Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HUKUM ASURANSI

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Ridwan
Npm : 01012211340
Kelas : III E

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
yang berjudul “HUKUM ASURANSI” ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................


A. LATAR BELAKANG ..................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................
C. TUJUAAN ....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
1. Pengertian Asuransi .......................................................................................................
2. Fungsi dan Tujuan Asuransi ...........................................................................................
a. Fungsi Utama ..........................................................................................................
b. Tujuan Asuransi ......................................................................................................
3. Prinsip Dasar Asuransi ...................................................................................................
4. Polis Asuransi ................................................................................................................
5. Pengertian Asuransi Syariah...........................................................................................
6. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah ................................................
7. Sejarah Perkembangan Asuransi di Indonesia .................................................................
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................
A. KESIMPULAN ............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perusahaan asuransi merupakan lembaga keuangan nonbank yang mempunyai peranan
yang tidak jauh berbeda dari bank, yaitu bergerak dalam bidang layanan jasa yang diberikan
kepada masyarakat dalam mengatasi resiko yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan nonasuransi.
Dalam dunia bisnis, banyak sekali resiko yang tidak dapat di prediksi. Secara rasional,
para pelaku bisnis akan mempertimbangkan untuk mengurangi risiko yang dihadapi. Pada
tingkat kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi
permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila ada salah satu anggota keluarga yang
menghadapi risiko cacat atau meninggal dunia.
Industri asuransi di Indonesia akhir-akhir ini mengalami perkembangan yang cukup
pesat setelah pemerintah mengeluarkan deregulasi pada tahun 1980-an. Dipertegas lagi
dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 Tentang
Usaha Perasuransian. Diharapkan dengan semakin berkembangnya industri asuransi di
indonesia, maka akan semakin berkembang pula pertumbuhan ekonomi indonesia dari
tahun ketahun akan semakin meningkat, Pada era globalisasi seperti ini kebutuhan
masyarakat akan asuransi semakin meningkat oleh karena itu pertumbuhan atau
perkembangan industri asurasi di indonesia semakin dan akan terus meningkat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari asuransi?
2. Apa saja fungsi dan tujuan asuransi?
3. Apa saja prinsip dalam asuransi?
4. Apa yang dimaksud dengan polis dan premi asuransi?
5. Apa pengertian dari asuransi syariah?
6. Perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?
7. Sejarah perkembangan asuransi di Indonesia?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuransi dan
manfaatnya. Juga untuk mengetahui tentang prinsip-prinsip asuransi dan peraturan asuransi
yang berlaku di Indonesia. Sama hal-nya seperti bank, asuransi juga memiliki asuransi
syariah. Dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian asuransi syariah dan perbedaanya
dengan asuransi konvensional.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Asuransi
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya aktivitas yang
berkaitan dengan finansial, resiko merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Salah
satu hal yang dapat meminimalisir resiko tersebut adalah dengan asuransi. Asuransi
menguntungkan kehidupan masyarakat dengan mengurangi kekayaan yang harus
disisihkan untuk menutupi kerugian akibat berbagai resiko yang didapat. Terdapat
beberapa definisi mengenai asuransi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Menurut M. Nur Rianto (2012:212) asuransi merupakan sebuah mekanisme
perlindungan terhadap pihak tertanggung apabila mengalami resiko di masa yang akan
datang dimana pihak tertanggung akan membayar premi guna mendapatkan ganti rugi dari
pihak penanggung.
Julius R. Latumaerissa (2011:447) mendefinisikan asuransi sebagai suatu perjanjian
dimana terdapat pihak tertanggung yang membayar premi kepada pihak penanggung guna
mendapatkan penggantian karena suatu keinginan, kerusakanm atau kehilangan
keuntungan yang telah diharapkan yang kemungkinannnya tidak pasti akan terjadi di masa
yang akan datang.
Sementara menurut Ktut Silvanita (2009:40) asuransi merupakan suatu permintaan
dimana satu pihak memiliki intensif untuk mentrasfer resiko dengan membayar sejumlah
dana untuk menjauhi resiko kehilangan sejumlah harta yang dimilikinya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan suatu
mekanisme perlindungan terhadap harta yang dimiliki dimana didalamnya terdapat pihak
tertanggung yang membayar sejumlah dana kepada pihak penanggung guna mendapatkan
penggantian rugi atas resiko yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang.

2. Fungsi dan Tujuan Asuransi


Asuransi berfungsi untuk membantu seseorang dalam mengantisipasi serta meminimalisir
dampak finansial dari berbagai risiko kehidupan yang dapat terjadi kapan saja,misalnya
risiko kehilangan pekerjaan atau sumber penghasilan,risiko kesehatan, maupun yang
berkaitan dengan hobi yang disukai :
A. Fungsi Utama (Primer)
Pada dasarnya, asuransi merupakan sebuah produk jasa keuangan yang menawarkan
jasa pengalihan risiko sehingga fungsi utama asuransi adalah mengalihkan risiko dari
Tertanggung kepada Penanggung. Ketika Anda membeli asuransi tertentu dari sebuah
perusahaan penyedia asuransi, berarti Anda telah mengalihkan risiko kehidupan kepada
perusahaan tersebut. Untuk jasa itu, Anda wajib membayar sejumlah premi kepada
penyedia asuransi.
Adapun manfaat yang Anda peroleh dari pembelian asuransi tersebut adalah risiko
kehidupan yang Anda miliki, sudah berada dalam tanggungan Perusahaan penyedia
asuransi tersebut.
Fungsi primer asuransi lainnya yaitu memberikan memberikan pertanggungan yang
harga preminya dapat disesuaikan dengan besar manfaat perlindungan yang dibutuhkan.
Pemegang polis tidak harus membayar biaya mahal untuk mendapatkan perlindungan
asuransi yang memadai. Misalnya, untuk bisa mendapatkan perlindungan asuransi
kesehatan hingga Rp200 juta, seseorang tidak harus membayar sebesar itu, tapi cukup
membayarkan sejumlah premi yang nilainya lebih kecil.
Selain itu, asuransi juga berfungsi sebagai penghimpun dana dari pemegang polis.
Himpunan dana itulah yang dimanfaatkan oleh asuransi untuk menjalankan fungsi
utamanya sebagai jasa pengalihan risiko melalui pembayaran klaim. Ketika ada klaim dari
pemegang polis, dana itu akan dimanfaatkan oleh penyedia asuransi untuk membantu
menutup pengeluaran yang timbul.
B. Tujuan Asuransi
Adapun tujuan asuransi adalah sebagai berikut :
• Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.
• Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan
pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan
biaya
• Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu
dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak
tentu dan tidak pasti
•Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan
perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.
•Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan
dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.

3. Prinsip Dasar Asuransi


Dalam dunia asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi, yaitu insurable
interest, utmost good faith, proximate cause, indemnity, subrogation dan contribution.
Insurable interest
Adalah hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan antara
tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum. Jadi, anda dikatakan
memiliki kepentingan atas obyek yang diasuransikan apabila Anda menderita kerugian
keuangan seandainya terjadi musibah yang menimbulkan kerugian atau kerusakan atas
obyek tersebut.
Kepentingan keuangan ini memungkinkan Anda mengasuransikan harta benda atau
kepentingan anda. Apabila terjadi musibah atas obyek yang diasuransikan dan terbukti
bahwa Anda tidak memiliki kepentingan keuangan atas obyek tersebut, maka Anda tidak
berhak menerima ganti rugi.
Utmost Good Faith
Adalah suatu tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta
yang material mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak.
Artinya si penanggung harus dengan jujur menerangkan dengan jelas segala sesuatu tentang
luasnya syarat dan kondisi dari asuransi dan si tertanggung juga harus memberikan
keterangan yang jelas dan benar atas obyek atau kepentingan yang dipertanggungkan.
Intinya Anda berkewajiban memberitahukan sejelas-jelasnya dan dengan teliti
mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan obyek yang diasuransikan.
Prinsip inipun menjelaskan risiko-risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala
persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti.
Proximate Cause
Adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang
menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang diawali dan secara aktif oleh
sumber yang baru dan independen. Jadi apabila kepentingan yang diasuransikan
mengalami musibah atau kecelakaan, maka pertama-tama dicari sebab-sebab yang aktif
dan efisien yang menggerakkan suatu rangkaian peristiwa tanpa terputus sehingga pada
akhirnya terjadilah musibah atau kecelakaan tersebut. Suatu prinsip yang digunakan untuk
mencari penyebab kerugian yang aktif dan efisien adalah: "Unbroken Chain of Events"
yaitu suatu rangkaian mata rantai peristiwa yang tidak terputus.
Indemnity
Adalah suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial
dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat
sebelum terjadinya kerugian (KUHD pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278).
Subrogation
Adalah pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim
dibayar. Prinsip subrogasi diatur dalam pasal 284 kitab Undang-Undang Hukum Dagang,
yang berbunyi: "Apabila seorang penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya
kepada tertanggung, maka penanggung akan menggantikan kedudukan tertanggung dalam
segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada
tertanggung".
Contribution
Adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama
menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut
memberikan indemnity. Anda dapat saja mengasuransikan harta benda yang sama pada
beberapa perusahaan asuransi. Namun bila terjadi kerugian atas obyek yang diasuransikan
maka secara otomatis berlaku prinsip kontribusi.
4. Polis Asuransi
Menurut ketentuan pasal 225 KUHD perjanjian asuransi harus dibuat secara tertulis
dalam bentuk akta yang disebut polis yang memuat kesepakatan, syarat-syarat khusus dan
janji-janji khusus yang menjadi dasar pemenuhan hak dan kewajiban para pihak
(penanggung dan tertanggung) dalam mencapai tujuan asuransi. Dengan demikian polis
asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara kedua belah pihak
mendapatkan kekuatan secara hukum.
Menurut ketentuan pasal 256 KUHD, setiap polis kecuali mengenai asuransi jiwa harus
memuat syarat-syarat khusus berikut ini:
a. Hari dan tanggal pembuatan perjanjian asuransi
b. Nama tertanggung, untuk diri sendiri atau pihak ketiga
c. Uraian yang jelas mengenai benda yang diasuransikan
d. Jumlah yang diasuransikan (nilai pertanggungan)
e. Bahaya-bahaya/ evenemen yang ditanggung oleh penanggung
f. Saat bahaya mulai berjalan dan berakhir yang menjadi tanggungan penanggung
g. Premi asuransi
h. Umumnya semua keadaan yang perlu diketahui oleh penanggung dan segala janji-
janji khusus yang diadakan antara para pihak.

5. Pengertian Asuransi Syariah


Definisi asuransi syari'ah menurut Dewan Syariah Nasional adalah usaha untuk saling
melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk
aset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/
bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para partisipan/ anggota/ peserta
mendonasikan/ menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian partisipan/ anggota/
peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan
asuransi serta investasi dari dana-dana/ kontribusi yang diterima/ dilimpahkan kepada
perusahaan.
Asuransi syari'ah disebut juga dengan asuransi ta'awun yang artinya tolong menolong
atau saling membantu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta'awun prinsip
dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin
kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.
Asuransi syariah memiliki landasan filosofi yang berbeda dengan asuransi
konvensional, yaitu mencari ridha Allah untuk kebaikan dunia dan akhirat. Asuransi
syariah memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik itu pada gilirannya bisa membedakan
dirinya dengan asuransi konvensional. Di antara karakteristik tersebut adalah sebagai
berikut:
Pertama : akad yang dilakukan adalah akad at-Takafuli.
Kedua : selain tabungan, peserta juga dibuatkan tabungan derma.
Ketiga : merealisir prinsip bagi hasil.
Secara structural, landasan operasional asuransi syariah di Indonesia masih menginduk
pada peraturan yang mengatur usaha perasuransian secara umum (konvensional). Baru ada
peraturan yang secara tegas menjelaskan asuransi syariah pada Surat Keputusan Direktur
jendral Lembaga Keuangan No. Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan
Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan Sistem
Syariah.

6. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah


 Akad Perjanjian
Syariah : Kesepakatan dalam suatu perjanjian pada kedua belah pihak untuk
melakukan dan atau tidak melakukan hukum tertentu. Akad tersebut adalah akad
tabarru yang memiliki tujuan untuk tolong menolong, bukan hanya bersifat komersial.

Konvensional : Menggunakan akad tabaduli. Dimana akad tersebut memiliki sistem


jual beli dengan jelas akan pembeli, penjual serta objek yang diperjualbelikan dengan
harga dan persetujuan kedua belah pihak atas persetujuan pada transaksi itu.
 Sistem Kepemilikan Dana
Syariah : Dana dimiliki semua peserta asuransi, dimana perusahaan hanya menjadi
pengelola dana dan tidak memiliki hak.

Konvensional : Dana premi yang dibayarkan di awal menjadi milik perusahaan karena
terdapat konsep jual-beli sehingga bebas akan digunakan untuk kebutuhan apapun
sesuai dengan perjanjian awal.
 Bagi Keuntungan
Syariah : Keuntungan yang diterima dari pengelolaan dana asuransi akan diberikan
kepada semua peserta dan perusahaan asuransi secara merata.

Konvensional : Keuntungan yang didapatkan ini akan diberikan sepenuhnya kepada


perusahaan.
 Zakat
Perbedaan asuransi syariah dan konvensional lainnya adalah terkait ada tidaknya zakat
pada kedua asuransi ini.

Syariah : Peserta diharuskan untuk membayar zakat yang diambil dari jumlah
keuntungan.

Konvensional : Tidak ada zakat.


 Pengawasan Dana
Syariah : Pengawasan dana ini biasanya melibatkan pihak ketiga sebagai pengawas
kegiatan asuransi yaitu Dewan Pengawasan Syariah (DPS). Mereka bertanggung jawab
kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait proses transaksi untuk memastikan
transaksi tersebut sesuai dengan prinsip syariah.

Konvensional : Tidak ada badan pengawasan khusus yang membawahi kegiatan


transaksi perusahaan dengan nasabah. Namun, semua perusahaan asuransi yang resmi
dan terdaftar ini berada pada naungan serta mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh
Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
 Dana Hangus
Syariah : Tidak ada atau tidak diberlakukan dana hangus, sehingga mereka dapat
kembali sepenuhnya mengambil dana yang sudah dibayarkan.

Konvensional : Dana akan hangus apabila periode polis berakhir atau nasabah tidak
dapat melakukan pembayaran premi.
 Klaim
Syariah : Pada aturan syariah pembayaran klaim ini menggunakan pencairan dana dari
tabungan bersama. Sesuai dengan prinsip dasar asuransi syariah dimana dana yang
sudah nasabah ikhlaskan untuk saling tolong menolong antar nasabah.

Konvensional : Dana dapat dicairkan dari rekening perusahaan asuransi dengan


perbandingan risiko serta modalnya.
 Surplus Underwriting
Surplus Underwriting ini adalah dana yang diberikan kepada nasabah saat terdapat
kelebihan dana sosial setelah dikurangi klaim, santunan dan lainnya.

Syariah : Akan diberikan secara prorata kepada para nasabahnya.

Konvensional : Tidak dapat pengembalian dana keuntungan atau surplus underwriting.


Karena pada konvensional ini tidak ada no-claim bonus pada produknya. Sehingga
nasabah tidak dapat mengajukan klaim sampai akhir polis berhak mendapatkan
kompensasi dalam jumlah tertentu.
 Pengelolaan Risiko
Syariah : Dengan prinsip tolong menolong artinya risiko dibebankan pada perusahaan
dan nasabahnya itu sendiri.

Konvensional : Untuk nasabah konvensional pengelolaan risiko yang digunakan


adalah transfer of risk. Dimana risiko akan dibebankan pada peserta asuransi kepada
pihak asuransi yang bertindak sebagai penanggung dalam perjanjian yang telah
disepakati dalam polis.
 Pemegang Polis Syariah : Asuransi syariah ini biasanya didaftarkan untuk satu
keluarga yang mana ini berguna agar dapat memiliki manfaat bersama.
 Konvensional : Asuransi konvensional ini hanya ditujukan kepada pemegang
polis tersebut.

7. Sejarah perkembangan asuransi di indonesia


Masa penjajahan yang dialami oleh bangsa Indonesia tidak hanya meninggalkan cerita
penindasan dan kekejaman yang dilakukan oleh kaum penjajah kepada pribumi, akan
tetapi, kaum kolonial yang secara peradaban lebih maju, juga membawa praktek-praktek
bisnis yang berkembang hingga saat ini. Salah satunya adalah bisnis asuransi. Istilah
asuransi sendiri berasal dari kata Belanda yaitu verzekering yang berarti pertanggungan
atau asuransi.

Sejarah perkembangan bisnis perasuransian di Indonesia terbagi menjadi 2 masa yaitu


masa penjajahan sampai tahun 1942 dan masa sesudah perang dunia II atau
masa kemerdekaan.

Masa Penjajahan

Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Kala itu,
keberadaan asuransi diperlukan oleh Belanda dalam rangka menjamin kelangsungan bisnis
mereka di sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya. Keberhasilan mereka
dalam menjalankan bisnis di sektor perkebunan dan perdagangan khususnya di Indonesia
yang waktu itu masih bernama Nederlands Indie (Hindia Belanda), tentu perlu
mendapatkan jaminan atau proteksi atas risiko usaha yang mengancam. Sebagai catatan,
bangsa Eropa pada abad XII sudah mengenal asuransi pengangkutan laut (Marine
Insurance).

Perusahaan-perusahaan asuransi yang beroperasi pada zaman penjajahan Belanda


mayoritas adalah perusahaan yang didirikan langsung oleh orang Belanda dan perusahaan
yang merupakan anak usaha dari perusahaan asuransi yang berkantor pusat di Belanda,
Inggris, dan negara lainnya. Menurut buku History of Insurance in Indonesia, perusahaan
asuransi pertama yang didirikan oleh Belanda adalah Bataviaasche Zee en Brand-
Assurantie Maatschappij. Perusahaan asuransi yang bergerak di sektor perdagangan dan
perkebunan ini didirikan pada tanggal 18 Januari 1843 di Kali Besar Timur, Jakarta. Risiko
yang di-cover adalah segala risiko yang diakibatkan oleh kebakaran dan risiko
pengangkutan komoditas.

Berikutnya menyusul didirikannya perusahaan-perusahaan asuransi lainnya yang


merupakan anak usaha dari perusahaan asuransi di Belanda seperti NV Handel, Industrrie
en Landbouw Maatschappij Tiedeman & van Kerchem and Escompto Bank,
dan Nederlansch Indische Levensverzekering en Lijfrente Maatschappij (NILLMIJ). Pada
tahun 1853 didirikan perusahaan asuransi kerugian N.V. Assurantie Mij Nederlansche
Lloyd dan asuransi kerugian Assurantie Mij Langeyeld Schroeder serta Assurantie Mij
Blom van der Aa. N.V. Assurantie Mij Nederlansche Llyod ini merupakan cikal bakal dari
asuransi kebakaran pertama di Indonesia yaitu PT Llyod Indonesia.
Berhubung bisnis asuransi yang ada pada waktu itu hanya bertujuan untuk menjamin
keberlangsungan usaha kaum kolonial, maka jenis-jenis asuransi yang ada pada waktu itu
tidak banyak dikenal oleh masyarakat pribumi secara luas atau hanya untuk kalangan
tertentu. Terlebih, sistem bisnis yang dijalankan adalah monopoli sehingga bisnis asuransi
yang ada hanya untuk kegiatan berdagang dan memenuhi kepentingan bangsa Belanda,
Inggris, dan bangsa Eropa lainnya.

Sebagian besar jenis asuransi yang ada kala itu adalah asuransi kebakaran dan asuransi
pengangkutan. Sementara itu untuk asuransi kendaraan bermotor relatif belum muncul
karena jumlah pemilikan kendaraan bermotor kala itu masih sedikit dan didominasi oleh
bangsa Belanda dan bangsa asing lainnya, sehingga belum memerlukan jaminan asuransi.
Namun demikian di tengah dominasi perusahaan asuransi asing, ada juga perusahaan
asuransi yang digagas oleh kaum pribumi yaitu Onderlinge Lavenzekering
Maatschappij Persatuan Goeroe-Goeroe Hinda Belanda (OL. Mij. PGHB) atau yang
sekarang dikenal dengan nama Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912.
Perusahaan asuransi yang berbentuk badan hukum mutual ini digagas oleh 3 orang guru
yaitu Mas Ngabehi Dwidjosewojo, Mas Karto Hadi Soebroto, dan Mas Adimidjojo. Dalam
perjalanannya, OL. Mij. PGHB ini mengalami beberapa kali pergantian nama yaitu OL Mij
Boemi Poetra dan Perseroan Tanggoeng Djiwa Boemi Poetera (PTD Boemi Poetera).

Berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 juga memiliki peran dalam mendorong
pendirian perusahaan asuransi lokal. Salah satu pendiri OL Mij Boemi Poetra yaitu Mas
Ngabehi Dwidjosewojo adalah anggota perkumpulan Budi Utomo cabang Yogyakarta.
Perusahaan asuransi lokal yang didirikan oleh kaum pribumi adalah De Bataviasche
Onderlinge Levensverzekerings Maatschappij, V. Indonesia, dan De Onderlinge
Levensverzekerings Maatschappij Djawa. Semua perusahaan asuransi tersebut
berbentuk onderling atau perusahaan bersama karena didirikan atas semangat gotong-
royong dan saling tolong menolong antaranak bangsa
.
Kegiatan bisnis asuransi di Indonesia ini kemudian terhenti selama terjadinya perang
dunia II akibat ditutupnya perusahaan-perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris. Saat
pendudukan tentara Jepang selama kurang lebih 3,5 tahun, bisnis asuransi di Indonesia
tidak mencatatkan perkembangan apapun, bahkan justru mencatatkan kemunduran.
Pasalnya, kondisi ekonomi Indonesia saat itu sangat kacau sehingga membuat banyak
perusahaan yang gulung tikar, tak terkecuali perusahaan asuransi. Satu-satunya perusahaan
asuransi yang selamat atau mampu bertahan dari kondisi ekonomi yang buruk tersebut
adalah O.L Mij Boemi Poetera atau PTD Boemi Poetera.

Masa Sesudah Perang Dunia atau Masa Kemerdekaan

Setelah perang dunia berakhir, perusahaan-perusahaan asuransi Belanda dan Inggris


kembali beroperasi di Indonesia yang notabene sudah merdeka, dengan mendirikan suatu
badan usaha asuransi kolektif bernama Bataviasche Verzekerings Unie (BUV) pada tahun
1946. Berhubung bentuknya adalah usaha kolektif maka masing-masing anggota BUV
akan memperoleh share tertentu dari setiap penutupan. Skema bisnis ini dipilih karena kala
itu tenaga asuransi masih sangat kurang. Namun, perusahaan asuransi bikinan Belanda dan
Inggris yang sempat mendominasi ini hanya berlangsung sampai dengan tahun 1964.
Pada tahun 1950, berdiri sebuah perusahaan asuransi kerugian pertama yaitu NV.
Sebagai perusahaan asuransi kerugian nasional pertama, NV harus bersaing dengan
perusahaan asing yang lebih unggul baik dari sisi modal maupun pengetahuan teknis.
Pendirian asuransi kerugian nasional ini kemudian memantik keberanian pengusaha
nasional untuk mendirikan perusahaan asuransi kerugian. Di pihak lain, pemerintah juga
menerbitkan regulasi yang mewajibkan semua barang impor harus diasuransikan di
Indonesia. Regulasi ini ditujukan untuk mencegah devisa keluar untuk membayar premi
asuransi di luar negeri.

Selang three tahun, berdiri perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang
reasuransi Belanda dan Inggris di Indonesia. Hal ini menyebabkan devisa keluar untuk
membayar premi reasuransi ke luar negeri juga masih tetap besar. Dalam rangka mengatasi
permasalahan devisa keluar ini, pada tahun 1954 pemerintah Indonesia mendirikan sebuah
perusahaan reasuransi profesional, yaitu PT Reasuransi Umum Indonesia yang mendapat
dukungan dari bank-bank pemerintah. Semua perusahaan asuransi asing pun diwajibkan
untuk menggunakan jasa Reasuransi Umum Indonesia. Pada tahun 1963, kegiatan
Reasuransi Umum Indonesia diperluas dengan reasuransi jiwa dengan mendirikan PT
Reasuransi Jiwa Umum yang memicu bermunculannya perusahaan-perusahaan asuransi
kerugian nasional.

Pada tahun 1960-an yaitu saat perjuangan pembebasan Irian Barat ke pengakuan
Republik Indonesia dan peristiwa konfrantasi Malaysia, pemerintah Indonesia melakukan
nasionalisasi terhadap perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris. Dua peristiwa
nasionalisasi yang terkenal adalah nasionalisasi perusahaan asuransi Belanda NV
Assurantie Maatschappij de Nederlandern dan Bloom Vander EE menjadi PT Asuransi
Bendasraya serta nasionalisasi perusahaan asuransi De Nederlanden Van (1845) menjadi
PT Asuransi Jiwasraya.
.
PT Asuransi Bendasraya ini kemudian digabung dengan PT Umum Internasional
Underwriters (PT UIU) menjadi PT Asuransi Jasa Indonesia atau yang akrab dikenal
dengan sebutan Asuransi Jasindo. Selain nasionalisasi dan
penggabungan/merger perusahaan asuransi, pemerintah Indonesia juga membentuk
perusahaan-perusahaan asuransi sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat
yaitu Perum Asabri, Perum Astek (Jamsostek), Perum Taspen, dan Asuransi Jasa Raharja.
Perusahaan asuransi sosial ini didirikan untuk melaksanakan kegiatan yang diamanatkan
oleh Undang-Undang yaitu:

Jasa Raharja melaksanakan Undang-undang kecelakaan penumpang dan Dana


kecelakaan Lalu lintas.

Perum Taspen, yang menyelengarakan tabungan dan asuransi untuk pegawai negeri.
Didirikan tahun 1964, yang saat itu menjadi satu-satunya perusahaan milik negara yang
mengkhususkan penetapan asuransi dalam valuta asing.

Perum Asabri, untuk anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Perum Astek, melaksanakan PP No. 33 tahun 1977, yakni asuransi sosial tenaga kerja
(Astek), yakni asuransi kecelakaan tenaga kerja perusahaan swasta (jamsostek).
Lalu pada tahun 1980-an, mulai bermunculan perusahaan asuransi modern di Indonesia,
baik perusahaan asuransi nasional maupun perusahaan asuransi patungan alias joint
venture seperti Allianz, AIA, Cigna, Avrist, AXA, Asuransi Sinar Mas, dan Prudential.
Produk asuransi yang dipasarkan pun kini tak sekadar proteksi tapi juga dibalut dengan
investasi atau unitlink.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkn diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan
nonasuransi seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi – retrosesi.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain
dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya dan manfaat
yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai
tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu
meningkatkan kegiatan usaha.
DAFTAR PUSTAKA

http://nunite.blogspot.com/2013/03/pengetahuan-dasar-tentang-asuransi.html?m=1
https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/fungsi-asuransi/
https://amp.tirto.id/5-prinsip-dasar-akuntansi-beserta-penjelasan-dan-contohnya-gN23
https://panfic.com/id/insurance-knowledge/prinsip-dasar-asuransi/
https://axa-mandiri.co.id/-/ini-dia-cara-mempelajari-polis-asuransi-dengan-mudah
https://www.car.co.id/id/ruang-publik/tips-trik/careinsurance/pengertian-asuransi-
syariah
https://www.danamon.co.id/id/Tentang-
Danamon/BeritaDanamon/Article/2022/08/03/09/55/Perbedaan-Asuransi-Syariah-
dan-Konvensional
https://nasionalre.id/portal/sejarah-perkembangan-asuransi-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai