Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AKUNTANSI SYARIAH

AKUNTANSI SUKUK DAN ASURANSI SYARIAH

Dosen Pengampu: Dr. Muammar Khaddafi, SE, M. Si, Ak

Diajukan Oleh:

Kelompok 16

1. Saifuddin (190420083)
2. Reza Ramadoni (190420108)
3. Faradisa Mezza (200302037)

KELAS VA

UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2021

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang
telah memberikan kemudahan-Nya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik yang merupakan tugas mata kuliah “AKUNTANSI SYARIAH”.

Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam


makalah ini. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan. Dengan
menyelesaikan makalah ini, kami mengharap banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari makalah ini. Atas terselesaikannya makalah ini,
kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Muammar Khaddafi, SE, M. Si, Ak. selaku dosen mata kuliah
Akuntansi Syariah.

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun nonmateri.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sumber
bacaan yang berguna bagi pembaca dan bermanfaat bagi semua pihak,
terima kasih.

Gresik, 19 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER....................................................................i

KATA PENGANTAR...................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................iii

BAB I ............................................................................................5

PENDAHULUAN.........................................................................5

1.1 Latar Belakang..................................................................5

1.2 Rumusan Masalah.............................................................6

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................6

BAB II............................................................................................7

PEMBAHASAN............................................................................7

2.1 Pengertian Sukuk..............................................................7

A. Pengertian Sukuk..................................................7

B. Prinsip Sukuk........................................................8

C. Karakteristik Sukuk .............................................8

D. Tujuan dan Syarat Sukuk......................................8

E. Jenis – Jenis Sukuk...............................................9

F. Pihak yang terlibat dalam penerbitan Sukuk........10

G. Jangka Waktu (Tenor) Sukuk...............................10

2.2 Asuransi Syariah...............................................................11

A. Pengertian Asuransi Syariah ................................11

B. Dasar Hukum Asuransi Syariah............................11

C. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syariah................11

D. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah..12

iii
E. Tujuan Asuransi Syariah........................................13

F. Akad dalam Asuransi Syariah................................13

BAB III..........................................................................................14

PENUTUP.....................................................................................14

3.1 Kesimpulan........................................................................14

3.2 Saran..................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................15

iv
BAB I

PENDAHUULUAN

1.1 Latar belakang

Obligasi syariah atau sukuk pada dasarnya adalah efek syariah berupa
sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian
yang tidak tertentu (tidak terpisahkan atau tidak terbagi atas; aset berwujud
tertentu, manfaat atas aset berwujud tertentu baik yang sudah ada maupun
yang akan ada, jasa yang sudah ada maupun yang akan ada, aset proyek
tertentu atau kegiatan investasi yang telah ditentukan).

Asuransi syariah merupakan prinsip perjanjian berdasarkan hukum


islam antara perusahaan asuransi atau perusahaan reasuransi dengan pihak
lain, dalam menerima amanah dalam mengelola dana peserta melalui
kegiatan investasi yang di selenggarakan sesuai dengan syariah.

Di Indonesia, perkembangan asuransi juga semangkin berkembang.


Lahirnya perusahaan asuransi syariah didukung dengan besarnya jumlah
penduduk yang beragama islam yang membutuhkan suatu lembaga
keuangan islami sehingga setiap interaksi muamalah yang dilakukannya
sesuai dengan syariah. karena pada dasarnya masyarakat muslim
memandang operasional asuransi konvensional dengan ragu-ragu, atau
bahkan keyakinan bahwa praktek itu cacat dari sudut pandang syariat.Hal
ini dikarenakan sejumlah fatwa yang di keluarkan oleh lembaga-lembaga
otoritas fikih menyatakan ketidakbolehan sistem asuransi konvensional,
karena akadnya mengandung unsur riba, spekulasi, kecurangan, dan
ketidakjelasan. Sementara akad perusahaan asuransi kolektif islam
berlandaskan pada asas saling tolong-menolong dan menyumbang,
disamping konsisten memegang hukum dan prinsip syariat islam dalam
keseluruhan aktivitasnya dan tunduk pada mekanisme pengawasan syariat.
Asuransi kolektif islam juga tidak menjalankan jasa asuransi dengan
orientasi memperoleh keuntungan (profit oriented) dan setiap peserta

5
dalam asuransi ini menjadi penangggung sekaligus tertanggung. Sehingga
dengan demikian, akad-akadnya pun bersih dari segala syarat poin yang
bertentangan dengan hukum dan prinsip-prinsip syariat Islam.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa pengertian Sukuk itu?

 Bagaimana prinsip prinsip Sukuk?

 Apa tujuan Sukuk?

 Apa pengertian Asuransi Syariah?

 Bagaimana mekanisme pengelolaan dana Asuransi Syariah?

 Apa saja akad dalam Asuransi Syariah?

1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui konsep konsep Sukuk

 Untuk mengetahui konsep Asuransi Syariah

 Untuk mengetahui manfaat dari Asuransi Syariah

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Akuntansi Sukuk

A. Pengertian Sukuk

Obligasi Syariah didunia internasional dikenal nama Sukuk. Sukuk


berasal dari bahasa arab “sak” (tunggal) dan “Sukuk” (jama’) yang
memiliki arti sertifikat atau note. Menurut Iggi H. Ahsien dan
Muhamamd Kamal Zubair, sukuk merupakan bukti kepemilikan.

Menurut fatwa DSN-MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2012. Obligasi


Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip
syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah
yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada
pemegang obligasi syariah berupa hasil/fee serta membayar kembali
dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Sedangkan menurut Bapepam dan Lembaga Keuangan No. IX.A.13


tentang penerbitan efek syariah memberikan definisi Sukuk sebagai
berikut: Efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang
bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu (tidak
terpisahkan atau tidak terbagi /syuyu’/undivided share) atas: Aset
wujud tertentu, nilai manfaat, jasa, aset proyek ataupun kegiatan
investasi yang telah ditentukan.

Dari beberapa rujukan mengenai definisi sukuk di atas, dapat


disimpulkan bahwa sukuk adalah sertifikat bernilai sama yang
merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak
manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan
investasi tertentu yang menjadi dasar penerbitan (underlying) sukuk.
Sukuk merupakan bagian dari pernyataan kepemilikan atas manfaat
suatu aset, dan bukan merupakan surat utang seperti obligasi.

7
B. Prinsip Sukuk

Prinsip pokok dalam transaksi Sukuk ini berupa penekanan pada


perjanjian yang adil, anjuran atas system bagi hasil atau profit sharing.
Dalam transaksi Sukuk ini juga diperlukan sejumlah asset tertentu yang
digunakan sebagai dasar dalam melakukan transaksi dengan
menggunakan akad berdasarkan prinsip syariah.

C. Karakteristik Sukuk

Menurut Fatah (2011), ada beberapa karakteristik sukuk, yaitu:

1. Sukuk adalah bukti kepemilikan aset berwujud atau hak manfaat.

2. Pendapatan berupa imbalan (Kupon), Margin, dan bagi hasil


sesuai jenis akad yang digunakan

3. Bebas dari unsur riba, gharar, dan maysir.

4. Penerbitan melalui SPV.

5. Membutuhkan aset dasar /Underlying asset.

6. Penggunaan dana harus sesuai dengan prinsip syariah.

D. Tujuan dan Syarat Sukuk

Penerbitan sukuk memiliki beberapa tujuan, yaitu memperluas basis


sumber pembiayaan anggaran negara (APBN), mendorong
pertumbuhan dan pengembangan pasar keuangan syariah, menciptakan
benchmark di pasar keuangan Islam, diversifikasi basis investor SBN,
mengembangkan alternatif instrumen investasi, mengoptimalkan
pemanfaatan barang milik negara, mendorong tertib administrasi
pengelolaan barang milik negara, dan memanfaatkan dana masyarakat
yang belum terjaring oleh sistem perbankan konvensional.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar sukuk dapat diterima dan


diminati oleh pasar baik domestik maupun internasional yaitu:

8
1. Sukuk yang diterbitkan harus memenuhi semua ketentuan syariah,
antara lain proses penerbitannya, penggunaan dana hasil
penerbitannya, maupun yang terkait dengan underlying asset.
2. Likuiditas yaitu sukuk harus dapat dipindahtangankan dari satu
pihak ke pihak lain (transferable) dan juga dapat diperjual belikan
(tradable).
3. Tingkat imbalan yang kompetitif dibandingkan instrument
keuangan lainnya.
4. Transparasi, berupa kejelasan dan kemudahan akses informasi bagi
investor.
5. Proses penerbitan mengikuti ketentuan yang umum berlaku dalam
penerbitan sukuk di pasar keuangan internasional.
6. Adanya dukungan infrastruktur legal dan kelembagaan yang
memadai, termasuk dukungan pasar keuangan yang efisien.

E. Jenis – Jenis Sukuk

Jenis Sukuk yang direkomendasikan oleh AAOIFI adalah sebagai


berikut:

 Sukuk Ijarah merupakan Sukuk yang diterbitkan berdasarkan


perjanjian atau akad ijarah dimana satu pihak bertindak sendiri atau
melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu
asset kepada pihak lain berdasarkan harga dan periode yang
disepakati, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan asset itu
sendiri.

 Sukuk Mudharabah yaitu Sukuk yang diterbitkan dengan akad


mudharabah, keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi
berdasarkan perbandingan yang telah disepakati bersama
sebelumnya. Sedangkan kerugian yang timbul sepenuhnya
ditanggung oleh pemilik modal (Shahibul mal).

 Sukuk Musyarakah yakni Sukuk yang diterbitkan berdasarkan


perjanjian musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama

9
menggabungkan modal untuk membangun proyek baru,
mengembangkan proyek yang sudah ada atau membiayai kegiatan
usaha. Keuntungan ataupun kerugian yang timbul ditanggung
bersama sesuai dengan partisipasi modal masing-masing pihak.

 Sukuk Istisna’ adalah Sukuk yang diterbitkan akad istisna’ dimana


para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu
proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan dan
spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan
kesepakatan.

F. Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan Sukuk

Pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan Sukuk antara lain sebagai


berikut:

1. Obligor yakni pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran


pokok serta imbal hasil Sukuk yang diterbitkan

2. Special Purpose Vehicle (SPV) yaitu badan hukum yang didirikan


khusus untuk menerbitkan Sukuk

3. Investor yaitu pihak pemegang Sukuk yang memiliki hak


kepentingan atas underlying asset melalui SPV

G. Jangka Waktu (Tenor) Sukuk

Berdasarkan Standar Syariah The Accounting and Auditing


Organization for Islamic Financial Institutions nomor 17 tentang
Sukuk Investasi, penerbitan Sukuk boleh dilakukan untuk jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang, sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah yang mendasari penerbitannya. Selain itu, Sukuk juga
dapat diterbitkan tanpa ditentukan jangka waktunya, mengacu pada
akad yang digunakan dalam penerbitan Sukuk.

10
2.2 Asuransi Syariah

A. Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi dalam bahasa Arab disebut At’ta’min yang berasal dari


kata amanah yang berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa
aman serta bebas dari rasa takut. Istilah menta’minkan sesuatu berarti
seseorang memberikan uang cicilan agar ia atau orang yang ditunjuk
menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti rugi atas hartanya yang
hilang. Dari pengertian dasar itu tersebut, asuransi syariah kemudian
didefinisikan sebagai usaha saling melindungi dan tolong menolong di
antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan
atau tabarru memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

B. Dasar Hukum Asuransi Syariah

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang Pasal 246, yaitu :

”Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang penanggung


mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima suatu
premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang
mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu”.

C. Prinsip-Prinsip Dasar Asuransi Syariah

a. Asuransi syariah harus dibangun atas dasar taawun (kerja sama),


tolong menolong, saling menjamin, tidak berorentasi bisnis atau
keuntungan materi semata.

b. Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah


ditentukan, harus disertai dengan niat membantu demi menegakkan
prinsip ukhuwah. Kemudian dari uang yang terkumpul itu diambilah
sejumlah uang guna membantu orang yang ditimpa musibah.

11
c. Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya
dengan tujuan supaya ia mendapat imbalan yang berlipat bila terkena
suatu musibah. Akan tetepi ia diberi uang jamaah sebagai ganti atas
kerugian itu menurut izin yang diberikan oleh jamaah.

d. Apabila uang itu akan dikembangkan, maka harus dijalankan


menurut aturan syar’i.

D. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

 Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan

Pada sistem ini peserta asuransi hanya membayarkan dana


tabarru’ saja, tanpa saving atau tabungan. Dana tabarru’ ini
kemudian disimpan oleh pengelola pada akun tersendiri yang
terpisah dengan akun dari dana-dana lainnya. Dana-dana ini
fungsinya adalah untuk tujuan tolong-menolong dan dibayarkan
apabila peserta meninggal dunia dan perjanjian telah berakhir
(apabila terdapat surplus dana). Dana-dana tabarru’ yang
terkumpul juga akan diinvestasikan oleh perusahaan sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Keuntungan dari investasi tersebut setelah
dikurangi dengan biaya administrasi, akan dibagi dengan
perusahaan asuransi dengan menggunakan prinsip mudharabah.

 Sistem Yang Mengandung Unsur Tabungan

Para peserta asuransi membayarkan dana tabarru’ sekaligus


dengan dana tabungan. Dana tabarru’ merupakan dana yang
diniatkan oleh para peserta untuk tujuan tolong-menolong,
sedangkan dana tabungan adalah dana milik peserta yang
diserahkan kepada perusahaan asuransi yang kemudian
diinvestasikan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Keuntungan
dari investasi tersebut setelah dikurangi dengan biaya administrasi,
akan dibagi dengan perusahaan asuransi dengan menggunakan
prinsip mudharabah.

12
E. Tujuan Asuransi Syariah

Asuransi syariah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan


perjuangan umat dengan mengemban misi aqidah, misi ibadah, dan misi
keumatan. Jadi tujuan utamanya bukan mendapatkan laba besar seperti
asuransi konvensional.

F. Akad dalam Asuransi Syariah

Adapun beberapa akad yang sering digunakan dalam asuransi berbasis


syariah antara lain:

 Akad Tabarru’

Akad tabarru’ adalah akad antar peserta untuk menanggung risiko


bersama dengan prinsip tolong menolong dan saling melindungi.
Tujuan dari kerja sama ini adalah bukan untuk mencari
keuntungan, tapi saling menolong.

 Akad Wakalah bil Ujrah

Akad wakalah bil ujrah bertujuan untuk mengatur pemberikan


kuasa nasabah kepada perusahaan asuransi untuk mengelola dana
mereka dengan imbalan berupa ujrah (biaya pengelolaan).

 Akad Mudharabah

Akad mudharabah mengatur bagi hasil investasi kumpulan dana


tabarru’ untuk peserta. Pembagian tersebut tidak boleh
mengandung perjudian, riba, dan ketidakpastian. Pelaksanaannya
juga transparan dan nasabah mengetahui detail hasil investasi yang
dibagikan.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sukuk adalah sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti


kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak manfaat, dan jasa-
jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu yang
menjadi dasar penerbitan (underlying) sukuk. Sukuk merupakan bagian
dari pernyataan kepemilikan atas manfaat suatu aset, dan bukan
merupakan surat utang seperti obligasi.

Asuransi Syariah didefinisikan sebagai usaha saling melindungi dan


tolong menolong di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
bentuk aset dan atau tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk
menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.

3.2 Saran

Berdasarkan apa yang telah kami jelaskan dalam makalah ini pasti
ada kekurangan maupun kelebihannya. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan dapat menambah wawasan pembaca
mengenai Akuntansi Sukuk dan Asuransi Syariah. Adapun kritik maupun
saran dapat disampaikan ke penulis agar dapat memperbaiki makalah ini
baik dari segi penulisan, materi, maupun tata bahasa yang disampaikan.
Penulis mengharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah
yang telah dibuat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Kamal Zubair, Obligasi dan Sukuk dalam perspektif keuangan Islam
(Jurnal: Asy-Syir’ah, Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Vol. 46 No. 1
Januari-Juni 2012).

Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah (Bandung:
Pustaka Setia, 2013) hal.174-175.

Nugroho, Hadityo, 2013, AKUNTANSI SYARIAH Perkembangan Sukuk Dunia,


Skripsi FE UI.

Achsien, Iggi H, 2003, Investasi Syariah di Pasar Modal, Menggagas Konsep dan
Praktek Manajemen Portofolio Syariah, Gramedia, Jakarta.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 51/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad


Mudharabah Musytarakah Pada Asuransi Syariah.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 52/DSN-MUI/III/2006Tentang Akad


Wakalah Bil Ujrah Pada Asuransi Syari’ah Dan Reasuransi Syari’ah.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 53/DSN-MUI/III/2006 Tentang Akad


Tabarru’Pada Asuransi Syari’ah.

Muhammad Syakir Sula, (2004), Asuransi Syari'ah; Konsep dan Sistem


Operasional, Gema Insani, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai