Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

INVESTASI OBLIGASI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Teori Portofolio dan Analisis Investasi”

Dosen Pengampu:
Citra Mulya Sari, M.E.

Disusun oleh :
Kelompok 6 kelas ES 6B
1. Karisma Hanna Sajida (126402201050)
2. Widya Nila Pratama (126402201052)
3. Ervi Apriliyawati (126402201062)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
APRIL 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran terhadap kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah “Teori Portofolio dan Analisis Investasi” dalam bentuk makalah.
Sholawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita
Nabiyullah Muhammad SAW yang telah membimbing dan membawa kita dari
zaman kejahiliyahan ke zaman yang penuh cahaya ilahi.
Dengan terselesainya pembuatan makalah ini penyusun tidak lupa
mengucapakan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung.
2. Citra Mulya Sari, M.E. selaku dosen pengampu mata kuliah Teori
Portofolio dan Analisis Investasi.
3. Orang tua yang mendukung dalam proses pembelajaran pembuatan
makalah ini.
4. Teman-teman Ekonomi Syariah kelas 6B.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuan yang terbatas, maka makalah yang berjudul
“Investasi Obligasi” ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Kami berharap dari makalah yang kami tulis ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi kami maupun pembaca. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Tulungagung, 01 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Obligasi .................................................................................. 3
B. Kode Obligasi ...................................................................................... 5
C. Jenis Obligasi ....................................................................................... 6
D. Pasar Obligasi ...................................................................................... 10
E. Nilai Obligasi ....................................................................................... 11
F. Hasil Obligasi ....................................................................................... 13
G. Risiko Obligasi ..................................................................................... 19
H. Strategi Investasi Obligasi ................................................................... 21
I. Strategi Pengelolaan Obligasi .............................................................. 23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 25
B. Saran ..................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bentuk instrumen investasi lainnya yang diperdagangkan di bursa
adalah obligasi. Berbeda dengan saham yang merupakan bukti kepemilikan
terhadap suatu perusahaan, pemilik obligasi adalah pemilik piutang atas
sebuah perusahaan yang mendapatkan keuntungan berupa pendapatan bunga
yang disebut dengan kupon dan akan dibayarkan kembali saat jatuh tempo.
Keuntungan lainnya berupa capital gain ketika obligasi berjenis zero coupon
bond. Membeli obligasi bukan berarti bebas risiko. Risiko yang dihadapi,
yaitu risiko gagal bayar dan capital loss. Risiko gagal bayar terjadi ketika
perusahaan gagal membayar utangnya, sedangkan capital loss terjadi ketika
nilai obligasi saat dicairkan lebih rendah daripada ketika ditawarkan.1
Obligasi juga termasuk bagian dari manajemen risiko yaitu
mengalihkan risiko yang terjadi di kemudian hari jika nanti pihak perusahaan
tidak sanggup lagi membayar bunga obligasi maka obligasi tersebut masih
dapat dialihkan ke dalam bentuk saham atau yang lainnya. Bentuk pengalihan
ini dilihat sebagai salah satu solusi yang ditempuh oleh pihak perusahaan
dalam menghadapi berbagai permasalahan yang terjadi di lapangan.2
Pemilik obligasi juga tidak sembarang investor, karena yang dapat
memiliki obligasi adalah investor yang memiliki dana besar. Selain itu, tidak
semua perusahaan go-public menerbitkan obligasi karena sifat obligasi adalah
utang jangka panjang, sehingga perusahaan dinilai kurang baik ketika
memiliki utang dalam jumlah besar dibandingkan jumlah saham yang
diterbitkan. Akan tetapi, jika dilihat dari risiko investasinya, obligasi
memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan saham. karena
obligasi cenderung memiliki penghasilan yang tetap berupa bunga.3

1
Gusti Ayu Ketut Rencana Sari Dewi & Diota Prameswari Vijaya, Investasi dan Pasar Modal
Indonesia, (Depok: Rajawali Pers, 2018), hlm. 82.
2
Sri Handini & Erwin Dyah Astawunetu, Teori Portofolio dan Pasar Modal Indonesia, (Surabaya:
Scopindo Media Pustaka, 2020), hlm. 96.
3
Gusti Ayu Ketut Rencana Sari Dewi & Diota Prameswari Vijaya, Loct.Cit.

1
2

Berdasarkan dari permasalahan diatas, maka dalam makalah ini


penulis akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan investasi
obligasi, yakni meliputi definisi obligasi, kode obligasi, macam-macam
obligasi, pasar obligasi, nilai obligasi, hasil obligasi, risiko obligasi hingga
strategi investasi dan pengelolaan obligasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penulisan ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan obligasi?
2. Apa saja kode yang digunakan dalam obligasi?
3. Apa saja jenis obligasi?
4. Bagaimana pasar dalam obligasi?
5. Apa saja nilai yang ada dalam obligasi?
6. Bagaimana hasil dari obligasi?
7. Bagaimana risiko yang terjadi dalam obligasi?
8. Bagaimana strategi dalam investasi obligasi?
9. Bagaimana strategi dalam pengelolaan obligasi?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :
1. Menjelaskan tentang definisi obligasi.
2. Menjelaskan tentang kode yang digunakan dalam obligasi.
3. Menjelaskan tentang jenis obligasi.
4. Menjelaskan tentang pasar dalam obligasi.
5. Menjelaskan tentang nilai yang ada dalam obligasi.
6. Menjelaskan tentang hasil dari obligasi.
7. Menjelaskan tentang risiko yang terjadi dalam obligasi.
8. Menjelaskan tentang strategi dalam investasi obligasi.
9. Menjelaskan tentang strategi dalam pengelolaan obligasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Obligasi
Obligasi (bonds) adalah surat tanda berhutang (promissory note)
jangka panjang (lebih dari satu tahun) yang dikeluarkan oleh suatu
perusahaan ataupun oleh pemerintah. Obligasi merupakan tanda bukti
perusahaan memiliki utang jangka panjang kepada masyarakat. Obligasi
(bond) juga dapat didefinisikan sebagai instrumen utang jangka panjang
dimana peminjam setuju untuk melakukan pembayaran bunga dan pokok
pinjaman pada tanggal tertentu kepada pemegang obligasi. Berdasarkan
definisi tersebut, obligasi memiliki nilai nominal, tingkat bunga tertentu, dan
masa berlaku dalam jangka waktu tertentu.4
Pihak yang membeli obligasi disebut sebagai pemegang obligasi
(bondholder) dan merupakan perusahaan yang memberi pinjaman atau pihak
kreditur atau pemegang obligasi. Investor yang membeli obligasi mempunyai
tujuan utama memperoleh return atau yield yang diharapkan diterima di masa
datang. Dalam hal ini, selain menerima kupon secara rutin, pada saat
pelunasan obligasi oleh penerbit obligasi, pemegang obligasi juga akan
menerima kembali pokok obligasi.5
Obligasi (bond) dapat didefinisikan sebagai utang jangka panjang
yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap
jika ada. Dari definisi ini dapat dimengerti bahwa obligasi adalah suatu utang
atau kewajiban jangka panjang (bond), sedang utang jangka pendek disebut
dengan bill. Nilai utang dari obligasi ini dinyatakan di dalam surat utangnya.
Oblogasi mempunyai jatuh tempo, berarti mempunyai lama waktu
pelunasannya yang sudah ditentukan.6
Obligasi merupakan salah satu jenis aset finansial dan instrumen
modal (utang) yang tergolong Surat Berharga Pasar Modal dengan

4
I Made Adnyana, Manajemen Investasi Dan Protofolio, ed. Melati (Jakarta Selatan: LPU-UNAS,
2020). hlm. 111.
5
Ibid.,
6
Jogianto Hartono, Teori Portofilio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2017)
hlm. 230.

3
4

Pendapatan Tetap (fixed-income securities) yang diperjual belikan dalam


pasar modal. Bursa Efek Indonesia mengartikan obligasi sebagai surat utang
jangka menengah-panjang yang dapat dipindah tangankan yang berisi janji
dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada
periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan
kepada pihak pembeli obligasi tersebut.7
Salah satu alternatif investasi bagi investor yang tidak menyukai risiko
adalah obligasi. Obligasi merupakan surat tanda bukti yang dimiliki investor
yang memberikan pinjaman utang bagi emiten penerbit obligasi tersebut.
Emiten obligasi akan memberikan kompensasi bagi investor pemegang
obligasi berupa kupon yang dibayarkan secara periodik kepada investor.
Dengan demikian, bisa diartikan bahwa obligasi merupakan salah satu
instrument pasar modal yang memberikan pendapatan tetap (fixed-income
security) bagi investor pemegangnya. Perusahaan penerbit obligasi tersebut
berkewajiban membayar bunga dengan jumlah tertentu secara berkala selama
periode tertentu. Ketika periode berakhir dan masa jatuh tempo tiba,
perusahaan penerbit obligasi tersebut juga harus membayar kembali nilai
obligasi yang telah diinvestasikan oleh investor.8 Bunga dari obligasi adalah
tetap (misalnya 14% setahun) jika ada dan sudah ditentukan. Karena obligasi
membayar bunga yang besarnya tetap, maka obligasi dikenal juga sebagai
sekuritas pendapatan tetap. Walaupun kebanyakan obligasi memberikan
bunga tetap, ada juga obligasi yang tidak membayar bunga.9
Investasi pada instrumen fixed income atau obligasi, menarik bagi
investor dikarenakan kelebihan dalam hal keamanannya bila dibandingkan
dengan saham, yaitu:
(1) Volatilitas saham lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi sehingga
daya tarik saham berkurang.

7
N Agus Sunarjanto and Daniel Tulasi, “Kemampuan Rasio Keuangan Dan Corporate
Governance Memprediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Consumer Goods,” Jurnal
Keuangan Dan Perbankan 17, no. 2 (2013): 230–42, http://jurkubank.wordpress.com.
8
Tona Aurora Lubis, Manajemen Investasi Dan Perilaku Keuangan (Jambi: Salim Media
Indonesia, 2016) hlm. 41, http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.
9
Jogianto Hartono, Teori Portofilio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2017)
hlm. 231.
5

(2) Obligasi menawarkan tingkat return yang positif dan memberikan


pendapatan yang tetap. Return yang dapat diperoleh pemegang obligasi
adalah kupon (bunga) yang diterima secara regular selama masa investasi
sampai jatuh tempo, dan potensi keuntungan yang didapat dari penjualan
obligasi pada harga yang lebih tinggi dari harga belinya. Pada umumnya
harga obligasi akan meningkat jika suku bunga tabungan menurun.10

B. Kode Obligasi
Obligasi yang tercatat di pasar modal diberi kode. Kode obligasi ini
dimaksudkan untuk membedakan satu obligasi dengan obligasi yang lain,
untuk kepentingan pencarian dan organisasi data di komputer dan untuk
menunjukkan karakteristik dari obligasinya.11 Misalnya untuk pasar modal
Bursa Efek Surabaya (BES), obligasi-obligasi diberi kode sepanjang 12
karakter. Kode obligasi ini adalah sebagai berikut :

A A A A B B C C D E F G

Keterangan :
AAAA : singkatan nama dari perusahaan penerbit obligasi.
BB : kode untuk nomor obligasi yang diterbitkan.
CC : suku bunga (jika mempunyai beberapa suku bunga) dan opsi-
opsi turunan.
D : tipe dari obligasi, yaitu B (Bonds), C (Convertible Bonds), W
(Bonds with warrants), T (Medium term notes), Y (Money
Market), dan M (Miscellaneous).
E : tipe dari suku bunga, yaitu F (Fixed Rate), Z (Zero
Rate/discount) dan V(Variabel dapat berupa floating rate,revenue
sharing,fixed and floating rate,dan lainnya)
FG : kode dari scriptless.

10
Sunarjanto and Tulasi, “Kemampuan Rasio Keuangan Dan Corporate Governance Memprediksi
Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Consumer Goods.”
11
Jogianto Hartono, Teori Portofilio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2017)
hlm. 231.
6

Contoh :
Bank BP I (singatan nama perusahaan ini adalah BABP) pada tahun 2003
menerbitkan obligasi pertama di BES (nomor obligasi ini adalah 01). Tipe
dari sekuritas adalah bond (diberi kode B), tipe dari suku bunga adalah
bunga tetap (diberi kode F) dan kode dari scriptless adalah TW. Maka
kode dari obligasi ini di BES adalah : BABP01XXBFTW

C. Jenis Obligasi
Jenis-jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar menurut Bursa Efek
Indonesia dibagi menjadi beberapa kategori antara lain:
1. Berdasarkan Penerbitnya
Terdapat beberapa macam obligasi ditinjau dari penerbitnya,
diantaranya yaitu obligasi pemerintah (government bond), obligasi ritel
indonesia, municipal bond, dan obligasi perusahaan (corporate bond).
1.1. Obligasi Pemerintah
Pemerintah juga membutuhkan dana untuk pembangunan
negara. Salah satunya adalah dengan meminjam jangka panjang
kepada masyarakat. Surat utang pemerintah ini disebut dengan SUN
(Surat Utang Negara) atau umumnya dikenal dengan nama obligasi
pemerintah (government bond). Obligasi pemerintah mempunyai
sifat yang sama dengan obligasi perusahaan, hanya bedanya
penerbitnya adalah pemerintah bukannya perusahaan swasta,
sehingga obligasi pemerintah dianggap lebih aman dibandingkan
dengan obligasi perusahaan.
1.2. ORI (Obligasi Ritel Indonesia)
Obligasi Negara Ritel atau Obligasi Ritel Indonesia (ORI)
adalah obligasi yang diterbitkan negara dan dijual kepada
perseorangan khusus Warga Negara Indonesia melalui agen penjual
yaitu bank atau Lembaga keuangan yang ditunjuk. ORI diterbitkan
dengan tujuan untuk membiayai anggaran negara, diversifikasi
sumber pembiayaan, mengelola portofolio utang negara dan
memperluas basis investor. ORI diterbitkan sejak tahun 2006. ORI
7

termasuk obligasi berkupon (bunga) tetap dan dapat dibeli secara


eceran. ORI dijual secara ritel (eceran) dengan nilai nominal yang
relatif terjangkau, mulai dari Rp 5 juta dan kelipatannya, hingga
maksimum Rp 3 miliar.
ORI diterbitkan dengan menggunakan dasar-dasar hukum
Undang-Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara
dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.06/2006 tentang
Penjualan Obligasi. Investasi ORI memiliki beberapa keunggulan
antara lain :
a. Tingkat bunga yang cenderung lebih tinggi dari tigkat bunga
deposito.
b. Risiko investasi ORI relatif kecil, kemungkinan terjadinya gagal
bayar kecil karena dijamin oleh undang-undang, yakni Undang-
Undang Nomor 24 tahun 2002 tentang Surat Utang Negara.
c. ORI cukup likuid dan mudah dicairkan, dapat diperdagangkan di
Pasar Sekunder sesuai dengan harga pasar.
Walaupun risisko investasi ORI relatif kecil, bukan berarti
investasi ORI tanpa risiko. Risiko yang mungkin terjadi adalah
capital loss, ini terjadi jika harga jual ORI lebih rendah
dibandingkan harga belinya, walaupun hal ini dapat dihindari dengan
tidak menjual ORI sampai dengan jatuh tempo.
1.3. Municipal Bond
Municipal bond adalah obligasi yang dikeluarkan oleh
pemerintah daerah, misalnya pemerintah provinsi, kota, dan
kabupaten. Pemerintah daerah biasanya mengeluarkan obligasi ini
untuk pembiayaan modal, seperti membangun jalan raya, perumahan
rakyat, rumah sakit umum, universitas dan lainnya. Pendapatan dari
pembiayaan modal ini akan digunakan untuk membayar kembali
utang obligasi. Bukan berarti jika penerbit obligasi ini adalah
pemerintah daerah, maka obligasi ini tidak mengandung risiko sama
sekali. Pemerintah kota Newyork misalnya, pada tahun 1975 pernah
merestrukturisasi obligasinya dengan waktu jatuh tempo yang lama.
8

1.4. Obligasi Perusahaan


Obligasi perusahaan (corporate bond) adalah surat utang
jangka panjang yang dikeluarkan oleh perusahaan swasta dengan
nilai utang akan dibayarkan kembali pada saat jatuh tempo dengan
pembayaran kupon atau tanpa kupon yang sudah ditentukan di
kontrak utangnya.
Obligasi perusahaan biasanya dilindungi oleh bond indenture,
yaitu janji perusahaan penerbit obligasi untuk mematuhi semua
ketentuan yang dituliskan pada pihak tertentu yang dipercaya
(trustee). Trustee ini biasanya adalah suatu bank atau perusahaan
trust yang akan bertindak mewakili pemegang obligasi. Salah satu isi
dari indenture ini misalnya adalah pembayaran kupon tepat waktu
dan jika perusahaan melanggarnya, maka pemegang obligasi berhak
membatalkan obligasinya dengan meminta kembali semua
investasinya.12
2. Berdasarka Sistem Pembayaran Bunga
2.1. Zero Coupon Bonds yaitu obligasi yang tidak melakukan
pembayaran bunga secara berkala namun bunga dan pokok
dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
2.2. Coupon Bonds yaitu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan
secara berkala sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
2.3. Fixed Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga
yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan
akan dibayarkan secara berkala.
2.4. Floating Coupon Bonds yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang
ditentukan sebelum jangka waktu tersebut berdasarkan suatu acuan
tertentu seperti average time deposit (rata-rata tertimbang) yaitu
tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah atau swasta.
2.5. Combination Rate Bond yaitu obligasi yang besarnya kupon
merupakan kombinasi antara bunga tetap dan bunga mengambang.

12
Ibid., hlm. 234-237.
9

3. Berdasarkan Hak Penukaran atau Opsi


3.1. Convertible Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi ke dalam bentuk
saham perusahaan penerbitnya.
3.2. Exchangeable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan kedalam
jumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
3.3. Callable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten
(bond issuer) untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu
sebelum masa umur obligasi tersebut berakhir.
3.4. Putable Bonds yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor
yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada
harga tertentu (strike price) sepanjang umur obligasi tersebut.
4. Berdasarkan Jaminan atau Kolateralnya
4.1. Secured Bonds merupakan obligasi yang dijamin dengan kekayaan
tertentu dari penerbitnya atau jaminan dalam bentuk lainnya dari
pihak ketiga. Dalam kelompok ini termasuk didalamnya: 1)
Guaranteed Bonds yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan
pokoknya dijaminn dengan penanggungan dari pihak ketiga. 2)
Mortgage Bonds yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin dengan agunan hipotik atau aset tetap (fixed asset). 3)
Colleteral Trust Bonds yaitu obligasi yang dijamin dengan efek yang
dimiliki penerbit dalam portofolionya.
4.2. Unsecured Bonds merupakan obligasi yang tidak dijaminkan dengan
kekayaan tertentu tetapi dijaminkan dengan kekayaan penerbitnya
secara umum.
5. Berdasarkan Nominalnya
5.1. Conventional Bonds yaitu obligasi yang lazim diperjuangkan dalam
satu nominal, contohnya Rp 1 milyar per lot.
5.2. Retail Bonds yaitu obligasi yang diperjualbelikan dalam satuan nilai
nominal yang lebih kecil.
10

6. Berdasarkan Perhitungan Imbal Hasil


6.1. Conventional Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan
menggunakan sistem kupon bunga.
6.2. Syariah Bonds yaitu obligasi yang diperhitungkan dengan
menggunakan perhitungan bagi hasil. Terdapat dua macam obligasi
syariah, yaitu: 1) Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi
syariah yang menggunakan akad bagi hasil sehingga pendapatan
yang diterima oleh investor atas obligasi tersebut diperoleh dengan
cara mengetahui pendapatan emiten. 2) Obligasi Syariah Ijarah
merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sehingga
kupon bersifat tetap dan bisa diketahui atau diperhitungkan sejak
awal obligasi diterbitkan.13

D. Pasar Obligasi
Obligasi merupakan suatu surat berharga yang dijual kepada publik,
dimana disana dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan berbagai
hal, seperti nilai nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit,
dan beberapa ketentuan lainnya, yang dijelaskan dalam undang-undang yang
di sahkan oleh lembaga yang terkait. Obligasi diperdagangkan di pasar
modal, khususnya di pasar obligasi. Pasar modal (capital market) merupakan
pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat
diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksadana,
instrumen derivatif maupun instrumen lainnya.
Pasar modal adalah pasar untuk instrumen keuangan jangka panjang
yang diterbitkan oleh pemerintah, perusahaan swasta, maupun public
authorities, yang bisa diperjualbelikan dalam bentuk obligasi atau saham.
Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi
lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Secara umum, pasar modal memiliki fungsi dan peran sama dengan pasar
lainnya. Hanya saja, instrumen yang diperjualbelikan di pasar modal berbeda
dengan pasar pada umumnya. Dalam ranah investasi, pasar modal berperan

13
http://repository.stei.ac.id/6353/3/BAB%20II.pdf (diakses pada 25 Maret 2022, pukul 20.58)
11

sebagai penghubung antara investor dengan perusahaan maupun institusi


pemerintah yang menjual saham, obligasi, dan lain sebagainya.14 Sebagai
efek yang bisa diperdagangkan, kita bisa membelinya di dua pasar obligasi,
yakni pasar primer dan sekunder. Berikut penjelasannya:
1. Pasar Primer
Pasar primer adalah tempat diperdagangkannya obligasi saat mulai
diterbitkan. Salah satu persyaratan transaksi di pasar primer yang
ditetapkan ketentuan pasar modal adalah obligasi harus dicatatkan di
bursa efek untuk dapat ditawarkan kepada masyarakat, dalam hal ini
adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder merupakan tempat diperdagangkannya kembali
obligasi setelah diterbitkan dan tercatat di BEI. Jadi, investor bisa
kembali menjual obligasi di pasar sekunder. Pasar Sekunder (Secondary
Market) adalah pasar bagi efek yang telah dicatatkan di bursa, yang
berarti pasar sekunder merupakan pasar tempat investor dapat melakukan
jual-beli efek setelah efek tersebut tercatat di bursa atau efek yang telah
diterbitkan di Pasar Perdana (IPO).15

E. Nilai Obligasi
Adapun yang dimaksud dengan nilai obligasi adalah nilai sekarang
(present value) dari tingkat suku bunga yang akan diterima kemudian
ditambah dengan nilai par atau nilai jatuh tempo obligasi yang
bersangkutan.16 Nilai obligasi dapat berupa nilai maturity, nilai pasar, dan
nilai intrinsik. Berikut penjelasannya :17

14
Wastam Wahyu Hidayat, Konsep Dasar Investasi Dan Pasar Modal, Edisi Pert (Jakarta: Uwais
Inspirasi Indonesia, 2019). hlm. 50.
15
Ali Husein Mubarok, “Mekanisme Pasar Sekunder Dan Fungsi Lembaganya Dalam Pasar
Modal Indonesia” BUSINES LAW REVIEW Vol 1, No 3 (2017)
16
I Made Adnyana, Manajemen Investasi Dan Protofolio, ed. Melati (Jakarta Selatan: LPU-UNAS,
2020). hlm. 114.
17
Jogianto Hartono, Teori Portofilio dan Analisis Investasi (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2017)
hlm. 238-241.
12

1. Nilai Maturiti Obligasi


Nilai maturiti (maturity value) atau disebut juga dengan nilai jatuh
tempo adalah nilai yang dijanjikan akan dibayar pada saat obligasi jatuh
tempo. Nilai maturiti ini juga mewakili nilai nominal atau nilai par (par
value) atau nilai tampang (face value) dari obligasi. Nilai jatuh tempo
biasanya sudah tertentu perusahaan lembarnya, misalnya US $1,000 atau
misalnya Rp 1 juta.
2. Nilai Pasar Obligasi
Nilai pasar obligasi (market value) adalah nilai jual obligasi yang
terdaftar di pasar modal pada saat tertentu.
3. Nilai Intrinsik Obligasi
Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental
value) atau nilai sesungguhnya dari suatu obligasi adalah perkiraan nilai
sebenarnya dari suatu obligasi. Nilai sebenarnya tidak mungkin dihitung
dengan tepat, hanya dapat diperkirakan. Nilai intrinsik suatu obligasi
pada saat tertentu dapat diperkirakan dengan rumus sebagai berikut ini.
𝐾1 𝐾2 𝐾𝑛 𝑁𝐽𝑇𝑛
NO* = 1+ 2 + …+ (1+𝑖)n + (1+𝑖)n
(1+𝑖) (1+𝑖)

Notasi :
NO* = nilai intrinsik dari obligasi.
i = suku bunga diskonto (discount rate) yang digunakan.
Kt = nilai kupon ke-t dari t=1 sampai dengan n, yaitu tingkat suku
bunga kupon dikalikan dengan nilai par obligasi.
NJTn = nilai jatuh tempo obligasi.

Untuk nilai kupon yang konstan, yaitu K1 = K2 =…= Kn = K, maka


rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut :
𝐾1 𝑁𝐽𝑇𝑛
NO* = ∑𝑛
𝑡=1 + n
(1+𝑖)𝑡 (1+𝑖)

Notasi :
NO* = nilai intrinsik dari obligasi.
t = periode waktu ke-t dari t=1 sampai dengan n.
i = suku bunga diskonto (discount rate) yang digunakan.
13

K = nilai kupon tetap yaitu tingkat suku bunga kupon dikalikan


dengan nilai per obligasi.
NJTn = nilai jatuh tempo obligasi.
Obligasi dapat berupa coupon bond (obligasi kupon) dan pure-
discount bond (obligasi dengan diskon-murni). Coupon bond adalah
obligasi yang membayar kupon. Kupon adalah bunga yang dibayarkan
oleh obligasi untuk setiap periode tertentu, umumnya tiap setengah tahun
atau tahunan. Pure-discount bond merupakan obligasi yang tidak
membayar kupon, sehingga obligasi dijual dengan harga diskon.18
Jika obligasi tidak membayar kupon, maka nilai intrinsik dari
obligasi pada saat tertentu dapat diperkirakan dengan rumus :
𝑁𝐽𝑇𝑛
NO* = n
(1+𝑖)

Notasi :
NO* = nilai intrinsik dari obligasi.
i = suku bunga diskonto (discount rate) yang digunakan.
NJTn = nilai jatuh tempo obligasi.

F. Hasil Obligasi
Hasil obligasi dibedakan menjadi 3, antara lain :19
1. Hasil Sekarang (current yield) Obligasi
Hasil sekarang (current yield) obligasi adalah penghasilan bunga
kupon tahunan dibagi dengan harga pasar obligasi saat ini. Berikut
merupakan rumus dari hasil sekarang obligasi.
Penghasilan bunga tahunan
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 =
Harga pasar obligasi
Contoh
Sebuah obligasi mempunyai nilai nominal Rp 1.000.000 dengan kupon
12% dibayar dua kali dalam setahun. Seorang investor membelinya pada
harga 95,00 (artinya 95% dari nilai nominal). Maka, current yield obligasi
tersebut adalah :

18
Ibid., hlm. 240.
19
Ibid., hlm. 243.
14

0,12 x Rp 1.000.000
𝐶𝑢𝑟𝑟𝑒𝑛𝑡 𝑦𝑖𝑒𝑙𝑑 = = 12,63%
0,95 x Rp 1.000.000
2. Hasil Sampai Maturiti (yield to maturity) Obligasi
Hasil sampai maturiti (yield to maturity) adalah tingkat return dari
obligasi yang dibeli dengan harga pasar sekarang dan disimpan sampai
jatuh tempo. Yield to maturity (YTM) dapat diperoleh dengan mencari
tingkat diskonto yang menyebabkan nilai sekarang dari semua aliran kas
sama dengan nilai pasar sekarang dari obligasi. Untuk obligasi yang
membayar kupon, YTM dapat dinyatakan dalam rumus :
1K 2 K 𝑛 K NJTn
NO = (1+YTM)1 + (1+YTM)2 + ⋯ + (1+YTM)𝑛 + (1+YTM)𝑛

dimana:
YTM = yield to maturity.
NO = nilai pasar sekarang dari obligasi.
Kt = nilai kupon ke-t dengan t=1 sampai dengan n, yaitu tingkat suku
bunga kupon dikalikan dengan nilai par obligasi.
NJTn = nilai jatuh tempo obligasi.
Nilai dari YTM dapat dihitung dengan cara trial-and-error dengan
menyamakan nilai pasar sekarang dari obligasi (NO) dengan nilai sekarang
aliran-aliran kas. Dengan demikian nilai dari YTM adalah nilai dari
internal rate of return (IRR).
Contoh
Seorang investor membeli obligasi lima tahun pada tahun 2001 yang lalu
dengan nilai pasar 990 poin (sebesar Rp 990.000,-per lembar). Obligasi ini
membayar bunga variable (floating rate) sebesar 4% (Rp 40.000,-) pada
tahun 2002, 4,5% (Rp 45.000,-) pada tahun 2004 dan 5,5% (Rp 55.000,-)
pada tahun 2005. Obligasi ini jatuh tempo pada tahun 2005. Nilai jatuh
tempo obligasinya yaitu Rp 1.000.000,-. Nilai dari YTM adalah sebesar :

40.000 45.000 50.000 55.000


NO = + + +
(1 + YTM)1 (1 + YTM)2 (1 + YTM)3 (1 + YTM)4
1.000.000
+
(1 + YTM)4
15

Dengan trial-and-error diperoleh YTM sebesar 5%. Dengan menggunakan


Excel dapat dilakukan dengan fungsi IPP (A3:E3) disel B5 sebagai
berikut:
A B C D E
1 Nilai Pasar Kupon Kupon Kupon Kupon+nilai par
2 Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005
3 -990 40 45 50 1055
4
5 YTM = 5%

Untuk nilai kupon yang konstan, yaitu K1 = K2 = … = Kn = K, maka rumus


di atas dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑛
K NJTn
NO = ∑ 𝑡
+
(1 + YTM) (1 + YTM)𝑛
𝑡=1

dimana :
YTM = yield to maturity.
t = periode waktu ke-t dari t=1 sampai dengan n.
NO = nilai pasar obligasi.
K = nilai kupon yaitu tingkat suku bunga kupon dikalikan dengan
nilai par obligasi.
NJTn = nilai jatuh tempo obligasi.
Contoh
Suatu obligasi berumur 5 tahun (berarti mempunyai 10 periode
pembayaran) dengan kupon sebesar 7% per tahun dibayar setengah-
setengah (yaitu Rp 35.000,- per setengah tahunnya). Nilai jatuh tempo
obligasi adalah Rp 1.000.000,-. Misalnya obligasi ini sekarang dijual
dengan premium sebesar Rp 1.055.000,-. Nilai YTM dapat dihitung
dengan rumus :
10
Rp 35.000 Rp 1.000.000
Rp 1.055.000 = ∑ 𝑡
+
(1 + YTM) (1 + YTM)10
𝑡=1

Rp 1.055.000 = Rp 35.000 x (faktor nilai sekarang anuitas


YTM%, 10 periode) + Rp 1.000.000 x faktor
nilai sekarang YTM%, 10 periode).
16

Nilai sekarang anuitas YTM%, 10 periode dapat dilihat di table. Jika


YTM adalah 7% per tahun atau 3,5% per setengah tahun, maka nilai
sekarang akan sama dengan Rp 1.000.000,-. Karena nilai sekarang lebih
besar dari Rp 1.000.000, maka nilai YTM lebih kecil dari 7% dalam
setahun. Dicoba nilai YTM setengah-tahunan 2%, maka dari table
diperoleh :
- Faktor nilai sekarang anuitas 2% 10 peridoe = 8,893.
- Faktor nilai sekarang 2% 10 periode 0,820.
Nilai sekaramg YTM 2% setengah-tahunan sebesar = Rp 35.000 x 8,983 +
Rp 1.000.000 x 0,820 = Rp 1.134.405. Nilai YTM yang dicari dapat
dihitung dengan interpolasi 3,5% [(Rp 1.055.000 - Rp 1.000.000)/( Rp
1.134.405 – Rp 1.000.000)] x (3,5% - 2%) = 2,886% setengah-tahunan
atau 5,77% sebagai berikut ini.
Rp 1.134.405,-

Rp 1.055.000,-

Rp 1.000.000

2% 2.886% 3,5%

Untuk pure-discount (obligasi dengan diskon murni) yang tidak membayar


kupon, nilai YTM dapat dinyatakan dengan rumus :

NJTn
NO =
(1 + YTM)𝑛
dimana:
YTM = yield to maturity.
NO = nilai pasar dari obligasi.
NJTn = nilai jatuh tempo.
Contoh
Suatu obligasi berumur 5 tahun yang ridak membayar kupon dengan nilai
jatuh tempo obligasi adalah Rp 1.000.000 dan sekarang dijual dengan
diskon Rp 555.000. Nilai YTM dapat dihitung dengan rumus :
17

Rp 1.000.000
Rp 555.000 =
(1 + YTM)5
Rp 1.000.000
(1 + YTM)5 =
Rp 555.000
(1 + YTM)5 = 1,80180
(1 + YTM) = 1,80180(1/5)
(1 + YTM) = 1,12497
YTM = 0,12497 = 12,497%
Nilai YTM dapat juga dicari lewat tabel. Nilai 1/(1+YTM)5 di tabel
disebut dengan faktor nilai sekarang. Nilai 1/(1+YTM)5 = Rp 555.000/Rp
1.000.000 = 0,555. Di tabel faktor nilai sekarang periode 5 tahun, nilai ini
didapatkan pada nilai 12% dan 13% yaitu 12,497%.
3. Hasil Sampai Ditarik (yield to call)
Hasil sampai ditarik (yield to call) adalah return dari obligasi
sekarang dengan tanggal obligasi ditarik kembali. Yield to call mirip
dengan yield to maturity dengan perbedaan waktu obligasi. YTM waktu
obligasi adalah dari sekarang sampai jatuh tempo, sedangkan yield to call
waktu obligasi adalah dari sekarang sampai kemungkinan ditarik.
Umumnya obligasi ini dijual pada harga premium (obligasi dengan kupon
tinggi dan harga pasarnya di atas par value). Untuk menghitung YTC
digunakan rumus sebagai berikut :20
20 𝐶𝑖
2 𝑃𝑐
𝑃=∑ +
𝑌𝑇𝐶 𝑡 𝑌𝑇𝐶
1=1 (1 + (1 + 2 )2𝑐
2 )
dimana:
P = harga pasar obligasi saat sekarang.
YTC = yiel to call.
Ci = pendapatan kupon per tahun.
C = periode sampai saat obligasi dilunasi (first call).
Pc = call price obligasi.

20
Tona Aurora Lubis, Manajemen Investasi Dan Perilaku Keuangan (Jambi: Salim Media
Indonesia, 2016) hlm. 49, http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.
18

Sementara itu untuk menghitung nilai YTC yang mendekati dapat


digunakan perhitungan sebagai berikut:
𝑃𝑐 − 𝑃
𝐶𝑖 +
𝑌𝑇𝐶 = ∗ 𝑛
𝑃𝑐 + 𝑃
2
dimana:
YTC* = nilai YTC yang mendekati.
P = harga obligasi saat ini (t=0).
n = jumlah tahun sampai pada pelunasan oleh emiten.
Ci = pendapatan kupon per tahun.
Pc = call price (harga ketika pelunasan).
Contoh
Sebuah callable obligasi jatuh tempo 20 tahun lagi dan kupon yang
diberikan adalah 18%. Par value obligasi tersebut adalah Rp 1.000 dan
dijual kembali dengan harga Rp 1.419,5. Kemungkinan emiten akan
membeli kembali obligasi tersebut 5 tahun lagi dengan harga Rp 1.180.
YTC untuk obligasi ini adalah:
10
90 1.180
1.419,5 = ∑ 𝑡 +
𝑌𝑇𝐶 𝑌𝑇𝐶 2𝑐
𝑡=1 (1 + 2 ) (1 + 2 )
1.419,5 = 90 (present value of annuity, 5% untuk 10
periode) + 1.180 (present value factor, 5% untuk
10 periode)
1.419,5 = 90 (7,722) + 1.180 (0,64)
1.419,5 = 1.419,5
Dari rumus pertama bisa diketahui bahwa YTC dari obligasi tersebut
adalah 10%. Apabila menggunakan rumus kedua maka YTC-nya adalah:
1.180 − 1.419,5
180 +
𝑌𝑇𝐶 = 5
1.180 + 1.419,5
2
180 + (−47,9) 144,5
= =
1.299,75 1.299,5
= 10,16%
19

G. Risiko Obligasi
Semua harta dalam kondisi berisiko apabila harta tersebut kita
investasikan. Untuk mengevaluasi keamanan suatu investasi diperlukan studi
menyeluruh tentang dua sisi dari risiko. Pertama, risiko bahwa harta yang
kita tanamkan akan hilang baik sebagian, yang berupa penurunan nilai
maupun keseluruhan. Kedua, risiko kehilangan kesempatan untuk
menginvestasikan harta kita dalam investasi yang memberikan hasil yang
lebih tinggi. Terdapat tujuh risiko obligasi, antara lain:
1. Risiko pilihan
Risiko pilihan terjadi apabila investor menggunakan kriteria yang
salah dalam memilih suatu obligasi. Banyak investor yang keputusan
investasinya hanya dibuat berdasarkan hasil tanpa memperhatikan risiko.
Dan ada juga investor yang membeli saham atau obligasi suatu
perusahaan karena perusahaan tersebut terkenal. Kriteria tersebut bisa
menjadikan investasi kita salah arah. Jika kita salah dalam menentukan
pilihan maka kita akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan hasil
yang lebih baik dengan risiko yang bisa kita tanggung.
2. Risiko pasar atau tingkat bunga
Investor yang ingin memegang obligasi sampai dengan jatuh
tempo akan menanggung risiko kehilangan kesempatan untuk
mendapatkan bunga yang lebih tinggi jika tingkat bunga naik. Akan
tetapi jika suku bunga turun maka investor akan mendapat keuntungan.
Bagi investor yang tidak ingin memegang obligasi sampai jatuh tempo,
kenaikan suku bunga merupakan realisasi dari capital loss karena harga
obligasi turun.
3. Risiko default
Risiko ini berupa pembatalan atau penundaan pembayaran bunga
dan yang lebih parah lagi jika perusahaan tidak mampu melunasi
obligasinya pada saat jatuh tempo.
4. Risiko likuiditas
Risiko likuiditas berhubungan dengan kemudahan investor untuk
menjual obligasinya mendekati harga yang wajar. Alat ukur yang biasa
20

digunakan yaitu besarnya spread antara brid price dan offer price yang
ditetapkan oleh dealer. Semakin tinggi tingkat spreadnya maka semakin
tinggi risiko likuiditasnya. Risiko likuiditas juga bisa diukur dari
kemampuan kita untuk menarik kembali investasi. Jika harga obligasi
sekarang lebih rendah dari harga saat kita membeli maka kita hanya akan
bisa menjualnya jika kita mau menanggung rugi.
5. Risiko diversifikasi
Diversifikasi merupakan risiko bahwa potensi pendapatan dan
pertumbuhan portofolio akan memburuk sebagai akibat tidak adanya
diversifikasi baik pada saat membeli investasi maupun dalam
menjualnya. Diversifikasi harus secara cermat diatur dan direncanakan
sehingga nantinya portofolio tidak berisi kumpulan investasi yang tidak
menguntungkan.
6. Risiko obligasi dilunasi sebelum jatuh tempo
Beberapa obligasi ada yang berisi syarat bahwa perusahaan
pengeluar obligasi mempunyai hak untuk melunasi obligasi sebelum
jatuh tempo. Hal tersebut sebagai antisipasi jika tingkat bunga pasar jauh
di bawah coupon rate. Dari sudut investor, terdapat tiga kerugian dengan
adanya persyaratan tersebut. Pertama, cash flow dari obligasi tersebut
menjadi tidak bisa diketahui dengan pasti. Kedua, karena perusahaan
akan menarik kembali obligasi pada saat tingkat bunga turun, maka
investor akan menghadapi risiko reinvestasi yaitu mereka hanya bisa
reinvestasi pada obligasi yang memberikan bunga yang lebih rendah.
Ketiga, potensi kenaikan kapital dari obligasi akan berkurang karena
harganya tidak akan naik melebihi harga yang ditetapkan untuk menarik
kembali obligasi.
7. Risiko event
Kadang-kadang kemampuan perusahaan pengeluar obligasi untuk
membanyar bunga dan prinsipal berubah drastis dikarenakan 2 hal, yaitu
yang pertama bencana alam atau kecelakaan dalam industri misalnya
kebanjiran. Dan yang kedua adanya takeover atau restrukturisasi. Jika
21

takeover tersebut dibiayai dengan hutang, maka rating obligasi


perusahaan akan menurun.
Walaupun obligasi lebih rendah risikonya dibandingkan dengan
saham, tetapi obligasi tetap aktiva berisiko. Risiko dari obligasi adalah
kemungkinan obligasi tidak terbayar (default). Peringkat obligasi (bond
rating) dapat digunakan sebagai proksi dari risiko obligasi.

H. Strategi Investasi Obligasi


Strategi investasi obligasi merupakan strategi yang digunakan investor
dalam pengelolaan portofolio obligasi. Obligasi memiliki risiko terkait inflasi.
Dalam konteks ini, inflasi menyebabkan penurunan nilai riil pendapatan
kupon investor selama umur obligasi tersebut. Terlebih daripada itu, inflasi
juga akan mempengaruhi tingkat bunga pasar yang pada akhirnya
mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Oleh sebab itu, investor harus
memperhatikan tingkat bunga dan estimasi pergeseran tingkat bunga tersebut.
1. Pasar Obligasi
Pasar obligasi pada umumnya sangat menarik investor untuk
berinvestasi ketika kondisi ekonomi cenderung turun, karena ketika
pertumbuhan ekonomi berjalan lamban, tingkat bunga akan turun yang
pada akhirnya menyebabkan harga obligasi akan meningkat. Pertumbuhan
ekonomi yang rendah akan menyebabkan peluang investasi berkurang
sehingga permintaan akan obligasi meningkat. Oleh karena itu, harga
obligasi akan meningkat dan yield dari obligasi akan turun. Ketika kondisi
ekonomi mengalami peningkatan inflasi dimana suku bunga akan
meningkat, investor akan meminta kompensasi yang lebih besar karena
kondisi seperti ini menyebabkan penurunan nilai riil cash flow yang
diperoleh dari obligasi. Oleh karena itu pada kondisi dimana inflasi
diestimasikan naik, harga obligasi akan mengalami penurunan, tetapi
yield-nya akan meningkat.
2. Struktur Tingkat Bunga
Struktur tingkat bunga adalah hubungan antara waktu jatuh tempo
dengan yield untuk suatu kategori obligasi pada waktu tertentu. Semakin
22

lama umur obligasi, semaki tinggi risiko ketidakpastian, sehingga tingkat


bunga yang diharapkan juga akan semakin tinggi.
3. Struktur Risiko Tingkat Bunga
Struktur risiko tingkat bunga juga dinamakan yield spread yang
memiliki arti sebagai hubungan antara yield obligasi dengan karakteristik
tertentu dari obligasi. Struktur risiko tingkat bunga ini menjelaskan
mengapa terdapat perbedaan tingkat yield obligasi dari beragam emiten.
Yield spread ini dipengaruhi oleh:
a. Perbedaan kualitas
Besaran risiko bergantung pada kinerja emiten obligasinya dalam
membayarkan kupon dan pelunasan harga pokok obligasi. Standar
rating yang paling banyak digunakan adalah Standard & Poor’s (S&P).
Berdasarkan rating S&P, rating tertinggi adalah AAA, sedangkan yang
terburuk adalah D (risk of default paling tinggi). Obligasi yang
ratingnya rendah akan menawarkan yield yang lebih tinggi
dibandingkan dengan obligasi dengan rating tinggi.
b. Perbedaan bentuk call provision
Obligasi callable umumnya memberikan YTM yang lebih tinggi
dibandingkan obligasi noncallable. Emiten obligasi callable umumnya
melakukan pelunasan sebelum jatuh tempo ketika tingkat suku bunga
turun. Pelunasan yang dilakukan saat suku bunga turun ini
menyebabkan kerugian di pihak investor karena alternatif investasi
yang ada umumnya memberikan tingkat bunga yang lebih rendah
daripada tingkat bunga obligasi yang sebelumnya.
c. Perbedaan kupon
Obligasi yang memberikan kupon lebih rendah cenderung
memberikan return berupa capital gain yang lebih besar. Seperti zero
coupon bond yang memberikan capital gain dalam bentuk selisih nilai
obligasi dengan par value obligasi.
23

d. Perbedaan kemudahan diperdagangkan (marketability)


Obligasi yang marketability-nya lebih tinggi dipastikan memiliki
likuiditas yang lebih baik. Oleh karenanya, obligasi seperti ini akan
memberikan YTM yang lebih tinggi.21

I. Strategi Pengelolaan Obligasi


Pemilihan strategi pengelolaan obligasi sangat bergantung pada
preferensi risiko, wawasan atas pasar obligasi dan tujuan investasi yang ingin
dicapai investor. Strategi pengelolaan portofolio obligasi ada tiga, yakni:
1. Strategi pengelolaan pasif
Dasar pemikiran strategi ini adalah bahwa pasar berada dalam
kondisi efisien, dimana harga sekuritas di pasar sudah ditentukan sesuai
dengan nilai intrinsiknya. Investor tidak mencari kemungkinan-
kemungkinan strategi perdagangan yang mungkin menghasilkan return tak
normal. Strategi pasif dibagi menjadi 2, yaitu:
1.1. Strategi beli dan simpan
Merupakan strategi yang paling sederhana, yaitu dengan
membeli sejumlah obligasi dan menjaga portofolio sesuai tujuan
investasi. Strategi ini tidak melakukan jual beli aktif untuk
mendapatkan capital gain, namun mengoptimalkan maturitas dan
durasi portofolio sesuai dengan horizon investasi untuk mengurangi
risiko harga dan risiko reinvestasi.
1.2. Indexing Strategi
Indeks ini dilakukan dengan cara membentuk portofolio yang
menyerupai kinerja indeks obligasi pasar.
2. Strategi pengelolaan aktif
Strategi ini umumnya digunakan oleh investor yang berkeinginan
untuk memanfaatkan peluang memperoleh capital gain yang lebih besar,
bukan hanya puas dengan pendapatan tetap. Strategi ini meliputi estimasi
perubahan tingkat bunga dan identifikasi terhadap obligasi yang harganya
tidak sesuai dengan nilai intrinsik yang sebenarnya. Perbedaannya dengan
21
Tona Aurora Lubis, Manajemen Investasi Dan Perilaku Keuangan (Jambi: Salim Media
Indonesia, 2016) hlm. 67, http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.
24

strategi pengelolaan pasif terdapat pada data yang dibutuhkan. Data yang
berupa tingkat bunga, masa jatuh tempo, kualitas dan YTM pada strategi
pasif sudah bisa diketahui ketika dilakukan analisis, sedangkan pada
strategi aktif data-data tersebut sifatnya estimasi. Pada estimasi perubahan
tingkat bunga, fluktuasi tingkat bunga mempengaruhi harga obligasi
dengan arah terbalik. Sensitivitas perubahan tingkat bunga dipengaruhi
oleh tingkat kupon dan masa jatuh tempo obligasi tersebut. Estimasi
perubahan tingkat bunga mengharuskan investor bisa melihat
kemungkinan perkembangan kondisi ekonomi di masa yang akan datang.
3. Strategi imunisasi
Strategi ini berupaya menghindarkan portofolio dari risiko tingkat
bunga dengan cara meniadakan pengaruh dua komponen risiko tingkat
bunga, yaitu risiko harga dan risiko reinvestasi. Risiko harga adalah risiko
yang muncul dari hubungan terbalik antara harga obligasi dengan tingkat
bunga. Sedangkan risiko reinvestasi adalah risiko dari ketidakpastian
tingkat investasi terkait pendapatan kupon di masa yang akan datang.
Strategi imunisasi ini didasarkan pada konsep durasi. Penghindaran
risiko atau perlakuan untuk menjadikan investasi obligasi kebal terhadap
risiko dilakukan dengan cara menyesuaikan durasi obligasi dengan horizon
investasi. Yang dimaksud dengan horizon investasi adalah tenggang waktu
yang diinginkan investor untuk tetap mempertahankan investasi
obligasinya. Oleh karena itu, investor harus menginvestasikan kembali
pendapatan kupon yang diperolehnya sesuai bunga pasar dan kemudian
menjual obligasi tersebut pada akhir horizon yang sudah ditetapkan.
Strategi imunisasi ini bisa dikatakan sebagai strategi gabungan dari
strategi pasif dan aktif karena untuk mencapai tujuan dari strategi
imunisasi ini investor harus selalu melakukan penyesuaian agar durasi
obligasi selalu sama dengan horizon investasi.22

22
Meliawati dan Bramantyo Djohanputro, Analisis Determinan Yield Obligasi Di Pasar Sekunder
Dan Implikasinya Terhadap Portofolio Obligasi Bank Bukopin, Journal of Management and
Business Review Vol.13, No.2 : 2016, hlm.185, http://jmbr.ppm-
school.ac.id/index.php/jmbr/article/view/22.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai investasi obligasi adalah
sebagai berikut :
1. Obligasi (bonds) adalah surat tanda berhutang (promissory note) jangka
panjang (lebih dari satu tahun) yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan
ataupun oleh pemerintah. Obligasi dapat didefinisikan sebagai utang
jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan
bunga yang tetap jika ada.
2. Obligasi yang tercatat di pasar modal diberi kode. Kode obligasi ini
dimaksudkan untuk membedakan satu obligasi dengan obligasi yang lain,
untuk kepentingan pencarian dan organisasi data di komputer dan untuk
menunjukkan karakteristik dari obligasinya.
3. Jenis-jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar menurut Bursa Efek
Indonesia dibagi menjadi beberapa kategori antara lain: berdasarkan
penerbitnya, berdasarkan sistem pembayaran bunga, berdasarkan hak
penukaran atau opsi, berdasarkan jaminan atau kolateralnya, berdasarkan
nominalnya, berdasarkan perhitungan imbal hasil.
4. Obligasi merupakan efek yang bisa diperdagangkan, kita bisa membelinya
di dua pasar obligasi, yakni pasar primer dan sekunder.
5. Nilai obligasi adalah nilai sekarang (present value) dari tingkat suku
bunga yang akan diterima kemudian ditambah dengan nilai par atau nilai
jatuh tempo obligasi yang bersangkutan. Nilai obligasi dapat berupa nilai
maturity, nilai pasar, dan nilai intrinsik.
6. Hasil obligasi dibedakan menjadi 3, antara lain: hasil sekarang, hasil
sampai maturiti, dan hasil sampai ditarik.
7. Terdapat tujuh risiko obligasi, antara lain: risiko pilihan, risiko pasar atau
tingkat bunga, risiko default, risiko likuiditas, risiko diversifikasi, risiko
obligasi dilunasi sebelum jatuh tempo, risiko event. Walaupun obligasi
lebih rendah risikonya dibandingkan dengan saham, tetapi obligasi tetap

25
26

aktiva berisiko. Risiko dari obligasi adalah kemungkinan obligasi tidak


terbayar (default). Peringkat obligasi (bond rating) dapat digunakan
sebagai proksi dari risiko obligasi.
8. Strategi investasi obligasi merupakan strategi yang digunakan investor
dalam pengelolaan portofolio obligasi. Obligasi memiliki risiko terkait
inflasi. Dalam konteks ini, inflasi menyebabkan penurunan nilai riil
pendapatan kupon investor selama umur obligasi tersebut. Terlebih
daripada itu, inflasi juga akan mempengaruhi tingkat bunga pasar yang
pada akhirnya mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Oleh sebab itu,
investor harus memperhatikan tingkat bunga dan estimasi pergeseran
tingkat bunga tersebut.
9. Pemilihan strategi pengelolaan obligasi sangat bergantung pada preferensi
risiko, wawasan atas pasar obligasi dan tujuan investasi yang ingin
dicapai investor. Strategi pengelolaan portofolio obligasi ada tiga, yakni:
strategi pengelolaan pasif, strategi pengelolaan aktif, dan strategi
imunisasi.

B. Saran
Dari uraian makalah di atas, penulis menyatakan bahwa pembahasan
dalam makalah masih sangat singkat, jika pembaca kurang puas dengan
materi ini dan ingin mendalami lagi, bisa mencari materi dari referensi atau
rujukan dari beberapa buku lainnya dengan sumber yang terpercaya.
Demikian makalah ini kami susun dan semoga bermanfaat untuk menambah
khazanah keilmuan kita khususnya dalam memahami tentang “Investasi
Obligasi”.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I Made. 2020. Manajemen Investasi Dan Protofolio. Edited by Melati.


Jakarta Selatan: LPU-UNAS.
Dewi, Gusti Ayu Ketut Rencana Sari & Diota Prameswari Vijaya. 2018. Investasi
dan Pasar Modal Indonesia. Depok: Rajawali Pers.
Handini, Sri & Erwin Dyah Astawunetu. 2010. Teori Portofolio dan Pasar Modal
Indonesia. Surabaya: Scopindo Media Pustaka.
Hartono, Jogiyanto. 2017. Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. Yogyakarta:
BPFE-YOGYAKARTA.
Hidayat, Wastam Wahyu. 2019. Konsep Dasar Investasi Dan Pasar Modal. Edisi
Pert. Jakarta: Uwais Inspirasi Indonesia.
Lubis, Tona Aurora. Manajemen Investasi Dan Perilaku Keuangan. Jambi: Salim
Media Indonesia, 2016. http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.
Meliawati dan Bramantyo Djohanputro, Analisis Determinan Yield Obligasi Di
Pasar Sekunder Dan Implikasinya Terhadap Portofolio Obligasi Bank
Bukopin, Journal of Management and Business Review Vol.13, No.2 : 2016,
https://doi.org/10.34149/jmbr.v13i2.22.
Mubarok, Ali Husein. “Mekanisme Pasar Sekunder Dan Fungsi Lembaganya
Dalam Pasar Modal Indonesia”. Jurnal BUSINES LAW REVIEW Vol 1, No
3 (2017)

Sunarjanto, N Agus, and Daniel Tulasi. “Kemampuan Rasio Keuangan Dan


Corporate Governance Memprediksi Peringkat Obligasi Pada Perusahaan
Consumer Goods.” Jurnal Keuangan Dan Perbankan 17, no. 2 (2013): 230–
42. http://jurkubank.wordpress.com.

http://repository.stei.ac.id/6353/3/BAB%20II.pdf (diakses pada 25 Maret 2022, pukul


20.58)

27

Anda mungkin juga menyukai