HUKUM ASURANSI
Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Ridwan
Npm : 01012211340
Kelas : III E
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
yang berjudul “HUKUM ASURANSI” ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari asuransi?
2. Apa saja fungsi dan tujuan asuransi?
3. Apa saja prinsip dalam asuransi?
4. Apa yang dimaksud dengan polis dan premi asuransi?
5. Apa pengertian dari asuransi syariah?
6. Perbedaan antara asuransi konvensional dan asuransi syariah?
7. Sejarah perkembangan asuransi di Indonesia?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuransi dan
manfaatnya. Juga untuk mengetahui tentang prinsip-prinsip asuransi dan peraturan asuransi
yang berlaku di Indonesia. Sama hal-nya seperti bank, asuransi juga memiliki asuransi
syariah. Dalam makalah ini akan dijelaskan pengertian asuransi syariah dan perbedaanya
dengan asuransi konvensional.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Asuransi
Dalam setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat, khususnya aktivitas yang
berkaitan dengan finansial, resiko merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari. Salah
satu hal yang dapat meminimalisir resiko tersebut adalah dengan asuransi. Asuransi
menguntungkan kehidupan masyarakat dengan mengurangi kekayaan yang harus
disisihkan untuk menutupi kerugian akibat berbagai resiko yang didapat. Terdapat
beberapa definisi mengenai asuransi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Menurut M. Nur Rianto (2012:212) asuransi merupakan sebuah mekanisme
perlindungan terhadap pihak tertanggung apabila mengalami resiko di masa yang akan
datang dimana pihak tertanggung akan membayar premi guna mendapatkan ganti rugi dari
pihak penanggung.
Julius R. Latumaerissa (2011:447) mendefinisikan asuransi sebagai suatu perjanjian
dimana terdapat pihak tertanggung yang membayar premi kepada pihak penanggung guna
mendapatkan penggantian karena suatu keinginan, kerusakanm atau kehilangan
keuntungan yang telah diharapkan yang kemungkinannnya tidak pasti akan terjadi di masa
yang akan datang.
Sementara menurut Ktut Silvanita (2009:40) asuransi merupakan suatu permintaan
dimana satu pihak memiliki intensif untuk mentrasfer resiko dengan membayar sejumlah
dana untuk menjauhi resiko kehilangan sejumlah harta yang dimilikinya.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa asuransi merupakan suatu
mekanisme perlindungan terhadap harta yang dimiliki dimana didalamnya terdapat pihak
tertanggung yang membayar sejumlah dana kepada pihak penanggung guna mendapatkan
penggantian rugi atas resiko yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang.
Konvensional : Dana premi yang dibayarkan di awal menjadi milik perusahaan karena
terdapat konsep jual-beli sehingga bebas akan digunakan untuk kebutuhan apapun
sesuai dengan perjanjian awal.
Bagi Keuntungan
Syariah : Keuntungan yang diterima dari pengelolaan dana asuransi akan diberikan
kepada semua peserta dan perusahaan asuransi secara merata.
Syariah : Peserta diharuskan untuk membayar zakat yang diambil dari jumlah
keuntungan.
Konvensional : Dana akan hangus apabila periode polis berakhir atau nasabah tidak
dapat melakukan pembayaran premi.
Klaim
Syariah : Pada aturan syariah pembayaran klaim ini menggunakan pencairan dana dari
tabungan bersama. Sesuai dengan prinsip dasar asuransi syariah dimana dana yang
sudah nasabah ikhlaskan untuk saling tolong menolong antar nasabah.
Masa Penjajahan
Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada zaman penjajahan Belanda. Kala itu,
keberadaan asuransi diperlukan oleh Belanda dalam rangka menjamin kelangsungan bisnis
mereka di sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya. Keberhasilan mereka
dalam menjalankan bisnis di sektor perkebunan dan perdagangan khususnya di Indonesia
yang waktu itu masih bernama Nederlands Indie (Hindia Belanda), tentu perlu
mendapatkan jaminan atau proteksi atas risiko usaha yang mengancam. Sebagai catatan,
bangsa Eropa pada abad XII sudah mengenal asuransi pengangkutan laut (Marine
Insurance).
Sebagian besar jenis asuransi yang ada kala itu adalah asuransi kebakaran dan asuransi
pengangkutan. Sementara itu untuk asuransi kendaraan bermotor relatif belum muncul
karena jumlah pemilikan kendaraan bermotor kala itu masih sedikit dan didominasi oleh
bangsa Belanda dan bangsa asing lainnya, sehingga belum memerlukan jaminan asuransi.
Namun demikian di tengah dominasi perusahaan asuransi asing, ada juga perusahaan
asuransi yang digagas oleh kaum pribumi yaitu Onderlinge Lavenzekering
Maatschappij Persatuan Goeroe-Goeroe Hinda Belanda (OL. Mij. PGHB) atau yang
sekarang dikenal dengan nama Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912.
Perusahaan asuransi yang berbentuk badan hukum mutual ini digagas oleh 3 orang guru
yaitu Mas Ngabehi Dwidjosewojo, Mas Karto Hadi Soebroto, dan Mas Adimidjojo. Dalam
perjalanannya, OL. Mij. PGHB ini mengalami beberapa kali pergantian nama yaitu OL Mij
Boemi Poetra dan Perseroan Tanggoeng Djiwa Boemi Poetera (PTD Boemi Poetera).
Berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 juga memiliki peran dalam mendorong
pendirian perusahaan asuransi lokal. Salah satu pendiri OL Mij Boemi Poetra yaitu Mas
Ngabehi Dwidjosewojo adalah anggota perkumpulan Budi Utomo cabang Yogyakarta.
Perusahaan asuransi lokal yang didirikan oleh kaum pribumi adalah De Bataviasche
Onderlinge Levensverzekerings Maatschappij, V. Indonesia, dan De Onderlinge
Levensverzekerings Maatschappij Djawa. Semua perusahaan asuransi tersebut
berbentuk onderling atau perusahaan bersama karena didirikan atas semangat gotong-
royong dan saling tolong menolong antaranak bangsa
.
Kegiatan bisnis asuransi di Indonesia ini kemudian terhenti selama terjadinya perang
dunia II akibat ditutupnya perusahaan-perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris. Saat
pendudukan tentara Jepang selama kurang lebih 3,5 tahun, bisnis asuransi di Indonesia
tidak mencatatkan perkembangan apapun, bahkan justru mencatatkan kemunduran.
Pasalnya, kondisi ekonomi Indonesia saat itu sangat kacau sehingga membuat banyak
perusahaan yang gulung tikar, tak terkecuali perusahaan asuransi. Satu-satunya perusahaan
asuransi yang selamat atau mampu bertahan dari kondisi ekonomi yang buruk tersebut
adalah O.L Mij Boemi Poetera atau PTD Boemi Poetera.
Selang three tahun, berdiri perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang
reasuransi Belanda dan Inggris di Indonesia. Hal ini menyebabkan devisa keluar untuk
membayar premi reasuransi ke luar negeri juga masih tetap besar. Dalam rangka mengatasi
permasalahan devisa keluar ini, pada tahun 1954 pemerintah Indonesia mendirikan sebuah
perusahaan reasuransi profesional, yaitu PT Reasuransi Umum Indonesia yang mendapat
dukungan dari bank-bank pemerintah. Semua perusahaan asuransi asing pun diwajibkan
untuk menggunakan jasa Reasuransi Umum Indonesia. Pada tahun 1963, kegiatan
Reasuransi Umum Indonesia diperluas dengan reasuransi jiwa dengan mendirikan PT
Reasuransi Jiwa Umum yang memicu bermunculannya perusahaan-perusahaan asuransi
kerugian nasional.
Pada tahun 1960-an yaitu saat perjuangan pembebasan Irian Barat ke pengakuan
Republik Indonesia dan peristiwa konfrantasi Malaysia, pemerintah Indonesia melakukan
nasionalisasi terhadap perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris. Dua peristiwa
nasionalisasi yang terkenal adalah nasionalisasi perusahaan asuransi Belanda NV
Assurantie Maatschappij de Nederlandern dan Bloom Vander EE menjadi PT Asuransi
Bendasraya serta nasionalisasi perusahaan asuransi De Nederlanden Van (1845) menjadi
PT Asuransi Jiwasraya.
.
PT Asuransi Bendasraya ini kemudian digabung dengan PT Umum Internasional
Underwriters (PT UIU) menjadi PT Asuransi Jasa Indonesia atau yang akrab dikenal
dengan sebutan Asuransi Jasindo. Selain nasionalisasi dan
penggabungan/merger perusahaan asuransi, pemerintah Indonesia juga membentuk
perusahaan-perusahaan asuransi sosial dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat
yaitu Perum Asabri, Perum Astek (Jamsostek), Perum Taspen, dan Asuransi Jasa Raharja.
Perusahaan asuransi sosial ini didirikan untuk melaksanakan kegiatan yang diamanatkan
oleh Undang-Undang yaitu:
Perum Taspen, yang menyelengarakan tabungan dan asuransi untuk pegawai negeri.
Didirikan tahun 1964, yang saat itu menjadi satu-satunya perusahaan milik negara yang
mengkhususkan penetapan asuransi dalam valuta asing.
Perum Astek, melaksanakan PP No. 33 tahun 1977, yakni asuransi sosial tenaga kerja
(Astek), yakni asuransi kecelakaan tenaga kerja perusahaan swasta (jamsostek).
Lalu pada tahun 1980-an, mulai bermunculan perusahaan asuransi modern di Indonesia,
baik perusahaan asuransi nasional maupun perusahaan asuransi patungan alias joint
venture seperti Allianz, AIA, Cigna, Avrist, AXA, Asuransi Sinar Mas, dan Prudential.
Produk asuransi yang dipasarkan pun kini tak sekadar proteksi tapi juga dibalut dengan
investasi atau unitlink.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut UU no.2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi atau
pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak
penanggung mengikatkn diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang
mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan.
Perusahaan asuransi mempunyai perbedaan karaketeristik dengan perusahaan
nonasuransi seperti kegiatan Underwriting – akutaria, klaim, dan reasuransi – retrosesi.
Pada dasarnya, asuransi dapat memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain
dapat memberikan rasa aman dan perlindungan, sebagai pendistribusian biaya dan manfaat
yang lebih adil, polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit, sebagai
tabungan dan sumber pendapatan, sebagai alat penyebaran risiko, serta dapat membantu
meningkatkan kegiatan usaha.
DAFTAR PUSTAKA
http://nunite.blogspot.com/2013/03/pengetahuan-dasar-tentang-asuransi.html?m=1
https://www.prudential.co.id/id/pulse/article/fungsi-asuransi/
https://amp.tirto.id/5-prinsip-dasar-akuntansi-beserta-penjelasan-dan-contohnya-gN23
https://panfic.com/id/insurance-knowledge/prinsip-dasar-asuransi/
https://axa-mandiri.co.id/-/ini-dia-cara-mempelajari-polis-asuransi-dengan-mudah
https://www.car.co.id/id/ruang-publik/tips-trik/careinsurance/pengertian-asuransi-
syariah
https://www.danamon.co.id/id/Tentang-
Danamon/BeritaDanamon/Article/2022/08/03/09/55/Perbedaan-Asuransi-Syariah-
dan-Konvensional
https://nasionalre.id/portal/sejarah-perkembangan-asuransi-di-indonesia