” Pasal 40 tersebut mengandung unsur subyektif berkaitan
dengan hal yang harus dirahasiakan oleh bank, dan unsur obyektif yakni
simpanan nasabah.
c. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)
Dalam UU Perbankan, tidak disebutkan dengan jelas pengertian
dari prinsip kehati-hatian. Pasal 2 UU Perbankan hanya menyebutkan
bahwa: “Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan
demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.” Menurut
Black’s Law Dictionary, 2001 menyebutkan bahwa: “Prudence is
carefulness, precaution attentiveness and good judgement, as applied to
action or conduct, that degree of care required by the exigencies or
circumstances under which it is to be exercised.”
Pada Pasal 16 sampai dengan Pasal 28 UU Perbankan yang
bersangkutan dengan substansi yang berkaitan dengan masalah yang

9
mengatur perizinan, bentuk hukum, dan kepemilikan bank ditentukan
bahwa dalam pendirian bank harus diatur secara tegas mengenai
kepemilikan bank mengingat bisnis perbankan adalah bisnis yang
mengedepankan kepercayaan. Oleh karena itu dalam persyaratan pendirian
bank, pihak-pihak yang pernah melakukan tindakan tercela di bidang
perbankan dilarang mendirikan atau turut mendirikan bank. Hal tersebut
diatur dalam SKBI Nomor 27/118/KEP/DIR dan SEBI Nomor
247/4/UPPB tanggal 25 Januari 1995 yang mengatur tentang orang-orang
yang digolongkan dalam daftar orang tercela (TOT), yakni:
1) Penggelapan atau manipulasi yang merugikan bank;
2) Kolusi dengan nasabah atau pihak lain yang merugikan bank;
3) Transaksi fiktif, baik yang dilakukan pada sisi aktiva maupun
passive;
4) Perselisihan intern yang mengakibatkan bank mengalami
kesulitan;
5) Manipulasi dalam pembukuan atau pelaporan bank;
6) Kerja sama yang tidak wajar sehingga salah satu atau beberapa
kantornya berdiri sendiri.
d. Prinsip Know Your Customer
Prinsip Know Your Customer selanjutnya akan disebut KYC adalah
prinsip yang diterapkan bank untuk mencermati dan mengetahui identitas
nasabah serta memantau kegiatan transaksi nasabah, termasuk pelaporan
jika terdapat transaksi yang diduga mencurigakan. Tujuan penerapan KYC
adalah untuk mengenal profil dan karakter transaksi nasabah sehingga
secara dini bank dapat mengidentifikasikan transaksi yang diduga
mencurigakan tersebut, untuk meminimalisasi operational risk, legal risk,
concentration risk, dan reputation risk.
Menurut R. Maulana Ibrahim, prinsip KYC yang kurang sempurna
dapat mengakibatkan bank-bank harus berhadapan dengan risiko
perbankan yang terkait dengan penilaian masyarakat, nasabah, atau mitra
transaksi bank terhadap bank yang bersangkutan, yakni risiko, risiko
operasional, risiko hukum, dan risiko konsentrasi. Berdasarkan Basel
Committee on Banking Supervision Consultative Document: Customer

10
Due Diligence for Banks, disebutkan bahwa saat ini pengawas bank di
hampir seluruh dunia menyadari pentingnya due diligence terhadap
nasabah baru, dan nasabah yang telah ada pada banknya agar terhindar
dari tindak kejahatan. Oleh karena itu, Basel Committee telah
mengembangkan rekomendasi yang memberikan basic framework untuk
bank.

7. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Mengenai Perlindungan


Konsumen
Di tahun 2013, OJK telah mengeluarkan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 1 Tentang Perlindungan Konsumen di Sektor Jasa
Keuangan (POJK Perlindungan Konsumen). Ketentuan yang dikeluarkan
oleh OJK ini mengatur setidaknya lima prinsip atau hak yang harus
didapat oleh tiap konsumen LJK, yaitu:
a. Hak Mendapatkan Informasi Sejelas-jelasnya (Prinsip Transparansi)
Sebagai konsumen produk keuangan, konsumen memiliki hak
untuk mendapatkan informasi tentang produk keuangan tersebut
dengan sejelas-jelasnya. Aturan OJK mewajibkan pelaku usaha jasa
keuangan, untuk memberikan informasi tentang produk atau layanan
dengan akurat, jujur, jelas, dan tidak menyesatkan.
b. Hak Mendapatkan Perlakuan yang Adil (Prinsip Perlakuan yang Adil)
Konsumen LJK juga memiliki hak untuk mendapatkan akses
yang setara pada produk keuangan, sesuai klasifikasi yang ditentukan
oleh penyedia produk. Selain itu, pelaku usaha jasa keuangan juga
dilarang untuk memakai strategi pemasaran yang merugikan
konsumen. Misalnya, dengan memanfaatkan kondisi konsumen yang
tidak memiliki pilihan lain dalam mengambil keputusan. Selain itu,
adil yang dimaksud di sini adalah konsumen dilayani tanpa sikap
diskriminatif karena perbedaan agama, ras, suku, dan lainnya oleh LJK
apapun dan di manapun.
c. Hak Untuk Mendapatkan Pelayanan yang Andal (Prinsip Keandalan)

11
Konsumen berhak untuk mendapatkan pelayanan yang akurat,
di mana sistem, prosedur, infrastruktur, dan sumber daya manusia yang
diberikan oleh LJK harus mumpuni dan profesional.
d. Hak Mendapatkan Perlindungan Keamanan Data (Prinsip Kerahasiaan
dan Keamanan Data/Informasi Konsumen)
Ketika membeli sebuah produk keuangan, konsumen tentunya
banyak membagi data pada penyedia produk. Konsumen harus
mengetahui bahwa konsumen memiliki hak untuk mendapatkan
perlindungan data pribadi. OJK melarang perusahaan keuangan
membagi data atau informasi tentang konsumennya pada pihak ketiga.
Data tersebut hanya digunakan sesuai dengan kepentingan dan tujuan
yang disetujui oleh konsumen, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
e. Hak Mengajukan Aduan Bila Ada Masalah (Prinsip Penanganan
Pengaduan Serta Penyelesaian Sengketa Konsumen Secara Sederhana,
Cepat, dan Biaya Terjangkau)
Konsumen produk keuangan juga memiliki hak untuk
mengajukan pengaduan bila ada masalah dalam proses transaksi
tersebut. Yang dimaksud dengan penanganan pengaduan dalam hal ini
adalah pelayanan dan/atau penyelesaian pengaduan. Sementara yang
dimaksud dengan penyelesaian sengketa adalah melaksanakan
kesepakatan mediasi atau putusan ajudikasi. Setiap LJK diwajibkan
oleh OJK untuk membuka fasilitas pengaduan konsumen di Layanan
Konsumen OJK melalui nomor telepon di 157 atau melalui email ke
konsumen@ojk.go.id
B. Contoh Kasus PT. Bank Danamon VS PT. Esa Kertas Nusantara (EKN)
PT. Bank Danamon Indonesia yang digugat oleh PT. Esa Kertas Nusantara
(EKN) pada tahun 2009 atas kontrak derivatif yang dilakukan antara kedua belah
pihak. EKN adalah perusahaan nasional yang memproduksi coated and uncoated
paper untuk tujuan ekspor dengan jumlah karyawan sekitar 1.200 orang dan
berlokasi di Karawang dan Jakarta.
Permasalahan tersebut berawal ketika kedua pihak menandatangani
perjanjian untuk 17 structured finance producst. Perjanjian itu terdiri dari tiga

12
transaksi forward with knok out, delapan transaksi target redumption forward,
empat transaksi cancel-able forward, dan satu transaksi American knok out, sejak
Oktober 2007 hingga September 2008. Kedua pihak juga menandatangani
perjanjian Cross Currency Swap (CCS). Total nominal transaksi structured
financial product dan CCS yang telah dilakukan masing-masing adalah US$29,5
juta dan US$5,5 juta. Pada tahun 2009, perjanjian tersebut menuai masalah. Dodi
S. Abdulkadir dari kantor hukum MR&P sebagai pengacara EKN, menggugat
Danamon karena lalai mengungkap informasi mengenai transaksi derivatif yang
berupa structured finance products dan tidak bertujuan untuk lindung nilai, namun
bersifat spekulatif. Padahal EKN membutuhkan produk lindung nilai (hedging).
Akibatnya, EKN disesatkan dan mengalami kerugian yang sangat besar dari
transaksi derivatif tersebut.
Dodi juga menilai bahwa Bank Danamon lalai dalam memberikan
informasi yang akurat tentang produk derivatif yang mereka tawarkan kepada
nasabah. “Akibatnya, EKN selaku nasabah dengan tingkat pengetahuan akan
produk keuangan yang terbatas terjebak membeli produk derivatif Bank Danamon
dan mengalami kerugian yang sangat besar,” kata Dodi, Jakarta, Selasa (31/3).
Menurut Dodi, Bank Danamon juga lalai dalam menerapkan prinsip
pengenalan nasabah (know your customer), prinsip perlindungan nasbah, serta
prinsip kehati-hatian (prudence banking). “Mereka (Bank Danamon) sangat
agresif menawarkan produk derivatif yang bersifat spekulatif tanpa administrasi
yang benar. Padahal EKN membutuhkan produk lindung nilai (hedging).
Akibatnya, EKN disesatkan dan mengalami kerugian yang sangat besar dari
transaksi derivatif tersebut,” kata Dodi.
EKN mengajukan gugatan terhadap Danamon, setelah negoisasi
sebelumnya diupayakan oleh kedua belah pihak gagal memberikan kemajuan
yang berarti. Total nilai gugatan adalah Rp 1,1 trilliun, terdiri dari kerugian
materiil sebesar Rp 207 miliar dan kerugian immaterial sebesar Rp 900 miliar.
Dari hasil sidang, majelis hakim mengabulkan gugatan PT. EKN dan
meminta Danamon untuk memberikan ganti rugi sebesar Rp63 miliar. Dalam

13
putusannya, majelis hakim menganggap bahwa transaksi derivatif itu dianggap
perbuatan melawam hukum.

C. Analisis Kasus PT. Bank Danamon VS PT. Esa Kertas Nusantara (EKN)
1. Identifikasi Masalah
PT. Esa Kertas Nusantara menggugat Bank Danamon atas transaksi
derivatif pada tahun 2009. PT. EKN menilai bahwa pihak Bank Danamon lalai
dalam memberikan informasi yang akurat tentang produk derivatif yang
mereka tawarkan kepada nasabah. PT. EKN menganggap produk itu bersifat
spekulatif dan tidak bersifat lindung nilai atau hedging. Produk yang
ditawarkan Bank Danamon merupakan produk yang tidak sesuai dan
merugikan PT. EKN karena produk tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan
PT. EKN dan tidak mendasarkan prinsip know your customer oleh Danamon.
Menurut penasehat keuangan EKN dalam kasus ini, definisi lindung nilai
adalah produk yang melindungi pemiliknya terhadap ketidakpastian. Namun
produk Bank Danamon tidak melindungi PT. EKN dari gejolak nilai tukar
rupiah terhadap dolar AS. Akibatnya, PT. EKN merasa dirugikan dan
menuntut Bank Danamon agar mau melunasi kerugian tersebut.

2. Kelemahan Bank yang Mengakibatkan Permasalahan Tersebut


Adapun kelemahan prosedur Bank Danamon yang menyebabkan
permasalahan tersebut terjadi adalah:
a. Bank Danamon tidak menerapkan prinsip Know Your Customer, karena
Bank Danamon tidak memberikan produk yang diinginkan oleh
nasabahnya. PT. EKN membutuhkan produk lindung nilai (hedging),
sebaliknya Bank Danamon memberikan produk yang tidak sesuai dengan
kebutuhan PT. EKN, sehingga hal tersebut merugikan PT. EKN.
b. Bank Danamon tidak menerapkan salah satu prinsip perlindungan
konsumen/nasabah, yaitu prinsip transparansi karena Bank Danamon tidak
memberikan penjelasan secara akurat mengenai produk yang ditawarkan
dan dijual kepada PT. EKN, sehingga PT. EKN merasa bahwa Bank

14
Danamon melakukan tindakan spekulatif dan hal ini tentu saja merugikan
PT. EKN.

3. Tindakan yang Ditempuh dalam Penyelesaian Masalah


Pada awalnya, BI selaku bank sentral dan pengawas dari bank-bank
yang ada di Indonesia memberi usulan mediasi terhadap kasus yang terjadi
antara Bank Danamon dan PT. EKN. Hal ini tentu saja disambut dengan baik
oleh PT. EKN. Namun, pihak Bank Danamon belum juga mengajukan
permintaan bantuan mediasi secara resmi pada BI. Sementara di waktu yang
bersamaan, PT. EKN terlanjur mengajukan gugatan perdata senilai Rp 1 triliun
terhadap Bank Danamon. Hingga akhirnya, hasil sidang menunjukkan bahwa
majelis hakim mengabulkan gugatan PT. EKN dan meminta Danamon untuk
memberikan ganti rugi sebesar Rp 63 miliar.

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Produk investasi derivatif merupakan instrument investasi yang nilainya
ditentukan atau diturunkan dari produk lain yang menjadi acuan (underlying),
seperti saham atau obligasi, serta menyatakan klaim terhadap aset acuan tersebut

15
atau terhadap nilai aset riil, seperti emas atau komoditas di masa yang akan
datang.
PT. Bank Danamon Indonesia yang digugat oleh PT. Esa Kertas Nusantara
(EKN) pada tahun 2009 atas kontrak derivatif yang dilakukan antara kedua belah
pihak. EKN adalah perusahaan nasional yang memproduksi coated and uncoated
paper untuk tujuan ekspor dengan jumlah karyawan sekitar 1.200 orang dan
berlokasi di Karawang dan Jakarta.
PT. Esa Kertas Nusantara menggugat Bank Danamon atas transaksi
derivatif pada tahun 2009. PT. EKN menilai bahwa pihak Bank Danamon lalai
dalam memberikan informasi yang akurat tentang produk derivatif yang mereka
tawarkan kepada nasabah.
Adapun kelemahan prosedur Bank Danamon yang menyebabkan
permasalahan tersebut terjadi adalah Bank Danamon tidak menerapkan prinsip
Know Your Customer dan Bank Danamon tidak menerapkan salah satu prinsip
perlindungan konsumen/nasabah, yaitu prinsip transparansi.

B. Saran
Bank Danamon seharusnya menerapkan prinsip Know Your Customer dan
prinsip perlindungan nasabah, dalam hal ini bank harus memberikan informasi
yang akurat mengenai produk yang ditawarkan sehingga tidak terjadi masalah
yang merugikan banyak pihak. Bukan hanya Bank Danamon saja tetapi prinsip
tersebut berlaku pada setiap bank mana pun yang melakukan investasi.

DAFTAR PUSTAKA

Unknown. 2013. Contoh Kasus Kecurangan Derivatif. Blogspot:


http://memebali.blogspot.com/2013/06/contoh-kasus-kecurangan-
derivatif.html (diakses pada 17 Mei 2019, pukul 13.23 WITA).

16
Khasanah, S. Produk Derivatif. Academia: https://www.academia.edu /
7179165/Produk_Derivatif (diakses pada 17 Mei 2019, pukul 14.32 WITA).
Kompas. 2009. Danamon Dinilai Lalai dalam Penjualan Produk Derivatif.
Kompas:https://ekonomi.kompas.com/read/2009/03/31/15144446/danamon.
dinilai.lalai.dalam.penjualan.produk.derivatif (diakses pada 17 Mei 2019,
pukul 21.21 WITA).
Karo, Riziy Karo. 2015. 4 (Empat) Prinsip dalam Mengelola Perbankan.
Kompasiana:https://www.kompasiana.com/rizkykarokaro/56307b13c823bd5
811780040/4-empat-prinsip-dalam-mengelola-perbankan?page=all
(diakses pada 17 Mei 2019, pukul 21.34 WITA).
Otoritas Jasa Keuangan. Apa Saja Hak Kamu Sebagai Konsumen Keuangan? (1).
Sikapiuangmu.ojk:https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Article/10
436 (diakses pada 18 Mei 2019, pukul 21.24 WITA)

17

Anda mungkin juga menyukai