Anda di halaman 1dari 12

OBLIGASI DAN SUKUK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah


Dosen Pengampu
Sukron Ma’mun, M.Pd.I

Disusun oleh Kelompok 5 Parsya 1A :


1. Ahmad Fuaddin Firmansyah (126497212034)

2. Ambarwati (126407212035)

3. Azmi Azziz Amrullah (126407212037)

4. Nurita Fatmayanti (126407211020)

JURUSAN PARIWISATA SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan serta kelancaran
dalam penyusunan makalah Ekonomi Industri. Sholawat serta salam tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Fiqh Muamalah yang
dibimbing oleh Bapak Sukron Ma’mun, M.Pd.I. Kami ucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami
ucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Maftukhin, M. Ag. Selaku Rektor UIN Tulungagung yang telah
memberikankesempatan kepada kita untuk menimba ilmu di UIN
Tulungagung.
2. Bapak Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam UIN Tulungagung.
3. Bapak Sukron Ma’mun, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas dan pengarahan kepada kami.
4. Semua teman - teman Parsya 1-A
Kami sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan kami, untuk itu kritik dan saran sangat kami
harapkan demi kesempurnaan kami dalam menyelesaikan tugas-tugas dimasa yang
akan datang.
Akhirnya dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terselesainya tugas
makalah ini dan semoga bermanfaat bagi pembaca maupun penulis, Aamiin.

Tulungagung, 7 September 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Obilgasi............................................................................2


2.2 Jenis-Jenis Obligasi............................................................................2
2.3 Pengertian Sukuk................................................................................4
2.4 Jenis-Jenis Sukuk...............................................................................5
2.5 Prespektif Fiqih..................................................................................7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................8
B. Saran...................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang Masalah

Obligasi syariah atau sukuk adalah surat berharga sebagai instrumen investasi
yang diterbitkan atas dasar suatu transaksi atau kas syariah yang melandasinya
(underlying transaction), yang berupa akad musyarakah, ijarah, mudharabah, dan
lain sebagainya. Sukuk yang saat ini banyak diterbitkan adalah berdasar akad ijarah
atau sewa, dimana hasil investasi berasal dan dikaitkan dengan
arus pembayaran sewa aset tersebut. Sukuk juga dapat diterbitkan berdasar akad
syariah lain.

Penerbitan sukuk dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana.


Perusahaan menerbitkan sukuk untuk memenuhi kebutuhan keuangan dalam jangka
pendek maupun jangka panjang serta untuk melakukan ekspansi bisnisnya. Akad
yang biasa digunakan oleh perusahaan dalam menerbitkan sukuk korporasi antara
lain akad ijarah, mudharabah, murabahah, musyarakah, istishna, dan salam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan dijawab


dalam pembahasan ini adalah: pengertian secara merinci tentang obligasi dan sukuk,
dan juga prespektif fiqih terhadap obligasi dan sukuk.

1.3. Tujuan Pembahasan


Pembahasan ini bertujuan untuk mengkaji pengertian obligasi dan sukuk, dan
juga prespektif fiqih terhadap obligasi dan sukuk.

1
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 . Pengertian Obligasi


Obligasi berasal dari bahasa latin obligare yang berarti ikatan kewajiban.
Obligasi merupakan istilah yang dipergunakan dalam dunia keuangan yang merupakan
sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan perusahaan, yang menyatakan bahwa
investor/pemegang obligasi tersebut telah meminjamkan uang kepada perusahaan.
Perusahaan yang menerbitkan obligasi tersebut mempunyai kewajiban untuk membayar
bunga secara reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan serta pokok
pinjaman saat jatuh tempo. Besarnya persentase pembayaran didasarkan atas nilai
nominalnya atau disebut pembayaran kupon (coupon). Kupon merupakan penghasilan
bunga obligasi yang didasarkan atas nilai nominal yang dilakukan berdasarkan perjanjian,
biasanya setiap tahun atau setiap semester atau triwulanan. Penentuan tingkat kupon
obligasi biasanya ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga. Setelah obligasi memasuki
masa jatuh 1

2.2 Jenis-Jenis Obligasi


Setiap obligasi mempunyai struktur yang berbeda-beda. Obligasi terdiri dari
berbagai macam klasifikasi. Beberapa jenis obligasi dapat ditinjau dari sisi penerbit,
sistem pembayaran bunga, hak penukaran/opsi, dan sisi jaminan/ collateral. Penjelasan
atas jenis obligasi adalah sebagai berikut:
a. Ditinjau dari sisi penerbit :
1) Corporate bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik berbentuk
badan usaha milik negara maupun swasta.
2) Government bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah.

1
Dewan Syariah Nasional MUI,Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional (Jakarta: PT Intermasa, 2003),
hlm. 272.
3) Municipal bonds, yaitu obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah.

b. Ditinjau dari sistem pembayaran bunga:


1) Zero coupon bonds, yaitu obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara
periodik.
2) Coupon bonds, yaitu obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik
sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
3) Fixed coupon bonds, yaitu obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan
sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan acuan (benchamark).
4) Floating coupon bonds, yaitu obligasi dengan tingkat bunga yang ditentukan sebelum
jangka waktu tersebut, berdasarkan acuan yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga
deposito bank pemerintah dan swasta.2

c. Ditinjau dari hak penukaran/opsi:


1) Convertible bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi
untuk mengkonversikan obligasi tersebut kedalam sejumlah saham milik penerbitnya.
2) Exchangable bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi
untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik
penerbitnya.
3) Callable bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli
kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi
4) Putable bonds, yaitu obligasi yang memberikan hak kepada investor yang
mengharuskan emiten membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur
obligasi tersebut.
5) Serial bonds, yaitu obligasi yang metode pelunasannya dilakukan secara bertahap
sesuai tanggal jatuh tempo yang dijadwalkan pada periode tertentu sampai pelunasan
keseluruhan obligasi

2
Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007),
hlm. 972-979

3
6) Perpetual bonds, yaitu obligasi yang tidak memiliki waktu jatuh tempo, tidak dapat
ditebus serta mempunyai kewajiban membayar pendapatan bunga tetap (annuaty bond).

d. Ditinjau dari segi jaminan/collateral:


1) Secured bonds, yaitu obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu milik
penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. 2) Unsecured bonds, yaitu
obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan
penerbitnya secara umum
2) Unsecured bonds, yaitu obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin
dengan kekayaan penerbitnya secara umum

2.3 Pengertian Sukuk


Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan nama sukuk. Kata sukuk
dapat ditelusuri dengan mudah pada literatur Islam komersial klasik. Sukuk berasal dari
bahasa Arab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang memiliki arti mirip dengan
sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti (claim)
kepemilikan. Dalam menerapkan akad-akad pada transaksi keuangan modern terdapat 4
prinsip dalam perikatan secara syariah yang perlu diperhatikan, yaitu:
a) Tidak semua akad bersifat mengikat kedua belah pihak (aqad lazim), karena ada
kontrak yang hanya mengikat satu pihak (aqad jaiz).
b) Dalam melaksanakan akad harus dipertimbangkan tanggung jawab yang berkaitan
dengan kepercayaan yang diberikan kepada pihak yang dianggap memenuhi syarat untuk
memegang kepercayaan secara penuh (amin) dengan pihak yang masih perlu memenuhi
kewajiban sebagai penjamin .
c) Larangan mempertukarkan kewajiban (dayn) melalui transaksi penjualan sehingga
menimbulkan kewajiban (dayn) baru atau yang disebut bay’ al dayn bi al dayn.
d) Akad yang berbeda menurut tingkat kewajiban yang masih bersifat janji (wa’d)
dengan tingkat kewajiban yang berupa sumpah (‘ahd). Di antara akad-akad muamalah
yang dapat diaplikasikan dalam sukuk adalah mudharabah.3

2.4 Jenis-Jenis Sukuk


Sukuk sebagai bentuk pendanaan (financing) sekaligus investasi (invesment)
memungkinkan beberapa bentuk struktur akad yang dapat ditawarkan untuk menghindari
riba.
Jenis-jenis sukuk dapat dikategorikan berdasarkan akad yang mendasari
penerbitan sukuk tersebut, yaitu
a. Sukuk Mudharabah,
Sukuk mudharabah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad mudharabah, di mana satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lain
menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan
dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul
akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak yang menjadi penyedia modal. Pihak pemegang
sukuk berhak mendapat bagian dari keuntungan atau menanggung bagian dari kerugian
tanpa ada jaminan atas keuntungan serta tidak ada jaminan untuk bebas dari kerugian.
b. Sukuk Musyarakah
Sukuk musyarakah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau
akad musyarakah, di mana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal
untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang telah ada, atau membiayai
kegiatan usaha.
c. Sukuk Murabahah
Sukuk murabahah adalah obligasi syariah berdasarkan akad murabahah.
Murabahah adalah kontrak jual beli di mana penjual menjual barangnya kepada pembeli
seharga harga beli ditambah margin keuntungan.

3
Iggi H. Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktek Manajemen
Portofolio Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 16
d. Sukuk Salam
Salam adalah kontrak dengan pembayaran harga dimuka, yang dibuat untuk
barang-barang yang dikirim kemudian. Tidak diperbolehkan menjual komoditas yang
diurus sebelum menerimanya. Untuk itu, penerima tidak boleh menjual kembali komoditas
salam sebelum menerimanya, akan tetapi ia boleh menjual kembali komoditas tersebut dengan
kontrak yang lain yang paralel dengan kontrak pertama. Dalam kasus ini, kontrak pertama dan
kedua harus independen satu sama lain. Spesifikasi dari barang dan jadwal pengiriman dari kedua
kontrak harus sesuai satu sama lain, tetapi kedua kontrak dapat dilakukan secara independen
e. Sukuk Istina’
Sukuk istisna’ yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
istisna’ di mana para pihak menyepakati jual-beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek
atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang atau proyek
ditentukan lebih dahulu berdasarkan kesepakatan. Adapun harga, waktu penyerahan, dan
spesifikasi barang/proyek ditentukan lebih dahulu berdasarkan kesepakatan. Istisna’
adalah perjanjian kontrak untuk barang-barang industri yang memperbolehkan
pembayaran tunai dan pengiriman di masa depan atau pembayaran di masa depan dan
pengiriman di masa depan dari barang-barang yang dibuat berdasarkan kontrak tertentu.
Hal ini dapat digunakan untuk menghasilkan fasilitas pembiayaan pembangunan pabrik,
jembatan, dan sebagainya
f. Sukuk Ijarab
Sukuk Ijarah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah di mana
satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak
manfaat atas suatu aset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang
disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri. Sukuk ijarah
adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan aset yang keberadaannya jelas dan
diketahui, yang melekat pada suatu kontrak sewa beli (lease), dimana pembayaran
return pada pemegang sukuk.4

4 Husein Syahatah, dkk., Bursa Efek: Tuntunan Islam dalam Bertransaksi di Pasar Modal (Jakarta:
Pustaka Progresif, 2004), hlm. 22.
2.6 Obigasi Dan Sukuk Dalam Prespektif Islam

Menurut sapto Rahardjo bahwa dasar hukum obligasi syariah menurut


pandangan atau prespektif adalah sebagai berikut ini :
1. Pendapat ulama tentang keharaman bunga (interest).
2. Pendapat ulama tentang keharaman obligasi yang penghasilannya berbentuk bunga
(kupon)
3. Pendapat ulama tentang obligasi syariah yang menggunakan prinsip
mudharabah, murabaha, musyarakah, salam , itishna’..
4. Fatwa Dewan Syariah Nasional No 20 DSN/IV/2001 mengenai pedoman pelaksanaan
investasi reksadana syariah
5. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 32/DSN-MUI/IX/ 2002 Tentang Obligasi
Syariah.5

5 Sapto Rahardjo,Panduan Investasi Obligasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2003, hal 142.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Jadi kesimpulannya obligasi adalah sertifikat yang berisi kontrak antara investor
dan perusahaan, yang menyatakan bahwa investor/pemegang obligasi tersebut telah
meminjamkan uang kepada perusahaan sedangkan Sukuk merupakan efek syariah
berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang
tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas; aset berwujud tertentu, manfaat
atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun yang akan ada, jasa yang sudah
ada maupun yang akan ada, aset proyek tertentu atau kegiatan investasi yang telah
ditentukan. Terdapat beberapa karakteristik mengenai obligasi syariah (sukuk),
karakteristik tersebut adalah Aset Sukuk (Ushul al-Shukuk) yang digunakan sebagai
dasar penerbitan Sukuk harus sesuai dengan prinsip syariah. Aset Sukuk (Ushul al-
Shukuk) merupakan milik pemegang Sukuk (Sukuk holder).

B. SARAN

Obligasi dan Sukuk bisa menjadi pertimbangan masyarakat dalam berinvestasi


karena sukuk merupakan investasi yang berdasarkan prinsip syariah yang cukup
menggiurkan dan memberikan keuntungan kepada investornya. Selain itu juga, resiko
berinvestasi pada obligasi dan sukuk tidak terlalu besar. Tentu saja dimasa mendatang,
pembahasan obligasi dan sukuk akan terus berkembang baik teori pencatatan,
perhitungan maupun prakteknya. Obligasi dan sukuk diharapkan dapat menjadi instrumen
keuangan ideal yang dapat menjadi salah satu solusi perbaikan ekonomi Negara
Indonesia dimasa depan
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewan Syariah Nasional MUI,Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional (Jakarta: PT


Intermasa, 2003), hlm. 272 Dipublis http://asy-syirah.uin-suka.com.
Diakses 3 September 2021

2. Rivai, Veithzal.dkk., Bank and Financial Institution Management (Jakarta:


Rajagrafindo Persada, 2007), hlm. 972-979. Dipublis http://asy-syirah.uin-suka.com.
Diakses 3 September 2021

3. Iggi H. Achsien, Investasi Syariah di Pasar Modal: Menggagas Konsep dan Praktek
Manajemen Portofolio Syariah (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003), hlm. 16.
Dipublis http://asy-syirah.uin-suka.com.
Diakses 3 September 2021

4. Syahatah, Husein dkk., Bursa Efek: Tuntunan Islam dalam Bertransaksi di Pasar Modal
(Jakarta: Pustaka Progresif, 2004), hlm. 22. Dipublis http://asy-syirah.uin-suka.com.
Diakses 3 September 2021

5. Rahardjo, Sapto, Panduan Investasi Obligasi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


2003, hal 142. Dipublis http://asy-syirah.uin-suka.com.
Diakses 3 September 2021

Anda mungkin juga menyukai