Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH MANAJEMEN RISIKO

“Instrumen Derivatif”

Dosen Pengampu:
Drs. R. Hendri Gusaptono, MM

Disusun Oleh:
1. Iffa Karimah 141190021
2. Faidin Joko Nur Rochman 141190032
3. Dadan Kurniawan Febriana 141190081
4. Endah Nur Saputri 141190166

Kelompok 2 / EM-A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Manajemen Risiko yang berjudul “Instrumen Derivatif” sesuai waktu yang telah
ditentukan.

Kami berterima kasih kepada Drs. R. Hendri Gusaptono, MM., selaku dosen mata
kuliah Manajemen Risiko yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut serta membantu
menyumbangkan pikirannya dalam makalah ini.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta, 12 Mei 2022

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
2.1 Forward ................................................................................................................... 3
2.1.1 Hedging dengan Forward ..................................................................................... 4
2.2 Futures ..................................................................................................................... 6
2.2.1 Karakteristik Futures ............................................................................................. 6
2.2.2 Standardisasi Kontrak ........................................................................................... 7
2.2.3 Mekanisme Marking to Market ........................................................................... 8
2.2.4 Perdagangan Melalui Bursa ................................................................................. 8
2.2.5 Hedging dengan Futures ....................................................................................... 9
2.2.6 Risiko Basis (Basis Risk) ..................................................................................... 9
2.3 Opsi ....................................................................................................................... 10
2.3.1 Karakteristik Opsi................................................................................................ 10
2.3.2 Hedging dengan Opsi .......................................................................................... 10
2.3.3 Penilaian Opsi ...................................................................................................... 11
2.4 Manajemen Risiko dengan Swap .......................................................................... 17
2.5 Penjualan Kredit dan Sekuritisasi ......................................................................... 18
2.6 Instrumen Derivatif Lainnya ................................................................................. 20
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 21
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 21
3.2 Saran...................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah krisis moneter yang dialami Indonesia sedikit mereda, pasar modal dan
pasar uang mulai bergerak cukup dinamis seiring dengan meningkatnya aliran dana yang
masuk ke negeri ini. Perkembangan ini memacu para investor dan pelaku pasar untuk
lebih berhati-hati dan selektif dalam memilih dan menanamkan uangnya pada instrumen-
instrumen investasi di pasar modal dan pasar uang. Saham dan obligasi sebagai instrumen
yang paling populer di pasar modal merupakan salah satu alternatif investasi bagi para
investor. Untuk menghimpun dana masyarakat, pemerintah Indonesia juga menawarkan
obligasi jangka panjang. Sedangkan instrumen pasar uang yang cenderung berjangka
waktu pendek terdapat Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat berharga lainnya
seperti commercial paper. Dalam hal investasi, para investor menginginkan tingkat
pengembalian tertentu atas sejumlah risiko tertentu yang ditanggungnya. Saham
umumnya menawarkan tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi daripada obligasi.
Pada return yang tinggi ini juga melekat adanya tingkat risiko yang relative tinggi,
dimana untuk saham tidak terdapat adanya janji pembayaran dividen setiap periode dan
harga yang relatif ditentukan oleh pergerakan pasar modal. Investor yang risk-averse,
atau tidak menyukai risiko, cenderung lebih suka
berinvestasi di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang menjanjikan tingkat risiko dan
pengembalian yang relatif lebih rendah. Di negara Amerika Serikat telah dikumpulkan
data menyangkut perbandingan tingkat pengembalian dan tingkat risiko rata-rata
berbagai instrumen keuangan dari tahun 1926 sampai dengan tahun 1996. Tabel 1
dibawah ini menggambarkan adanya hubungan positif antara tingkat pengembalian dan
risiko premium.
Risiko premium adalah selisih antara tingkat risiko sekuritas tertentu dengan
sekuritas tidak berisiko (dalam hal ini adalah U.S. Treasury Bills). Keinginan investor
untuk melindungi dirinya dari adanya risiko investasi di pasar modal dapat
diakomodasikan dengan adanya sekuritas derivatif, seperti futures/forwards danoptions.
Instrumen derivatif ini sebagai inovasi baru di pasar modal yang perannya sangat
diperhatikan terutama dalam hal strategi hedging (lindung nilai) atas transaksi-transaksi
keuangan tertentu yang bersifat berkelanjutan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan derivatif ?
2. Apa saja bentuk-bentuk instrumen derivatif ?
3. Bagaimana manfaat dari instrumen derivatif dalam manajemen risiko
4. Bagaimana risiko derivatif dalam manajemen ?
5. Bagaimana kinerja instrumen derivatif dalam manajemen risiko?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dan memahami derivatif.
2. Untuk mengetahui dan memahami bentuk-bentuk instrumen derivatif

1
3. Untuk mengetahui dan memahami manfaat dan instrument derivatif dalm manajemen
risiko
4. Untuk mengetahui dan memahami risiko derivatif dalam manajemen
5. Untuk mengetahui dan memahami kinerja instrumen derivatif dalam manajemen risiko.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Forward
Instrumen forward barangkali merupakan instrumen keuangan derivatif yang paling
tua. Kontrak forward bisa dibedakan dengan kontrak spot. Contoh kontrak dan kurs spot
yang sering kita jumpai adalah pada valuta asing. Misalkan, surat kabar menyajikan
informasi kurs rupiah/dolar adalah Rp9.000/$. Biasanya kurs tersebut adalah kurs spot.
Kurs spot mempunyai arti berikut ini. Jika kita ingin membeli (menjual) dolar, berarti
kita harus menyediakan (memperoleh) rupiah sebesar Rp9.000. Dolar akan kita terima
saat ini juga (pada saat transaksi dilakukan). Transaksi spot dengan demikian mempunyai
arti kurs berlaku saat ini dan penyerahan barang dilakukan pada saat ini juga.
Kurs forward berbeda dengan kurs spot dalam hal penyerahan barangnya.
Misalkan kurs forward 3 bulan untuk rupiah/dolar adalah Rp9.000/$. Kurs semacam itu
berarti bahwa kita bisa membeli (menjual) dolar dengan kurs Rp9.000 (ditetapkan saat
ini), tetapi perolehan (penyerahan) dolar dilakukan tiga bulan mendatang. Tiga bulan
mendatang, kita harus menyediakan (memperoleh) rupiah sebesar Rp9.000 jika kita
membeli (menjual) dollar forward. Tidak seperti kurs spot, kurs forward tidak banyak
dipublikasikan, karena perdagangan forward untuk rupiah/dolar barangkali belum
banyak dilakukan. Untuk mata uang besar, perdagangan forward sudah biasa dilakukan.
Sebagai contoh, perdagangan antara $ dengan yen Jepang sudah biasa dilakukan di pasar
forward.
Tabel berikut ini meringkaskan perbedaan antara transaksi spot dengan transaksi
forward. Misalkan kita akan membeli $ spot dengan kurs Rp9.000/$ dan membeli 3-
bulan $ forward (Long forward) dengan kurs Rp9.000/$.

Perhatikan bahwa untuk transaksi forward, tiga bulan mendatang penyerahan


dilakukan. Sedangkan untuk transaksi spot, penyerahan dilakukan saat ini juga. Misalkan
kurs spot tiga bulan mendatang adalah Rp11.000/$ (rupiah melemah), siapa yang
dirugikan, siapa yang diuntungkan? Yang dirugikan adalah partner kita karena dia sudah
berjanji untuk menjual $ dengan harga Rp9.000. Sebaliknya, kita akan memperoleh
keuntungan, karena kita bisa membeli dolar dengan harga Rp9.000, lebih rendah
dibandingkan dengan kurs spot saat itu. Karena sudah terikat perjanjian (kontrak), partner
kita tidak bisa membatalkan kontrak tersebut.
Alternatif lain, jika ia menjual 3 bulan dolar forward (short forward $), dengan kurs
Rp9.000/$, tabel berikut ini meringkaskan hasil tersebut.

3
Apa manfaat dari transaksi semacam itu? Seperti akan terlihat berikut ini, transaksi
semacam itu mempunyai banyak manfaat, khususnya untuk hedging. Spekulan juga bisa
memanfaatkan transaksi tersebut untuk tujuan spekulasi. Bagian berikut ini menjelaskan
lebih lanjut ilustrasi penggunaan kontrak forward.
2.1.1 Hedging dengan Forward
Misalkan seorang manajer investasi mempunyai portofolio obligasi dengan
nilai pasar saat ini adalah Rp1,2 miliar. Nilai investasi adalah Rp1 miliar, dengan
demikian ia sudah rnemperoleh keuntungan sebesar 20%. Misalkan tiga bulan
mendatang portofolionya akan dievaluasi, dan tentu saja ia ingin agar kinerjanya
baik. Tetapi ia sangat mengkhawatirkan tingkat bunga yang berfluktuasi tajam. Jika
tingkat bunga meningkat, nilai portofolio dia akan turun. Tetapi jika tingkat bunga
menurun, nilai portofolio dia akan meningkat. Misalkan dia sudah puas dengan
tingkat keuntungan tersebut, dan tidak ingin mengambil risiko perubahan tingkat
bunga.
Manajer tersebut bisa melakukan hedging dengan menggunakan forward
obligasi. Lebih spesifik lagi, ia bisa memasuki kontrak forward, yaitu short
forward obligasi dengan jangka waktu 3 bulan. Misalkan ia berhasil menemukan
partner yang bersedia melakukan transaksi forward obligasi dengan jangka waktu
3 bulan, dengan harga Rp1,2 miliar (sama dengan harga pasar saat ini). Misalkan
tiga bulan mendatang tingkat bunga meningkat yang mengakibatkan nilai obligasi
turun menjadi Rp900.000. Tabel berikut ini meringkaskan hasil dari hedging
tersebut.

Tabel di atas menunjukkan:


1) Kita rugi di obligasi (posisi spot obligasi), karena nilainya turun sebesar
Rp300 juta (Rp900 juta - Rp1,2 miliar)

4
2) Tetapi kita untung diforward obligasi, karena kita bisa menjual dengan harga
Rp1,2 miliar, sementara harga pasar obligasi adalah Rp900 juta. Kita untung
sebesar Rp300 juta.
3) Total keuntungan = keuntungan di posisi spot + keuntungan di posisi
forward, Total keuntungan = -Rp300 juta + Rp300 juta = 0
Jika kita tidak melakukan hedging, kita akan rugi sebesar Rp300 juta. Setelah
memasuki kontrak hedging, kerugian di obligasi kita bisa dikompensasi oleh
keuntungan di posisi forward, dengan nilai yang sama, sehingga total keuntungan
rnenjadi 0. Dengan kata lain, perubahan tingkat bunga tidak akan mempengaruhi
nilai obligasi kita. Nilai obligasi kita tiga bulan mendatang akan tetap pada nilai
Rp1,2 miliar.
Dengan menggunakan grafik, posisi long obligasi (mempunyai obligasi) bisa
digambarkan sebagai berikut:

Posisi long obligasi digambarkan dengan garis miring 45 derajat, slope +1,
seperti terlihat bagan di atas, jika harga obligasi meningkat, manajer investasi
tersebut akan memperoleh keuntungan. Semakin besar peningkatan harga obligasi,
semakin besar keuntungan manajer investasi tersebut. Tetapi jika harga obligasi
turun, dia akan mengalami kerugian. Yang menjadi kekhawatiran dia adalah jika
harga obligasi turun (daerah sebelah kiri). Untuk mencegah kerugian karena
penurunan harga tersebut, dia bisa memasuki kontrak forward dengan jalan
menjual obligasi. forward. Posisi jual (short) mempunyai ciri sedemikian rupa,
sehingga jika harga obligasi meningkat, investor akan mengalami kerugian, dan
sebaliknya. Posisi tersebut digambarkan sebagai garis miring 45 derajat dengan
slope -1, seperti terlihat pada bagan berikut ini,

5
Perhatikan jika harga obligasi meningkat, posisi tersebut memberikan
kerugian. Kenapa demikian? Karena kita sudah berjanji untuk membeli dengan
harga. jika harga obligasi lebih murah, berarti kita akan membeli dengan harga
yang lebih mahal. Jika gambar pada Bagan 16.1 dengan Bagan 16.2 digabung,
maka hasilnya akan nampak seperti berikut ini.

Bagan di atas menunjukkan, jika harga obligasi turun, kita mengalami


kerugian pada posisi spot, tetapi memperoleh keuntungan pada posisi forward.
Hasil bersih adalah kita tidak memperoleh kerugian atau keuntungan dari
perubahan harga obligasi. Dengan kata lain, perubahan tingkat bunga (yang berarti
perubahan harga obligasi) tidak akan mengakibatkan kerugian dan keuntungan
pada posisi total kita. Dengan kata lain, forward obligasi bisa dipakai untuk meng-
hedge portofolio obligasi manajer investasi tersebut.
2.2 Futures
2.2.1 Karakteristik Futures
Ada beberapa kelemahan dari forward. Pertama, kontrak forward
merupakan hasil negosiasi langsung antara pihak pembeli dengan penjual forward.
Mereka bertemu langsung dan melakukan negosiasi. Jika terjadi kesepakatan,
maka kontrak forward akan disepakati. Pasar yang semacam itu sering disebut
sebagai pasar over-the-counter. Di satu sisi negosiasi semacam itu memungkinkan
fleksibilitas yang tinggi, di sisi lain, negosiasi tersebut mengakibatkan variasi yang

6
cukup tinggi. Variasi tersebut membuat kontrak futures tidak terstandardisir.
Produk yang tidak terstandardisir cenderung lebih sulit diperdagangkan (kurang
likuid). Karena kurang likuid, produk tersebut cenderung mempunyai biaya
transaksi yang lebih tinggi.
Kedua, pada kontrak forward, risiko default (partner tidak memenuhi
kewajibannya) cenderung tinggi. Tingginya risiko default tersebut disebabkan oleh
dua faktor. Faktor pertama, risiko dalam kontrak forward diakumulasi sampai jatuh
tempo. Misalkan saya membeli dolar forward 3 bulan dengan harga Rp10.000/$.
Saat ini saya rnenandatangani kontrak dengan partner (counterparty) saya.
Kemudian selama tiga bulan mendatang, praktis saya tidak bertemu dengan dia,
sampai pada bulan ketiga, saya akan bertemu dengan partner saya untuk
menyelesaikan kontrak tersebut. Misalkan tiga bulan mendatang, pada saat
penyelesaian kontrak akan dilakukan, kurs berubah menjadi Rp20.000/$. Saya
akan rnemperoleh keuntungan, tetapi counterparty saya akan memperoleh
kerugian yang sangat besar. Dalam situasi semacam itu, counterparty saya akan
‘kaget’ dan mempunyai insentif untuk tidak melunasi kewajibannya. Faktor kedua,
saya dan counterparty saya pada dasarnya perusahaan biasa. Perusahaan biasa
secara umum mempunyai risiko default yang lebih tinggi dibandingkan dengan
lembaga pemerintah atau semi pemerintah. Futures menggunakan lembaga semi
pemerintah, seperti yang akan terlihat berikut ini,
Secara ringkas, kelemahan dari kontrak forward adalah:
• Kurang likuid karena kontrak relatif kurang terstandardisir
• Risiko default cenderung lebih tinggi
Futures didesain untuk mengurangi dua kelemahan forward yang utama tersebut.
Adapun desain futures tersebut adalah:
• Standardisasi kontrak
• Mekanisme marking to market (penyesuaian terhadap harga pasar) setiap hari,
dan perdagangan yang dilakukan melalui bursa
2.2.2 Standardisasi Kontrak
Untuk meningkatkan likuiditas, futures menggunakan strategi yaitu menstandarkan
kontrak futures. Standardisasi tersebut meliputi antara lain:
• Besarnya kontrak: misal kontrak untuk futures dolar Australia ditetapkan
sebesar A$100.000 per-kontraknya (Bursa menetapkan besaran kontrak
tersebut). Misalkan kita mempunyai eksposur sebesar A$150.000, maka kita
tidak bisa membeli 1,5 kontrak. Kita harus membeli 1 kontrak atau 2 kontrak
futures
• Jatuh tempo: misal jatuh tempo futures ditetapkan setiap bulan Maret, Juni,
September, dan Desember (bursa menetapkan waktu tersebut). Misalkan kita
mempunyai eksposur yang jatuh tempo bulan Februari. Kita tidak bisa
meminta kontrak yang jatuh tempo bulan tersebut. Kita harus memilih
apakah beli kontrak yang jatuh tempo bulan Desember atau Maret.

7
• Kualitas komoditas: Bursa menentukan kualitas komoditas yang di-futures
kan. Sebagai contoh, untuk kopi barangkali Bursa menetapkan kopi dengan
kualitas A yang bisa di-futures-kan. Kualitas di bawah itu tidak bisa di-
futures kan.

2.2.3 Mekanisme Marking to Market


Perdagangan futures dilakukan melalui bursa. Bursa menggunakan
mekanisme marking to market setiap hari. Melalui mekanisme tersebut, posisi
kontrak disesuaikan dengan harga pasar setiap hari. Untung atau rugi karena proses
penyesuaian tersebut akan ditambahkan ke rekening kita. Untung berarti
menambah saldo, sementara rugi akan mengurangi saldo. Untuk memperjelas
situasi tersebut, misalkan seorang investor membeli (long) satu kontrak futures
euro pada pagi hari, dengan harga Y (200)/e. Misalkan besar kontrak adalah e 1.000
Jatuh tempo kontrak tersebut adalah dua hari mendatang. Misalkan kurs atau harga
futures. yen/euro untuk dua hari ke depan adalah sebagai berikut.
Hari Kurs futures

0 (penutupan) (Y250)/E
1 (Y160)/E
2 (Y100)/E

Misalkan deposit adalah 100.000 yen, saldo minimal adalah 100.000 yen
(besarnya deposit dan saldo minimal ditentukan oleh bursa) Deposit diberikan pada
waktu investor membeli kontrak tersebut. Jika saldo minimal tidak terpenuhi,
investor tersebut akan dipanggil oleh bursa (namanya margin call), dan diharuskan
untuk menutup kekurangan tersebut

2.2.4 Perdagangan Melalui Bursa


Jika forward diperdagangkan melalui pasar over the conter (OTC), futures
diperdagangkan melalui bursa. Bagan berikut menjelaskan perbedaan antara
keduanya

Bagan di atas menunjukkan bahwa pembeli dan penjual bertemu dan


bertransaksi langsung Risiko default dalam situasi tersebut cenderung lebih tinggi
karena pihak pihak yang bertransaksi adalah perusahaan biasa. Untuk fitures,
perdagangan dilakukan melalui bursa l'embeli futures S membeli kontrak tersebut

8
dari bursa, dan juga sebaliknya dengan penjual futures S. Jika penjual atau pembeli
futures default (gagal bayar), maka counterparty tidak akan mengalami kerugian
(karena gagal merealisasikan keuntungan), karena bursa yang akan menanggung
transaksi tersebut. Sepanjang bursa itu sendiri tidak mengalami masalah, maka
semua transaksi dijamin oleh bursa Karena bursa merupakan lembaga yang jauh
lebih kuat dibandingkan dengan perusahaan biasa, maka risiko default bursa
menjadi lebih kecil, dan dengan demikian risiko default futures juga kecil.
2.2.5 Hedging dengan Futures
Futures mempunyai struktur pay-off yang sama dengan forward. Misalkan
kita membeli $ forward, maka posisi tersebut sama dengan membeli (long) futures
5. Pay-off semacam itu mempunyai karakteristik garis miring 45 derajat dengan
slope +1. Sebaliknya, jika kita short jual) futures $, maka posisi tersebut sama
dengan jual dolar forward, yaitu garis miring 45 derajat dengan slope 1 Hedging
dengan futures dengan demikian pada dasarnya sama dengan hedging dengan
forward. Perbedaannya adalah timing alitan kas. Jika pada formuara semua kas
diselesaikan (muncul) pada akhir periode, maka pada futures aliran kas tersebut
bisa muncul setiap hari lal semacam itu disebabkan karena adanya mekanisme
daily mark to market
Misalkan seorang manajer investas mempunyai portofolio obligasi dengan
nilai Rp12 miliar Untuk meng-hedge posisinya, agar perubahan tingkat bunga tidak
mempengaruhi kinerja portofolionya, ia bisa masuk kontrak fulltres, yaitu short
futures obligasi, lika tingkat bunga meningkat, nifai obligasi akan turun, tetapi
futures obligasi (di mana ia memegang posisichort) akan memperoleh keuntungan.
Kerugian dari posisi spot obligasi bisa dikompensah oleh keuntungan dari posisi
futures obliges
2.2.6 Risiko Basis (Basis Risk)
Selama ini kita mengasumsikan bahwa hedging bisa dilakukan dengan
sempurna, sedemikian rupa sehingga kerugian pada aset spot bisa dikompensasi
100% olch keuntungan pada kontrak futures. Dalam kenyataannya hal semacam itu
kemungkinan besar tidak bisa terjadi 100%. Beberapa alasan kenapa demikian:
1. Aset yang di-hedge tidak sama dengan aset yang menjadi underlying asset
dari futures. Sebagai contoh, kita barangkali ingin meng-hedge risiko harga
bahan bakar pesawat terbang (autur. Tetapi futures autur tidak tersedia. Kita
kemudian mencari komoditas yang pergerakannya mirip dengan autur, misal
minyak mentah. Kita bisa meng hedge risiko perubahan harga antur dengan
futures minyak
2. Dalam beberapa situasi, jatuh tempo aset spot dengan futures tidak sama.
Misalkan kita akan membayar S bulan Mei, kemudian futures jatuh tempo
pada bulan April Dalam situasi ini kita akan menghadapi risiko basis.
3. Pasar futures dengan pasar spot merupakan dua pasar yang berbeda, dengan
mekanisme yang berbeda juga. Karena itu ada kemungkinan pergerakan
antara keduanya tidak sama persis, meskipun perbedaan tersebut tidak terlalu
besar karena bisa memunculkan arbitrase.

9
2.3 Opsi
2.3.1 Karakteristik Opsi
Jika harga saham PT A adalah Rp10.000, maka akan lebih baik bagi pemegang
opsi put (beli atau long opsi put) untuk membiarkan kontrak opsi put-nya tidak
dieksekusi. Bagi dia akan lebih menguntungkan menjual opsinya di pasar, di mana
harga saham mencapai Rp10.000. Dia akan rugi sebesar premi opsi yang
dibayarkan di muka. Sebaliknya, jika harga saham PT A adalah Rp3.000, maka
akan lebih menguntungkan bagi dia untuk mengeksekusi haknya, yaitu hak untuk
menjual saham dengan harga Rp5.000. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan
dengan harga pasar. Karena itu dia akan untung sebesar Rp2.000. Keuntungan
bersih adalah Rp2.000 Rp150 = Rp1.850. Keuntungan (kerugian) dari pembeli opsi
merupakan kerugian (keuntungan) dari penjual opsi. Karena itu opsi put juga
merupakan zero-sum game.

2.3.2 Hedging dengan Opsi


Sama seperti untuk forward/futures, opsi juga bisa digunakan untuk hedge
(manajemen risiko). Kembali ke, contoh manajer investasi yang memegang
obligasi dengan nilai pasar Rp1,2 miliar. Bagaimana ia bisa meng-hedge posisinya
dengan menggunakan opsi?
Pertama, dia mempunyai obligasi. Karena itu bisa dikatakan ia long (mempunyai)
obligasi di posisi spot-nya. Garis miring 45 derajat dengan slope +1 menunjukkan
posisi tersebut. Ia akan memperoleh keuntungan jika harga obligasi meningkat, dan
sebaliknya, ia akan memperoleh kerugian jika harga obligasi turun. Yang menjadi
kekhawatiran dia adalah jika harga obligasi turun. Untuk mencegah kerugian jika
harga obligasi turun, ia bisa membeli (long) opsi put obligasi. Opsi put mempunyai
karakteristik sedemikian rupa, yaitu jika harga obligasi turun, opsi put akan bernilai
(untung). Karena itu jika harga obligasi turun, manajer investasi mengalami
kerugian pada posisi spot-nya, tetapi ia akan memperoleh keuntungan dari posisi
opsi put-nya. Keuntungan dari opsi put tersebut bisa dipakai untuk
mengkompensasi kerugian dari posisi spot-nya.
Jika harga obligasi meningkat, ia akan memperoleh keuntungan dari obligasinya,
sementara dia akan memperoleh kerugian dari opsi put-nya. Tetapi kerugian
tersebut sebatas premi yang dibayarkan di muka kepada penjual opsi. Dengan

10
demikian ia bisa membatasi potensi kerugian, tetapi ia bisa menjaga potensi
keuntungan dari posisinya. Karakteristik semacam itu yang menjadi salah satu daya
tarik dari kontrak opsi.

2.3.3 Penilaian Opsi


Salah satu topik yang cukup banyak mendapat perhatian adalah penilaian opsi,
yaitu berapa premi atau harga opsi yang fair (adil)? Pertanyaan semacam itu akan
selalu muncul tidak hanya untuk opsi, tetapi untuk lainnya. Sebagai contoh,
seseorang yang akan membeli saham barangkali akan bertanya-tanya, berapa harga
yang pantas untuk saham ini? Harga saham yang pantas bisa dihitung dengan
menggunakan konsep present value dari aliran kas yang akan diterima investor di
masa mendatang (dari dividen dan capital gain). Tetapi untuk opsi, model semacam
itu tidak bisa digunakan. Model penilaian opsi lebih banyak menggunakan konsep
arbitrase. Karena opsi adalah instrumen derivatif, kekonsistenan antara harga aset
yang menjadi underlying opsi tersebut (misal saham) dengan harga opsi menjadi
penting. Karena itu konsep arbitrase bisa dipakai untuk menilai premi opsi. Dua
orang akademisi yaitu Fischer Black dan Myron Scholes mengembangkan formula
penilaian premi opsi dengan menggunakan dasar seperti itu. Sebelum masuk ke
formula tersebut, berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi harga atau premi
opsi.

a. Harga aset saat ini dan harga eksekusi


Untuk opsi call, keuntungan dari opsi adalah selisih antara harga aset dengan
harga eksekusi. Semakin besar selisih itu, semakin besar keuntungan dari opsi
tersebut. Dengan demikian jika harga pasar aset meningkat, harga opsi call
cenderung meningkat. Tetapi jika harga eksekusi meningkat, harga opsi call
cenderung turun. Hal yang berkebalikan terjadi untuk opsi put.
b. Jangka waktu
Semakin lama jangka waktu, semakin besar kemungkinan harga meningkat atau
turun di masa mendatang. Dengan demikian semakin lama jangka waktu,
semakin tinggi harga opsi call maupun harga opsi put.
c. Volatilitas

11
Semakin tinggi volatilitas, semakin tinggi kemungkinan harga aset untuk
berubah, baik naik atau turun. Jika harga meningkat maka opsi call akan
meningkat nilainya. Sebaliknya jika harga turun, maka opsi put akan meningkat
nilainya. Jika kita membicarakan saham, kenaikan volatilitas akan menaikkan
risiko saham. Hal semacam itu tidak berlaku untuk opsi. Volatilitas harga aset
meningkatkan kemungkinan harga turun, sehingga nampaknya akan
menurunkan nilai opsi call. Tetapi karena batas minimum opsi call adalah nol
(atau sebesar premi opsi jika kita memperhitungkan premi opsi), maka risiko
penurunan harga aset tersebut tidak relevan. Argumen yang sama juga berlaku
untuk opsi put.
d. Tingkat bunga bebas risiko
Membeli opsi call bisa dianggap seperti membeli harga aset dengan harga
eksekusi yang tertentu. Selisih antara kedua harga tersebut merupakan
'tabungan'. Semakin besar tingkat bunga, semakin besar bunga tabungan,
sehingga semakin tinggi tingkat bunga, akan semakin tinggi premi opsi call.
Sebaliknya, opsi put bisa dianggap sebagai menunda penjualan saham. Jika
tingkat bunga meningkat, maka investor kehilangan kesempatan untuk
memperoleh pendapatan bunga yang lebih tinggi. Karena itu semakin tinggi
tingkat bunga, semakin rendah nilai opsi put.
e. Dividen
Jika dividen dibayarkan, ada kas yang keluar dari perusahaan. Sebagai akibatnya
harga saham akan turun. Penurunan harga saham akan menurunkan nilai opsi
call, tetapi sebaliknya akan menaikkan nilai opsi put.

❖ Model Black Scholes


Formula Black Scholes untuk perhitungan premi opsi call dan put tipe Eropa
bisa dilihat berikut ini.

12
c = harga opsi call
p = harga opsi put
𝑆0 = harga pasar aset
X = harga eksekusi
r = tingkat keuntungan bebas risiko
T = jangka waktu
𝜎2 = varian dalam tahunan
N(d) = probabilitas normal kumulatif

Sebagai ilustrasi, misalkan harga aset = 164, harga eksekusi = 165, tingkat
bunga bebas risiko adalah 5,21% per tahun, varians return asset adalah 0,0841
(standar deviasi adalah 29% per tahun atau 0,29 per tahun), jangka waktu adalah
0,0959 tahun (1,15 bulan). Berapa harga opsi call?

Berapa nilai N(0,03)? Nilai tersebut bisa dilihat dari tabel distribusi normal.
Distribusi normal bisa digambarkan sebagai berikut ini.

13
Nilai N(0,03) adalah nilai probabilitas kumulatif dari sebelah kiri sampai dengan
nilai Z=0,03. Kurva distribusi normal di atas bisa dilihat sebagai wilayah
probabilitas dengan nilai total sama dengan 1. Nilai total dari distribusi normal
di atas bisa dilihat pada tabel distribusi normal. Untuk nilai z = 0,03, kita akan
melihat pada kolom pertama yang tertulis z, sebesar 0, kemudian bergerak ke
kanan sampai pada titik 0,03, dan kita akan menemukan angka 0,0120.

Distribusi normal berbentuk simetris, nilai daerah sebelah kiri z = 0 adalah 0,5.
Dengan demikian untuk z = 0,03, nilai probabilitasnya adalah 0,512 (0,5 +
0,0120).

Dengan cara yang sama kita bisa menghitung N (-0,0570) yang bisa dibulatkan
menjadi N (-0,06). Nilai N (-0,06) adalah 0,4761 (1 - (0,5 + 0,0239)). Setelah
nilai tersebut kita hitung, kita bisa menghitung nilai opsi call seperti berikut ini.

c = 164 (0,512) - 165𝑒 −(0,0521)(0,0959) (0,4761) = 5,803

Dengan demikian premi opsi dengan karakteristik yang disebutkan adalah


5,803.

Put Call Parity

14
Kondisi paritas put-call mengatakan bahwa hubungan antara harga opsi call
dengan harga opsi put adalah sebagai berikut ini.
c + 𝑋𝑒 −𝑟𝑇 = p + 𝑆0
Jika kondisi tersebut tidak terpenuhi, maka ada insentif untuk melakukan
arbitrase. Dengan formula tersebut, kita juga bisa menghitung premi opsi call
jika premi opsi put dengan harga aset dan eksekusi yang sama diketahui. Dalam
contoh di atas, berapa harga opsi put?

p = c + 𝑋𝑒 −𝑟𝑇 - 𝑆0 = 5,803 + 165𝑒 −(0,0521)(0,0959) – 164 = 5,96

❖ Model Penilaian Binomial


Alternatif perhitungan harga opsi adalah dengan menggunakan model binomial.
Model binomial berangka dari harga aset yang bisa berubah naik atau turun (dua
kemungkinan, karena itu namanya binomial). Kemudian investor akan
membentuk portofolio arbitrase. Melalui portofolio arbitrase tersebut, harga
opsi bisa diturunkan.

Sebagai ilustrasi, misalkan suatu saham mempunyai harga pasar saat ini sebesar
$20. Harga tersebut bisa naik menjadi $22 atau turun menjadi $18 tiga bulan
mendatang. Misalkan ada opsi call dengan harga eksekusi 21, tingkat bunga
bebas risiko adalah 12%, berapa premi opsi call tersebut?

Bagan berikut ini menunjukkan situasi tiga bulan mendatang.


Bagan Model Binomial

15
Misalkan kita membentuk portofolio yang terdiri dari Long A saham dan short
(jual) 1 opsi call. Portofolio tersebut akan tanpa risiko (riskless) jika kondisi
berikut ini terjadi.

22∆ - 1 = ∆18
∆ = 0,25

Dengan kata lain jika kita membentuk portofolio yang terdiri dari 0,25 saham
dan short 1 opsi call, maka nilai portofolio kita tiga bulan mendatang adalah
pasti 4,5 ((22 x 0,25)-1) atau (18 x 0,25). Nilai sekarang dari portofolio tersebut
adalah:

Nilai sekarang = 4,5e - 0,12x0,25 = 4,3670

Nilai sekarang dari saham tersebut adalah 0,25 x 20 = 5. Nilai opsi call dengan
demikian adalah
Nilai opsi call = 5 – 4,367 = 0,633

Dengan menggunakan metode binomial, nilai opsi call tersebut adalah $0,633.

Dalam kenyataannya, kita ingin memperhalus periode waktu perhitungan. Jika


dalam contoh di atas, kita hanya menggunakan satu kali perubahan (jangka
waktu tiga bulan), kita bisa memperhalus menjadi, misal 1 hari. Dengan
demikian ada sekitar 90 kali perubahan harga untuk periode satu hari tersebut.
Isu lain adalah menentukan berapa persen perubahan harga saham/aset. Dalam
contoh di atas, harga saham berubah sebesar 20%. Salah satu pendekatan adalah
dengan menetapkan perubahan harga aset dengan menggunakan formula
sebagai berikut ini.

16
2.4 Manajemen Risiko dengan Swap
Swap merupakan pertukaran aliran kas antara dua pihak. Misalkan ada dua perusahaan
yang mempunyai neraca sebagai berikut ini.

Bagan di atas memperlihatkan neraca dua perusahaan: PT A dan PT B. PT A mempunyai


aset yang memberikan tingkat keuntungan yang tetap yaitu 12%. Tetapi PT A
menggunakan sumber dana yang bersifat variabel, yaitu LIBOR+2%. LIBOR adalah
London Interbank Offering Rate, yaitu tingkat bunga antarbank di pasar keuangan
London (pasar eurodollar di London). Tingkat bunga tersebut bisa berubah-ubah. PT B
mempunyai komposisi aset-kewajiban yang berbeda. PT B mempunyai aset yang
memberikan tingkat bunga variabel, yaitu LIBOR+4%, sementara menggunakan sumber
dana yang mempunyai bunga tetap, yaitu 10%.

Misalkan LIBOR meningkat menjadi 12%, berikut ini spread yang diperoleh PT A dan
B:
PT A = 12% - (12% + 2%) = -2%
PT B = (12%+4%) - 10% = +6%

Jika LIBOR turun menjadi 3%, berikut ini spread yang diperoleh PT A dan B:
PT A = 12% - (3% + 2%) = +7%
PT B = (3%+4%) - 10% = -3%

Kedua perusahaan menghadapi risiko ketidakpastian tingkat bunga. Jika tingkat bunga
tinggi, PT B memperoleh keuntungan, sedangkan PT A memperoleh kerugian, dan
sebaliknya.

Untuk melindungi diri dari risiko perubahan tingkat bunga, kedua perusahaan tersebut
bisa melakukan swap (pertukaran aliran kas). Misalkan yang ditukar adalah kewajiban
(sisi hutang). Setelah pertukaran, neraca kedua perusahaan tersebut akan nampak seperti
berikut ini.

17
Dengan komposisi semacam itu terlihat bahwa perubahan tingkat bunga tidak akan
berpengaruh terhadap penghasilan kedua perusahaan tersebut. PT A memperoleh spread
sebesar 2%, sedangkan PT B juga memperoleh spread sebesar 2%. Spread tersebut
adalah pasti, tidak tergantung dari perubahan tingkat bunga. Dengan kata lain, swap bisa
dipakai untuk restrukturisasi aset sedemikian rupa sehingga manajemen risiko bisa
dilakukan (risiko perubahan tingkat bunga bisa berkurang).

Swap bisa dikembangkan lebih lanjut sehingga bisa diperoleh banyak variasi dalam
swap. Sebagai contoh, swap bisa dikembangkan untuk pertukaran aliran kas yang
melibatkan beberapa periode. Swap juga bisa dikembangkan untuk pertukaran aliran kas
yang melibatkan mata uang yang berbeda. Swap hutang-saham juga bisa dilakukan. Term
(detail) pertukaran akan tergantung dari kekuatan tawar menawar. Jika kekuatan tawar
menawar sama, maka term pertukaran swap yang dianggap adil bagi pihak yang terkait
yang akan dipakai. Pada dasarnya term tersebut akan menyamakan present value aliran
kas yang dipertukarkan. Tentu saja jika menyangkut biaya bunga variabel, forecast bunga
di masa mendatang menjadi sulit dilakukan. Di pasar eurodollar, transaksi swap yang
ditujukan untuk menghemat pembayaran bunga cukup banyak dilakukan. Biasanya
transaksi tersebut memanfaatkan asimetri premi risiko di pasar mengambang dan pasar
fixed, dengan tujuan arbitrase (memperoleh tingkat bunga yang lebih kecil dibandingkan
kalau tidak memasuki kontrak swap).

2.5 Penjualan Kredit dan Sekuritisasi


Penjualan kredit merupakan teknik lain untuk mengelola risiko, khususnya risiko kredit.
Bank memberikan kredit kepada perusahaan. Jika bank menahan kredit tersebut, bank
akan memperoleh pendapatan bunga, sampai kredit tersebut dilunasi. Tetapi di lain pihak,
bank tersebut menghadapi risiko kredit, yaitu risiko nasabah tidak bisa memenuhi
kewajibannya (gagal bayar). Misalkan bank tersebut menjual kredit tersebut ke pihak
lain, maka bank tidak lagi memegang kredit tersebut. Bank dengan demikian bisa
menghilangkan risiko kredit. Beberapa bank besar melakukan aktivitas semacam itu.
Sebagai contoh, Chase Manhattan Bank memberikan kredit, tetapi kemudian menjual

18
sebagian besar kredit tersebut (sekitar 80-90%). Chase kemudian memperoleh fee dari
pengadaan kredit tersebut. Chase bisa mengurangi risiko kredit meskipun Chase juga
kehilangan pendapatan bunga.

Teknik manajemen risiko kredit yang lain adalah dengan melakukan sekuritisasi. Proses
sekuritisasi bisa digambarkan sebagai berikut ini.

Bagan Proses Sekuritisasi

Misalkan suatu bank memberikan kredit KPR (Kredit Kepemilikan Rumah) kepada
nasabah 1,2, sampai, misal ke 1.000. Kemudian KPR tersebut digabungkan (dipool).
Dengan dasar KPR tersebut, bank tersebut menerbitkan obligasi (sekuritas) yang
kemudian dijual ke investor di pasar keuangan, KPR tersebut secara cfektif dijadikan
sebagai jaminan untuk obligasi tersebut. Penjualan obligasi tersebut mendatangkan kas
masuk baru, yang kemudian dipakai untuk memberikan kredit KPR baru. Setelah KPR
tersebut terkumpul, kemudian diterbitkan lagi obligasi, yang selanjutnya dijual lagi ke
pasar keuangan. Proses semacam itu akan diulangi sampai dana investor habis.

Melalui cara semacam itu kredit yang semula kurang likuid (karena harus dipegang
sampai kredit tersebut dilunasi), dirubah menjadi instrumen yang lebih likuid (melalui
obligasi). Obligasi tersebut bisa diperjualbelikan di pasar keuangan. Karena obligasi
merupakan sekuritas, maka proses tersebut dinamakan sebagai sekuritisasi. Selanjutnya,

19
karena likuid, tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor bisa menjadi lebih
rendah. Tingkat keuntungan yang lebih rendah tersebut bisa ditransfer ke debitur
(pembeli rumah) dalam bentuk tingkat bunga yang lebih rendah. Dengan demikian proses
semacam itu pada akhirnya akan menguntungkan pembeli rumah, karena tingkat bunga
bisa turun.

2.6 Instrumen Derivatif Lainnya


Selain teknik yang kita bicarakan di bagian sebelumnya, masih banyak tipe instrumen
derivatif lainnya. Sebagai contoh, futures atas futures mempunyai underlying asset
berupa futures (instrumen derivatif). Derivatif juga dikembangkan untuk risiko kredit,
risiko cuaca, risiko energi, dan lainnya. Sebagai contoh, futures atas kredit akan
memberikan kompensasi kepada bank yang mengalami masalah gagal bayar nasabahnya.
Instrumen-instrumen tersebut berkembang menjadi lebih bervariasi. Satu hal yang jelas
adalah manajer risiko yang ingin menggunakan instrumen derivatif tersebut harus
memahami benar karakteristik instrumen tersebut, meliputi risiko dan keuntungannya.
Instrumen derivatif cenderung lebih kompleks dibandingkan dengan instrumen
tradisional. Banyak contoh perusahaan yang mengalami masalah karena mereka masuk
dalam kontrak instrumen derivatif. Biasanya ketidaktahuan akan karakteristik tersebut
yang menyebabkan mereka terperangkap dalam kesulitan yang berkaitan dengan
instrumen derivatif.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bab ini membahas tentang derivatif, yaitu instrumen yang nilainya diturunkan dari harga
instrumen yang mendasarinya (underlying asset). Bab ini membahas forward, futures,
opsi, dan swap. Selain itu, penjualan kredit dan sekuritisasi dibahas secara singkat. Alat-
alat ini dapat digunakan untuk mengelola risiko atau khusus untuk lindung nilai. Prinsip
hedging adalah jika kita rugi, kita harus memiliki posisi atau instrumen yang dapat
menutupi kerugian tersebut. Derivatif ideal untuk jenis lindung nilai ini.

3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dibahas di atas, penulis berharap agar makalah yang
berjudul “Instrumen Derivatif” ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun penulis,
sehingga menambah wawasan materi mengenai Instrumen Derivatif. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat
berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Mamduh. 2016. Manajemen Risiko. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

22

Anda mungkin juga menyukai