Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

INVESTASI PADA ASURANSI SYARIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah MANAJEMEN INVESTASI
SYARIAH

Dosen Pengampu : Dafiar Syarif, ME

DISUSUN OLEH :

SURNITA PEBRIANA. M
NIM. 2010402040

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Penulis dapat menyelesaikan makalah singkat ini sebagai tugas mata kuliah
“INVESTASI PADA ASURANSI SYARIAH”, dengan segala puji syukur kehadirat
Allah SWT Yang Maha Kuasa. cahaya bagi individu yang sedang dalam kesuraman
rahmatan li'alamin.

Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
para pembicara pembimbing yang telah mengarahkan kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah singkat ini yang masih banyak kekurangan dan kesalahan baik
dari segi penulisan maupun berbagai blunder yang terkandung di dalamnya. makalah
ini, untuk itu kami sangat membutuhkan analisis. akhir kata, penulis berterima kasih
kepada para pembaca dan menyertakan saran mereka untuk perbaikan makalah di masa
mendatang.

Sungai penuh, Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR............................................................................ i

DAFTAR ISI ......................................................................................... ii

INVESTASI PADA ASURANSI SYARIAH

A. ASURANSI SYARI’AH ................................................................. 1


1. Pengertian Asuransi Syariah ..................................................... 1
2. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah .............................................. 1
3. Produk dan Jasa Asuransi Syariah Berbasis Investasi ................ 1
4. Skema Pengelolaan Asuransi Syariah Berbasis Investasi .......... 3
5. Pembinasaan dan Pengawasan Asuransi Syariah ....................... 3
B. MASALAH DAN SOLUSI ............................................................. 4
1. Masalah .................................................................................... 4
2. Solusi ...................................................................................... 5

KESIMPULAN ..................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 7

ii
INVESTASI PADA ASURANSI SYARIAH

A. ASURANSI SYARI’AH
1. Pengertian Asuransi Syariah
(Muhammad Syakir Sula, 1996: 1). Dengan menyalurkan dana
tabarru, sumbangan dana ibadah, dan sumbangan yang ditujukan untuk
menanggung resiko, maka gotong royong ini dilakukan atas dasar gotong
royong antar individu.
Sementara itu, dalam fatwanya tentang pedoman umum premi
(asuransi) syariah, Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN-MUI) memberikan definisi premi (asuransi) syariah: Asuransi
syariah, disebut juga ta'min. , takaful, dan tadhamun, adalah upaya
melindungi dan membantu sejumlah orang atau pihak dengan melakukan
investasi pada aset atau tabarru', yang memberikan pola timbal balik
untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perjanjian) yang sesuai
syariah.
2. Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
a. Prinsip usaha dan penyerahan;
b. Prinsip bantuan;
c. asas tanggung jawab bersama;
d. Prinsip saling melindungi dari berbagai tantangan;
e. Prinsip saling melindungi muncul dari berbagai tantangan;
f. asas itikad baik;
g. Prinsip kepentingan yang dipertanggungkan;
h. Prinsip sebab-akibat umumnya dikuasai;
i. Prinsip kompensasi;
j. Prinsip subrogasi.
3. Produk dan Jasa Asuransi Syariah Berbasis Investasi

Seperti yang ditunjukkan oleh Mervyn K. Lewis dan Latifa M.


Algaud (2007: 277-8), produk takaful hadir dalam tiga varietas:

1. Takaful Umum. Produk ini memberikan jaminan atau perlindungan


terhadap risiko yang umum terjadi pada individu atau bisnis.

1
Asuransi kendaraan, asuransi kebakaran, kompensasi kerja, asuransi
pemuatan kapal, kontribusi pertanggungjawaban teknik, properti,
transportasi, dan sebagainya semuanya ditanggung oleh produk ini.
2. Takaful keluarga, juga dikenal sebagai asuransi jiwa Islami, adalah
produk yang menawarkan jaminan untuk partisipasi jangka panjang
individu atau bisnis, biasanya berlangsung antara 10 dan 40 tahun.
Paket untuk perawatan medis, pendidikan, kecelakaan, pernikahan,
haji dan umrah, investasi lengkap, rencana tabungan, rencana
pensiun, hipotek, dan produk serupa lainnya adalah beberapa
penawarannya.
3. Retakaful Bisnis yang ada di bisnis ini tidak banyak, kebanyakan di
Arab Saudi, Bahama, Malaysia, dan Sudan. Perusahaan yang
melakukan pembukuan dengan klaim tinggi memberikan jaminan
kepada bisnis takaful terhadap berbagai risiko, kerugian, atau
penipisan modal dan cadangan.

Pelanggan mendapat manfaat dari produk asuransi syariah


dengan cara yang mirip dengan produk kontribusi pertanggungan
tradisional dalam hal manfaat. Perbedaan utama terletak pada
kepemilikan dana, pengelolaan dana tersebut, dan investasi yang
dilakukan oleh bisnis premium. Keuntungan nasabah terlindungi dari
riba karena perusahaan asuransi syariah yang juga tergolong takaful
syariah akan menghindari transaksi yang melibatkan riba.

Dalam kebanyakan kasus, syariah takaful adalah kontrak jangka


pendek untuk melindungi dari kerugian material yang tidak terduga.
Adalah tabu untuk meminta anggota membayar asuransi (sumbangan,
kontribusi). Keuntungan dari kontribusi asuransi ini disalurkan kepada
pemegang dan pengelola dana Tabaru melalui skema mudharabah
perusahaan Takaful. Semua peserta atau mereka yang tidak mengajukan
klaim berbagi kelebihan, dikurangi kompensasi, cadangan, dan biaya
operasional, tergantung pada bagian mereka di perusahaan. adalah
bahwa keseluruhan kontribusi investasi anggota ke Tabaru Fund, serupa
dengan premi asuransi, dapat dibandingkan dengan kontribusi asuransi

2
konvensional; Hak peserta atas tabu surplus dan basis investasi mudhar
rabah membuat perbedaan.

4. Skema Pengelolaan Asuransi Syariah Berbasis Investasi

5. Pembinaan dan Pengawasan Asuransi Syariah

Berikut adalah hasil yang sesuai dengan temuan penelitian yang


dilakukan oleh salah satu peneliti:

a. Untuk dapat membuat polis perasuransian yang dapat membawa


perasuransian menjadi lebih berkembang di masa yang akan datang,
maka pengaturan usaha perasuransian dituangkan dalam Undang-
Undang No. 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian dan penunjukan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga negara dengan
penuh tanggung jawab. kekuasaan untuk melaksanakan fungsi dan
pengawasan diperlukan. di masa depan dan mampu bersaing dengan
negara maju untuk mendapatkan premium global.
b. Atas dasar itu pengaturan sanksi sangat jelas bagi pelaku usaha
perasuransian berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014
tentang Perasuransian. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berwenang
menindak perusahaan asuransi yang melanggar peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Tindakan tersebut dapat berupa pemberian
hadiah peringatan, pembatasan kegiatan usaha, embargo pemasaran

3
produk asuransi, bahkan pengenaan sanksi pidana atau pencabutan
izin usaha.

Secara hukum, OJK resmi menggantikan Bank Indonesia sebagai


bank sentral yang membidangi pengawasan perbankan dan Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang membidangi
pengawasan jasa keuangan non-perbankan. Untuk seluruh kegiatan di sektor
jasa keuangan, OJK berfungsi sebagai sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi. 13 OJK bertugas mengawasi dan mengatur hal-hal sebagai
berikut: I) pelaksanaan administrasi moneter di bidang keuangan; (ii) bisnis
jasa keuangan terkait pasar modal; iii) kegiatan jasa keuangan terkait
perasuransian, dana pensiun, forum pembiayaan, dan forum jasa keuangan
lainnya

Sesuai undang-undang, OJK resmi menggantikan Bank Indonesia


sebagai bank sentral yang membidangi pengawasan perbankan dan Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang
membidangi pengawasan jasa keuangan non-perbankan. Otoritas Jasa
Keuangan harus mampu mengembangkan kebijakan pengaturan dan
pengawasan terkait perasuransian yang memungkinkan industri tersebut
tumbuh dan bersaing dengan negara maju dalam hal premi perasuransian.

B. MASALAH DAN SOLUSI


1. Masalah
Contoh kasus: kasus yang melibatkan nasabah asuransi syariah di
kota Sidoarjo
Mayoritas nasabah premi syariah di Kota Sidoarjo mengalami
gagal bayar, dan keadaan ekonomi mereka terpuruk. Akibatnya, mereka
tidak akan dapat memenuhi kewajiban kinerjanya sampai mereka
menyelesaikan masa tenggang atau masa bebas yang telah disepakati
oleh perusahaan Bumiputera, Cabang Syariah Sidoarjo dan nasabah
premi syariah.
Cabang Syariah Sidoarjo tidak memberikan sanksi yang
memberatkan, sehingga nasabah mudah melakukan wanprestasi terhadap

4
Perusahaan Bumiputera. Selain itu, jika pelanggan memulihkan atau
membayar premi, premi dapat kembali ke keadaan semula sehingga
menyebabkan pelanggan meremehkannya. Selain itu, jika nasabah lalai
memenuhi perjanjian yang telah dibuatnya dengan Perusahaan
Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo, di sinilah persoalan yang
mengarah pada wanprestasi menjadi intinya.
2. Solusi
Permasalahan wanprestasi nasabah asuransi syariah diselesaikan
dengan cara yang sesuai dengan hukum perdata untuk perjanjian asuransi
dan hukum Islam untuk penyelesaian wanprestasi, sedangkan hukum
Islam untuk penyelesaian wanprestasi sejalan dengan pasal 25 polis
asuransi jiwa syariah.
Penanggung tidak menuntut ganti rugi apapun dari tertanggung
atas wanprestasi yang dilakukan oleh tertanggung berupa tunggakan
pembayaran asuransi atau pemutusan kontrak sebelum jangka waktu
perjanjian berakhir. Penyelesaian kasus default diputuskan dengan cara
musyawarah.
Sementara itu, Fatwa Dewan Syari'ah Nasional No. 21/DSN-
MUI/X/2001 Pasal 11 Ayat 2: Praktek Bumiputera Syariah Cabang
Sidoarjo dan syarat-syarat akad iuran asuransi syariah dan wanprestasi
penyelesaian cakupan pendidikan syariah biaya pelanggan sinkron.

5
KESIMPULAN

Proteksi syariah adalah standar pengaturan sesuai syariat Islam antara lembaga
asuransi atau organisasi reasuransi yang menggunakan perkumpulan yang berbeda,
dalam bertoleransi dengan tulus dan mengawasi keuangan anggota melalui kegiatan
usaha yang diselenggarakan secara bersamaan dengan menggunakan syariah.

Perlindungan Islam memiliki beberapa standar dan lebih jauh lagi beberapa
macam item. Sesuai undang-undang, OJK resmi menggantikan Bank Indonesia sebagai
bank sentral yang membidangi pengawasan perbankan dan Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) yang membidangi pengawasan jasa
keuangan non-perbankan. Otoritas Jasa Keuangan harus mampu mengembangkan
kebijakan pengaturan dan pengawasan terkait perasuransian yang memungkinkan
industri tersebut tumbuh dan bersaing dengan negara maju dalam hal premi
perasuransian.

6
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2010). Manajemen Investasi Syariah.


https://openlibrary.telkomuniversity.ac.id/pustaka/9902/manajemen-investasi-
syariah.html

Kristianto, D. (2012). Implikasi Akuntansi Syariah dan Asuransi Syariah dalam


Lembaga Keuangan Syariah. Jurnal Akuntansi Dan Sistem Teknologi Informasi,
7(1), 61–68.

Suratman, S., & Junaidi, M. (2019). Sistem Pengawasan Asuransi Syariah Dalam
Kajian Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian. Jurnal
Usm Law Review, 2(1), 63. https://doi.org/10.26623/julr.v2i1.2259

Wahyu Sanjaya "Tinjauan Yuridis Terhadap Wanprstasi Nasabah Dalam Asuransi


Pendidikan Syariah ( studi kasus di Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo)", skripsi
S1, Jurusan Hukum Bisnis Syariah

Anda mungkin juga menyukai